ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN
MONETER DI INDONESIA
TESIS
Oleh
BOBBY RUSDA ZEGA
087018003/EP
SE
K O L A
H
P A
S C
A S A R JA NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN
MONETER DI INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
BOBBY RUSDA ZEGA
087018003/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA
Nama Mahasiswa : Bobby Rusda Zega Nomor Pokok : 087018003
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui, Komisi Pembimbing
(Dr. Jonni Manurung, M.S) Ketua
(Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si) Anggota
Ketua Program Studi
(Dr. Murni Daulay, SE., M.Si)
Direktur
(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
Telah diuji pada
Tanggal : 09 September 2009
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Jonni Manurung, M.S
Anggota : 1. Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si 2. Dr. Murni Daulay, M.Si
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
“ANALISIS MEKANISME TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIA”.
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, September 2009 Yang membuat pernyataan
ABSTRAK
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter dalam mempengaruhi perekonomian. Bagaimana kebijakan moneter itu mempengaruhi perekonomian dapat dilihat melalui suatu mekanisme yang disebut dengan mekanisme transmisi kebijakan moneter yang terdiri atas beberapa jalur transmisi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana mekanisme transmisi yang terjadi di Indonesia melalui jalur kredit jalur suku bunga dan jalur nilai tukar kurun waktu 2000:1-2008:4.
Variabel yang digunakan untuk jalur kredit terdiri atas jumlah uang beredar, deposit, kredit, investasi dan pendapatan domestik bruto. Jalur tingkat bunga terdiri dari jumlah uang beredar, inflasi, tingkat bunga, investasi dan pendapatan domestik bruto. Jalur nilai tukar terdiri dari jumlah uang beredar, tingkat bunga, nilai tukar, ekspor netto dan pendapatan domestik bruto. Sistem persamaan VAR digunakan dalam penelitian ini. Sebelumnya dilakukan uji stasioner terhadap data yang digunakan kemudian dilakukan uji kausalitas granger dan uji kointegrasi. Kemudian dilanjutkan dengan Impulse Response Function dan variance decomposition.
Semua analisis data manggunakan perangkat lunak Eviews. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode penelitian mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia selama periode penelitian terjadi melalui tiga jalur yaitu jalur kredit, jalur tingkat bunga dan jalur nilai tukar. Dalam jangka pendek kebijakan moneter ditransmisikan melalui jalur tingkat bunga dan jalur nilai tukar. Dalam jangka panjang kebijakan moneter ditansmisikan melalui jalur kredit dan jalur nilai tukar.
ABSTRACT
Monetary policy is policy that took by monetary authority in regards economics. How is that monetary policy regard economics can thru see a mechanism so-called with monetary policy transmission mechanism that consist of umpteen transmission line. This research intent to see how transmission mechanism that happens Indonesia via channel credit channel rate of interest and exchange rate channel time period 2000:1 - 2008:4.
Variable that utilized for credit channel consisting of money supply, deposit, credit, investment and gross domestic product. Interest rate channel consisting of money supply, inflation, interest rate, investment and gross domestic product. Exchange rate channel consisting of money supply, interest rate, exchange rate, net export and gross domestic product. VAR equation system is utilized in this research. Previously been done stasionerity test to data that is utilized then done by granger's causality test and cointegration test. Then drawned out by Impulse Response Function and variance decomposition.
All data was analizing utilize by Eviews's software. Result observationaling to point out that up to transmission mechanism research period monetary policy at Indonesian up to research period happens to pass through three channels which is credit channels, interest rate channel and exchange rate channel. In the short term monetary policy transmission mechanism pass through interest rate channel and exchange rate channel. In a long term monetary policy transmission mechanism pass through credit channel and exchange rate channel.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
hikmat dan hidayah kepada penulis, sehingga penulis dapat mengerjakan dan
menyelesaikan tesis yang berjudul “Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia” sebagai tugas akhir pada Program Studi Ekonomi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan sebanyak-banyaknya kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama
proses penyelesaian tesis ini. Secara khusus, penulis haturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Chairuddin P Lubis, DTM&H, Sp. A (K) selaku Rektor Universitas
Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan sehingga bisa
mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan Magister.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara, beserta seluruh staf pengajar dan pegawai, khususnya
pada Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, yang telah memberikan pengajaran dan bimbingan selama proses
perkuliahan hingga penulis mampu menyelesaikan studi ini.
3. Bapak Dr. Jonni Manurung, MS selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing selama penyelesaian tesis ini serta dengan arif dan bijaksana dapat
mengarahkan kami sehingga mampu menyelesaikan pendidikan pada Program
Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberi masukan dan bantuan kepada penulis dan penyelesain tesis ini.
5. Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si selaku Dosen Pembanding yang telah membantu,
memberikan kritik dan saran serta mengarahkan dan memberikan pelajaran yang
sangat berharga kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini
6. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec dan Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D
selaku Dosen Pembanding yang telah membantu penulis, memberikan motivasi
dan dukungan moril sehingga penulis dapat semangat menyelesaikan tesis ini
dengan baik.
7. Kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Mhd. Natsir Zega dan Ibunda Nurhamidah
Zalukhu yang telah memberikan kasih sayangnya serta dukungan moril dan
meteril sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik serta buat
saudara-saudaraku Hilda dan Jefri atas dukungan yang telah mereka berikan
kepada penulis.
8. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara angkatan 14 dan 15 yang telah
sama-sama berjuang dengan penulis, dalam menyelesaikan studi dan telah memberikan
banyak bantuan dan dukungan yang luar biasa.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar nantinya dapat
menjadi lebih baik dan sempurna. Akhirnya penulis memohon agar Allah SWT
memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dan semua pihak
yang telah memberikan bantuannya selama ini.
Medan, September 2009 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Nama : Bobby Rusda Zega
Tempat dan Tanggal Lahir : Gunungsitoli, 08 April 1985
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Nama Orang Tua
Ayah : Mhd. Natsir Zega
Ibu : Nurhamidah Zalukhu
Alamat Rumah : Jl. Sakti Lubis Gg. Usaha No. 46 Medan
Pendidikan
1. Tahun 1991-1997 : SD Negeri 070974 Gunungsitoli
2. Tahun 1997-2000 : SMP Negeri 1 Teluk Dalam
3. Tahun 2000-2003 : SMU Negeri 1 Gunungsitoli
4. Tahun 2003-2007 : Universitas Sumatera Utara
Jurusan Ekonomi Pembangunan
5. Tahun 2008-2009 : Program Studi Ekonomi Pembangunan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah... 6
1.3 Tujuan Penelitian... 8
1.4 Manfaaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Kebijakan Moneter ... 10
2.1.1 Pengertian Kebijakan Moneter... 10
2.1.2 Instrumen Kebijakan Moneter ... 11
2.2 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter... 14
2.3 Tahapan Transmisi Moneter ... 17
2.4 Jalur Transmisi Kebijakan Moneter ... 20
2.4.1 Jalur Langsung ... 21
2.4.2 Jalur Suku Bunga ... 23
2.4.3 Jalur Kredit... 25
2.4.4 Jalur Harga Aset... 28
2.4.6 Jalur Ekspektasi... 34
2.5 Penelitian Terdahulu... 36
2.6 Kerangka Pemikiran ... 42
2.7 Hipotesis Penelitian ... 44
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 45
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 45
3.3 Uji Asumsi ... 45
3.3.1 Uji Stasionaritas Data... 45
3.3.2 Uji Kointegrasi... 48
3.3.3 Uji Kausalitas... 51
3.4 Model Analisis... 53
3.4.1 Vector Autoregression (VAR) ... 53
3.4.2 Impulse Response Function (IRF)... 55
3.4.3 Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) ... 55
3.5 Definisi Operasional ... 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58
4.1 Perkembangan Beberapa Indikator Ekonomi ... 58
4.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia ... 58
4.1.2 Perkembangan Stok Uang (Base Money)... 62
4.1.3 Perkembangan Deposit dan Keredit Perbankan... 63
4.1.4 Perkembangan Nilai Tukar ... 64
4.2 Hasil Uji Akar-Akar Unit ... 65
4.3 Mekanisme Transmisi Jalur Kredit (Credit Channel) ... 66
4.3.1 Uji Kausalitas Granger... 66
