• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

OLEH:

MEGA PARTY KRISTINA PURBA 167039029

MAGISTER AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TESIS

Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Magister Pertanian di Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian

Univesitas Sumatera Utara Medan

Oleh :

MEGA PARTY KRISTINA PURBA NIM. 167039029

PROGRAM STUDI MAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)
(4)
(5)

Telah diuji pada Tanggal : 17 Juli 2019

PANITIA PENGUJI TESIS :

Ketua : Dr. Ir. Rahmanta, M.Si Anggota : 1. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

2. Dr. Rulianda Purnomo Wibowo, SP, M.Ec 3. Sri Fajar Ayu, SP, MM, DBA

(6)

ABSTRAK

Mega Party Kristina Purba (167039029) dengan judul tesis “Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi Sumatera Utara”. Penulis tesis ini dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor terhadap permintaan dan penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data sekunder tahun 1988-2017. Pengolahan data menggunakan metode Indirect Last Square (ILS) dengan bantuan Program software Eviews10.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa harga eceran beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras di Provinsi Sumatera Utara. Variabel harga beras berpengaruh tidak signifikan terhadap permintaan beras, sedangkan variabel jumlah penduduk dan pendapatan per kapita berpengaruh signifikan. Harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga pupuk urea berpengaruh signifikan terhadap penawaran beras di Provinsi Sumatera Utara. Pendapatan per kapita dan harga pupuk urea secara bersama- sama berpengaruh signifikan terhadap harga eceran beras di Provinsi Sumatera Utara.

Kata Kunci : beras, permintaan, penawaran, dan ILS

(7)

ABSTRACT

Mega Party Kristina Purba (167039029) with the title “Analysis of Rice Demand and Supply in North Sumatra Province” , supervised by Mr. Dr. Ir.

Rahmanta, M.Si as the member of the Superviory Committee and Ms. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS as the member of the Supervisory Committee.

This study aims to analyze the effect of factors on rice demand and supply in North Sumatra Province. The data used are secondary data from 1988-2017.

Processing data using the indirect last square (ILS) method with the help of eviews10 software program. The results of this study indicate that the retail price of rice, population, and per capita income have a significant effect on the demand for rice in North Sumatra Province. The rice price variable partially has a not significant effect on the demand for rice, while the variable population and per capita income partially have a significant effect. The retail price of rice, population, and price of urea fertilizer have a significant effect on the supply of rice in North Sumatra Province. Per capita income and the price of urea fertilizer together have a significant effect on the retail price of rice in North Sumatra Province.

Keywords: rice, demand, supply, and ILS

(8)

RIWAYAT HIDUP

Mega Party Kristina Purba, lahir di Padang Pengrapat, Kalimantan Timur pada tanggal 23 November 1994 dari Bapak Sari Pendi Purba dan Netty Rawaty Saragih. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 2000 masuk Sekolah Dasar Negeri 029 Padang Pengrapat, tamat tahun

2006.

2. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Tanah Grogot, tamat tahun 2009.

3. Tahun 2009 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tanah Grogot, tamat tahun 2012.

4. Tahun 2012 diterima di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan Medan (STIP-AP Medan) jurusan Budidaya Perkebunan Sawit dan Karet, tamat tahun 2016.

5. Tahun 2016 melanjutkan pendidikan pascasarjana di Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa karena Berkat dan Anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS selaku Dekan Fakultas Universitas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Ir. Rahmanta, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan kesabaran yang tiada batas kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan kesabaran yang tiada batas kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

5. Bapak Dr. Rulianda Purnomo Wibowo, SP, M.Ec selaku Ketua Komisi Penguji dan Ibu Sri Fajar Ayu,SP, MM, DBA Si selaku Anggota Komisi Penguji yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan waktu kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

7. Orang tua penulis yang tercinta Bapak Sari Pendi Purba dan Ibu Netty

(10)

memberikan kasih sayang yang penuh berupa motivasi, doa, materi, dan kesabaran yang tiada batas kepada penulis.

