• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis ekspor teh hitam indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis ekspor teh hitam indonesia"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS EKSPOR TEH HITAM INDONESIA

Oleh :

TRISNANDAR SETIAWAN

A14102586

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RINGKASAN

TRISNANDAR SETIAWAN, 2005. Analisis Ekspor Teh Hitam Indonesia. (Dibawah Bimbingan SRI HARTOYO)

Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian Indonesia adalah perkebunan. Pada tahun 2002 sektor perkebunan memberikan kontribusi sekitar 15.88% dari keseluruha n sektor pertanian atau berada pada urutan kedua penyumbang PDB sektor pertanian. Komoditas teh merupakan salah satu dari beberapa komoditas perkebunan yang turut memberikan kontribusi cukup besar dalam menghasilkan devisa. Pada tahun 2002 komoditas ini komoditas teh berhasil menyumbang sebesar Rp. 91.8 milyar. Selain dapat meningkatkan devisa sektor ini juga bisa menjadi jawaban untuk menanggulangi masalah tingginya tingkat pengangguran karena sektor ini sebagian besar bersifat padat karya (Spillane, 1992). Melihat cukup besarnya kontribusi yang dihasilkan komoditas ini, maka adalah sangat penting untuk menjaga agar komoditas ini bisa terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Maka untuk menunjang tujuan tersebut diperlukan adanya studi-studi untuk bisa mengembangkan komoditas ini.

Permasalahan klasik ekspor produk pertanian Indonesia ke pasar internasional selalu berulang, tak terkecuali dengan teh. Komoditas yang menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia ini masih dihadapkan pada setumpuk masalah. Perkembangan ekspor teh Indonesia ke mancanegara terlihat cenderung berfluktuasi. Hal ini diperkirakan terjadi karena berbagai faktor antara lain misalnya di tengah persaingan negara-negara produsen dalam meningkatkan produksinya di sisi lain terjadi hal berkebalikan. Selama periode tahun 2000 dan 2001, Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) mencatat perkembangan tingkat konsumsi teh ternyata malah menurun sekitar 0.86% menjadi oversupply

yang biasanya diserap tahun berikutnya. Tingginya surplus ini telah me mbuat persaingan antar negara produsen semakin ketat dan menekan harga teh hitam hampir di berbagai tempat lelang, kecuali di Sri Langka dan bangladesh. Harga rata-rata di Jakarta mengalami penurunan sebesar 19.12 % selama kurun waktu 2000-2001. Pada masa krisis volume ekspor teh hitam Indonesia malah cenderung menurun padahal dari sisi produksi cenderung relatif stabil. Berarti terdepresiasinya nilai rupiah hanya merupakan bagian dari masalah krisis ekonomi yang memang kompleks.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, permintaan domestik, ekspor, dan harga teh hitam Indonesia dan seberapa besar pengaruhnya

2. Menganalisis pengaruh krisis terhadap perdagangan teh hitam Indonesia Sebagai bahan analisa dalam penelitian ini digunakan data-data sekunder berupa deret waktu (time series). Data time series digunakan dari data tahunan selama 25 tahun antara tahun 1979 sampai dengan 2003. Data-data tersebut diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Departeme n Perindustrian dan Perdagangan, Asosiasi Teh Indonesia (ATI), dan Internasional Monetary Fund

(3)

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian yang menggunakan model ekonometrika adalah spesifikasi model. Spesifikasi model dilakukan untuk menjelaskan hubungan antar variabel dalam bentuk matematika sehingga fenomena ekonomi dapat dieksplorasi secara empiris spesifikasi model meliputi penentuan peubah penjelas yang terkandung dalam model, tandaan besar koefisien parameter fungsi, dan bentuk matematis model (jumlah persamaan, linier atau non linier, dan lain- lain). Model ekonometrika dalam persamaan ini adalah model persamaan simultan, dimana beberapa variabel dalam setiap persamaan yang membentuk seri persamaan menunjukan saling ketergantungan. Dalam penelitian ini dibuat empat persamaan simultan yaitu produksi, permintaan domestik, penawaran ekspor, dan harga ekspor teh hitam Indonesia. Berdasarkan pendugaan model persamaan yang telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah pengidentifikasian untuk menentukan metode estimasi. Identifikasi model dengan persamaan simultan berdasarkan order condition. Dari hasil identifikasi yang dilakukan diketahui hasil bahwa semua persamaan dalam model penelitian ini adalah over identified. Maka estimasi parameter persamaan struktural dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Kuadrat Terkecil Dua Tahap (2SLS).

Hasil pendugaan fungsi- fungsi tersebut menunjukan bahwa krisis ekonomi secara nyata menyebabkan penurunan terhadap volume ekspor yang berarti bahwa krisis ekonomi menjadi faktor penghambat dalam penawaran ekspor teh hitam Indonesia. Namun krisis ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap harga domestik teh hitam Indonesia.

Produksi teh hitam Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh variabel luas lahan, upah tenaga kerja, serta produksi tahun sebelumnya. kebijakan yang bisa diambil adalah mengenai peningkatan luas lahan apalagi jika ditunjang dengan unsur peningkatan produktivitas. Penawaran domestik teh hitam Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh tingkat kesejahteraan masyarakat yang diwakili oleh PDB dan permintaan domestik teh hitam tahun sebelumnya. Tanda parameter untuk PDB negatif kemudian lag permintaan positif. Penawaran ekspor teh hitam Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar Amerika, dan dummy krisis, serta lag penawaran ekspor teh hitam tahun sebelumnya. Harga domestik teh hitam Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh dua variabel penjelas yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta lag harga domestik teh hitam tahun sebelumnya.

Dengan melihat faktor apa saja yang berpengaruh dalam model maka terdapat beberapa cara untuk bisa meningkatkan bisnis teh hitam ini antara lain adalah meningkatkan konsumsi masyarakat Indonesia. Hal yang bisa dilakukan adalah misalnya kampanye yang menyadarkan masyarakat tentang pentingnya teh dan tentunya peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kenaikan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia juga menjadi penting karena ketika terjadi penurunan konsumsi teh dunia, maka konsumsi domestik bisa menjadi faktor pembantu tetap hidupnya industri ini. Indonesia diharapkan bisa memperbaiki posisinya (bargaining position) dalam penentuan harga di pasar internasional melalui penciptaan jaringan pemasaran yang kuat dan kerjasama yang baik.

(4)
(5)

ANALISIS EKSPOR TEH HITAM INDONESIA

OLEH:

TRISNANDAR SETIAWAN

A 14102586

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(6)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Trisnandar Setiawan

NRP : A 14102586

Program Studi : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Petanian

Judul : Analisis Ekspor Teh Hitam Indonesia

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS NIP : 131 124 021

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP: 130 422 698

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL ”ANALISIS EKSPOR TEH HITAM INDONESIA” INI

BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN

MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN YANG PERNAH DITULIS OLEH PIHAK LAIN

KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM

NASKAH.

Bogor, November 2005

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 14 juni 1981. penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan bapak Odih Setiawan dan ibu Tetti Herawati.

(9)

KATA PENGANTAR

Seluruh puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, tiada Tuhan selain Allah, karena hanya dengan rahmat, karunia dan ridho-Nya, maka penulisan Skripsi dengan judul Analisis Ekspor Teh Hitam Indonesia ini dapat penulis selesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjunan kita nabi Muhammad saw. para saudara, sahabat, dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis sadar bahwa penulisan ini tentunya tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing, mengarahkan dan mengevaluasi penulis selama penelitian di Institut Pertanian Bogor.

2. Ibu Henny K. Daryanto sebagai dosen penguj i utama dan bapak Dwi sebagai dosen penguji kedua.

3. Ibu Yayah Wagiono sebagai Ketua Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

4. Ibu Dahlia sebagai salah satu staf dari Assosiasi Teh Indonesia yang telah bersedia memberikan bimbingan dan informasi mengenai data-data penelitian.

5. Ibu dan Bapak serta kakak dan adik-adikku semua yang telah memberikan semangat moril, materil dan juga doa.

6. Mas Ma’sum dan Mas Farid yang telah meluangkan waktunya untuk konsultasi berbagai permasalahan dalam penelitian ini.

(10)

8. Keluarga Uwa Yusuf dan Mas Tedy yang telah banyak membantu selama penulis berada di Sukabumi

9. Yussy Ekayanti Rizkiani Chauli atas perhatian dan doanya selama ini. 10. Terimakasih juga untuk saudara dan sahabatku seperjuangan Adi, Dwi,

Ongky, Muser, Gory, Kiki, Ryan, Ewing, dan Yandri yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

11. Teman-temanku Aep, Dolly, Heru, Edwin, Sam, Uwi, Nenti, Tatiek,Vanny,Teri, Tatha, Mira, Mia, Ida, serta semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu, semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Amin.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis pribadi dan umumnya unt uk semua pihak yang berkepentingan, serta perkembangan ilmu penegetahuan.