4.3.2 Uji Kointegrasi ... 67
4.3.3 Hasil Estimasi Model Vector Autoregression... 68
4.3.4 Analisis Impulse Respons Function (IRF) ... 72
4.4 Mekanisme Transmisi Jalur Tingkat Bunga
(Interest Rate Channel) ... 77
4.4.1 Uji Kausalitas Granger... 77
4.4.2 Uji Kointegrasi ... 78
4.4.3 Hasil Estimasi Model Vector Autoregression... 78
4.4.4 Analisis Impulse Respons Function (IRF) ... 82
4.4.5 Analisis Variance Decompositon... 84
4.5 Mekanisme Transmisi Jalur Nilai Tukar (Exchange Rate Channel)... 87
4.5.1 Uji Kausalitas Granger... 87
4.5.2 Uji Kointegrasi ... 88
4.5.3 Hasil Estimasi Model Vector Autoregression... 89
4.5.4 Analisis Impulse Respons Function (IRF) ... 92
4.5.5 Analisis Variance Decomposition... 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98
5.1 Kesimpulan ... 98
5.2 Saran ... 100
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2000 Periode 2000:1 – 2008:4... 61
4.2 Perkembangan Stock Uang (Base Money) Periode 2000:1 – 2008:4 .. 62
4.3 Uji Akar-Akar Unit pada Tingkat Level ... 65
4.4 Uji Kausalitas Granger... 66
4.5 Uji Kointegrasi ... 68
4.6 Nilai Modulus Seluruh Akar Unit ... 69
4.7 Hasil Estimasi VAR Credit Channel... 71
4.8 Variance Decomposition dari Model VAR Credit Channel... 74
4.9 Uji Kausalitas Granger... 77
4.10 Uji Kointegrasi ... 78
4.11 Nilai Modulus Seluruh Akar Unit ... 79
4.12 Hasil Estimasi VAR Interst Rate Channel... 81
4.13 Variance Decomposition Model VAR Interst Rate Channel... 84
4.14 Uji Kausalitas Granger... 87
4.15 Uji Kointegrasi ... 88
4.16 Nilai Modulus Seluruh Akar Unit ... 89
4.17 Hasil Estimasi Model VAR Exchange Rate Channel... 91
4.18 Variance Decomposition Model VAR Exchange Rate Channel... 95
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran... 43
4.1 Perkembangan Uang Primer (Base Money) ... 63
4.2 Perkembangan Deposit dan Kredit Perbankan... 63
4.3 Perkembangan Nilai Tukar (Rp/US $)... 64
4.4 Nilai Modulus Seluruh Akar-akar Unit... 70
4.5 Hasil Penaksisran IRF dari Model Credit Channel... 73
4.6 Nilai Modulus Seluruh Akar-akar Unit... 80
4.7 Hasil Penaksiran IRF Model VAR Interst Rate Channel... 83
4.8 Nilai Mudulus Akar-akar Unit ... 90
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Data Penelitian ……….. 105
2. Variance Decomposition untuk Jalur Kredit ……… 106
3. Variance Decomposition untuk Jalur Tingkat Bunga ……….. 107
ABSTRAK
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang diambil oleh otoritas moneter dalam mempengaruhi perekonomian. Bagaimana kebijakan moneter itu mempengaruhi perekonomian dapat dilihat melalui suatu mekanisme yang disebut dengan mekanisme transmisi kebijakan moneter yang terdiri atas beberapa jalur transmisi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana mekanisme transmisi yang terjadi di Indonesia melalui jalur kredit jalur suku bunga dan jalur nilai tukar kurun waktu 2000:1-2008:4.
Variabel yang digunakan untuk jalur kredit terdiri atas jumlah uang beredar, deposit, kredit, investasi dan pendapatan domestik bruto. Jalur tingkat bunga terdiri dari jumlah uang beredar, inflasi, tingkat bunga, investasi dan pendapatan domestik bruto. Jalur nilai tukar terdiri dari jumlah uang beredar, tingkat bunga, nilai tukar, ekspor netto dan pendapatan domestik bruto. Sistem persamaan VAR digunakan dalam penelitian ini. Sebelumnya dilakukan uji stasioner terhadap data yang digunakan kemudian dilakukan uji kausalitas granger dan uji kointegrasi. Kemudian dilanjutkan dengan Impulse Response Function dan variance decomposition.
Semua analisis data manggunakan perangkat lunak Eviews. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode penelitian mekanisme transmisi kebijakan moneter di Indonesia selama periode penelitian terjadi melalui tiga jalur yaitu jalur kredit, jalur tingkat bunga dan jalur nilai tukar. Dalam jangka pendek kebijakan moneter ditransmisikan melalui jalur tingkat bunga dan jalur nilai tukar. Dalam jangka panjang kebijakan moneter ditansmisikan melalui jalur kredit dan jalur nilai tukar.
ABSTRACT
Monetary policy is policy that took by monetary authority in regards economics. How is that monetary policy regard economics can thru see a mechanism so-called with monetary policy transmission mechanism that consist of umpteen transmission line. This research intent to see how transmission mechanism that happens Indonesia via channel credit channel rate of interest and exchange rate channel time period 2000:1 - 2008:4.
Variable that utilized for credit channel consisting of money supply, deposit, credit, investment and gross domestic product. Interest rate channel consisting of money supply, inflation, interest rate, investment and gross domestic product. Exchange rate channel consisting of money supply, interest rate, exchange rate, net export and gross domestic product. VAR equation system is utilized in this research. Previously been done stasionerity test to data that is utilized then done by granger's causality test and cointegration test. Then drawned out by Impulse Response Function and variance decomposition.
All data was analizing utilize by Eviews's software. Result observationaling to point out that up to transmission mechanism research period monetary policy at Indonesian up to research period happens to pass through three channels which is credit channels, interest rate channel and exchange rate channel. In the short term monetary policy transmission mechanism pass through interest rate channel and exchange rate channel. In a long term monetary policy transmission mechanism pass through credit channel and exchange rate channel.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia
menuntut berbagai prasyarat untuk mencapai keberhasilannya. Salah satunya adalah
keterlibatan sektor moneter, yang merupakan salah satu unsur penting dalam proses
pembangunan tersebut. Kebijakan moneter sering dipandang mempunyai kekuatan
yang lebih dari apa yang secara efektif dapat dicapai dengan kebijakan tersebut.
Di satu sisi hal ini dapat dipahami mengingat sektor moneter memang mempunyai
fungsi yang mampu memberi pelayanan pada bekerjanya sektor riil baik kegiatan
investasi, produksi, distribusi maupun konsumsi. Sektor moneter dan juga kebijakan
moneter, merupakan salah satu bagian dari keseluruhan kebijakan pembangunan
nasional yang secara bersama-sama dalam suatu sinergi diarahkan untuk mencapai
berbagai sasaran pembangunan. Oleh karena itu, pembahasan maupun perumusan
kebijakan moneter harus senantiasa ditempatkan pada konteksnya sebagai bagian dari
kebijakan ekonomi nasional.
Kebijakan moneter bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi terdapat
interdependensi terhadap berbagai variabel dalam perekonomian. Di satu sisi,
kebijakan moneter banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor dalam perekonomian,
dan keuangan yang pada gilirannya akan membawa pengaruh terhadap kondisi sektor
riil atau sektor nyata.
Di dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (BI)
sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2004 pada
Pasal 7 menyatakan bahwa Indonesia telah menganut kebijakan moneter dengan
tujuan tunggal yakni mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Stabilitas nilai
rupiah terhadap barang dan jasa dapat tercermin pada perkembangan laju inflasi dan
stabilitas nilai rupiah terhadap mata uang negara lain tercermin pada perkembangan
nilai tukar rupiah. Kebijakan moneter dengan tujuan stabilisasi nilai rupiah mulai
diterapkan sejak tahun 2000. Tujuan tunggal kebijakan moneter Bank Indonesia
tersebut terangkum dalam kerangka strategis penargetan inflasi (inflation targeting
framework). Penargetan inflasi adalah sebuah kerangka kerja untuk kebijakan
moneter yang ditandai dengan pengumuman kepada masyarakat tentang angka target
inflasi dalam satu periode tertentu (Warjiyo dkk, 2003). Penargetan inflasi secara
eksplisit menyatakan bahwa tujuan akhir kebijakan moneter adalah mencapai dan
menjaga tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Berkaitan dengan tujuan penargetan
inflasi, yaitu untuk mencapai laju inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka
panjang, maka pemerintah dan Bank Indonesia menetapkan bahwa sasaran inflasi
jangka menengah dan panjang yang ingin dicapai adalah sebesar 3%. Untuk
mencapai keinginan tersebut, Pemerintah dan Bank Indonesia menetapkan sasaran
Sejak tanggal 14 Agustus 1997 pemerintah menetapkan sistem nilai tukar
yang dianut adalah sistem nilai tukar mengambang bebas. Dalam sistem nilai tukar
mengambang bebas, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan
permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Sistem nilai tukar mengambang
bebas memungkinkan terjadinya nilai tukar yang sangat fluktuatif sehingga dapat
menambah ketidakpastian bagi dunia usaha. Yang dapat dilakukan oleh Bank
Indonesia adalah menjaga agar fluktuasinya tidak tinggi. Pengukuran yang tepat
mengenai dampak kebijakan moneter terhadap ekonomi sangatlah penting, baik untuk
membuat kebijakan yang tepat maupun untuk memilih di antara alternatif terbaik
yang sesuai dengan teori makroekonomi. Hal ini dilakukan karena masih terdapat
ketidakpastian yang besar mengenai dampak kebijakan moneter pada aktivitas
ekonomi.
