• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Ruatiningrum (2011), melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Kebijakan Pemerintah dan Perubahan Faktor Lain terhadap Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia: Analisis Simulasi Kebijakan, Tahun 1971 - 2008”.

Penelitian ini menggunakan model analisis simultan dengan metode Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) permintaan

beras secara nyata dipengaruhi oleh harga riil beras Indonesia, jumlah penduduk, dan permintaan beras tahun sebelumnya, (2) penawaran beras dipengaruhi oleh produksi beras, jumlah impor beras, stok beras, dan stok beras tahun sebelumnya, (3) harga riil gabah tingkat Petani secara nyata dipengaruhi oleh harga riil pembelian pemerintah, produksi padi, dan harga riil gabah tingkat Petani tahun sebelumnya, dan (4) harga riil beras Indonesia secara nyata dipengaruhi oleh harga riil pembelian pemerintah. Beberapa alternatif kebijakan pemerintah yang disarankan terkait penelitian ini, yaitu pemerintah sebaiknya tetap menerapkan kebijakan subsidi pupuk, meningkatkan harga pembelian terhadap gabah dan beras, mendorong peningkatan produksi beras (sehingga penawaran beras juga meningkat) melalui pengembangan program intensifikasi. Kebijakan pemerintah lainnya yang disarankan, yaitu menggalakkan program Keluarga Berencana (KB), menyimpan kelebihan produksi beras agar Petani tidak merugi ketika produksi beras meningkat yang umum terjadi saat musim panen tiba, dan menggalakkan kembali program diversifikasi konsumsi pangan (substitusi beras) sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan melalui pola pangan harapan.

Winarto (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Jawa Tengah, Tahun 1999 - 2008“. Penelitian ini

menggunakan model analisis simultan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwasecara simultan permintaan beras di Jawa Tengah dipengaruhi oleh variabel regresornya yaitu harga beras, harga ubi kayu, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Namun secara parsial, pada metode OLS seluruh varabel regresor tersebut tidak berpengaruh nyata sedangkan pada metodel TSLS seluruh variabel regresor berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan beras di Jawa Tengah.

Sedangkan penawaran beras di Jawa Tengah secara simultan dipengaruhi oleh variabel regresornya yaitu harga beras, luas panen padi dan harga beras tahun yang lalu. Pada metode OLS secara parsial variabel beras tahun yang lalu berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran beras sedangkan padametode TSLS variabel luas panen padi sangat berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran beras di Jawa Tengah.

Sunani (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Analisisa Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Konsumsi Beras di Kabupaten Siak, Riau, Tahun 1999 - 2008“. Penelitian ini menggunakan model analisis simultan dengan metode Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, persamaan luas areal panen padi Kabupaten Siak dipengaruhi oleh harga riil gabah di tingkat Petani, harga riil pupuk urea, curah hujan dan luas areal irigasi pada taraf nyata α = 0,10. Persamaan produktivitas padi dipengaruhi oleh luas areal panen, lag upah tenaga kerja, lag penggunaan pupuk urea, dan tren waktu pada taraf nyata α = 0,20. Persamaan konsumsi beras di Kabupaten Siak hanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk pada taraf nyata α = 0,05. Harga riil eceran beras di Kabupaten Siak dipengaruhi lag harga eceran beras dan

berpengaruh nyata pada taraf α = 0,10. Sedangkan dari hasil analisis simulasi menunjukkan kebijakan yang paling layak disarankan di Kabupaten Siak yang sesuai dengan tujuan program pencapaian target pemenuhan beras dari kemampuan produksi Kabupaten Siak adalah kebijakan kenaikan harga gabah di tingkat Petani yang dikombinasikan dengan peningkatan luas arealirigasi.

Nurfathiyah dan Edison (2011) melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi Jambi, Tahun 1986-2008”.