Bogor, November 2005

(11)

ANALISIS EKSPOR TEH HITAM INDONESIA

Oleh :

TRISNANDAR SETIAWAN

A14102586

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(12)

RINGKASAN

TRISNANDAR SETIAWAN, 2005. Analisis Ekspor Teh Hitam Indonesia. (Dibawah Bimbingan SRI HARTOYO)

Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian Indonesia adalah perkebunan. Pada tahun 2002 sektor perkebunan memberikan kontribusi sekitar 15.88% dari keseluruha n sektor pertanian atau berada pada urutan kedua penyumbang PDB sektor pertanian. Komoditas teh merupakan salah satu dari beberapa komoditas perkebunan yang turut memberikan kontribusi cukup besar dalam menghasilkan devisa. Pada tahun 2002 komoditas ini komoditas teh berhasil menyumbang sebesar Rp. 91.8 milyar. Selain dapat meningkatkan devisa sektor ini juga bisa menjadi jawaban untuk menanggulangi masalah tingginya tingkat pengangguran karena sektor ini sebagian besar bersifat padat karya (Spillane, 1992). Melihat cukup besarnya kontribusi yang dihasilkan komoditas ini, maka adalah sangat penting untuk menjaga agar komoditas ini bisa terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Maka untuk menunjang tujuan tersebut diperlukan adanya studi-studi untuk bisa mengembangkan komoditas ini.

Permasalahan klasik ekspor produk pertanian Indonesia ke pasar internasional selalu berulang, tak terkecuali dengan teh. Komoditas yang menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia ini masih dihadapkan pada setumpuk masalah. Perkembangan ekspor teh Indonesia ke mancanegara terlihat cenderung berfluktuasi. Hal ini diperkirakan terjadi karena berbagai faktor antara lain misalnya di tengah persaingan negara-negara produsen dalam meningkatkan produksinya di sisi lain terjadi hal berkebalikan. Selama periode tahun 2000 dan 2001, Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) mencatat perkembangan tingkat konsumsi teh ternyata malah menurun sekitar 0.86% menjadi oversupply

yang biasanya diserap tahun berikutnya. Tingginya surplus ini telah me mbuat persaingan antar negara produsen semakin ketat dan menekan harga teh hitam hampir di berbagai tempat lelang, kecuali di Sri Langka dan bangladesh. Harga rata-rata di Jakarta mengalami penurunan sebesar 19.12 % selama kurun waktu 2000-2001. Pada masa krisis volume ekspor teh hitam Indonesia malah cenderung menurun padahal dari sisi produksi cenderung relatif stabil. Berarti terdepresiasinya nilai rupiah hanya merupakan bagian dari masalah krisis ekonomi yang memang kompleks.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi, permintaan domestik, ekspor, dan harga teh hitam Indonesia dan seberapa besar pengaruhnya

2. Menganalisis pengaruh krisis terhadap perdagangan teh hitam Indonesia Sebagai bahan analisa dalam penelitian ini digunakan data-data sekunder berupa deret waktu (time series). Data time series digunakan dari data tahunan selama 25 tahun antara tahun 1979 sampai dengan 2003. Data-data tersebut diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Departeme n Perindustrian dan Perdagangan, Asosiasi Teh Indonesia (ATI), dan Internasional Monetary Fund

(13)

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian yang menggunakan model ekonometrika adalah spesifikasi model. Spesifikasi model dilakukan untuk menjelaskan hubungan antar variabel dalam bentuk matematika sehingga fenomena ekonomi dapat dieksplorasi secara empiris spesifikasi model meliputi penentuan peubah penjelas yang terkandung dalam model, tandaan besar koefisien parameter fungsi, dan bentuk matematis model (jumlah persamaan, linier atau non linier, dan lain- lain). Model ekonometrika dalam persamaan ini adalah model persamaan simultan, dimana beberapa variabel dalam setiap persamaan yang membentuk seri persamaan menunjukan saling ketergantungan. Dalam penelitian ini dibuat empat persamaan simultan yaitu produksi, permintaan domestik, penawaran ekspor, dan harga ekspor teh hitam Indonesia. Berdasarkan pendugaan model persamaan yang telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah pengidentifikasian untuk menentukan metode estimasi. Identifikasi model dengan persamaan simultan berdasarkan order condition. Dari hasil identifikasi yang dilakukan diketahui hasil bahwa semua persamaan dalam model penelitian ini adalah over identified. Maka estimasi parameter persamaan struktural dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Kuadrat Terkecil Dua Tahap (2SLS).

Hasil pendugaan fungsi- fungsi tersebut menunjukan bahwa krisis ekonomi secara nyata menyebabkan penurunan terhadap volume ekspor yang berarti bahwa krisis ekonomi menjadi faktor penghambat dalam penawaran ekspor teh hitam Indonesia. Namun krisis ekonomi tidak berpengaruh secara nyata terhadap harga domestik teh hitam Indonesia.

Produksi teh hitam Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh variabel luas lahan, upah tenaga kerja, serta produksi tahun sebelumnya. kebijakan yang bisa diambil adalah mengenai peningkatan luas lahan apalagi jika ditunjang dengan unsur peningkatan produktivitas. Penawaran domestik teh hitam Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh tingkat kesejahteraan masyarakat yang diwakili oleh PDB dan permintaan domestik teh hitam tahun sebelumnya. Tanda parameter untuk PDB negatif kemudian lag permintaan positif. Penawaran ekspor teh hitam Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh nilai tukar nominal rupiah terhadap dollar Amerika, dan dummy krisis, serta lag penawaran ekspor teh hitam tahun sebelumnya. Harga domestik teh hitam Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh dua variabel penjelas yaitu nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika serta lag harga domestik teh hitam tahun sebelumnya.

Dengan melihat faktor apa saja yang berpengaruh dalam model maka terdapat beberapa cara untuk bisa meningkatkan bisnis teh hitam ini antara lain adalah meningkatkan konsumsi masyarakat Indonesia. Hal yang bisa dilakukan adalah misalnya kampanye yang menyadarkan masyarakat tentang pentingnya teh dan tentunya peningkatan tingkat kesejahteraan masyarakat. Kenaikan tingkat konsumsi masyarakat Indonesia juga menjadi penting karena ketika terjadi penurunan konsumsi teh dunia, maka konsumsi domestik bisa menjadi faktor pembantu tetap hidupnya industri ini. Indonesia diharapkan bisa memperbaiki posisinya (bargaining position) dalam penentuan harga di pasar internasional melalui penciptaan jaringan pemasaran yang kuat dan kerjasama yang baik.

(14)
(15)

ANALISIS EKSPOR TEH HITAM INDONESIA

OLEH:

TRISNANDAR SETIAWAN

A 14102586

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

(16)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan skripsi yang ditulis oleh:

Nama : Trisnandar Setiawan

NRP : A 14102586

Program Studi : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Petanian

Judul : Analisis Ekspor Teh Hitam Indonesia

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS NIP : 131 124 021

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP: 130 422 698

(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL ”ANALISIS EKSPOR TEH HITAM INDONESIA” INI

BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN

MANAPUN UNTUK MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR

MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN YANG PERNAH DITULIS OLEH PIHAK LAIN

KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM

NASKAH.

Bogor, November 2005

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Bogor pada tanggal 14 juni 1981. penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan bapak Odih Setiawan dan ibu Tetti Herawati.

(19)

KATA PENGANTAR

Seluruh puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam, tiada Tuhan selain Allah, karena hanya dengan rahmat, karunia dan ridho-Nya, maka penulisan Skripsi dengan judul Analisis Ekspor Teh Hitam Indonesia ini dapat penulis selesaikan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjunan kita nabi Muhammad saw. para saudara, sahabat, dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis sadar bahwa penulisan ini tentunya tidak akan terlaksana tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing, mengarahkan dan mengevaluasi penulis selama penelitian di Institut Pertanian Bogor.

2. Ibu Henny K. Daryanto sebagai dosen penguj i utama dan bapak Dwi sebagai dosen penguji kedua.

3. Ibu Yayah Wagiono sebagai Ketua Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

4. Ibu Dahlia sebagai salah satu staf dari Assosiasi Teh Indonesia yang telah bersedia memberikan bimbingan dan informasi mengenai data-data penelitian.

5. Ibu dan Bapak serta kakak dan adik-adikku semua yang telah memberikan semangat moril, materil dan juga doa.

6. Mas Ma’sum dan Mas Farid yang telah meluangkan waktunya untuk konsultasi berbagai permasalahan dalam penelitian ini.

(20)

8. Keluarga Uwa Yusuf dan Mas Tedy yang telah banyak membantu selama penulis berada di Sukabumi

9. Yussy Ekayanti Rizkiani Chauli atas perhatian dan doanya selama ini. 10. Terimakasih juga untuk saudara dan sahabatku seperjuangan Adi, Dwi,

Ongky, Muser, Gory, Kiki, Ryan, Ewing, dan Yandri yang telah banyak membantu dalam penelitian ini.