Perubahan perilaku otoritas moneter, perbankan dan sektor keuangan serta
pelaku ekonomi akan berpengaruh pada interaksi yang dilakukannya dalam berbagai
aktivitas perekonomian dan akan membawa perubahan pada mekanisme transmisi
kebijakan moneter. Dalam banyak hal, karena merupakan perubahan perilaku dan
ekspektasi, mekanisme transmisi kebijakan moneter dimaksud diliputi ketidakpastian
dan relatif sulit diprediksi (Blinder, 1998). Setiap perubahan kebijakan otoritas
moneter akan senantiasa diikuti oleh perubahan perilaku dunia keuangan dan
perbankan serta para pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitasnya. Sebagai contoh
misalnya setiap pernyataan Ketua Dewan Gubernur terutama Federal Reserve Bank
berbagai kawasan dunia. Demikian pula perubahan perilaku dunia perbankan dalam
operasi perbankan dengan adanya inovasi baru, seperti keengganan bank dalam
menyalurkan kredit dan maraknya produk derivatif dalam transaksi valuta asing, juga
berpengaruh pada mekanisme transmisi kebijakan moneter sehingga otoritas moneter
perlu mempertimbangkan perubahan ini dalam merumuskan dan melaksanakan
kebijakan moneter.
Terdapat beberapa penelitian mengenai pengaruh kebijakan moneter terhadap
perekonomian salah satunya diantaranya melalui suku bunga terhadap beberapa
variabel makroekonomi pada satu atau beberapa negara. Cheng (2006) menganalisis
dampak kejutan kebijakan moneter di negara Kenya. Cheng (2006) menyatakan
bahwa peningkatan suku bunga jangka pendek cenderung diikuti oleh penurunan
tingkat harga dan apresiasi nilai tukar nominal, namun tidak memiliki dampak yang
signifikan terhadap output. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dabla-Norris dan
Floerkemeier (2006) menganalisis dampak kebijakan moneter di negara Armenia.
Dabla-Norris dan Floerkemeier (2006) menunjukkan bahwa kemampuan kebijakan
moneter dalam mempengaruhi aktivitas ekonomi dan inflasi masih terbatas. Jalur
suku bunga tetap lemah dalam mempengaruhi output.
Untuk kasus Indonesia sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat
pengaruh dan dampak kebijakan moneter yang diambil oleh otoritas moneter dalam
mempengaruhi perekonomian. Di antaranya penelitian yang dilakukan Julaihah dan
Insukindro (2004) menyatakan bahwa suku bunga SBI mampu mempengaruhi
output, dan nilai tukar. Bahkan, kejutan suku bunga sertifikat Bank Indonesia (SBI)
mampu memberi kontribusi dalam menjelaskan variabilitas pertumbuhan ekonomi
meskipun dalam jangka panjang. Selanjutnya, Solikin (2005) menyatakan bahwa
suku bunga SBI berpengaruh secara signifikan dan persisten hanya pada inflasi.
Namun, pengaruhnya terhadap pertumbuhan output dan kesempatan kerja relatif
kecil. Selain itu, Nuryati, Siregar dan Ratnawati (2006) menyatakan bahwa suku
bunga SBI hanya berpengaruh sangat kecil terhadap tingkat harga dan nilai tukar.
Walaupun terdapat beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh
kebijakan moneter terhadap variabel ekonomi, penelitian ini penting untuk dilakukan.
Pengukuran yang tepat mengenai dampak perubahan kebijakan moneter terhadap
ekonomi sangatlah penting, baik untuk membuat kebijakan yang tepat maupun untuk
memilih diantara alternatif teori makroekonomi (Bernanke dan Mihov, 1998).
Sementara itu, masih terdapat ketidakpastian yang besar mengenai dampak kebijakan
moneter pada aktivitas ekonomi dan harga (Fung, 2002). Sehingga perlu dilakukan
suatu studi untuk melihat bagaimana suatu kebijakan yang diambil otoritas moneter
mempengaruhi perekonomian suatu negara. Bagaimana kebijakan moneter
mempengaruhi perekonomian terutama sektor riil dapat dilihat melalui mekanisme
transmisi kebijakan moneter.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter dapat berpengaruh terhadap aktifitas
ekonomi dan bisnis melalui jalur tingkat bunga (interest rate channel), jalur harga
aktiva (asset price channel) dan jalur kredit (credit channel) (Manurung dan
memilih jalur transmisi yang paling efektif dalam meningkatkan aktifitas ekonomi
dan bisnis. Dalam perekonomian yang semakin terbuka sejalan dengan arus
globalisasi, perkembangan perekonomian suatu negara akan dipengaruhi oleh pola
perkembangan perekonomian negara lain. Pengaruh ini terjadi melalui perubahan
nilai tukar mata uang, kegiatan ekspor dan impor serta arus dana masuk dan keluar
dari negara yang bersangkutuan. Dengan kondisi seperti ini peranan jalur transmisi
kebijakan moneter seperti suku bunga, kredit dan harga aset menjadi semakin
penting.
1.2. Perumusan Masalah
Tugas pokok Bank Indonesia sebagai otoritas moneter saat ini menjadi lebih
fokus karena memiliki sasaran tunggal. Namun, dalam pelaksanaannya tugas tersebut
cukup berat mengingat kestabilan nilai rupiah tidak sepenuhnya dapat dikendalikan
oleh Bank Indonesia. Bank Indonesia hanya memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi tekanan inflasi dari sisi permintaan, sedang tekanan inflasi yang
berasal dari sisi penawaran sepenuhnya berada di luar pengendalian Bank Indonesia.
Demikian pula dengan ditetapkannya sistem nilai tukar mengambang bebas maka
nilai tukar rupiah akan sepenuhnya ditetapkan oleh kekuatan pasar. Tujuan tunggal
kebijakan moneter Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai rupiah terangkum
dalam kerangka kerja penargetan inflasi.
Berdasarkan paparan pada latar belakang, maka terlihat pentingnya
perekonomian mengingat tujuan kebijakan moneter adalah untuk menggerakkan
perekonomian yang mana pengaruhnya dapat dilihat melalui mekanisme transmisi
kebijakan moneter, sehingga permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat saling pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu
jumlah uang beredar, deposit sistem perbankan, kredit sistem perbankan,
investasi dan pendapatan nasional dalam mentransmisikan kebijakan moneter
di Indonesia melalui jalur kredit?
2. Apakah terdapat saling pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu
jumlah uang beredar, tingkat bunga, nilai tukar, net ekspor dan pendapatan
nasional dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia jalur nilai
tukar?
3. Apakah terdapat saling pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu
jumlah uang beredar, inflasi, tingkat bunga, investasi dan pendapatan nasional
dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia melalui jalur tingkat
bunga?
4. Apakah masing-masing variabel memiliki kontribusi terhadap perubahan
variabel lainnya di dalam penelitian yaitu jumlah uang beredar, tingkat bunga,
deposit sistem perbankan, inflasi, nilai tukar, kredit sistem perbankan, net
ekspor, investasi dan pendapatan nasional dari masing-masing jalur dalam
5. Bagaimana mekanisme transmisi kebijakan moneter yang terjadi di Indonesia
selama periode penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu
jumlah uang beredar, deposit sistem perbankan, kredit sistem perbankan,
investasi dan pendapatan nasional dalam mentransmisikan kebijakan moneter
di Indonesia melalui jalur kredit.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu
jumlah uang beredar, tingkat bunga, nilai tukar, net ekspor dan pendapatan
nasional dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia jalur nilai
tukar.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh antara variabel dalam penelitian yaitu
jumlah uang beredar, inflasi, tingkat bunga, investasi dan pendapatan nasional
dalam mentransmisikan kebijakan moneter di Indonesia melalui jalur tingkat
bunga.