Penelitian ini menggunakan teknik persamaan simultan dengan metode 2 SLS (Two Stage Least Squares). Untuk menduga parameternya, digunakan analisis statistik dengan bantuan program SAS/ETS (Statistik Analisis System/Econometric Time Series). Dari hasil analisis statistik diperoleh koefisien regresi yang

menggambarkan parameter fungsi permintaan dan penawaran beras di Provinsi Jambi. Dari analisis ini juga diperoleh seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi permintaan dan penawaran beras secara bersama-sama maupun secara individu (satu-satu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan beras di Provinsi Jambi menunjukkan keadaan yang meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,82% dan presentase fluktuasi sebesar 4,89% dari tahun 1986 hingga tahun 2008. Penawaran beras di Provinsi Jambi menunjukkan keadaan yang meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,54% dan persentase fluktuasi sebesar 1,57% dari tahun 1986 hingga tahun 2008. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan adalah pendapatan per kapita, sedangkan pada penawaran yang berpengaruh nyata adalah harga rata-rata eceran beras di Provinsi Jambi, luas panen, musim, dan trend waktu. Variabel harga rata-rata eceran beras di Provinsi Jambi dan penduduk tidak memberikan pengaruh

yang nyata terhadap permintaan. Begitu pula dengan harga beras di Bangkok, harga beras impor, dan penyebaran bibit unggul tidak memberikan pengaruh nyata terhadap penawaran beras di Provinsi Jambi.

Tarigan, et al (2001) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Permintaan dan Penawaran di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1995-2010”.

Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda yang dilakukan untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas memberikan pengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan menggunakan bantuan program shazam. Hasil dalam penelitian ini adalah : Perubahan pendapatan dan perubahan

jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan beras, temuan ini nyata secara statistic, sedangkan harga beras, harga barang subsitusi dan permintaan beras tahun sebelumnya tidak berkorelasi terhadap permintaan beras. Perubahan pendapatan dan harga beras adalah inelastis terhadap permintaan beras. Hal ini perubahan pendapatan dan harga beras pengaruhnya kurang proporsional terhadap perubah permintaan beras, sedangkan perubahan jumlah penduduk elastis terhadap permintaan beras. Perubahan harga beras berpengaruhpositif, sedangkan harga pupuk berpengaruh negatif terhadap jumlah beras yang ditawarkan, temuan ini nyata secara statistik. Dilain pihak harga barang subsitusi dan penawaran beras tahun sebelumnya tidak berkorelasi terhadap penawaran beras. Kondisi ini mencerminkan bahwa masyarakat Sumatera Utara tidak lazim mengkonsumsi terigu sebagai bahan pembuat roti sebagai pengganti makanan pokok. Dalam jangka pendek penawaran terhadap beras bersifat inelastic, karena hasil-hasil produk pertanian termasuk beras bersifat musiman, dan memerlukan tenggangan waktu (gestation period) antara menanam dengan naiknya penawaran kalua

memang panen belum tiba.

Prasetyo, et al (2016) melakukan penelitian dengan judul “Import Demand Function of Rice in Indonesia, Tahun 1999-2012”. Isi penelitian ini adalah

memenuhi kebutuhan beras adalah untuk meningkatkan produksi dalam negeri, yang merupakan salah satu kebijakan pemerintah. Namun, dengan meningkatkan populasi, permintaan beras juga akan meningkat dan upaya meningkatkan produktivitas dalam negeri tidak dapat memasok kebutuhan beras dalam negeri.

Jadi, untuk menutupi kekurangan tersebut pemerintah membuat keputusan untuk mengimpor beras dari negara lain. Produk Domestik Bruto (PDB) juga meningkat setelah krisis moneter pada tahun 1998. Dalam kenyataannya impor beras terjadi ketika data statistik menunjukkan bahwa pasokan beras di Indonesia adalah surplus. Tujuan dari penelitian ini adalah diperlukan untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi impor beras di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah beberapa model analisis regresi linier berganda menggunakan data time series dengan Error Correction Model (ECM). Berdasarkan penelitian terbukti bahwa sebagian atau bersama-sama dengan produk domestik bruto, konsumsi, harga beras di pasar dunia yang berpengaruh signifikan terhadap impor beras di Indonesia.