11. Teman-temanku Aep, Dolly, Heru, Edwin, Sam, Uwi, Nenti, Tatiek,Vanny,Teri, Tatha, Mira, Mia, Ida, serta semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu, semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Amin.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis pribadi dan umumnya unt uk semua pihak yang berkepentingan, serta perkembangan ilmu penegetahuan.

Bogor, November 2005

(21)

DAFTAR ISI

2.2. Penelitian Terdahulu ... 11

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS ... 16

3.1.Ekspor... 17

4.2.1. Produksi Teh Hitam Indonesia ... 28

4.2.2. Permintaan Domestik Teh Hitam di Indonesia ... 28

4.2.3. Penawaran Ekspor Teh Hitam Indonesia ... 29

4.2.4. Harga Domestik Teh Hitam Indonesia ... 30

4.2.5. Identitas ... 31

5.1.1. Produksi dan Produktivitas Teh Hitam Indonesia... 34

5.1.2. Tingkat Konsumsi Domestik Teh Hitam Indonesia .... 37

5.1.3. Ekspor Teh Hitam Indonesia... 38

5.2. Pendugaan Fungsi Respon Produksi, Permintaan domestik, Penawaran Ekspor, dan Fungsi Harga Domestik Teh Hitam Indonesia ... 41

5.2.1. Produksi Teh Hitam Indonesia ... 42

(22)
(23)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Perkembangan Harga Teh Dunia Tahun 2000-2001 5

2 Hasil Identifikasi Model 32

3 Peringkat Negara Produsen Teh Tahun 2001-2002 35 4 Hasil Pendugaan Fungsi Respon Produksi Teh Hitam Indonesia 43 5 Hasil Pendugaan Fungsi Permintaan Domestik Teh Hitam

Indonesia 46

6 Hasil Pendugaan Fungsi Penawaran Ekspor Teh Hitam

Indonesia 50

7 Hasil Pendugaan Fungsi Harga Domestik Teh Hitam

(24)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Terhadap Ekspor 23 2 Grafik Perkembangan Produksi Teh Hitam Indonesia 34

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Nilai dan Struktur Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2004

Menurut Lapangan Usaha 63

2. Struktur Produk Domestik Bruto Indonesia Sektor Pertanian

Atas Harga Konstan 1993 63

3. Urutan Pendapatan Turunan Sektor Pertanian Indonesia 64 4. Luas Areal, Produksi Dan Ekspor-Impor Komodit Teh

di Indonesia Tahun 1990 – 2003 65

5. Perkembangan Tingkat Konsumsi Teh Dunia Tahun 2000-2001 66

6. Data Dalam Penelitian 67

7. Elastisitas 70

8. Uji Autokorelasi 71

9. Validasi Model Hasil Estimasi 71

(26)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 2004, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang bersumber dari non migas atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 2095.4 trilyun rupiah atau sekitar 90.98% dari keseluruhan PDB yakni 2303.4 trilyun rupiah. Dari total PDB tersebut sekitar 15.39%-nya berasal dari kegiatan ekonomi berbasis pertanian. Jika diurutkan maka sumbangan sektor ini berada pada urutan ke tiga penyumbang PDB nasional atau setara dengan Rp. 354.4 trilyun rupiah. Menurut data-data tersebut jelas sektor pertanian adalah salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian nasional. Nilai dan struktur PDB menurut lapangan usaha pada tahun 2004 disajikan pada Lampiran 1.

Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian Indonesia adalah perkebunan. Sektor ini merupakan salah satu panghasil utama komoditas ekspor non migas yang mampu menghasilkan devisa negara dalam jumlah yang besar selain dari sektor perikanan. Pada tahun 2002 sektor perkebunan memberikan kontribusi sekitar 15.88% dari keseluruhan sektor pertanian atau berada pada urutan kedua penyumbang PDB sektor pertanian (Lampiran 2).

(27)

berada pada rangking ke-7 sumber devisa sektor pertanian atau berada di bawah 2 komodotas perkebunan lain yaitu coklat dan kopi (Lampiranl 3). Selain dapat meningkatkan devisa sektor perkebunan juga bisa menjadi jawaban untuk menanggulangi masalah tingginya tingkat pengangguran karena sektor ini sebagian besar bersifat padat karya (Spillane, 1992). Melihat cukup besarnya kontribusi yang dihasilkan komoditas ini, maka adalah sangat penting untuk menjaga agar komoditas ini bisa terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Dalam menunjang hal tersebut, maka diperlukan adanya studi-studi untuk bisa mengembangkan komoditas ini.

Menurut Nugroho (2004) sebagian besar teh yang dihasilkan di Indonesia diproduksi menjadi teh hitam, yaitu sekitar 82%. Produksi teh hitam juga mendominasi produksi teh dunia yaitu sekitar 70-80%, sehingga ekspor teh hitam memegang peranan penting dalam perdagangan teh dunia. Dengan pertimbangan tersebut pulalah maka penelitian ini akan difokuskan untuk mencermati masalah teh hitam saja.

Keberadaan teh Indonesia di dalam pasar internasional banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor- faktor tersebut bisa dari intern di dalam negeri seperti produksi dan kebijakan pemerintah dalam negeri misalnya, maupun faktor- faktor yang berasal dari pasar global atau dunia. Terdapat pula faktor yang menghubungkan keduanya, seperti nilai tukar ataupun perjanjian dan peraturan yang mengatur perdagangan internasional.

(28)

dengan sangat signifikan dan berdampak cukup parah terhadap perekonomian. Masa ini sering disebut dengan krisis moneter atau krisis ekonomi.

Krisis ekonomi bermula dari terjadinya gejolak nilai rupiah. Rupiah yang ditutup pada level Rp 4850/dollar AS pada tahun 1997, jatuh dengan cepat ke level sekitar Rp 17000/dollar AS pada 22 Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari 80 persen sejak mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997. Menurut Ismail sebagaimana dikutip dalam Triono (2004), depresiasi rupiah terhadap dolar AS dipicu oleh faktor ekonomi dan non ekonomi. Secara ekonomi, deprsiasi rupiah ditimbulkan oleh terus naiknya defisit neraca transaksi berjalan Indonesia dari 1.5 % tahun 1993 menjadi 3.9 % tahun 1997. Defisit transaksi berjalan mencerminkan ekspor lebih kecil daripada impor dan atau aliran pendapatan yang masuk lebih kecil daripada aliran pendapatan yang keluar. Dengan kata lain kebutuhan dolar sebagai alat pembayaran luar negeri lebih besar daripada yang diterima. Pada masa itu ekonomi Indonesia me ngalami pelambatan secara tajam dalam tingkat pertumbuhan, dari sekitar 4.91% pada tahun 1997 menjadi minus 13.68% pada tahun 1998. Hal tersebut diungkapkan Sumodiningrat, dalamlaporan akhir tahun bidang ekonomi para wartawan kompas tahun 1998.1

Di sisi lain, sektor ekspor yang diharapkan bisa menjadi penyelamat di tengah krisis, ternyata sama terpuruknya dan tak mampu memanfaatkan momentum depresiasi rupiah. Seharusnya sektor ekspor bisa meraup banyak keuntungan dan menambah devisa negara untuk menetralisir dampak krisis. Namun selama periode Januari-Juni 1998, ekspor migas anjlok sekitar 34.1 persen dibandingkan periode sama 1997, sementara ekspor nonmigas hanya tumbuh

1 Seasite Indonesia. 21 desember 1998. Laporan Akhir Tahun Bidaang Ekonomi: Krisis Ekonomi

(29)

5.36 persen. Hal ini adalah akibat dari beban utang, ketergantungan besar pada komponen impor, kesulitan trade financing, dan persaingan ketat di pasar global. Begitu pula dengan bisnis teh yang juga menjadi cenderung berfluktuasi.

1.2. Perumusan Masalah

Komoditas teh hitam Indonesia merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia sejak perang dunia II. Tercatat bahwa komoditas ini pada tahun 2001 telah menyumbang sekitar 98 milyar rupiah bagi devisa ne gara (lampiran 3). Namun pada perkembangannya sektor ini mengalami berbagai macam kendala seperti penurunan volume, nilai, harga, dan pangsa pasar. Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) mencatat perkembangan ekspor teh Indonesia ke mancanegara selama kurun waktu lima tahun terakhir ini cenderung berfluktuasi. Sulitnya pemasaran, terjadinya kelebihan penawaran teh hitam dunia sampai krisis ekonomi yang terjadi dianggap sebagai pemicunya2.