4. Untuk mangetahui besar kontribusi dari masing-masing variabel terhadap
variabel lainnya di dalam penelitian yaitu jumlah uang beredar, tingkat bunga,
deposit sistem perbankan, inflasi, nilai tukar, kredit sistem perbankan, net
ekspor, investasi dan pendapatan nasional dari masing-masing jalur dalam
5. Untuk mengetahui bagaimana kebijakan moneter yang diambil ditransmisikan
di Indonesia selama periode penelitian.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan gambaran bagaimana kebijakan moneter yang diambil oleh
otoritas yang berwenang mempengaruhi perekonomian melalui mekanisme
transmisi kebijakan moneter.
2. Hasil penelitian diharapkan memberikan masukan bagi pengambil keputusan
baik pemerintah, investor dan pelaku usaha agar dapat mengetahui pengaruh
dari kebijakan moneter yang diambil.
3. Menambah wawasan, baik bagi penulis sendiri, maupun pemerhati moneter
lainnya terutama di dalam menganalisa pengaruh kebijakan moneter terhadap
variabel-variabel makroekonomi serta berguna sebagai referensi dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kebijakan Moneter
2.1.1. Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter
(biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang
pada gilirannya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Tujuan kebijakan
moneter terutama untuk stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan
kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang.
Apabila kestabilan dalam kegiatan ekonomi terganggu, maka kebijakan moneter
dapat dipakai untuk memulihkan kondisi yang terganggu (tindakan stabilisasi).
Kebijakan moneter adalah bagian dari kebijakan ekonomi makro yang meliputi pula
kebijakan-kebijakan lainnya dalam mempengaruhi kegiatan perekonomian. Selain
kebijakan moneter, pemerintah secara simultan melaksanakan kebijakan fiskal
(anggaran), kebijakan perdagangan luar negeri (trade policy) dan kebijakan mengenai
perizinan dan peraturan (licencing and regulation). Selain itu pemerintah juga
melaksanakan kebijakan khusus tentang investasi, pasar modal serta kebijakan sektor
2.1.2 Instrumen Kebijakan Moneter
Di dalam pelaksanaan kebijakan moneter, bank sentral biasanya menggunakan
berbagai piranti sebagai instrumen dalam mencapai sasaran. Adapun instrumen yang
digunakan adalah:
a. Reserve Requirement (RR)
Reserve requirement atau biasa disingkat RR adalah ketentuan bank sentral
yang mewajibkan bank-bank untuk memelihara sejumlah alat likuid (reserve)
sebesar persentase tertentu dari kewajiban lancarnya. Semakin kecil persentase
tersebut, semakin besar kemampuan bank memanfaatkan reserve-nya untuk
memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih besar kepada masyarakat.
Sebaliknya semakin besar persentase, semakin berkurang kemampuan bank
untuk memberikan pinjaman. Oleh kerena itu, pinjaman perbankan merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar. Di sinilah posisi
RR yang dapat menjadi alat untuk menambah dan mengurangi jumlah uang
beredar.
Disamping itu penetapan besar kecilnya RR akan berdampak terhadap suku
bunga. Makin tinggi RR akan mengakibatkan suku bunga pinjaman meningkat
serta cost of loanble fund menjadi tinggi. Sebaliknya semakin rendah RR
semakin rendah pula suku bunga pinjaman (lending rate). Apabila bank sentral
memandang perlu untuk mengetatkan kebijakan moneter cadangan wajib
Bank Sentral juga dapat bertindak sebagai lending of the last lesort. Dalam
melaksanakan fungsi ini, bank sentral dapat memberikan kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada bank yang mengalami
kesulitan likuditas jangka pendek yang disebabkan oleh terjadinya mishmatch
dalam pengelolaan dana. Pinjaman tersebut pada umumnya berjangka waktu
maksimal 90 hari dan bank penerima pinjaman wajib menyediakan agunan
yang barkualitas tinggi dengan nilai sekurang-kurangnya sama dengan jumlah
pinjaman. Untuk saat ini ketentuan mengenai RR juga dikenal dengan
cadangan wajib atau Giro wajib Minimum (GWM) adalah sebasar 5% dari
dana pihak ketiga yang diterima bank yang wajib dipelihara dalam rekening
bank yang bersangkutan pada bank sentral.
b. Operasi pasar terbuka (OPT)
Operasi pasar terbuka adalah kegiatan jual beli surat-surat berharga oleh bank
sentral. Dalam kaitan ini penjualan surat-surat berharga oleh bank sentral akan
mempunyai dampak kontraksi moneter karena pengurangan alat-alat likuid
perbankan yang akan memperkecil kemampuan bank-bank memberikan
pinjaman. Sebaliknya pembelian surat-surat berharga oleh bank sentral akan
membawa dampak ekspansi moneter karena peningkatan alat-alat likuid
bank-bank yang akan memperbesar kemampuannya dalam pemeberian pinjaman.
OPT dilaksanakan untuk mempengaruhi likuditas rupiah di pasar uang yang
pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat suku bunga. OPT dilakukan
intervensi rupiah melalui fasilitas simpanan Bank Indonesia (FASBI).
Penjualan SBI dilakukan melalui lelang sehingga tingkat diskonto yang terjadi
benar-benar mencerminkan kondisi likuiditas pasar uang. Sementra itu,
kegiatan intervensi rupiah dilakukan oleh bank sentral untuk menyesuiakan
kondisi pasar uang baik likuiditas maupun tingkat suku bunga.
c. Fasilitas Diskonto
Fasilitas diskonto adalah kebijakan moneter bank sentral untuk mempengaruhi
jumlah uang beredar melalui penetapan diskonto pinjaman bank sentral kapada
bank. Dengan menetapkan tingkat diskonto yang tinggi diharapkan
bank-bank akan mengurangi permintaan kredit dari bank-bank sentral yang pada
gilirannya akan mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya penetapan
tingkat diskonto yang rendah akan meningkatkan permintaan pinjaman bank
sentral yang selanjutnya akan menambah jumlah uang beredar.
d. Foreign Exchange Intervention
Intervensi valuta asing adalah kebijakan bank sentral untuk mempengaruhi
jumlah uang beredar atau likuiditas di pasar uang melalui jual beli valuta asing
atau cadangan devisa. Apabila bank sentral ingin mengetatkan likuiditas rupiah
di pasar uang, bank sental akan menjual cadangan devisanya. Sebaliknya
pembelian valuta asing oleh bank sentral akan meningkatkan likuiditas rupiah
di pasar uang.
Bank sentral juga dapat melakukan imbauan kepada bank-bank untuk
melakukan kebijakan tertentu. Imbauan ini bersifat tidak mengikat, tetapi
sebagai lembaga yang kredibel imbauan bank sentral biasanya memiliki
dampak yang cukup efektif dalam kebijakan moneter
2.2. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter
Implementasi kebijakan moneter tidak dapat dilakukan secara terpisah dari
kebijakan ekonomi makro lainnya, seperti kebijakan fiskal, kebijakan sektoral dan
kebijakan lainnya, semuanya akan mengarah pada pencapaian suatu tujuan akhir,
yaitu kesejahteraan sosial masyarakat (social welfare). Secara keseluruhan, kebijakan
fiskal yang merupakan suatu kebijakan yang terkait dengan anggaran pemerintah
bersama-sama dengan kebijakan moneter mempengaruhi sisi penawaran (demand
side) dalam perekonomian, kebijakan sektoral seperti kebijakan di bidang
perdagangan, perindustrian, pertambangan, pertanian, tanaga kerja dan lainnya akan
mempengaruhi sisi penawaran (supply side) dari perekonomian. Kebijakan-kebijakan
yang diterapkan secara bersama-sama dapat saja memberikan pengaruh dengan arah
yang saling bertentangan sehingga saling meniadakan ataupun memperlemah. Hal ini
disebut sebagai benturan kebijakan (policy conflict).
Bagaimana suatu kebijakan moneter menyentuh sektor riil merupakan suatu
proses yang kompleks karena uang berkaitan erat dengan hampir seluruh aspek
kehidupan dalam perekonomian. Proses ini disebut sebagai mekanisme transmisi
moneter atau bank sentral bertindak menggunakan instrumen moneter dalam
implementasi kebijakan moneternya sampai terlihat pengaruh terhadap aktifitas
perekonomian, baik secara langsung maupun secara bertahap. Pengaruh tindakan
otoritas moneter terhadap aktivitas perekonomian ini terjadi melalui berbagai jalur
(channels), di antaranya melalui jalur uang atau langsung, jalur suku bunga, jalur
kredit, dan jalur harga aset. Di bidang keuangan kebijakan moneter berpengaruh
terhadap perkembangan suku bunga, nilai tukar dan harga saham disamping volume
dana masyarakat yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan bank kepada dunia
usaha, penanaman dana pada obligasi dan saham. Sementara itu di sektor riil,
kebijakan moneter selanjutnya mempengaruhi kegiatan konsumsi, investasi dan
produksi, ekspor dan impor serta harga barang dan jasa pada umumnya.