8. Saudara tersayang Ipan Pandapotan Purba, Sri Sustika Putri Purba, dan Adika Valentinus Purba yang selalu memberikan motivasi dan doa kepada penulis.

9. Tongat Adventure BDP B 2012 terkasih yang selalu memberikan motivasi dan doa kepada penulis, terutama kepada Abang Daniel Yanrico Pelawi, S.ST beserta keluarga yang selalu memberikan kasihnya baik melalui doa, motivasi, dan materi kepada Penulis.

10. Teman-teman Program Studi Magister Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara terutama kepada angkatan 16 yang telah memberikan waktu, bantuan, dan motivasi kepada penulis selama penulis menempuh studi dalam penulisan tesis ini.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini. Semoga tesisini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2019

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Landasan Teori ... 7

2.1.1. Teori Permintaan dan Penawaran ... 13

2.1.1.1. Teori Permintaan ... 13

2.1.1.2. Teori Penawaran ... 21

2.1.2. Pengertian Harga ... 27

2.2. Penelitian Terdahulu ... 30

2.3. Kerangka Konsep Penelitian ... 41

2.4. Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

3.1. Pendekatan penelitian... 43

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

3.3. Ruang Lingkup Penelitian ... 43

3.4. Jenis dan Sumber Data ... 43

3.5. Teknik Analisis Data ... 44

3.5.1. Uji Identifikasi ... 45

3.6. Definisi dan Bantuan Operasional ... 47

3.7. Uji Statistik ... 48

3.7.1. Uji t (Uji Parsial) ... 48

3.7.2. Uji F (Uji Simultan)... 49

3..7.3. Koefisien Determinasi (R²) ... 50

(12)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

4.1. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 51

4.2. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 57

4.2.1. Perkembangan Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 58

4.2.2. Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara ... 59

4.2.3. Perkembangan Pendapatan Per Kapita di Provinsi Sumatera Utara ... 59

4.2.4. Perkembangan Harga Pupuk Urea di Provinsi Sumatera Utara ... 61

4.3. Hasil Persamaan Simultan dan Pembahasan ... 61

4.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 62

4.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 65

4.3.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal 1.1. Luas Tanam Padi, Produksi, dan Produktivitas (Sawah+Ladang)

Padi di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012-2017 ... 3

1.2. Jumlah Permintaan dan Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 4

2.1. Penelitian Terdahulu ... 36

3.1. Identifikasi Persamaan Simultan ... 46

4.1. Statistik Geografis Sumatera Utara ... 51

4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 62

4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 66

4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 69

(14)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal

2.1. Kurva Permintaan... 14

2.2. Kurva Penawaran ... 21

2.3. Kurva Penawaran ... 24

2.4. Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran ... 26

2.5. Skema Kerangka Pemikiran ... 40

4.1. Peta Provinsi Sumatera Utara... 52

4.2. Perkembangan Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1988-2017 (Ton) ... 57

4.3. Perkembangan Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1988-2017 (Rupiah/Kg) ... 58

4.4. Perkembangan Jumlah Penduduk di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1988-2017 (Jiwa) ... 59

4.5. Perkembangan Pendapatan Per Kapita di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1988-2017 (Jiwa) ... 60

4.6. Perkembangan Harga Pupuk Urea di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1988-2017 (Rupiah/Kg) ... 61

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal 1. Data Variabel Pertahun ... 77 2. Hasil Persamaan Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 78 3. Hasil Persamaan Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penawaran Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 79 4. Hasil Persamaan Simultan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara ... 80

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Beras merupakan makanan pokok dari 98 persen penduduk Indonesia dan seringkali dianggap sebagai komoditas yang bersifat strategis dan politis. Oleh karena itu keberadaan dan kecukupannya senantiasa diperhatikan oleh Pemerintah (Noeriati et al, 2008). Selanjutnya, Krisnamurthi (2006) menyatakan bahwa sebagai komoditas dengan permintaan yang inelastis perubahan harga hampir tidak menyebabkan perubahan jumlah permintaan konsumen. Jika ketersediaan kurang, harga langsung naik karena konsumen tidak melakukan penyesuaian atas konsumsinya.