Kelebihan penawaran komoditas teh dunia terjadi sebagai akibat dari menurunnya tingkat konsumsi dunia terhadap teh hitam (lampiran 5). Sementara disisi lain terjadi persaingan peningkatan produksi antar negara-negara produsen. BPEN mencatat, nilai impor dunia untuk teh selama 2002 lalu mencapai US$2.70 miliar turun dibanding tahun 2001 sebesar US$2.86 miliar. Berdasarkan data ATI, dari 1392000 ton teh di pasaran dunia, sekitar 1292000 ton benar-benar terserap atau dikonsumsi, sisanya biasanya diserap tahun berikutnya3. Tingginya surplus ini telah menekan harga teh hitam hampir di berbagai tempat lelang.

2

Techno-Marketing of Tea (TMT) Versi 1,0 Mampu Atasi Problem Industri Teh Indonesia, Himp.Alumni IPB-On line.

(30)

Harga rata-rata di Jakarta mengalami penurunan sebesar 19.12 % selama kurun waktu 2000-2001. Hal tersebut disajikan pada Tabel 1. Fluktuasi ini juga akan mengakibatkan fluktuasi pada penerimaan ekspor. Bukan itu saja, jika hal tersebut terus berlanjut maka dampaknya akan makin terasa pada pabrik pengolahan, petani, dan lembaga pemasaran terkait.

Tabel 1. Perkembangan Harga Teh Dunia Tahun 2000-2001

Negara Harga US$ cent/ kg Perubahan

2000 2001 (%)

India 137.5 134 -2.14

Bangladesh 102 105.5 3.2

Srilangka 145 154 6.28

Jakarta 120 97 -19.12

Mombasa 202 153 -24.26

Limbe 102 87 -14.27

Sumber : International Tea Committee,2002

(31)

Pada masa krisis ekonomi terdepresiasinya rupiah menyebabkan biaya produksi setiap kilogram teh menjadi sangat rendah dibandingkan dengan harga dunia yang terjadi atau masih ada rentang harga yang relatif besar. Kendati terjadi kelebihan pasokan pelaku bisnis teh Indonesia tetap harus berusaha meningkatkan produksi dan penawaran ekspornya4. Namun pada kenyataannya, volume ekspor teh hitam Indonesia pada masa tersebut malah cendrung menurun (lampiran 4). Berarti terdepreiasinya nilai rupiah hanya merupakan bagian dari masalah krisis ekonomi yang memang komplek. Hal tersebut membuat suatu pertannyaan seberapa jauh krisis ekonomi ini mempengaruhi pergerakan volume ekspor dan harga domestik teh hitam di Indonesia.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fenomena dan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi ekspor, produksi, permintaan domestik, dan harga teh hitam Indonesia dan seberapa besar pengaruhnya.

2. Menganalisis pengaruh krisis ekonomi terhadap volume dan harga perdagangan teh hitam Indonesia

1.4.Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kebijakan dalam pengembangan ekspor teh Indonesia dimasa yang akan datang. Bagi penulis, penelitian ini sangat bermanfaat untuk melatih

(32)
(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komoditas Teh Hitam

Bagi masyarakat Indonesia, teh sebenarnya tidak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Hampir setiap hari kita meminum teh, baik di rumah, di rumah makan, bahkan juga di pinggir jalan atau lapangan olahraga. Minuman teh juga bisa ditemukan di mana- mana di Indonesia. Menurut Spillane (1992), tanaman teh (Camellia sinensis) pertama kali dikenal oleh Kaisar Shen Nung di Cina pada tahun 2737 sebelum masehi, mulai ditanam di Indonesia sejak tahun 1826. Sejak sebelum perang dunia II, teh merupakan salah satu andalan ekspor komoditas perkebunan Indonesia. Pada masa penjajahan Belanda, komoditas teh dirasakan sangat menguntungkan penjajah, sehingga pada masa itu sampai terjadi pemaksaan untuk menanamnya.

Di Indonesia teh dihasilkan oleh tiga badan usaha, yaitu perkebunan besar negara (PBN), perkebunan besar swasta (PBS), dan perkebunan rakyat (PR). Potensi paling besar dalam berproduksi dimiliki oleh perkebunan besar negara karena perkebunan ini memiliki teknik budidaya dan fasilitas pengolahan yang lebih baik dari perkebunan swasta dan perkebunan rakyat (Spillane, 1992). Perkebunan besar negara tergabung dalam PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) yang berstatus BUMN.

(34)

nilai tukar rupiah terhadap dollar jatuh, mencapai di atas Rp 10000 per dollar Amerika Serikat, produksi teh pun meningkat menjadi 167 ribu ton. Akan tetapi, produksinya kemudian turun kembali pada tahun 1999. Pada tahun 2001 produksi teh Indonesia kembali mengalami kenaikan. Untuk lebih jelasnya dapat dicermati pada Lampiran 4.

Dibandingkan keseluruhan produksi dunia yang mencapai sekitar 3 juta ton pada tahun 2002, produksi teh Indonesia terbilang relatif kecil, hanya sekitar lima persen. Akan tetapi, di sisi ekspor, teh Indonesia yang kemudian diekspor kuantitasnya besar, yaitu sekitar 100 ribu ton dari 1391900 ton jumlah teh ekspor yang beredar dari berbagai negara. Ekspor teh Indonesia pada tahun 2001 menduduki peringkat kelima setelah Sri Lanka, Kenya, RRC, dan India1 . Hal ini dikarenakan sebagian besar produksi teh Indonesia dihasilkan untuk kepentingan ekspor, terhitung sekitar 65 persen produksi teh Indonesia dibawa ke pasar internasional bahkan menurut Suryana dan Oktaviani (1994) pada tahun 1992 persentase jumlah produk yang diekspor mencapai 82.3 persen. Dari sini dapat terlihat bahwa dalam perdagangan internasional Indonesia tercatat sebagai produsen dan pengekspor komoditi teh yang patut diperhitungkan.

Menurut Siswoputranto (1976) dalam perdagangan teh dibedakan menjadi

Black Tea (teh hitam) dan Green Tea (teh hijau). Dua produk ini berbeda mutu, rasa, rupa, pasar dan cara pengolahannya. Teh hitam dihasilkan melalui proses ‘fermentasi’ sebelum pengeringan sedangkan teh hijau tidak. Jenis teh hitam adalah jenis yang paling banyak diproduksi di Indonesia sehingga banyak dari kita di Indonesia mungkin hanya mengenal jenis ini saja. Saat ini jenis teh hijau juga

1

(35)

telah banyak diketahui orang, namun di pasaran jenis teh ini tidaklah banyak. Di kalangan sementara pihak ada kepercayaan teh hijau khasiatnya lebih tinggi ketimbang teh hitam. Akan tetapi, mantan Ketua Asosiasi Teh Indonesia (ATI) Rachmat Badrudin maupun Ketua ATI Insyaf Kamil berpendapat sebenarnya khasiat teh hitam dan teh hijau relatif sama, hanya karena produksi teh hijau ini di dunia memang lebih sedikit, sekitar 20 sampai 30 persen, maka sering kali dianggap teh hijau lebih unggul ketimbang teh hitam2.

Di pasar global, pangsa pasar perdagangan teh dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok, yaitu (1) Kelompok Pasar-1 yang meliputi pasar teh Polandia, Hongaria, Amerika Serikat dan Kanada (2) Kelompok Pasar-2 terdiri dari pasar Eropa Barat, Australia, Jepang, negara-negara Eropa Timur secara umum, Turki, negara-negara Amerika Utara dan Amerika Selatan secara umum, (3) Kelompok Pasar-3 meliputi pasar teh negara Pakistan, Afghanistan, Mesir, Malaysia, dan Singapura, (4) Kelompok Pasar-4 meliputi pasar teh negara Iran dan negara-negara Timur Tengah secara umum, dan (5) Kelompok Pasar-5 yang meliputi pasar teh negara- negara Irak, Siria, dan Federasi Rusia.

Kebiasaan masyarakat kita minum teh jika diakumulasikan dalam setahun ternyata masih relatif rendah dibandingkan kebiasaan masyarakat Jepang, India, Inggris, atau Sri Lanka dalam mengonsumsi teh. Dalam setahun, orang Indonesia mengonsumsi teh sekitar 250-300 gram saja, atau dalam sehari teh yang kita minum rata-rata berasal kurang dari satu gram bubuk teh, sehingga dapat dimaklumi jika dikatakan bahwa apresiasi konsumen terhadap teh sebagai minuman masih rendah (inferior)2.

2

(36)

2.2. Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian tentang masalah teh hitam sebelumnya telah banyak dilakukan. Pada penelitian-penelitian terdahulu komoditas ini telah dikupas dalam berbagai aspek baik itu aspek teknis, manajemen, kelayakan, bahkan juga aspek ekspor komoditas teh hitam itu sendiri. Pada penulisan ini akan diungkap beberapa hasil penelitian terdahulu yang akan menunjang dan menjadi bahan masukan bagi penelitian ini. Selain itu juga penelitian ini juga bisa menjadi pembanding dan acuan bahwa penelitian yang akan dilakukan nantinya memiliki keunikan yang berbeda dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya baik itu dari sisi produk, tematik, maupun alat analisis yang digunakan yang nantinya.

