• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Penelitian Terdahulu

Ratnawati dan Mahatmi (2006) melakukan penelitian dengan membandingkan efektifitas jalur kredit dan jalur nilai tukar dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia selama periode 1997:1-2004:12. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit terdiri variabel jumlah uang beredar, total deposit, total kredit, investasi, GDP dan tingkat harga. Untuk jalur nilai tukar terdiri dari jumlah uang beredar, suku bunga PUAB, nilai tukar, ekspor netto, GDP dan tingkat harga. Dengan menggunakan metode Structural Equation Model (SEM) menunjukkan bahwa jalur nilai tukar lebih efektif daripada jalur kredit dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia. Penelitian yang dilakukan ini menyarankan kepada bank Indonesia selaku otoritas moneter harus lebih memprioritaskan kestabilan nilai tukar dalam kebijakan moneternya.

Selain itu, Sofyan (2002) melakukan penelitan yang membandingkan peranan dari masing-masing jalur dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia periode 1990:1-2000:12. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan Vector Error Correction Method (VECM) yang terdiri dari tiga alat analisis yaitu kausalitas, impulse response dan variance decomposition. Data yang digunakan adalah total deposit, total kredit, GDP, CPI, kurs dan ekspor netto, suku bunga PUAB, suku bunga deposito dan suku bunga kredit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jalur nilai tukar lebih dominan dibanding jalur lainnya dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia terhadap sektor riil.

Penelitian yang dilakukan Sholihah (2007) yang menggunakan model penawaran kredit, permintaan kredit dan ekuitas bank memilki tujuan untuk membuat analisis pengaruh spread suku bunga dan ekuitas terhadap penawaran kredit bank, pengaruh suku bunga kredit dan PDB terhadap permintaan kredit bank, serta pengaruh PDB dan IHK terhadap ekuitas di Indonesia dalam proses transmisi kebijakan moneter selama periode 2000:1-2007:6. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas posisi kredit bank umum, posisi capital equity (modal), Produk Domestik Bruto, suku bunga kredit modal kerja, spread suku bunga (selisih suku bunga kredit dengan suku bunga SBI) dan Indeks Harga Konsumen (IHK). Keseluruhan data merupakan data bulanan. Model diestimasi dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS) dan Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model). Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan positif spread suku bunga dan ekuitas terhadap penawaran kredit baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Terdapat hubungan positif Produk Domestik Bruto dan suku bunga kredit modal kerja terhadap permintaan kredit dalam jangka panjang. Sedangkan dalam jangka pendek, Produk Domestik Bruto berpengaruh negatif terhadap permintaan kredit. Dalam persamaan ekuitas, terbukti bahwa Produk Domestik Bruto dan IHK memiliki pengaruh positif terhadap ekuitas dalam jangka panjang. Sedangkan dalam jangka pendek IHK berpengaruh negatif terhadap ekuitas.

Penelitian yang dilakukan Rahmadiani (2008) menganalisis efektifitas transmisi kebijakan moneter di Indonesia, khususnya transmisi melalui jalur kredit bank (bank lending channel). Dengan menggunakan variabel suku bunga kebijakan

(SBI), Produk Domestik Bruto (PDB) riil serta tingkat inflasi (INF), penelitian ini dilakukan dengan menganalisis perilaku 20 bank umum yang beroperasi di Indonesia terhadap kebijakan moneter selama periode tahun 2002:1-2007:4. Dengan menggunakan metode panel data dan menggunakan model fixed effect, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit perbankan (bank lending channel) terbukti efektif berjalan di Indonesia selama periode penelitian. Hal tersebut ditunjukkan dengan hasil estimasi tingkat suku bunga SBI yang mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap kredit yang disalurkan oleh bank. (2). Karakteristik bank berdasarkan asset serta kepemilikan bank juga terbukti mempengaruhi efektifitas transmisi kebijakan moneter di Indonesia. Dari hasil estimasi dapat disimpulkan bahwa bank dengan karakteristik asset kecil terbukti lebih cepat merespon perubahan suku bunga kebijakan, sehingga transmisi kebijakan moneter lebih efektif berjalan pada bank dengan asset kecil. Sedangkan berdasarkan kepemilikannya bank dengan karakteristik non BUMN lebih cepat dalam merespon perubahan suku bunga kebijakan dibandingkan dengan bank BUMN.