Salah satu hal penting dalam pengelolaan beras nasional adalah mengetahui tingkat penawaran, permintaan, dan stok beras sehingga tidak ada kelangkaan maupun surplus beras yang berlebihan dipasaran yang pada akhirnya merugikan masyarakat sebagai konsumen dan Petani sebagai produsen beras.

Pada tingkat yang diinginkan akan tercapai harga beras yang layak dan mampu dijangkau oleh masyarakat dan menguntungkan para Petani sebagai produsen (Arief, 2002). Mengingat pentingnya beras ini, Pemerintah menekankan pada pengembangan produksi beras, yang tercermin dan berbagai intervensi kebijakan yang selama ini dilakukan. Beberapa kebijakan yang penting diantaranya adalah penargetan luas tanam, kebijakan harga dengan menggunakan stok penyangga, subsidi sarana produksi pertanian, serta pengembangan institusional (Sawit, 2004).

(17)

Dengan mengetahui jumlah permintaan (konsumsi), jumlah penawaran, serta stok yang tersedia maka Pemerintah dapat memantau dan menjaga ketersediaan beras agar stabilitas harga terjamin. Dengan adanya perhatian yang serius terhadap ketiga parameter tersebut, diharapkan tidak akan terjadi gejolak harga dipasar yang akan meresahkan masyarakat, baik bagi Petani produsen maupun masyarakat konsumen. Fokus perhatian dititikberatkan kepada seberapa banyak produksi yang dihasilkan oleh Petani dan berapa yang terserap oleh pasar dibeli oleh konsumen, sehingga pada akhirnya Pemerintah dapat mengambil kebijakan apakah melakukan pembelian beras kepada Petani guna menghindari kelebihan penawaran (excess supply) yang disimpan sebagai stok atau sebaliknya Pemerintah mengeluarkan stok manakala terjadi kekurangan beras dipasar guna menghindari kelebihan permintaan (excess demand).

Provinsi Sumatera Utara memiliki sumber daya alam yang cukup potensial, bila dilihat dari kondisi perekonomian sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat strategis dalam menunjang pembangunan ekonomi daerah ini. Pemerintah telah menetapkan bahwa Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi lumbung berasnya Indonesia dari 14 provinsi sentra produksi padi yang diharapkan akan mampu meningkatkan produksi pertaniannya.

Sumatera Utara adalah salah satu Provinsi di Pulau Sumatera yang hampir seluruh daerahnya mengusahakan tanaman padi. Dari 20 daerah tingkat II yang ada di provinsi ini hanya Sibolga yang tidak memproduksi padi karena di daerah ini mata pencaharian masyarakat adalah mayoritas Nelayan. Sedangkan Padang Sidempuan yang merupakan daerah tingkat II yang baru terbentuk tahun 2003 sudah mampu menghasilkan padi. Ini membuktikan bahwa Sumatera Utara

(18)

merupakan salah satu lumbung beras yang dapat menyangga kebutuhan beras nasional. Luas Tanam Padi, Produksi, dan Produktivitas Padi di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2017 dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Luas Tanam, Produksi, dan Produktivitas Padi (Sawah+Ladang) di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2012-2017

Tahun Luas Tanam (Ha) Produksi

(ton)

Produktivitas (kw/ha)

2012 765.101 3.715.513 48,56

2013 742.971 3.727.250 50,17

2014 781.234 4.100.243 52,48

2015 801.889 4.221.667 52,65

2016 881.767 4.319872 48,99

2017 890.420 4.411.673 49,55

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Sejak tahun 2013 hingga 2017 tren kenaikan produksi beras di Sumatera Utara juga terus mengalami kenaikan yakni 11.737 ton pada tahun 2013 dan 91.801 ton pada tahun 2017 (BPS, 2018). Peningkatan produksi selama 10 tahun khususnya beberapa tahun terakhir merupakan hasil konsistensi program peningkatan produksi beras melalui bantuan benih, pupuk, pendampingan, alat mesin pertanian, embung, dan jaminan harga untuk Petani (Kementan, 2018)