Suryana dan Oktaviani (1994) telah me lakukan penelitian tentang komoditas teh ini. Penelitian yang dilakukannya adalah mengenai kajian usahatani, pemasaran, dan ekspor teh. Penelitian tersebut menggunakan data yang diambil dari tahun 1972 sampai dengan 1992, didalamnya diungkapkan bahwa faktor- faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap ekspor teh Indonesia adalah luas areal, harga teh di Jakarta, dan dummy kebijakan pemerintah berupa devaluasi.

(37)

peningkatan bahkan laju pertumbuhannya melebihi pertumbungan produksinya yaitu 6.5 persen per tahun.

Penelitian tentang komoditas teh juga dilakukan oleh Irawati (1996). Penelitian yang dilakukannya adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor teh hitam Indonesia. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa komoditas teh Indonesia mempunyai prospek yang cukup menjanjikan. Hal ini ditunjukan dengan perkembangan volume ekspor sampai dengan tahun tersebut yang memiliki kecendrungan yang meningkat. Selain itu Irawati juga menyebutkan bahwa faktor yang mempengaruhi ekspor teh Indonesia secara nyata waktu itu adalah harga ekspor, harga domestik, dan nilai tukar.

(38)

Penelitian yang menganalisis kelayakan komoditas teh hitam dalam memasuki bursa berjangka komoditi pernah dilakukan oleh Ardiansyah (2002) menceritakan bahwa jika dilihat dari kesiapan teh hitam dalam memasuki Bursa Perdagangan Berjangka Komoditi maka dapat diambil kesimpulan bahwa hanya dua varietas/ grade teh hitam saja yang dapat memasuki pasar tersebut yaitu BOP I (mutu khusus) dan PF II (mutu II). Hal ini didasari oleh standar yang jelas kedua varietas tersebut, serta Carrying Charges yang lebih rendah dari harga barjangkanya. Dari hasil perhitungannya diperoleh rasio mark-up untuk varietas BOP I dan PF II masing- masing adalah 14.37 % dan 13.77 %, ini lebih besar dari

Carrying Charges yang besarnya 10.74 %. Hal ini disebabkan singkatnya masa penyimpanan yang bisa silakukan komoditas tersebut.

Pada tahun 1998, 1999, 2000, dan 2001 komposisi varietas ini yang memasuki pasar di KPB berubah ubah yaitu dari 47.23 % dan 32.55 % menjadi 49.26 % dan 30.52 % kemudian 50.23 % dan 33.08 % dan tahun berikutnya menjadi 50.20 % dan 33.18 % dan terakhir 50.27 % dan 33.11%. Dari perbandingan harga selama lima tahun yang sama juga terlihat fluktuasi harga yang besar terjadi pada tahun 1998 dengan titik titik harga terendah terjadi rata-rata pada bulan mei sampai dengan juli. Dari kesimpulan tersebut diberikan saran untuk melakukan hedging (lindung nilai) di Bursa Perdagangan Berjangka Komoditi, namun sebelumnya di gunakan suatu sistem yang tepat untuk melakukan penyimpanan hasil panen. Hal ini diperlukan ketika perdagangan meunjukan harga pasar terendah yaitu sekitar bulan mei sampai juli.

(39)

pengembengan bisnis teh. Penelitiannya dilakukan pada perusahaan tebesar penyumbang produksi teh nasional yaitu PTPN VIII tapi ditempat yang berbeda, tentunya hal ini bisa dijadikan cerminan dari kegiatan produksi nasional yang terjadi. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kelemahan yang ada pada perusahaan yang juga mungkin terjadi pada skala nasional ini adalah peralatan atau teknologi yang digunakan tergolong tua dan ketinggalan jaman kemudian kurang gencar mengadakan promosi. Selain itu terdapat juga ancaman yang terjadi dari bermunculannya pesaing dari negara lain, kelangkaan pupuk dan juga sistem pemasaran yang dinilai masih lemah.

Dari hasil ini Iriana dan Nuraeni mengemukakan strategi yang bisa dilakukan dalam keadaan seperti ini, yaitu memperbaiki kualitas bahan baku dengan cara memperbaiki sistem pemeliharaan dan manajemen pemetikan, menghasilkan produk yang sesuai dengan selera pelanggan, kemudian meningkatkan pangsa pasar dengan cara penetrasi pasar yang didukung oleh sistem promosi yang baik. Penelitian Ardiansyah, Iriana dan Nuraeni ini jelas berbeda tematik atau fokus penelitiannya dengan penelitian yang akan dilakukan penulis. Namun akan menjadi penunjang bagi hasil yang ingin dicapai nanti.

(40)

meningkat sampai pada pertengahan tahun 2001 kemudian setelah itu turun kembali yang diduga dikarenakan menguatnya nilai tukar rupiah. Pada penelitian tersebut untuk menegetahui faktor –faktor yang mempengaruhi ekspor dinggunakan metode ECM (error correction model) hasil yang dicapai pada umumnya relatif sama dengan penelitian terdahulu namun sedikit terdapat perbedaan yaitu pada penelitian ini harga domestik dinyatakan tidak berpengaruh pada perkembangan volume ekspor teh hitam di PTPN VIII.

Perbedaan yang ada pada penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah pada alat analisis dan cakupannya. Penelitian tersebut hanya meneliti produk dari PTPN VIII sedangkan penulis meneliti cakupan yang lebih luas dengan menggunakan data nasional dan melakukan pendugaan menggunakan model persamaan simultan dengan metode kuadrat dua tahap (2SLS).

(41)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

Hubungan perdagangan antar negara terjadi karena adanya perbedaan potensi dan sumberdaya, biaya produksi, selera, dan lain- lain. Kekuatan penawaran dan permintaan terhadap suatu komoditi akan menentukan besarnya keuntungan yang bisa diperoleh sebuah negara. Perdagangan antara dua negara pada awalnya timbul karena adanya perbedaan didalam permintaan dan penawaran, juga karena adanya keinginan untuk memperluas pasar untuk meningkatkan devisa. Perbedaan ini terjadi karena adanya beberapa faktor misalnya perbedaan jumlah dan kualitas faktor produksi yang dimiliki, teknologi, dan selera masyarakat.

Secara teoritis, volume ekspor suatu komoditi tertentu dari suatu negara ke negara lain merupakan selisih antara penawaran domestik yang lebih tinggi dengan permintaan domestik yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Pada saat tersebut kelebihan penawaran domestik tersebut digunakan oleh negara lain yang mengalami excess demand (kelebihan permintaan). Selain hal tersebut di atas, ekspor juga dipengaruhi oleh harga komoditas tersebut dan juga komoditas substitusinya di pasar internasional dan juga faktor lain yang juga dapat mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung (Salvatore, 1997)

(42)

berpengaruh apakah permasalahan ini akan berpengaruh buruk ataukah justru sebaliknya akan menguntungkan bagi kegiatan ekspor. Hal itulah yang akan menjadi salah satu fokus penelitian ini selain dari menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi ekspor.

3.1. Ekspor

Penawaran ekspor suatu negara merupakan selisih antara produksi dikurangi dengan konsumsi atau permintaan domestik ditambah dengan stok tahun sebelumnya. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

QXt = QPt – QDt + St-1 ... (3.1)

Dimana : QXt = Jumlah ekspor komoditi pada tahun ke-t

QPt = Jumlah produksi tahun ke-t

QPt = Jumlah konsumsi/ permintaan domestik tahunke-t

St -1 = Stok tahun sebelumnya

Salah satu faktor yang mempengaruhi ekspor adalah stok tahun sebelumnya (St -1). Stok adalah sisa penawaran yang tidak terjual dan masuk

menjadi penawaran tahun ini, namun dikarenakan faktor tersebut nilainya relatif konstan sehingga peubah tersebut dapat dikeluarkan dari model. Maka rumusnya menjadi sebagai berikut:

QXt = QPt – QDt ... (3.2)

(43)

QPt = luas areal (LAt) x Produktivitas (¥)

Produktivitas sendiri dipengaruhi oleh upah tenaga kerja (W) dan tingkat suku bunga pinjaman (R). Secara matematis fungsi produksi bisa dirumuskan sebagai berikut:

QPt = f ( PDt , LAt , Wt, Rt)... (3.3) Harga komoditi berhubungan secara positif dengan produksi artinya semakin tinggi harga komodti tersebut di pasaran maka produsen akan meningkatkan produksinya. Demikian pula dengan variabel luas lahan, semakin luas areal lahan maka semakin tinggi produksinya. Untuk upah dan tingkat suku bunga hipotesisnya berhubungan secara negatif. Artinya kenaikan biaya produksi akibat kenaikan upah akan menurunkan produksi. Kenaikan tingkat suku bunga juga akan menurunkan produksi khususnya untuk industri yang memerlukan modal besar.