Dalam teori ekonomi moneter, mekanisme transmisi kebijakan moneter sering
disebut black box (Mishkin, 1995), karena transmisi dimaksud banyak dipengaruhi
oleh tiga faktor, yaitu:
1. Perubahan perilaku bank sentral, perbankan dan para pelaku ekonomi dalam
berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan.
2. Lamanya tenggang waktu (time lag) sejak tindakan otoritas moneter sampai
sasaran akhir tercapai.
3. Terjadinya perubahan pada jalur-jalur transmisi moneter itu sendiri sesuai
dengan perkembangan ekonomi dan keuangan di negara-negara yang
Perubahan perilaku otoritas moneter, perbankan dan sektor keuangan serta
pelaku ekonomi akan berpengaruh pada interaksi yang dilakukannya dalam berbagai
aktivitas perekonomian dan akan membawa perubahan pada mekanisme transmisi
kebijakan moneter. Dalam banyak hal, karena merupakan perubahan perilaku dan
ekspektasi, mekanisme transmisi kebijakan moneter dimaksud diliputi ketidakpastian
dan relatif sulit diprediksi (Blinder: 1998). Setiap perubahan kebijakan otoritas
moneter akan senantiasa diikuti oleh perubahan perilaku dunia keuangan dan
perbankan serta para pelaku ekonomi dalam berbagai aktivitasnya. Seperti yang
dikemukakan pada pendahuluan sebelumnya bahwa setiap pernyataan dari seorang
Ketua Dewan Gubernur terutama Federal Reserve Bank Amerika Serikat akan
berpengaruh pada ekspektasi para pelaku pasar keuangan di berbagai kawasan dunia.
Demikian pula perubahan perilaku dunia perbankan dalam operasi perbankan dengan
adanya inovasi baru, seperti keengganan bank dalam menyalurkan kredit dan
maraknya produk derivatif dalam transaksi valuta asing, juga akan mempengaruhi
mekanisme transmisi kebijakan moneter sehingga otoritas moneter perlu
mempertimbangkan perubahan ini dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan
moneternya.
Menurut Friedman dan Schwartz (1963) terdapatnya tenggang waktu yang
cukup lama dan bervariasi dalam transmisi kebijakan moneter ke pertumbuhan
ekonomi dan inflasi telah lama disadari. Hal ini disebabkan transmisi moneter banyak
berkaitan dengan pola hubungan antara berbagai variabel ekonomi dan keuangan
bersangkutan. Dalam sebuah perekonomian yang masih tradisional dan sifatnya
tertutup dengan perbankan sebagai satu-satunya lembaga keuangan, hubungan antara
uang beredar dengan aktivitas ekonomi riil masih relatif erat. Akan tetapi, sejalan
dengan perkembangannya perekonomian suatu negara dan semakin majunya sektor
keuangan, keterkaitan antara uang beredar dengan sektor riil menjadi semakin
merenggang. Sebagian dana yang dimobilisasi oleh lembaga keuangan dapat terus
berputar di sektor keuangan saja dan tidak menyentuh sektor riil. Pola hubungan
varibel-variabel ekonomi dan keuangan yang berubah dan semakin tidak erat tersebut
akan berpengaruh pada lamanya tenggang waktu mekanisme transmisi kebijakan
moneter.
2.3. Tahapan Transmisi Moneter
Pada dasarnya transmisi kebijakan moneter merupakan interaksi antara
otoritas moneter atau bank sentral dengan perbankan dan lembaga-lembaga keuangan
lainya serta pelaku-pelaku ekonomi di sektor riil. Interaksi ini terjadi melaui dua
tahapan proses perputaran uang, yaitu:
1. Pertama, interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan lembaga
keuangan lainnya dalam berbagai transaksi keuangan. Interaksi ini terjadi di
pasar keuangan.
2. Kedua, interaksi yang berkaitan dengan fungsi intermediasi, yaitu interaksi
antara perbankan dan lembaga keuangan lainnya serta dengan para pelaku
Interaksi tahapan pertama di pasar keuangan terjadi pada sistem pengendalian
moneter tidak langsung yang sudah lazim dilakukan dewasa ini, di mana
pengendalian moneter dilakukan melaui pasar keuangan. Di satu sisi, bank sentral
melakukan operasi moneter melalui transaksi keuangan dengan dunia perbankan. Di
sisi lain, perbankan dan lembaga keuangan lainnya melakukan transaksi keuangan
dalam portofolio investasinya, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabahnya. Interaksi ini dapat terjadi, baik melalui pasar uang maupun
pasar valuta asing. Interaksi antara bank sentral dengan perbankan akan berpengaruh
terhadap volume maupun harga-harga aset (suku bunga, nilai tukar, yield obligasi dan
harga saham).
Interaksi di pasar uang domestik, seperti rupiah untuk Indonesia terjadi ketika
bank sentral melakukan operasi moneter dengan target moneter yang ditetapkan, baik
target kuantitas dengan uang primer ataupun target suku bunga jangka pendek.
Bank-bank umum dalam pengeloaan likuiditasnya melakukan transaksi di pasar uang
domestik yang pada umumnya ditujukan untuk menjaga posisi rekeningnya di bank
sentral dalam rangka pemenuhan Giro Wajib Minimum (GWM), penanaman modal
dalam surat-surat berharga dan pinjam-meminjam antar bank. Interaksi ini akan
berpengaruh pada besaran moneter seperti uang primer dan cadangan bank-bank
(bank reserves), suku bunga jangka pendek, posisi investasi pada sekuritas jangka
pendek seperti Surat Perbendaharaan Negara (SPN) atau treasury bills. Dalam hal
bank sentral melakukan pelonggaran moneter, likuiditas di pasar uang domestik akan
Interaksi di pasar valuta asing (foreign exchange market) terjadi ketika bank
sentral melakukan operasi moneter melalui intervensi atau sterilisasi dalam mata
uang asing dalam rangka stabilisasi nilai tukar. Sebagai counterparty, bank-bank
dalam operasinya melakukan transaksi valuta asing, baik untuk kepentingan sendiri
maupun untuk kepentingan nasabahnya. Interaksi ini akan berpengaruh terhadap
perkembangan nilai tukar dan dan volume transaksi valuta asing maupun posisi
cadangan devisa yang dimiliki oleh bank sentral dan perbankan. Apabila ingin
melakukan stabilisasi nilai tukar yang sedang melemah, bank sentral melakukan
intevensi dengan menjual atau menambah pasokan valuta asing di pasar uang
sehingga nilai tukar akan terdorong kembali menguat dan stabil.
Interaksi di pasar modal terjadi sebagai akibat dari perubahan penanaman
dana dalam suatu potofolio investasi yang terdiri dari surat-surat berharga. Perubahan
likuiditas volume transaksi, suku bunga dan nilai tukar akan berpengaruh pada
perkembangan harga dan volume perdagangan saham dan obligasi korporasi di pasar
modal. Apabila suku bunga di pasar uang naik, harga-harga saham dan obligasi
di pasar modal akan cenderung menurun, demikian sebaliknya apabila suku bunga
di pasar uang turun, harga-harga saham dan obligasi di pasar modal akan cenderung
menaik.
Interaksi tahap kedua dari transmisi kebijakan moneter melibatkan dunia
perbankan dengan para pelaku ekonomi di sektor riil. Dalam hal ini perbankan
berperan sebagai lembaga intermediasi, yaitu mobilisasi dana masyarakat dalam
kepada masyarakat dan dunia usaha. Di sisi mobilisasi dana, interaksi tersebut akan
mempengaruhi suku bunga, volume tabungan, dan deposito yang merupakan
komponen dari uang beredar M1 (dalam arti sempit) dan M2 (dalam arti luas).
Apabila perbankan ingin meningkatkan simpanan masyarakat ceteris paribus, suku
bunga akan dinaikkan sedemikian sehingga minat menabung akan lebih besar.
Sementara itu di sisi penyaluran dana, interaksi tersebut akan berpengaruh pada
perkembangan kredit perbankan yang disalurkan kepada masyarakat. Jika perbankan
ingin meningkatkan ekspansi kreditnya ceteris paribus, suku bunga kredit akan
diturunkan sedemikian sehingga minat untuk meminjam oleh masyarakat meningkat.