Kaitan permasalahan ketahanan pangan ini khususnya Provinsi Sumatera Utara adalah bagaimana kondisi permintaan dan penawaran beras. Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995:99), menyatakan bahwa permintaan merupakan sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen selama periode tertentu. Faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga barang itu sendiri, harga barang subsitusi, harga barang komplementer, pendapatan konsumen, dan lain-lain.

Lebih lanjut mengenai jumlah permintaan dan harga eceran beras di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 1.2.

(19)

Tabel 1.2. Jumlah Permintaan dan Harga Eceran Beras di Provinsi Sumatera Utara

Tahun Permintaan (Ton) Harga Eceran Beras (Rp/Kg)

2012 2.123.417 9.168

2013 2.151.333 9.399

2014 2.198.678 9.616

2015 2.147.964 10.261

2016 2.299.100 10.313

2017 2.300.260 11.100

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Permintaan beras yang terus meningkat ini harus diimbangi oleh jumlah beras yang di tawarkan oleh produsen di Provinsi Sumatera Utara. Adanya perkembangan terus menerus di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi pangan, memungkinkan terjadinya peningkatan produksi beras, baik kuantitas dan kualitasnya. Kenaikan produksi beras tanpa diiringi dengan perbaikan pemasaran tidak akan menguntungkan bagi Petani sebagai produsen utama beras. Kegiatan pemasaran pada umumnya berkaitan erat dengan penawaran beras oleh Petani dan permintaan beras oleh penduduk pada umumnya. Walaupun kenaikan produksi beras bisa terjadi di Provinsi Sumatera Utara, tetapi karena menyangkut ketahanan pangan nasional, produksi tersebut bisa saja dialihkan untuk kepentingan daerah lain yang membutuhkan beras.

Kuantitas penawaran tidak mampu memenuhi kuantitas permintaan yang dibutuhkan konsumen merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan harga. Penawaran beras yang dilakukan oleh produsen tidak terjadi sepanjang tahun karena berkaitan dengan musim tanam dan musim panen.

Sedangkan permintaan oleh konsumen akan berlangsung sepanjang tahun karena konsumsi beras dilakukan sepanjang tahun mengingat beras merupakan kebutuhan

(20)

sepanjang tahun. Permintaan para pembeli yang tidak terpenuhi tersebut, atau kelebihan permintaan menyebabkan para penjual menaikkan harga (Sukirno, 2010).

Kenaikan harga beras sebenarnya telah menjadi hal yang biasa terjadi, salah satu yang menyebabkan kenaikan harga bisa diarenakan oleh bertambah mahalnya biaya produksi misalnya harga pupuk yang digunakan untuk keberhasilan panen. Namun, kenaikan harga yang ekstrem dalam waktu yang relative singkat akan menjadi tanda tanya besar. Tidak hanya faktor alam, faktor pasca panen juga turut berpotensi mempengaruhi permasalahan ini. Dalam hal ini kembali kepada kemampuan masyarakat untuk membeli beras dengan harga yang relatif meningkat setiap tahunnya, didasarkan seberapa besar pendapatan yang masyarakat terima.

Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul yaitu : “Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi Sumatera Utara”.

1.1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka didapat rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah harga eceran beras, jumlah penduduk, dan pendapatanper kapita mempengaruhi permintaan (demand) beras di Provinsi Sumatera Utara ? 2. Apakah harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga pupuk urea

mempengaruhi penawaran (supply) beras di Provinsi Sumatera Utara ?