Rahim, et al (2017) melakukan penelitian dengan judul “Supply and Demand of Rice in Malaysia : A System Dynamics Approach”. Penelitian ini berisi

tentang model pengembangan dari penawaran dan permintaan beras di Malaysia untuk dapat lebih memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan beras terhadap sistem produksi beras di Malaysia. Hal ini diketahui bahwa populasi warga di Malaysia sangat bergantung pada

persediaan beras sebagai makanan pokok untuk konsumsi sehari-hari. Saat ini, Malaysia memiliki sekitar 75% beras tingkat swasembada. Pemerintah Malaysia telah menetapkan target SSL beras 100% dalam produksi untuk memenuhi permintaan dari pertumbuhan populasi. Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif sistem dinamis digunakan untuk menganalisis pengaruh harga, ketersediaan lahan dan teknologi pada produksi padi di Malaysia dengan menggunakan the causal loop dan stock flow diagrams. Penelitian ini telah menggambarkan perkembangan

diagram kausal lingkaran dan diagram alir stok dari penawaran dan permintaan beras di Malaysia untuk membantu lebih memahami sistem produksi padi di Malaysia. Studi ini berfokus terutama pada pendekatan kualitatif dinamika sistem yang melibatkan pengembangan diagram kasual lingkaran dan aliran saham diagram dalam menganalisis sebab akibat dan umpan balik hubungan antara faktor. Tiga faktor telah dipelajari dalam penelitian ini yang mempengaruhi produksi beras adalah harga, ketersediaan lahan dan teknologi. Perpanjangan masa depan penelitian ini menekankan pada pengembangan model simulasi dan melanjutkan dengan pengujian model dan perancangan kebijakan dan evaluasi kebijakan yang lebih baik dari produksi beras dalam mencapai SSL beras 100% di Malaysia.

Hung, et al (2017) melakukan penelitian dengan judul “Climate Change Effects on Supply and Demand of Rice in India, Tahun 1969-2009”. Penelitian ini

dilakukan untuk memperjelas bagaimana perubahan iklim diperkirakan akan mempengaruhi permintaan dan penawaran beras di India, sebuah produsen beras dan konsumen bberas sangat penting. Metode, model supply-demand, meliputi enam fungsi: hasil, daerah, ekspor, perubahan stok, permintaan, dan harga

linkage. Untuk mencerminkan topografi dan iklim keberagaman, analisis ini menggunakan data negara bukan data nasional. Hasil untuk pasokan beras menunjukkan manfaat dan kekurangan dari suhu, curah hujan, dan radiasi matahari yang ditentukan oleh lokasi dan musim. Skenario analisis yang menggabungkan tiga dimensi Perwakilan Konsentrasi Persiapan (RCP) dan Persiapan Sosial Ekonomi Bersama (SSP) skenario menjelaskan penawaran dan permintaan beras di masa mendatang, mengungkapkan bahwa produksi beras dan konsumsi per kapita dapat sangat didukung jika India mengalami pembangunan konvensional. Atau, masyarakat terfragmentasi yang menghadapi tantangan yang lebih tinggi mengenai mitigasi dan adaptasi menimbulkan hasil panen padi lebih rendah.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

NO Nama

(Tahun)

Judul dan

Publikasi Variabel Model

Analisis Hasil Penelitian

stokberas, stok beras tahun sebelumnya,

Beras. permintaan beras di Jawa Tengah. Jika dilihat dari nilai koifisien

mendapatkan hasil negatif, yang berarti jika jumlah

Publikasi Variabel Model

Analisis Hasil Penelitian Impor Beras Nasional, Perubahan Stok Beras, gabah tingkat Petani, Produktivitas, Jumlah

Of Supply

Publikasi Variabel Model

Analisis Nasional, Harga Beras Dunia. gabah tingkat petani, harga rill pupuk urea, curah hujan, luas areal irigasi, tren waktu, dan

Ekonomi

Publikasi Variabel Model Analisis Hasil Penelitian 9 Nurfathiyah

Dokumen terkait