Intermediasi perbankan juga berpengaruh pada perkembangan pasar modal,
baik dilihat dari sisi penanaman dana oleh para investor maupun dari sisi sumber
pembiayaan oleh para emiten. Apabila suku bunga simpanan di bank cenderung
menurun, investor akan mengalihkan sebagian simpanannya di bank ke saham atau
obligasi dan sebaliknya. Sementara itu, pengaruh intermediasi perbankan terhadap
penyediaan pembiayaan kepada dunia usaha melalui pasar modal terjadi karena dunia
usaha memenuhi kebutuhan pembiayaannya tidak hanya dari kredit tetapi juga dari
emisi saham dan atau obligasi di pasar modal. Apabila suku bunga kredit tinggi atau
perbankan membatasi ekspansi kreditnya, dunia usaha akan berminat untuk
meningkatkan usahanya dengan sumber pembiayaan dari pasar modal melaui emisi
2.4. Jalur Transmisi Kebijakan Moneter
Sejalan dengan perubahan struktur perekonomian dan perkembangan yang
cukup pesat dibidang keuangan, terdapat lima jalur (channels) mekanisme transmisi
kebijakan moneter. Kelima jalur tersebut meliputi jalur moneter langsung (direct
monetary channel), jalur suku bunga (interst rate channel), jalur harga aset (asset
price channel), jalur kredit (credit channel) dan jalur ekspektasi (expectation
channel).
2.4.1. Jalur Langsung
Transmisi kebijakan moneter melaui jalur langsung atau jalur uang (money
channel) mengacu pada teori klasik mengenai peranan uang dalam perekonomian,
yang pertama kali dijelaskan dalam teori kuantitas uang atau Quantity Theory of
Money (Fisher, 1911). Pada dasarnya teori ini menggambarkan kerangka yang jelas
mengenai analisis hubungan langsung antara uang beredar dan harga yang dinyatakan
dalam suatu persamaan:
MV = PT
(2.1)
di mana jumlah uang beredar (M) dikalikan dengan tingkat perputaran uang atau
income velocity (V) sama dengan jumlah output atau transaksi riil (T) dikalikan
dengan tingkat harga barang dan jasa (P). Dalam keseimbangan, jumlah uang beredar
yang digunakan dalam seluruh kegiatan transaksi ekonomi (MV) adalah sama dengan
ekonomi. Teori kuantitas uang ini menjelaskan bahwa permintaan uang oleh
masyarakat semata-mata adalah untuk keperluan transaksi. Dalam perkembangannya,
pendekatan ini diperbaharui oleh Keynes yang menyatakan bahwa motif permintaan
masyarakat akan uang adalah untuk keperluan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi.
Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur uang merupakan
konsekuensi langsung dari proses perputaran uang dalam perekonomian yang terdiri
dari dua tahapan. Tahap pertama, bank sentral melakukan operasi moneter untuk
pengendalian uang beredar di masyarakat, baik M1 maupun M2 melalui pengaturan
uang primer (base money) sebagai sasaran operasional. Tahap kedua, bank-bank
mengelola likuiditasnya dalam bentuk cadangan yang dapat dipergunakan
sewaktu-waktu sebagai muara kegiatan utama bank-bank di bidang perkreditan dan
pengerahan dana. Para pelaku ekonomi menyimpan dan menggunakan uang beredar
M1 dan M2 untuk menopang kegiatan ekonominya.
Secara matematis, mekanisme transmisi jalur uang dapat dijelaskan sebagai
berikut. Pada tahap pertama, interaksi antar bank sentral dengan perbankan di pasar
uang domestik yang tercermin pada pengganda uang atau money multiplier (m) yang
menghubungkan base money (M0) dengan uang beredar (M) sebagai berikut,
M =
0 M
M
(2.2)
Pada tahap kedua, interaksi antarbank dengan para pelaku ekonomi yang
yang dijelaskan dalam Quantity Theory of Money. Dalam hubungan ini, jumlah uang
beredar yang diperlukan dalam perekonomian dapat dihitung sebagai berikut,
M =
V PT
(2.3)
dapat dilihat bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur uang
dimulai dengan tindakan bank sentral mempengaruhi uang primer (M0) sesuai
dengan sasaran yang ingin dicapai. Kemudian perubahan uang primer ini, dengan
proses penggandaan uang ditransmisikan ke uang beredar (M1, M2) untuk memenuhi
permintaan masyarakat. Proses penggandaan uang dari uang primer menjadi uang
beredar di masyarakat merupakan sisi penawaran uang beredar yang seterusnya
perubahan jumlah uang beredar dalam msayarakat akan mempengaruhi berbagai
kegiatan ekonomi, terutama inflasi dan output riil.
2.4.2. Jalur Suku Bunga
Berbeda dengan jalur langsung yang menekankan aspek kuantitas proses
perputaran uang perekonomian, jalur suku bunga lebih menekankan pentingnya aspek
harga di pasar keuangan terhadap berbagai aktivitas ekonomi di sektor riil. Dalam
kaitan ini, kebijakan moneter yang diambil bank sentral akan berpengaruh terhadap
perkembangan berbagai suku bunga di sektor keuangan dan selanjutnya akan
berpengaruh pada tingkat inflasi dan output riil. Pada tahap pertama, operasi moneter
Setifikat Bank Indonesia (SBI) dan suku bunga pasar uang antarbank (PUAB).
Selanjutnya perubahan ini akan memberikan pengaruh pada suku bunga deposito
yang ditawarkan bank kepada masyarakat penabung dan pada suku bunga kredit yang
dibebankan bank kepada debiturnya. Proses perubahan suku bunga bank ke
masyarakat pada umumnya tidak berlangsung segera, tetapi terdapat tenggang waktu
(time lag) terutama karena kondisi internal bank dalam pengelolaan aset dan
kewajibannya.
Pada tahapan berikutnya, transmisi melalui jalur suku bunga dari sektor
keuangan ke sektor riil akan tergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan
konsumsi dan investasi. Pengaruh suku bunga terhadap konsumsi berkaitan erat
dengan peranan suku bunga sebagai komponen pendapatan masyarakat dari deposito
(income effect) dan bunga kredit sebagai sumber pembiayaan konsumsi (substitution
effect). Sementara itu pengaruh suku bunga terhadap investasi terjadi karena bunga
kredit merupakan komponen biaya modal (cost of capital), di samping yield obligasi
dan deviden saham. Pengaruh perubahan suku bunga terhadap investasi dan konsumsi
akan berdampak pada permintaan agregat yang pada gilirannya akan menetukan
tingkat inflasi dan output riil. Mekanisme transmisi jalur tingkat bunga dari ekspansi
moneter adalah peningkatan permintaan agregat sebagai akibat peningkatan
ekspektasi inflasi dan penurunan tingkat bunga riil. Penurunan tingkat bunga riil akan
meningkatkan investasi dan menurunkan biaya modal dalam proses produksi
Tingkat bunga merupakan kunci mekanisme transmisi moneter dalam model
IS, model LM, model AD dan model AS. Peningkatan stok uang akan menurunkan
tingkat suku bunga riil dan biaya modal serta meningkatkan investasi bisnis.
Peningkatan investasi pada akhirnya akan meningkatkan output agregat. Penurunan
tingkat suku bunga riil juga akan meningkatkan pengeluaran untuk pembelian rumah
dan barang tahan lama. Oleh sebab itu penurunan tingkat suku bunga akibat ekspansi
moneter akan meningkatkan belanja atau konsumsi dan permintaan agregat. Pada
tingkat suku bunga nominal yang sangat rendah, ekspansi moneter akan
meningkatkan ekspektasi tingkat harga dan inflasi, akibatnya tingkat suku bunga riil
turun. Penurunan tingkat suku bunga riil akan menurunkan biaya modal dan biaya
memegang uang, kemudian menstimulasi pengeluaran bisnis dan konsumen.
Peningkatan pengeluaran bisnis dan konsumen pada akhirnya akan meningkatkan
permintaan agregat. Mekanisme transmisi jalur tingkat bunga dirumuskan dalam
bentuk, yaitu:
m p r i y
dimana:
m = stok uang nominal,
r = tingkat bunga riil,
p = ekspektasi tingkat harga,
i = investasi riil, dan
2.4.3. Jalur Kredit
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa transmisi kebijakan moneter
melalui jalur suku bunga beranggapan bahwa aspek harga di sektor keuangan
memegang peranan penting dalam menggerakkan kegiatan konsumsi dan investasi
dalam perekonomian melalui mobilisasi dana masyarakat dan menyalurkannya dalam
bentuk kredit perbankan. Sementara itu pendekatan melalui jalur langsung
beranggapan bahwa seluruh simpanan masyarakat disalurkan ke sektor riil. Anggapan
seperti ini pada kenyataannya tidak seluruhnnya benar. Selain faktor suku bunga,
perilaku penawaran kredit perbankan juga dipengaruhi oleh persepsi bank terhadap
prospek usaha debitur dan kondisi internal perbankan itu sendiri yang tercermin pada
aspek permodalan atau Capital Adequate Ratio (CAR), jumlah kredit macet atau
Non-Performing Loans (NPL) dan Loan to Deposit Ratio (LDR). Selain itu tidak
semua permintaan kredit debitur dapat dipenuhi oleh bank-bank, khususnya karena
kondisi dari prospek keuangan debitur yang dinilai oleh bank tidak layak, antara lain
karena tingginya rasio utang terhadap modal (leverage), risiko kredit macet, moral
hazard dan sebagainya. Adanya informasi yang tidak simetris (assymetric
information) antara bank dan debitur dapat menyebabkan pasar kredit tidak selalu
berada dalam keseimbangan.
Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit
didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan masyarakat dalam bentuk uang
fungsi intermediasi perbankan tidak selalu berjalan sempurna dalam arti bahwa
kenaikan simpanan masyarakat tidak selalu diikuti dengan kenaikan secara
proporsional kredit yang disalurkan ke masyarakat. Yang lebih memiliki pengaruh
terhadap ekonomi riil adalah kredit perbankan bukan simpanan masyarakat.
Interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi
dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahap awal, interaksi antara bank sentral
dengan perbankan terjadi di pasar uang uang domestik, interaksi ini terjadi karena di
satu sisi bank sental melakukan operasi moneter sesuai dengan sasaran operasional
yang ingin dicapai baik berupa uang primer maupun suku bunga jangka pendek. Di
sisi lain bank-bank melakukan transaksi di pasar uang untuk pengelolaan
likuiditasnya. Interaksi ini tidak saja mempengaruhi suku bunga jangka pendek, tetapi
juga besarnya dana yang dialokasikan bank-bank dalam bentuk instrumen likuiditas
dan dalam pemberian kredit.
Tahapan berikutnya transmisi kebijakan moneter dari perbankan ke sektor riil
melalui pemberian kredit yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor internal
bank maupun faktor eksternal. Perkembangan kredit perbankan selanjutnya akan
berpengaruh pada sektor riil seperti kegiatan konsumsi, investasi dan produksi serta
pada gilirannya pada harga barang dan jasa.
Mekanisme transmisi jalur kredit (credit channel) adalah peningkatan
permintaan karena peningkatan kredit perbankan sebagai akibat peningkatan investasi
dan konsumsi. Peningkatan investasi dan konsumsi akan mendorong aktifitas
moneter terhadap peningkatan aktifitas ekonomi dan bisnis. Mekanisme transmisi
jalur kredit salah satunya adalah mekanisme transmisi jalur pinjaman bank,
disamping mekanisme transmisi lainnya. Mekanisme transmisi jalur pinjaman bank
didasarkan pada peranan khusus sistem perbankan dalam sistem keuangan.
Munculnya informasi asimetris pada pasar keuangan menciptakan masalah dalam
pasar kredit. Peranan khusus dari sistem perbankan adalah membuka akses debitur
tertentu terhadap pasar kredit. Substitusi sempurna antara sumber dana bank dengan
sumber dana nonbank hampir tidak ada sehingga mekanisme transmisi jalur kredit
eksis. Oleh sebab itu ekspansi moneter akan meningkatkan deposit dan kredit sistem
perbankan. Ketergantungan bisnis terhadap kredit sistem perbankan dalam
pembiayaan mengakibatkan peningkatan kredit sistem perbankan, investasi dan
output riil agregat. Mekanisme transmisi jalur pinjaman bank dirumuskan sebagai
berikut:
m d l i y
dimana:
m = stok uang nominal,
d = deposit sistem perbankan, dan
i = investasi riil, dan
y = output riil agregat.
Implikasi penting mekanisme transmisi jalur pinjaman bank adalah bahwa
ekspansi moneter mempunyai pengaruh lebih besar terhadap kinerja bisnis skala
kecil, karena pembiayaan aktifitas ekonomi dari bisnis skala kecil sangat tergantung
pada kredit perbankan dibandingkan dengan pembiayaan aktifitas ekonomi dan bisnis
skala besar. Pada umumnya perusahaan skala besar menggunakan kredit perbankan
jika terjadi kejutan pada pasar modal. Jika alokasi kredit perbankan terkonsentrasi
pada bisnis skala besar maka kemungkinan mekanisme transmisi jalur pinjaman
kurang signifikan untuk mendorong aktifitas ekonomi dan bisnis. Alasan mengapa
mekanisme transmisi jalur pinjaman bank kurang signifikan mendorong aktifitas
ekonomi dan bisnis juga disebabkan regulasi alokasi kredit perbankan kurang sesuai
dengan konsep laba maksimal dari sistem perbankan.
2.4.4. Jalur Harga Aset
Perubahan harga aset baik aset finansial seperti obligasi saham maupun aset
fisik seperti properti dan emas banyak dipengaruhi secara langsung oleh kebijakan
moneter. Transmisi ini terjadi karena penanaman modal oleh para investor dalam
portofolio investasi pada umumnya tidak saja berupa simpanan di bank dan instrumen
lain di pasar uang, tetapi juga dalam bentuk obligasi, saham serta aset fisik.
Perubahan suku bunga dan nilai tukar akan berpengaruh pada volume transaksi dan
dimaksud pada gilirannya akan berdampak pada berbagai aktivitas di sektor riil,
seperti permintaan terhadap konsumsi baik karena perubahan kekayaan yang dimiliki
(wealth effect) maupun perubahan karena tingkat pendapatan yang dikonsumsi akibat
perubahan hasil penanaman aset finansial dan aset fisik (substitutional income effect).
Selain itu pengaruh harga aset terhadap sektor riil juga terjadi pada permintaan
investasi oleh dunia usaha. Hal ini berkaitan dengan perubahan harga aset tersebut
yang memberikan dampak terhadap biaya modal yang harus dikeluarkan dalam
berproduksi dan berinvestasi yang pada gilirannya akan mempengaruhi permintaan
agregat, output dan inflasi. Mekanisme transmisi jalur harga aktiva dari ekspansi
moneter adalah peningkatan permintaan agregat sebagai akibat peningkatan
ekspektasi inflasi, nilai perusahaan dan kekayaan individu. Peningkatan ekspektasi
inflasi akan menurunkan tingkat bunga riil sehingga nilai tukar mata uang depresiasi,
ekspor netto naik dan kemudian meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Mekanisme transmisi jalur harga aset terdiri dari Tobin’s q theory dan efek
kekayaan (wealth effect). Tobin telah mengembangkan teori bagaimana kebijakan
moneter dapat mempengaruhi penilaian saham, yang disebut Tobin’s q theory. Tobin
mendefinisikan q sebagai rasio harga pasar perusahaan dengan biaya penggantian
modal. Jika q tinggi maka rasio harga pasar perusahaan dengan biaya penggantian
modal tinggi, dan sebaliknya jika q rendah maka rasio harga pasar perusahaan dengan
biaya penggantian modal rendah. Ekspansi moneter akan meningkatkan ekspektasi
penggantian modal naik. Peningkatan q ini akan meningkatkan pengeluaran untuk
peralatan dan pabrik baru atau investasi. Peningkatan pengeluaran investasi
perusahaan akan meningkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi alur
Tobin’s q theory dirumuskan sebagai berikut:
m s q i y
dimana:
m = stok uang nominal,
s = ekspektasi harga saham,
q = rasio harga pasar saham dengan biaya penggantian modal.
i = investasi riil, dan
y = output riil agregat.
Mekanisme transmissi moneter juga mempengaruhi kekayaan masyarakat.
Keputusan pengeluaran dari konsumen mungkin akan mempengaruhi neraca
konsumen. Modigliani menggunakan hipotesis siklus hidup atau life cycle hypotheses
dari konsumsi barang tahan lama dan jasa-jasa untuk menjelaskan efek kekayaan.
Premis utama dari Modigliani adalah bahwa konsumsi tidak konstan dalam periode
jangka panjang. Hal ini terutama disebabkan oleh kekayaan keuangan dari konsumen,
seperti saham, obligasi dan deposit tidak konstan selama hidup. Ekspansi moneter
akan meningkatkan harga aktiva keuangan sehingga kekayaan keuangan naik.
hidup konsumen dan pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi dan permintaan
agregat. Mekanisme transmisi jalur efek kekayaan dirumuskan sebagai berikut:
m s w c y
dimana:
m = stok uang nominal,
s = ekspektasi harga saham,
w = kekayaan keuangan atau neraca konsumen,
c = konsumsi riil rumahtangga, dan
y = output riil agregat.