3. Apakah pendapatan per kapita dan harga pupuk urea mempengaruhi harga eceran beras di Provinsi Sumatera Utara ?

(21)

1.2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis pengaruh harga eceran beras, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita terhadap permintaan (demand) beras di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1988-2017.

2. Menganalisis pengaruh harga eceran beras, jumlah penduduk, dan harga pupuk urea terhadap penawaran (supply) beras di Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 1988-2017.

3. Menganalisis pengaruh pendapatan per kapita dan harga pupuk urea terhadap harga eceran beras di Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 1988-2017.

1.3. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan pertimbangan oleh para pengambil keputusan dalam kegiatan perberasan di Provinsi Sumatera Utara.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kepentingan akademis maupun kepentingan non akademis.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi yang dapat digunakan oleh peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini dimasa yang akan datang.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Beras adalah salah satu komoditas pangan yang berperan penting baik dari sisi produsen, konsumen, pemerintah, serta masyarakat dan lingkungan pada umumnya. Dari sisi produsen, 34 persen orang Indonesia bekerja di sektor pertanian. Sementara dari sisi konsumen, lebih dari 90 persen orang Indonesia mengkonsumsi beras sebagai makanan pokok, bahkan 30 persen dari total pengeluaran pendapatan rumah tangga digunakan untuk membeli beras (Supriana, 2018).

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah terbesar yang menduduki posisi kelima didunia dengan penduduk lebih dari 240 juta orang dan memiliki dampak pada kebutuhan pangan nasional yang tinggi, terutama pada permintaan beras karena beras adalah makanan pokok di penduduk Indonesia. Hal ini diperkuat dengan data statistik Indonesia pada tahun 2013, menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi beras nasional pada tahun 2001 sebesar 32.283.326 ton per tahun hingga tahun 2012 sebesar 39.265.422 ton per tahun. Tingkat perkapita konsumsi beras di Indonesia sangat tinggi, karena setiap orang di Indonesia rata-rata mengkonsumsi beras setiap tahun sebanyak 139.5 kg/orang.

Tingkat konsumsi beras per kapita per tahun masyarakat Indonesia meningkat setiap tahun, sementara produksi yang dihasilkan belum mampu memenuhi tingkat konsumsi masyarakat Indonesia, meskipun produksi dalam negeri cenderung meningkat, tetapi menurut data Statistik Indonesia (Statistik Indonesia, 2013) 2001-2012 Indonesia cenderung mengalami defisit, yang terburuk terjadi

(23)

pada tahun 2006 yang merupakan defisit 1.367.055 ton.

Upaya pemerintah untuk meningkatkan produktivitas di dalam negeri masih belum mampu memenuhi kebutuhan beras dalam negeri, dilihat dari produksi beras Indonesia dari tahun 2001-2012 mengalami peningkatan jumlah produksi sebesar 10 juta ton beras masih belum mampu memenuhi permintaan beras (BPS, 2013). Ketidakmampuan Indonesia membutuhkan Indonesia untuk melakukan perdagangan internasional yang merupakan impor beras untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Ketidakmamapuan suatu negara untuk menyediakan kebutuhan beras dapat digunakan sebagai refleksi dari perekonomian negara jika produksi beras dalam negeri tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri atau dirusak oleh kehadiran.beras impor.

Peranan beras dapat pula dilihat dari aspek sosial dan politik. Kerawanan pangan biasnya akan mudah menyulut keresahan masyarakat. Sejarah menunjukkan bahwa berbagai kerusuhan yang timbul pada tahun 1960-an tidak terlepas dari masalah pangan. Tahun 1972/1973 saat terjadi kerawanan pangan akibat kekeringan, saat itu suplai beras sangat terbatas dan terjadi juga di luar negeri, harga beras naik tajam dan terjadi protes-protes masyarakat. Beras juga memiliki peranan dalam budaya bangsa. Dibeberapa daerah kebiasaan penduduk terkait dengan pangan dalam syukuran (nasi tumpeng), kegiatan saat panen yang menggambarkan rasa gotong-royong (Amang, 1993).

