• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Penelitian Terdahulu

June Gwee (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Innovation and the Creative Industries Cluster: A Case study of Singapore’s Creative Industries” menyatakan bahwa Untuk mengatasi kendala ekonomi yang relatif kecil di tengah-tengah tantangan globalisasi, Singapura memulai diversifikasi sebagai strategi dalam pertengahan tahun delapan puluhan untuk mengembangkan cluster dan menjamin kelangsungan hidup ekonomi. Makalah ini membahas pengembangan industri klaster kreatif kota negara yang mengalihkan fokus ekonomi dari manufaktur untuk inovasi. Menggunakan Singapura sebagai kasus belajar, makalah ini akan menjelaskan bagaimana industri kreatif mulai di kota, membahas bidang kebijakan penting untuk pengembangan sistem inovasi klaster ini, dan mengusulkan sebuah pendekatan untuk bagaimana klaster ini harus diusahakan untuk menciptakan inovasi bagi negara. Ini akan menyajikan tantangan yang khusus untuk Singapura dan menggambarkan keterbatasan dan potensi bangsa yang lebih kecil ini kebijakan inovasi dan sistem inovasi. Industri kreatif strategi kluster itu sendiri, meskipun strategi ekonomi, juga kebijakan inovasi nasional. Kreativitas melalui seni tidak bisa bercerai dari pengembangan yang lebih kecil dan bangsa yang lebih muda bahkan jika tujuan langsung yang muncul semata-mata untuk ekonomi. Gagasan seni dan budaya lokal harus diambil serius dari awal dan dipersiapkan sedini mungkin melalui pendidikan, sosial dan kebijakan budaya karena kreativitas, kompetensi berpikir kritis, dan budidaya kepekaan untuk estetika dominan di dalam seni, keterampilan dan pengetahuan. Ini menjadi perlu sebagai negara yang bergerak ke atas rantai nilai

untuk mencapai tingkat lebih canggih keunggulan yang kompetitif bagi perekonomian dan untuk kota secara keseluruhan.

Andrzej (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Barriers to the Development of Creative Industries in Culturally Diverse Region” membahas tentang menggambarkan kondisi umum untuk pengembangan industri kreatif di Provinsi Podlasie dari Polandia. Wilayah ini pada latar belakang negara ini ditandai dengan tingkat tertinggi keragaman budaya dan kebijakan multikulturalisme. Namun, ada sejumlah hambatan untuk industri kreatif. Artikel pertama membahas karakteristik wilayah dan kemudian pendekatan teoritis dasar dan kesimpulan dari penelitian penulis sendiri. Bagian berikut membahas kesimpulan dan rekomendasi untuk kebijakan regional dan pengelolaan badan sektor budaya yang mungkin relevan juga untuk daerah beragam budaya lainnya. Tujuan utama dari proyek ini adalah untuk menyediakan lengkap, memadai, dapat diandalkan dan pengetahuan praktis di bidang budaya partisipasi, kebutuhan dan persepsi oleh penduduk wilayah ini. Sebuah tujuan kedua adalah untuk menentukan citra kuantitatif dan kualitatif lembaga budaya dan penilaian manajemen kegiatan seni.

Nurjanah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengembangan Program Bisnis Industri Kreatif melalui Pendidikan Tinggi” menyatakan bahwa dibutuhkan sumber daya industri kreatif yang memiliki kompetensi di bidang seni, manajemen, sains dan teknologi, lalu perlu meningkatkan kompetensi pelaku industri kreatif dikarenakan pelaku industri kreatif saat ini masih belum memiliki kompetensi dalam menciptakan ide-ide

baru, teknologi-teknologi baru dan konten baru. Industri kreatif membutuhkan sumber daya manusia di sektor manajemen yang pekerjaannya mengandalkan daya pikir dan memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Sangat dibutuhkan lembaga pendidikan yang menghasilkan lulusan di bidang industri kreatif.

Atika dan Widiyanto (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Strategi pengembangan Industri Kecil Lanting di Kabupaten Kebumen” menyatakan bahwa usaha kecil dan menengah memiliki peran yang penting dan peranan strategis dalam perekonomian di Indonesia dan negara-negara lain. Indikasi yang menunjukkan peranan usaha kecil dan menengah itu dapat dilihat dari kontribusinya terhadap PDB, ekspor non-migas, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang cukup berarti (M. Irfan, dalam Anoraga, 2011:47). Berdasarkan hasil observasi didapatkan data rekapitulasi pengusaha mikro kecil dan menengah yang ada di Kabupaten Kebumen dengan total 42.784 buah. Keseluruhan jumlah usaha tersebut berasal dari banyaknya industri dan perdagangan yang terbagi dalam bebepa jenis usaha.

Hesti Pusparini (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ”Strategi Pengembangan Industri Kreatif Di Sumatera Barat (Studi Kasus Industri Kreatif Subsektor Kerajinan: Industri Bordir/Sulaman Dan Pertenunan), dengan teknik analisa SWOT menunjukkan Industri ini memiliki peluang yang besar dan dapat memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk memperoleh berbagai peluang tersebut. Sedangkan indeks posisi industri kreatif subsektor industri kerajinan sulaman benang emas di Sumatera Barat, pada analisis faktor internal sebesar

+0.65 dan indeks posisi pada analisis faktor eksternal sebesar +1.04 sehingga pada diagram SWOT posisi sulaman benang emas terletak di Kuadran I juga, sama halnya dengan bordir/sulaman.

Ahmad Putra Rasikul Islamy (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Industri Kreatif Sektor Periklanan Terhadap Perekonomian Indonesia” mengemukakan Periklanan merupakan salah satu sektor dalam Industri kreatif (kelompok industri yang terdiri dari berbagai jenis industri yang masing –masing memiliki kaitan dengan kreatifitas dan kekayaan intelektual). Periklanan sebagai kegiatan kreatif yang berkaitan jasa periklanan (komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu), yang meliputi proses kreasi, produksi dan distribusi dari iklan yang dihasilkan, misalnya: riset pasar, perencanaan komunikasi iklan, iklan luar ruang, produksi material iklan, promosi, kampanyerelasi publik, tampilan iklan di media cetak (surat kabar, majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan reklame sejenis, distribusi dan delive industry advertising materials atau samples, serta penyewaan kolom untuk iklan.

Aisyah Irwan Ainul (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan Industri Kreatif di Kota Batu (Studi tentang Industri Kreatif Sektor Kerajinan di Kota Batu) menyatakan bahwa adanya Inovasi dan dan kreativitas yang timbul pada masyarakat, membuat sektor industri kreatif mempunyai peran penting dalam pengembangan perekonomian suatu daerah. Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa pengembangan industri kreatif

sektor kerajinan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota. Kreativitas pelaku industri mampu meningkatkan hasil produk yang lebih berinovasi. Faktor pendukung dari pengembangan industri kreatif ini meliputi peran Dinas Koperindag, kualitas sumber daya manusia dan potensi kota. Pengembangan industri kreatif diharapkan dapat sesuai dengan RENSTRA dari dinas Koperindag serta mampu memberikan dan meningkatkan pelatihan serta penyuluhan yang bermanfaat bagi pelaku industri dalam mengembangkan usaha industrinya.

Dokumen terkait