2.4.5. Jalur Nilai Tukar
Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter malalui jalur nilai tukar
sama seperti jalur suku bunga yang menekenkan pentingnya aspek perubahan harga
aset finansial terhadap berbagai aktivitas perekonomian. Dalam kaitan ini, pentingnya
jalur nilai tukar dalam transmisi kebijakan moneter terletak pada pengaruh aset
finansial dalam valuta asing yang berasal dari hubungan kegitan ekonomi suatu
negara dengan negara lain. Pengaruhnya bukan saja terjadi pada perubahan nilai
tukar, tetapi juga pada aliran dana yang masuk dan keluar suatu negara yang terjadi
antara lain karena aktivitas perdagangan antar negara dan aliran modal investasi
seperti yang tercermin dalam neraca pembayaran. Selanjutnya perubahan nilai tukar
di negara yang bersangkutan. Semakin terbuka perekonomian suatu negara yang
disertai dengan sistem nilai tukar mengambang dan sistem devisa bebas semakin
besar pula pengaruh nilai tukar dan aliran dana luar negeri terhadapa perekonomian
dalam negeri.
Mengenai interaksi anatra bank sentral dengan perbankan dan para pelaku
ekonomi dalam proses perputaran uang dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada tahap
awal, operasi moneter oleh bank sental akan mempengaruhi baik secara langsung
maupun secara tidak langsung terhadap perkembangan nilai tukar, pengaruh langsung
terjadi sehubungan dengan operasi moneter melalui intervensi, jual beli valuta asing
dalam rangka stabilisasi nilai tukar. Sementara itu pengaruh tidak langsung terjadi
karena operasi moneter yang dilakukan oleh bank sentral mempengaruhi
perkembangan suku bunga di pasar uang dalam negeri sehingga mempengaruhi
perbedaan suku bunga dalam negeri dan suku bunga luar negeri (interrest rate
differential), yang selanjutnya akan mempengaruhi besarnya aliran dana dari dan ke
luar negeri. Pada tahap berikutnya perubahan nilai tukar berpengaruh baik langsung
maupun tidak langsung terhadap perkembangan harga-harga barang dan jasa di dalam
negeri. Pengaruh langsung (direct exchange rate pass-through) terjadi karena
perubahan nila tukar mempengaruhi pola pembentukan harga oleh perusahaan dan
ekspektasi inflasi oleh masyarakat khususnya terhadap barang-barang impor.
Sementara itu, pengaruh tidak langsung (indirect exchange rate pass-through) terjadi
karena perubahan nilai tukar mempengaruhi kegiatan ekspor dan impor yang pada
Pertumbuhan ekonomi internasional dan nilai tukar yang fleksibel telah
meningkatkan peranan kebijakan moneter internasional dalam penentuan nilai tukar
mata uang suatu negara. Ekspansi moneter pada awalnya akan menurunkan tingkat
bunga riil domestik dan kemudian mengakibatkan deposit mata uang luar negeri naik.
Peningkatan nilai deposit mata uang luar negeri terhadap deposit mata uang domestik
akan mengakibatkan apresiasi nilai tukar mata uang luar negeri dan depresiasi nilai
tukar mata uang domestik. Depresiasi nilai tukar mata uang domestik mengakibatkan
harga relatif produk atau ekspor lebih murah sehingga ekspor netto naik, dan akhirnya
meningkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi jalur efek nilai tukar mata
uang dirumuskan sebagai berikut:
m r e x y
dimana:
m = stok uang nominal,
e = nilai tukar mata uang,
x = ekspor riil netto.
i = investasi riil, dan
y = output riil agregat.
Dengan semakin meningkatnya ketidakpastian dalam perekonomian, jalur
ekspektasi semakin penting dalam mekanisme transmisi kebijakan moneter ke sektor
riil. Para pelaku ekonomi dalam mengambil langkah bisnisnya, akan mendasarkan
pada prospek ekonomi ke depan. Mereka membentuk persepsi tertentu terhadap
kecenderungan perkembangan ekonomi ke depan yang tercermin pada berbagai
indikator ekonomi dan keuangan. Ekspektasi para pelaku ekonomi dimaksud pada
umumnya dipengaruhi oleh berbagai informasi mengenai perkembangan berbagai
indikator ekonomi dan keuangan serta antisipasinya terhadap langkah-langkah
kebijakan ekonomi dan moneter yang ditempuh pemerintah dan bank sentral. Dalam
konteks kebijakan moneter yang paling diperhatikan adalah ekspektasi inflasi oleh
masyarakat. Teori ekspektasi berpendapat bahwa apabila masyarakat cukup rasional
mereka akan mengambil tindakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya
inflasi. Tindakan tersebut adalah berupa pengurangan jumlah uang yang mereka
pegang dengan membelanjakannya ke dalam bentuk barang-barang riil sehingga
risiko kerugian memegang uang karena inflasi dapat dihindari.
Ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga pada gilirannya akan
mendorong kenaikan tingkat suku bunga. Apabila suku bunga meningkat lebih kecil
dibandingkan dengan kenaikan harga, secara riil rate of return atas aset finansial
menurun dan penurunan ini akan mendorong orang mengalihkan kekayaannya dari
bentuk finansial ke bentuk aset riil, sehingga apabila masyarakat khususnya
perusahaan-perusahaan besar dapat memanfaatkan statistik atau data moneter dengan
akan menaikkan harga barang-barang yang diproduksi dan masyarakat akan meminta
upah yang lebih tinggi mendahului kemungkinan inflasi yang mereka perkirakan akan
terjadi. Mereka tidak perlu harus menunggu melakukan tindakan penyesuaian harga
dan upah sampai setelah terjadi inflasi. Apabila tindakan tersebut dilakukan oleh
seluruh atau sebagian besar anggota masyarakat, tindakan tersebut akan membawa
pada dua implikasi moneter yang sangat penting. Pertama, kebijakan moneter
menjadi tidak efektif karena kebijakan moneter tidak dapat mengubah sektor riil,
yaitu konsumsi, produksi, investasi dan kesempatan kerja tetapi yang terjadi hanyalah
perubahan tingkat harga. Kedua, ekspektasi masyarakat terhadap inflasi akan
mengakibatkan inflasi yang semula hanya dugaan, akhirnya menjadi kenyataan.
Ekspektasi inflasi selain dipengaruhi oleh perkembangan inflasi yang terjadi
(inertia inflation) juga dipengaruhi oleh kebijakan moneter yang diambil oleh bank
sentral yang tercermin pada perkembangan suku bunga dan nilai tukar. Semakin
kredibel kebijakan moneter yang antara lain ditunjukkan pada kemampuan bank
sentral dalam mengendalikan suku bunga dan nilai tukar, maka semakin kuat
dampaknya terhadap pembentukan ekspektasi inflasi oleh masyarakat. Dalam kondisi
demikian, ekspektasi inflasi masyarakat akan cenderung mendekati sasaran inflasi
yang ditetapkan bank sentral dalam kebijakan moneternya. Dengan kata lain, semakin
kredibel kebijakan moneter, maka semakin rendah deviasi ekspektasi masyarakat dari
sasaran inflasi yang ditetapkan bank sentral (Pohan, 2008). Oleh karena itu, semakin
kecil distorsi yang ditimbulkan terhadap perkembangan output dan pencapaian
Gambar
Dokumen terkait
dan memberikan penguatan agar siswa tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis aktivitas guru siklus II dalam penerapan model. pembelajaran problem
Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Dinas Kelautan dan Perikanan untuk pekerjaan Pembangunan Gudang Penyimpan Ikan hasil Olahan yang Anggarannya bersumber dari APBK Tahun Anggaran
Limbah cair industri tapioka dihasilkan dari proses pembuatan, baik.. dari pencucian bahan baku sampai pada proses pemisahan pati dari
Variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada industri tenun sutera di Kabupaten Wajo adalah variabel modal dilihat dari nilai standarized yang
Melaksanakan pemberitahuan putusan Pengadilan Negeri Lahat, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung ke tempat tujuan alam at Memberikan relaas pemberitahuan kepada Panitera
Karena kebijakan daerah merupakan pelimpahan dan pendelegasian kewenangan dari peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi, maka semua materi kebi- jakan daerah harus
a. Posisi sambil duduk. Pangku bayi dengan menempelkan perutnya pada perut ibu. Lalu, sanggah kepalanya.. mengeluarkan sedikit ASI. Oleskan ASI yang keluar itu pada
Watchful waiting biasanya akan gagal jika terdapat residual urine yang cukup banyak (Wasson et al 1995) 29 , demikian pula pada volume residual urine lebih 350 ml seringkali