Produksi yang dihasilkan sebagian akan dikonsumsi didalam negeri baru sisanya digunakan untuk ekspor dan jika lebih maka akan menjadi stok. Banyaknya komoditi yang diminta atau dikonsumsi pada satu periode tertentu dipengaruhi oleh variabel penting, yaitu harga komoditi domestik (PD), rata-rata penghasilan rumah tangga (Y), harga komoditi yang berkaitan (HL), dan besarnya populasi. (Pop).

Secara matematis fungsi permintaan dapat dinyatakan sebagai berikut:

(44)

penerimaan rumah tangga, jika rumah tangga menerima rata-rata pendapatan yang lebih besar maka mereka akan membeli barang lebih banyak jika barang tersebut adalah barang normal. Namun jika barang tersebut adalah barang inferior maka yang terjadi adalah sebaliknya. Masih menurut Lipsey (1995), harga barang lainnya dalam fungsi permintaan terbagi menjadi dua yaitu harga barang substitusi dan harga barang komplementer. Untuk harga barang substitusi, jika harga barang substitusi naik maka permintaan komoditas substitusinya akan meningkat. Sedangkan untuk harga barang komplementer terjadi hal yang sebaliknya yaitu jika harganya naik maka permintaan akan turun. Terakhir adalah populasi atau jumlah penduduk, peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan kuantitas permintaan.

Disamping faktor dalam negeri, ekspor komoditi juga dipengaruhi faktor-faktor luar negeri sedikitnya terdapat dua faktor-faktor yang datang dari luar atau pasar internasional yang berpengaruh besar terhadap ekspor suatu komoditi yaitu nilai tukar (ER) dan harga ekspor (PX). Sehingga secara matematis fungsi ekspor bisa digambarkan sebagai berikut:

QXt = f ( PXt, ERt)... (3.5)

(45)

3.2. Kurs (Exchange Rate)

Krisis ekonomi yang terjadi dapat tercermin dari anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Selain itu kegiatan ekspor suatu komoditas taidak terlepas dari masalah nilai tukar yang terjadi. Untuk itu selanjutnya akan diulas mengenai nilai tukar (exchange rate) atau yang biasa disebut dengan kurs.

Para ekonom membedakan kurs menjadi dua: kurs nominal dan kurs riil. Menurut Mankiw (2003), kurs nominal adalah harga relatif dari mata uang dua negara sedangkan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang antar kedua negara. Kurs riil menyatakan dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang lain. Kurs riil kadang disebut juga term of trade.

Pada kenyataannya, dalam dunia perdagangan terdapat banyak negara dengan banyak jenis komoditi yang diperdagangkan. Oleh sebab itu, pengukuran nilai tukar perdagangan tidak semata- mata didasarkan pada perhitungan rasio harga antara dua komoditi saja melainkan harus dirinci berdasarkan suatu indeks yang jauh lebih rumit dan kompleks. Didalam indeks tersebut harus memuat harga-harga dari berbagai komoditi yang diekspor dan diimpor oleh negara-negara yang bersangkutan. (Salvatore, 1997).

(46)

impor. Jadi hubungan antara nilai tukar dengan ekspor netto adalah hubungan yang berkebalikan.

Dalam beberapa kasus penelitian tentang ekspor, seperti Nugroho (2004) pada kasus ekspor teh hitam dan Anggraeni (2004) pada kasus karet, faktor nilai tukar adalah salah satu variabel yang responsif terhadap nilai ekspor suatu komoditi dengan nilai koefisien yang negatif. Artinya kenaikan nilai tukar berpengaruh negatif terhadap nilai ekspor perdagangan komoditi-komoditi tersebut.

(47)
(48)

A B Dimana : Pd = Harga domestik

Pw = Harga dunia sebelum dollar naik

QW = Kuantitas di pasar dunia sebelum dollar naik

QW’ = Kuantitas di pasar dunia setelah dollar naik

Q1 = Kuantitas konsumsi dalam negeri

Q2 = Kuantitas ekpor

Dd = Pernintaan Domestik

Sd = Penawaran Domestik

Sw = Penawaran Dunia sebelum dollar naik

Sw’ = Penawaran Dunia Setelah dollar naik

Dw = Permintaan Dunia

Sumber: Halwani (2002)

Gambar 1. Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Terhadap Ekspor S

Dd

Sw Sw

Dw

Qw Qw’

Q1 Q2

Pd

(49)

3.3. Krisis Ekonomi

Sebelum kita mencari apakah krisis ekonomi yang telah menimpa berpengaruh baik atau buruk, maka kita harus melihat faktor-faktor apa saja yang menyebabkan krisis tersebut dapat melanda Indonesia. Menurut Ismail sebagaimana dikutip dalam Triono (2004), depresiasi rupiah terhadap dolar AS dipicu oleh berbagai faktor, baik faktor ekonomi maupun non ekonomi. Secara ekonomi, deprsiasi rupiah ditimbulkan oleh terus naiknya defisit neraca transaksi berjalan Indonesia dari 1.5 % tahun 1993 menjadi 3.9 % tahun 1997. Defisit transaksi berjalan mencerminkan ekspor lebih kecil daripada impor dan atau aliran pendapatan yang masuk lebih kecil daripada aliran pendapatan yang keluar. Dengan kata lain kebutuhan dolar sebagai alat pembayaran luar negeri lebih besar daripada yang diterima.

Selain itu, depresiasi rupiah terhadap dolar juga diakibatkan oleh besarnya hutang luar negeri sektor swasta yang ditaksir sudah mencapai 65 milyar dolar AS. Besarnya hutang sektor swasta tersebut menyebabkan kebutuhan terhadap dolar AS menjadi sangat tinggi dalam waktu yang hampir bersamaan ketika hutang-hutang tersebut jatuh tempo. Pada bulan Maret 1998, diperkirakan hutang sektor swasta yang jatuh tempo mencapai 9.1 milyar dolar AS. Tingginya permintaan dolar dalam waktu yang bersamaan inilah yang memicu naiknya nilai penawaran dolar AS terhadap rupiah.

(50)

(dolar AS) mengalami peningkatan, maka para spekulan tersebut dapat melakukan tindakan aksi borong dolar terlebih dahulu, sehingga tingkat penawaran mata uang tersebut mengalami penurunan. Turunnya tingkat penawaran mata uang tersebut ditambah dengan tingginya tingkat penawaran bersamaan dengan jatuh temponya pembayaran hutang yang hampir bersamaan jelas akan menyebabkan melambungnya nilai mata uang tersebut. Pada saat inilah para spekulan mulai melepas sedikit demi sedikit mata uang yang telah diborongnya demi meraup keuntungan yang besar dalam waktu yang relatif sangat singkat. Sebagai contoh George Soros yang dituding PM Malaysia Mahathir Muhammad sebagai biang kekisruhan ekonomi kawasan ASEAN, pernah meraup keuntungan sebesar 1.2 miyar dolar AS dalam waktu yang relatif singkat dari hasil kerja spekulasinya, yaitu setelah melakukan aksi memborong pundsterling pada tahun 1982.

Pada saat krisis ekonomi ini sektor ekspor yang diharapkan bisa menjadi penyelamat. Mengapa demikian ? momentum depresiasi rupiah akan menurunkan biaya produksi dengan catatan tidak ada ketergantungan besar pada komponen impor. Namun tidaklah adil bila saat ini hanya memikirkan kepentingan eksportir saja. Karena jika rupiah berlanjut menguat, maka secara keseluruhan rakyat banyak akan menikmatinya. Tekanan inflasi, beban utang bank, perusahaan, dan negara juga akan lebih ringan.

(51)
(52)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis dan Sumber Data

Sebagai bahan analisa dalam penelitian ini digunakan data-data sekunder berupa deret waktu (time series). Data time series digunakan dari data tahunan selama 25 tahun antara tahun 1979 sampai dengan 2003. Data-data tersebut diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perindustrian Dan Perdagangan, Asosiasi Teh Indonesia (ATI), dan Internasional Monetary Fund

(IMF). Penelitian-penelitian terdahulu juga digunakan sebagai sumber data sebagai pelengkap data yang diperlukan.