Pendorong terjadi pergerakan beras dari suatu daerah ke daerah lain adalah adanya perbedaan harga yang merupakan mekanisme dinamis pasar dalam mencapai terjadinya keseimbangan. Pergerakan ini terjadi karena adanya perbedaan jumlah ketersediaan beras dan perbedaan preferensi dan daya beli

(24)

masyarakat. Harga beras mempunyai pengaruh yang besar bagi konsumsi komoditas pangan lainnya. Sebalinya, perubahan harga-harga komoditas non beras berpengaruh relatif kecil terhadap konsumsi beras. Setelah memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk setempat, apabila masih ada surplus maka kelebihan stok beras akan diperdagangkan untuk memenuhi daerah-daerah sekitarnya terutama daerah difisit beras. Hubungan perdagangan antar daerah adalah bagian dari mekanisme system pasar yang akan membawa kearah keseimbangan permintaan dan penawaran tingkat nasional (Tim, 2001).

Stabilisasi harga beras oleh pemerintah dilakukan melalui mekanisme bufferstock, yaitu dengan menetapkan harga dasar dan harga batas tertinggi. Harga

dasar (minimum) dijamin pemerintah, untuk menlindungi Petani dari turunan harga secara tajam di kala panen. Harga tertinggiuntuk melindungi konsumen dari kenaikan harga yang tidak terkendali terutama pada musim paceklik. Ini semuanya diusahakan dengan pengadaan beras dikala panen dan penyaluran di kala pecekik (Tarigan, 1997).

Lembaga non departemen yang bertanggung jawab mengenai beras adalah Bulog. Tugasnya melaksanakan pengendalian harga beras, gabah, gandum, dan lain-lainnya dalam jangka pemeliharaan kestabilan harga agar tidak merugikan, baik konsumen maupun produsen, sesuai dengan kebijaksanaan umum pemerintah dengan fungsi :

(a) megadakan pengadaan beras, gabah dalam negeri; (b) menyebarkan beras atau gabah keseluruh wilayah pelosok wilayah Republik Indonesia; (c) melaksanakan impor beras, gandum, dan gula serta kebutuhan pokok lainnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan tetap menjaga kestabilan harga; dan (d) buffer

(25)

stock, yaitu menjaga persediaan penyangga akan bahan-nahan pokok secara

nasional. Hal ini dimaksudkan guna menekan harga bahan pokok diluar negeri untuk melindung kestabilan ekonomi (Kunarjo, 2003).

Menurut Suparyono dan Agus (1997), standard mutu gabah yang telah ditetapkan oleh Bulog adalah sebagai berikut :

1. Kadar air harus sebesar 14% agar diperoleh persentase beras kepala atau beras utuh tinggi.

2. Kadar kotoran dan gabah hampa rendah (maksimum 3%) agar diperoleh beras remendemen beras giling tinggi.

3. Kadar gabah rusak, butir gabah hijau/muda, dan butir menguning harus rendah.

4. Seharusnya gabah tidak mengandung benda asing, missal : batu, logam, kerikil, dan tanah yang dapat merusak mesin atau menurunkan mutu beras.

Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Beberapa analisis mencoba untuk melihat makna swasembada dari berbagai sudut pandang antara lain, swasembada absolut (dimana selisih supply dan demand beras sama dengan nol), swasembada subsektoral pangan (dimana ekspor bahan pangan dapat membiayai impor pangan), dan swasembada sectoral sebelum tahun 1984 sebenarnya sudah tergolong swasembada karena nilai ekspor komoditas pertanian kita sangat mampu, bahkan surplus untuk mengimpor pangan sejak tahun 1983 (Amang, 1995).

Upaya untuk menjaga kesimbangan penawaran dan permintaan sebenarnya banyak dipengaruhi oleh adanya fluktuasi dalam penawaran beras sementara permintaan beras relatif konstan sepanjang tahun. Untuk mengatasi hal

(26)

itu Bulog melakukan kegiatan pengadaan untuk menyerap kelebihan supply dan melakukan kegiatan penyaluran pada musim penceklik dimana supply berkurang.