Penelitian yang dilakukan Restiyanto (2008) dengan membandingkan jalur jumlah uang beredar dengan jalur kredit dalam efektifitas mekanisme transmisi di Indonesia sebelum dan sesudah krisis moneter. Dengan menggunakan Parsial Adjusment Model (PAM), membandingkan Persamaan fungsi jumlah uang beredar (M1) dan fungsi kredit (L). Kemudian dari masing-masing persamaan kuadrat terkecil (OLS) tersebut diperoleh variance residual masing-masing. Apabila varians residual-

nya lebih kecil menunjukkan jalur ini lebih efektif dalam intermediasi, dalam hal ini meningkatkan pertumbuhan ekonomi (PDB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum krisis moneter Jumlah Uang Beredar (M1) lebih efektif dari kedit (L) dalam mekanisme transmisi moneter yang ditunjukkan dengan variance residual jumlah uang beredar (M1) lebih kecil dari kredit (L). Sesudah krisis moneter kebijakan moneter pasca krisis dianggap mampu mengembalikan kestabilan moneter. Kredit lebih efektif dari jumlah uang beredar (M1) dalam mekanisme transmisi moneter ditunjukkan dengan variance residual jumlah uang beredar (M1) lebih besar dari kredit sesudah krisis moneter.

Asrana (2005) melakukan penelitian yang berusaha untuk melihat pengaruh depresiasi nilai tukar terhadap penurunan aliran kredit, pengaruh kebijakan moneter ketat terhadap penurunan permintaan kredit dan atau peningkatan penawaran kredit serta pengaruh depresiasi nilai tukar pada efektivitas mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit perbankan dan jalur kredit luas. Dengan dekomposisi varians dan IRF pada metode Vector Autoregresion (VAR) ditemukan bahwa, pertama depresiasi nilai tukar menurunkan aliran kredit, kedua kebijakan moneter ketat direspon lebih cepat oleh penurunan permintaan kredit dibandingkan peningkatan penawaran kredit. ketiga, perubahan nilai tukar dan kurang responsifnya penawaran kredit terhadap kebijakan moneter, menyebabkan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit perbankan tidak efektif. Keempat dengan responsifnya permintaan kredit terhadap perubahan kebijakan moneter menyebabkan efektifnya jalur kredit luas.

Febiansyah (2008) melakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis transmisi kebijakan moneter di Indonesia menggunakan mekanisme jalur nilai tukar terhadap pertumbuhan ekonomi dan tingkat harga domestik. Metode analisis yang dilakukan menggunakan model structural vector autoregression (SVAR) dengan analisis impulse respons dan variance decompotision. Hasil penelitian yang dilakukakan menunjukkan bahwa kebijakan moneter melalui mekanisme transmisi jalur nilai tukar telah bekerja sesuai teori dengan pendekatan direct passtrough dan indirect passtrough. Pengaruh dari struktural shock SBI tiga bulanan dan suku bunga difrensial sebagai eksternal shock signifikan dan direspon oleh nilai tukar. Selanjutnya pengaruh dari struktural shock nilai tukar secara direct passtrough direspon dan memilki kontribusi cukup signifikan terhadap tingkat inflasi serta secara indirect passtrough terhadap output dan tingkat inflasi. Kontribusi nilai tukar dan mekanisme transmisi terhadap kebijakan moneter melalui jalur nilai tukar menunjukkan bahwa pendekatan indirect passtrough lebih dominan apabila dilihat dari akumulasi komposisi pengaruhnya terhadap stabilitas harga.

Penelitian yang dilakukan Sussanto (2006) mengenai penggunaan suku bunga sebagai sasaran operasional kebijakan moneter di Indonesia bertujuan untuk memberikan alternatif yang lebih baik dalam menjawab fenomena yang terjadi yaitu sulitnya pemilihan indikator sasaran antara yang tepat untuk mencapai sasaran akhir kebijakan moneter yang selama ini masih menggunakan paradigma jumlah uang beredar menjadi kurang relevan sebagai akibat berkembangnya industri keuangan bukan bank seperti pasar modal yang telah mendorong terjadinya proses

disintermediasi dan perubahan perilaku investasi masyarakat. Penelitian ini merupakan studi kasus di Indonesia dengan menggunakan data sekunder dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2000 yang diperoleh dari penerbitan Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Sistem persamaan Vector Auto Regresion (VAR) digunakan dalam penelitian ini, dengan mengestimasi tiga variabel utama yaitu suku bunga, investasi, dan produk domestik bruto riil. VAR menyediakan empat alat analisis, yaitu Forecasting, ekstrapolasi nilai saat ini dan masa depan seluruh variabel dengan memanfaatkan seluruh informasi masa lalu variabel; Impulse Response Functions (IRF), melacak respon saat ini dan masa depan setiap variabel akibat perubahan atau shock suatu variabel tertentu; Forecast Error Decomposition of Variance (FEDVs), prediksi kontribusi persentase varians setiap variabel terhadap perubahan suatu variabel tertentu; Granger Causality Test, mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tingkat suku bunga kredit adalah suku bunga yang paling efektif mempengaruhi tingkat produk domestik bruto riil dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter jalur tingkat suku bunga di Indonesia. Oleh karena itu tingkat suku bunga kredit dapat digunakan sebagai indikator utama untuk menentukan sasaran operasional dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter jalur tingkat suku bunga di Indonesia.

Dokumen terkait