4.2. Spesifikasi Model

(53)

4.2.1. Produksi Teh Hitam Indonesia

Hipotesa Model dugaan faktor yang mempengaruhi produksi teh hitam Indonesia adalah sebagai berikut:

QPt = a0 + a1LAt-4 + a2 PDt + a3 Wt + a4 Rt + a5QPt -1+ uit ( 4.1 )

Dimana : QPt = Total produksi teh hitam Indonesia tahun ke-t (ton)

LAt-4 = Luas areal produksi teh 4 tahun sebelumnya (Ha)

PDt = Harga domestik (rill) teh hitam Indonesia (Rp/ Kg)

W t = Upah tenaga kerja rata-rata perkebunan (Rp/hari)

Rt = Tingkat suku bunga pinjaman per tahun (%)

QPt-1 = Produksi teh hitam Indonesia tahun sebelumnya (ton)

a0 =Intersep

ai =Koefisien regresi ( i = 1,2,3,4,5)

ui =Kesalahan pengganggu (error term)

t = Tahun ke-t

Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: a1, a2, > 0 a3, a4 < 0 0< a5 <1

Luas lahan yang digunakan adalah luas lahan 4 tahun sebelumnya, hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa tanaman teh baru bisa menghasilkan setelah 4 tahun. Pertimbangan ini juga sama dengan yang dilakuakn oleh Oktaviani dan Suryana (1994) pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

4.2.2. Permintaan Domestik Teh Hitam di Indonesia

(54)

QDt = b0 + b1 PDt + b2Yt + b3PKdt + b4 Popt + b5QDt -1+ u2t... .( 4.2 )

Dimana : QDt = Volume Permintaan domestik teh hitam Indonesia tahun

ke-t (ton)

PDt = Harga domestik (rill) teh hitam Indonesia (Rp/ Kg)

Yt = Produk domestik bruto (riil) (milyar rupiah)

PKd t = Harga domestik riil kopi (Rp/ Kg)

Pop t = Jumlah penduduk Indonesia (juta orang)

QDt-1 = Permintaan domestik teh hitam Indonesia tahun

sebelumnya (ton) b0 = Intersep

bi = Koefisien regresi ( i = 1,2,3,4,5)

u2 = Kesalahan pengganggu (error term)

t = Tahun ke-t

Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: b2, b3, b4, > 0 b1 < 0 0< b5 <1

(55)

4.2.3. Penawaran Ekspor Teh Hitam Indonesia

Hipotesa Model dugaan faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor teh hitam Indonesia adalah sebagai berikut :

QXt = c0 + c1 PXt + c2Dt +c3ERt + c4QXt -1+ u3t ... .( 4.3 )

Dimana : QXt = Volume penawaran ekspor teh hitam Indonesia tahun ke-t

(ton)

PXt = Harga ekspor teh hitam Indonesia (US$/ ton)

Dt = Dummy Krisis ekonomi

ERt = Nilai tukar (Rp/ US$)

QXt-1 = Volume penawaran ekspor teh hitam Indonesia tahun

sebelumnya (ton) c0 =Intersep

ci =Koefisien regresi ( i = 1,2,3,4)

u3 =Kesalahan pengganggu (error term)

t =Tahun ke-t

Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: c1, c3, > 0 c2 < 0 0< c4<1

(56)

4.2.4. Harga Domestik Teh Hitam Indonesia

Hipotesa model dugaan faktor yang mempengaruhi harga domestik teh hitam Indonesia dapat dirumuskan sebagai berikut:

PDt = d0 + d1 PWt + d2 Dt + d3 ERt + d4PD t -1+ u4t ... ( 4.4 ) Dimana : PDt = Harga domestik teh hitam Indonesia (Rp/ kg)

PXt = Harga ekspor teh hitam dunia (US$/ kg)

Dt = Dummy Krisis ekonomi

ERt = Nilai tukar (Rp/ US$)

PDt-1 = Harga ekspor teh hitam Indonesia tahun sebelumnya

(Rp/ kg) d0 = Intersep

di = Koefisien regresi ( i = 1,2,3,4)

u4 = Kesalahan pengganggu (error term)

t = Tahun ke-t

Nilai dugaan parameter yang diharapkan adalah: d1, d2, d3 > 0 0< d4<1

Penggunaan variabel lag pada model adalah untuk mencptakan suatu model yang bersifat dinamis dalam respon tehadap perubahan ekonomi.

4.2.5. Identitas

Identitas model adalah sebagai berikut:

QXt = QPt - QDt (4.5)

Dimana : QXt = Volume Ekspor teh hitam Indonesia tahun ke-t (ton)

QPt = Volume total produksi teh hitam Indonesia tahun ke-t

(57)

QDt = Volume permintaan domestik teh hitam Indonesia tahun

ke-t (ton)

4.3. Identifikasi Model

Berdasarkan pendugaan model persamaan yang telah dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah pengidentifikasian untuk menentukan metode estimasi. Identifikasi model dengan persamaan simultan berdasarkan order codition dapat dinyatakan dengan rumus ( Gujarati, 1991)

(K – M) = ( G – 1 )

Dimana : K = Total variabel dalam model

M = Jumlah variabel ya ng dimasukan dalam satu persamaan G = Total persamaan

Jika : (K – M) = ( G- 1) ; teridentifikasi secara tepat (Exactly Identified) (K – M) < ( G- 1) ; tidak teridentifikasi (under Identified)

(K – M) > ( G- 1) ; teridentifikasi berlebih (over Identified) Hasil identifikasi model dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Identifikasi Model

No. Persamaan K M G

Hasil Identifikasi 1 Produksi Teh Hitam Indonesia 18 6 4 Over Identified

2 Permintaan Domestik Teh Hitam Indonesia 18 6 4 Over Identified

3 Penawaran Ekspor Teh Hitam Indonesia 18 5 4 Over Identified

(58)

Identifikasi yang dilakukan telah memberikan hasil bahwa semua persamaan dalam model penelitian ini adalah over identified. Maka estimasi parameter persamaan struktural dalam penelitian ini dilakukan dengan metode Kuadrat Terkecil Dua Tahap ( 2SLS).

4.4. Pengujian

4.4.1 Uji Autokorelasi

Dalam penelitian yang menggunakan deret waktu sering terdapat masalah autokorelasi, oleh karena itu digunakan uji durbin watson. Jika dalam perhitungan diperoleh hasil mendekati nilai dua, maka dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing persamaan tidak terdapat masalah autokorelasi. Kemudian karena dalam model persamaan simultan yang digunakan mengandung va riabel lag endogen (Lagged endogenous variables), maka untuk menguji autokorelasi digunakan pula statistik Durbin h. Jika nilai koefisien Durbin h lebih kecil dibandingkan dengan t-tabel (n-k, α), maka dalam model tersebut dinyatakan tidak terdapat autokorelasi.

4.4.2. Elastisitas

Elastisitas merupakan ukuran kuantitatif untuk melihat kepekaan dejarat suatu fungsi terhadap perubahan variabel yang mempengaruhinya. Untuk persamaan linear misalnya Y = a + bX, nilai elastisitas jangka pendek dan jangka panjang dapat dirumuskan sebagai berikut:

Es = bi (x / y )

(59)

Dimana:

Es : Elastisitas jangka pendek

bi : koefisien regresi dari variabel penjelas xi

x : Rata-rata variabel penjelas ke- i

y : Rata-rata variabel endogen ke- i El : Elastisitas jangka panjang

a : Koefisien variabel lag endogen

4.4.3. Validasi Model

(60)

0

1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 TAHUN

TON (000)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Sebaran Data dalam Grafik

5.1.1. Produksi dan Produktivitas Teh Hitam Indonesia

Produksi teh hitam Indonesia dari tahun ke tahun selama kurun waktu 1979 sampai 2003 terus mengalami fluktuasi dengan kecendrungan meningkat. Pada saat terjadi gejolak politik dan ekonomi pada tahun 1997 produksi teh hitam Indonesia menurun. Hal tersebut terjadi dikarenakan pada masa ini terjadi situasi yang kurang kondusif bagi kegiatan produksi. Tingkat keamanan yang rawan juga situasi politik yang tidak menentu membuat produsen berhati- hati. Namun pada tahun 1998, ketika nilai tukar rupiah terhadap dollar jatuh, mencapai di atas Rp 10000 per dollar Amerika Serikat, produksi teh pun meningkat seperti terlihat pada Gambar 2. Angka-angka tersebut masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan lahan- lahan pertanian milik petani ya ng belum dimanfaatkan secara intensif.

Sumber : Departemen Pertanian 2003 (diolah)

(61)

Produksi teh Indonesia di atas masih kalah jauh dibandingkan dengan India. Pada tahun 1993 saja India sudah memproduksi 760826 ton dan dalam lima tahun terakhir angkanya selalu di atas 800 ribu ton. Pada tahun 2001, misalnya, tercatat 853701 ton, sedangkan di tahun 2002 tercatat 826165 ton. Produsen kedua terbesar teh adalah Cina yang pada tahun 1993 saja sudah memproduksi teh sebanyak sekitar 600 ribu ton dan dalam dua tahun terakhir (2001 dan 2002) produksinya sudah di atas 700 ribu ton. Kemudian disusul Sri Lanka yang memproduksi 233276 ton teh pada tahun 1993 dan pada tahun 2002 lalu sudah menjadi sekitar 310 ribu ton. Kenya di Afrika yang pada tahun 2001 lalu memproduksi 294631 ton dan tahun 2002 sebanyak 287044 ton, juga merupakan pesaing yang sulit dikalahkan Indonesia. Padahal, pada tahun 1970 produksi teh olahan negara itu sedikit di bawah Indonesia, yaitu 41077 ton produksi Kenya sedangkan Indonesia 44048 ton.