Dalam melakukan pembelian beras Bulog tidak mempunyai target kuantitas, Bulog harus tetap melakukan pembelian selama harga masih dibawah harga dasar.

Demikian pula halnya dengan penyaluran, Bulog juga tidak mempunyai target kuantitas, selama harga masih di atas harga batas tertinggi Bulog wajib melakukan operasi pasar. (Amang, 1993).

2.1.1. Teori Permintaan dan Penawaran 2.1.1.1.Teori Permintaan

Permintaan (demand) adalah jumlah barang yang diminta konsumen pada suatu pasar. Sementara pasar adalah tempat terjadinya transaksi antara produsen dan konsumen atas barang-barang ekonomi. Sebagian ahli mengatakan bahwa pengertian permintaan adalah jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu.

Sedangkan sebagian ahli lainnya menyatakan “permintaan digunakan untuk mengetahui hubungan jumlah barang yang dibeli oleh konsumen dengan harga alternative untuk membeli barang yang bersangkutan dengan anggapan bahwa harga barang lainnya tetap (Daniel, 2004).

Teori permintaan menerangkan tentang sifat permintaan para pembeli terhadap suatu barang. Teori permintaan menerangkan tentang ciri-ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Adalah hokum permintaan adalah semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut dan sebaliknya apabila semakin tinggiharga suatu barang tersebutmaka semakin sedikit permintaan terhadap barang itu. (Mankiw, 2003)

(27)

Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat hubungan antara permintaan suatu barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan semakin rendah harga harga suatu barang, maka semakin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang maka semakin sedikit permintaan terhadap barang tersebut.(Sukirno, 2010)

Dari sudut ilmu ekonomi pengertian permintaan sedikit berbeda dengan pengertian yang digunakan sehari-hari. Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan secara absolut yaitu jumlah barang yang dibutuhkan, sedangkan dari kacamata ilmu ekonomi permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh tenaga beli peminta barang yang disebut permintaan efektif. Sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut atau potensial (Sudarsono, 1990).

Tenaga beli seseorang tergantug atas dua unsur pokok yaitu pendapatan yang dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan yang dibelanjakan oleh seseorang berubah maka jumlah barang yang diminta juga berubah. Demikian juga halnya harga barang yang dikehendaki juga dapat berubah. Secara sistematis pengaruh perubahan harga dan pendapatan terhadap jumlah yang diminta dapat diketahui secara serentak. Bahkan metode matematis ini tidak akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan pengaruh dari tiga atau lebih faktor atas jumlah barang yang diminta.

(28)

Bentuk kurva permintaan adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kurva Permintaan

Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara jumlah yang diminta dan harga, dimana semua variabel lainnya dianggap tetap. Kurva ini mempunyai lereng (slope) yang negatif, yang menunjukkan bahwa jumlah yang diminta (the quantity demanded) naik dengan turunnya harga (Kadariah, 1994).

Variabel-variabel yang menentukan jumlah komoditi yang diinginkan oleh rumah tangga menurut Kadariah (1994) adalah : 1. Harga barang yang bersangkutan; 2. Pendapatan rata-rata rumah tangga; 3. Jumlah penduduk (size of population); 4. Harga-harga komoditi yang ada hubungannya dengan komoditi

tersebut. Untuk mengerti pengaruh masing-masing variabel diatas tersebut, semua variabel lainnya dianggap tetap (ceteres paribus) .

Hubungan antara permintaan (demand) dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dituangkan dalam fungsi permintaan sebagai berikut :

)

Dalam persamaan tersebut di atas, maka adalah jumlah barang X diminta, adalah harga barang X,Y adalah pendapatan dan adalah jumlah penduduk.

Tentu saja jumlah variabel ini masih dapat ditambah (Djojodipuro, 1991).