Tabel 3. Peringkat Negara Produsen Teh Tahun 2001-2002

Negara

(62)

Fluktuasi produksi dengan kecendrungan meningkat ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor antara lain fluktuasi permintaan teh hitam, produktivitas, peningkatan standar mutu sampai terjadinya krisis ekonomi. Nilai produktivias masih cenderung fluktuatif seperti terlihat pada Gambar 3. Berbagai upaya pengembangan perkebunan yang dilaksanakan selama ini belum sepenuhnya bisa memberikan peningkatan yang cukup berarti bagi produktivitas. Nilai produktivitas pada penelitian ini didapat dari pembagian antara total produksi teh hitam dibagi dengan luas lahan. Nugroho (2004) menyebutkan bahwa umumnya tanaman produksi teh telah berumur cukup tua bahkan masih ada yang merupakan peninggalan jaman Belanda sehingga produktivitasnya rendah, kemudian peremajaan yang berjalan kurang baik. Namun karena tiap tahun terjadi perluasan areal produksi maka produksi tiap tahunnya cendrung mengalami peningkatan.

0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00 1400.00

1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 TAHUN

Kg/Ha

Sumber : Departemen Pertanian 2003 (diolah)

(63)

0.000

1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Tahun

5.1.2. Tingkat Konsumsi Domestik Teh Hitam Indonesia

Bagi masyarakat Indonesia, sepertinya tidak ada hal yan istimewa dari minuman teh walupun teh sebenarnya tidak pernah bisa dilepaskan dari kehidupan sehari- hari. Minuman teh juga bisa ditemukan di mana- mana di negeri ini. Akan tetapi, kebiasaan kita minum teh itu jika diakumulasikan dalam setahun ternyata masih relatif rendah dibandingkan kebiasaan masyarakat Jepang, India, Inggris, atau Sri Lanka dalam mengonsumsi teh.

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi teh hitam Indonesia cendrung tidak stabil. Hipotesa awal menyebutkan bahwa kenaikan populasi akan menyebabkan kenaikan permintaan. Hal tersebut didukung dengan adanya pengaruh positif pada tingkat konsumsi domestik. Peningkatan tingkat konsumsi akan meningkatkan permintaan domestik teh hitam Indonesia. Pada waktu krisis ekonomi tingkat konsumsi teh masyarakat Indonesia cendrung meningkat. Tingkat konsumsi didapat dari hasil bagi antara permintaan domestik dengan populasi. Peningkatan konsumsi ini diduga terjadi karena membanjirnya produk di pasaran domestik dan menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat pada waktu tersebut.

Sumber : Asosiasi Teh Indonesia (diolah)

(64)

Anggapan lain mengatakan bahwa peningkatan kesejahteraan belum tentu berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat konsumsi domestik. Hal ini dimungkinkan terjadi karena di Indonesia baik penduduk berpendapatan tinggi maupun penduduk dengan pendapatan rendah sama-sama meminum teh walaupun dengan kwalitas yang berbeda tentunya ataupun ketika pendapatan meningkat maka konsumen Indonesia cendrung lebih memilih minuman yang lebih bergenengsi seperti susu misalnya. Kemungkinan ini terjadi karena tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang rendah terhadap komoditas teh. Teh hitam yang diperjual belikan di pasar domestik adalah teh dengan kwalitas yang rendah bahkan menurut penelitian terdahulu teh di pasar domestik adalah teh sisa dan teh yang ditolak pasar internasional karena tidak memenuhi standar yang ditetapkan pembeli (Nugroho, 2004).

5.1.3. Ekspor Teh Hitam Indonesia

Volume ekspor teh hitam Indonesia terlihat fluktuatif seperti terlihat pada Gambar 5. Dari keseluruhan produksi dunia yang mencapai 3021632 ton pada tahun 2002, produksi teh Indonesia terbilang relatif kecil, hanya sekitar lima persen. Akan tetapi, di sisi ekspor, teh Indonesia yang kemudian diekspor kuantitasnya besar yang beredar di berbagai negara. Ekspor teh Indonesia pada tahun 2001 menduduki peringkat kelima setelah Sri Lanka, Kenya, RRC, dan India.

(65)

oleh adanya konflik di wilayah timur tengah bahkan ekspor Indonesia ke Irak terhenti sama sekali. Pada waktu itu berbagai aset Irak di bank-bank Amerika dibekukan kemudian ditambah lagi dengan adanya embargo dekonomi dari PBB ke negara tersebut.

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000

1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 Tahun

Ton

Sumber : Asosiasi Teh Indonesia (diolah)

Gambar 5. Grafik Perkembangan Volume Ekspor Teh Htam Indonesia

(66)

Krisis ekonomi menjadi faktor penghambat dalam penawaran ekspor teh hitam Indonesia. Lonjakan biaya dan hilangnya kepercayaan masyarakat domestik dan internasional menjadi pemicunya. Kekacauan politik dan tingkat keamanan yang rawan telah mengganggu aktivitas ekonomi sehingga para pelaku pasar cenderung memilih untuk menunggu keadaan lebih stabil. Inflasi juga telah meningkatkan harga kebutuhan pokok sehingga tuntutan pemenuhan kesejahteraan menjadi pilihan para pekarja. Di lain pihak industri teh merupakan industi padat karya sehingga ketika hal tersebut terjadi maka biaya produksi meningkat jika tidak maka produksi akan lumpuh dan menurunkan penawaran ekspor. Namun setelah krisis mulai mereda, keadaan politik dan keamanan mulai stabil serta didukung nilai dollar Amerika yang masih cukup tinggi volume eksporpun kembali meningkat dengan cukup signifikan.

(67)

0

1979 1980 1981 1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Tahun

US$

Sumber : Asosiasi Teh Indonesia (diolah)

Gambar 6. Grafik Perkembangan Harga Ekspor The Hitam Indonesia (FOB)

Dari Gambar 6 kita bisa melihat bahwa harga teh hitam Indonesia cenderung mengalami penurunan. Penurunan tersebut dikarenakan adanya

oversupply akibat dari adanya akumulasi surplus teh di pasaran dunia. Harga rata-rata di Jakarta mengalami penurunan sebesar 19.12 persen selama kurun waktu 2000-2001. Pergerakan harga ekspor teh hitam Indonesia ditenggarai memang mengikuti harga pasar dunia dengan kecendrungan yang menurun. Namun pada masa krisis harga teh hitam Indonesia meningkat cukup tinggi sampai sekitar 1.69 US$/Kg. Hal tersebut diduga terjadi karena meningkatnya harga faktor produksi dan pengurangan pasokan ekspor karena adanya gejolak politik dan keamanan yang terjadi. Pengurangan penawaran akan menyebabkan meningkatnya harga ekspor teh hitam Indonesia karena diasumsikan permintaannya relatif tetap.

5.2. Pendugaan Fungsi Respon Produksi, Permintaan Domestik, Penawaran Ekspor, dan Fungsi Harga Domestik Teh Hitam Indonesia

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Harga Teh Dunia Tahun 2000-2001
Gambar 1.         Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Terhadap Ekspor
Tabel 2. Hasil Identifikasi Model
Gambar 2. Grafik Perkembangan Produksi Teh Hitam Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan larangan membakar lahan melibatkan dengan berbagai pihak baik itu dari pemerintah desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas- batas

22 Selain Acheh, Johor dan Portugis, terdapat satu lagi kuasa asing yang turut berminat untuk menguasai perdagangan di Selat Melaka?. Apakah

Maka dari itu, untuk memudahkan pengguna jasa ramalan akan di buat Aplikasi ramalan Bintang yang sifatnya interaktif yang dengan mudah pengguna dapat menyimpannya didalam

Selain itu agar penelitian ini lebih terarah, mengingat kegiatan Pendidikan Agama Islam tidak hanya berbicara tentang akhlak, aqidah, syar'i dan sebagainya, maka

Kemampuan menguasai materi harus kita miliki, meskipun dalam proses pembelajaran selalu ada yang lebih baik atau lebih berpengalaman maka kemampuan trainer untuk

Menurut Pressman (2010:180) spesifikasi kebutuhan perangkat lunak merupakan gabungan antara pemodelan dalam bentuk teks dan diagram untuk menjelaskan spesifikasi kebutuhan

Tindakan yang Dilakukan Pihak Kepolisian Terhadap Pengguna Angkutan Barang yang Digunakan untuk Mengangkut Orang di Wilayah Hukum Kepolisian Resort Sumenep ....

Senam Prolanis adalah upaya untuk meningkatkan pemeliharaan kesehatan dan meningkatkan aktivitas fisik melalui kegiatan olahraga atau senam yang dilaksanakan bagi lansia