Menurut Mankiw (2003) Faktor-faktor atau variabel yang D

D

(jumlah yang diminta) 0

(29)

mempengaruhi permintaan suatu barang, antara lain adalah : a. Harga

Permintaan konsumen dapat dipengaruhi oleh harga, harga barang yang akan dibeli (P), harga barang pengganti (price of subsituation product, Ps) maupun harga barang pelengkap (price of complementary product, Pc). Konsumen akan membatasi pembelian jumlah barang yang diinginkan bila harga barang terlalu tinggi, bahkan ada kemungkinan konsumen memindahkan konsumsi dan pembeliannya kepada barang pengganti (barang subtitusi) yang lebih murah harganya. Harga barang pelengkap juga akan mempengaruhi keputusan seorang konsumen untuk membeli atau tidak barang utamanya, bila permintaan barang utama meningkat, maka permintaan akan barang penggantinya akan menurun dan sebaliknya.

b. Pendapatan Konsumen.

Konsumen tidak akan dapat melakukan pembelian barang kebutuhan bila pendapatan tidak ada atau tidak memadai. Dengan demikian, maka perubahan pendapatan akan mendorong konsumen untuk mengubah permintaan akan barang kebutuhannya. Berdasarkan sifat perubahan permintaan terhadap berbagai barang apabila terjadi perubahan pendapatan, dapat dibedakan dalam beberapa golongan, antara lain :

1. Barang Esensial (essential goods) adalah barang yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kebutuhan atau permintaan akan barang ini tidak akan berubah walaupun terjadi perubahan pendapatan.

2. Barang Normal (normal goods) adalah barang yang permintaannya berhubungan lurus dengan pendapatan konsumen. Bila pendapatan konsumen

(30)

meningkat, maka permintaan akan barang tersebut juga meningkat dan sebaliknya, bila pendapatan konsumen menurun, maka permintaan barang tersebut juga menurun.

3. Barang Inferior (inferior goods) adalah barang yang permintaannya berhubungan terbalik dengan pendapatan konsumen. Bila pendapatan konsumen meningkat maka permintaan akan barang tersebut akan menurun dan sebaliknya, bila pendapatan konsumen menurun maka permintaan akan barang tersebutmeningkat.

c. Jumlah Konsumen.

Pertambahan jumlah konsumen, misalnya jumlah penduduk, tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan jumlah permintaan suatu barang. Akan tetapi pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan kesempatan kerja.

Dengan demikian akan lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan hal ini juga akan menambah daya beli masyarakat. Pertambahan daya beli masyarakat akan menambah permintaan.

d. Selera Konsumen.

Perubahan selera dapat termanifestasikan ke dalam perilaku pasar.perubahan selera konsumen bisa ditunjukkan oleh perubahan bentuk atau posisi dari indifference map, tanpa ada perubahan harga barang maupun pendapatan,

permintaan akan suatu barang akan suatu barang dapat berubah karena perubahan selera.

e. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang.

Perubahan – perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa

(31)

harga-harga akan naik pada masa depan akan mendorong konsumen membeli lebih banyak untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang.

Secara umum permintaan akan suantu barang tidak hanya dipengaruhi oleh barang itu sendiri, tetapi dipengaruhi pula oleh harga barang lain yang berkaitan, pendapatan konsumen, jumlah penduduk dan jumlah permintaan pada tahun sebelumnya.

Menurut Sukirno (2010) beberapa faktor lain yang cukup penting peranannya dalam mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang adalah :

1. Distribusi pendapatan

Distribusi pendapatan juga dapat mempengaruhi corak permintaan terhadap berbagai jenis barang. Sejumlah pendapatan masyarakat yang tertentu besarnya akan menimbulkan corak permintaan masyarakat yang berbeda apabila pendapatan tersebut diubah corak distribusinya.

2. Cita rasa masyarakat

Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membelibarang-barang.

3. Jumlah penduduk

Pertambahanpenduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat.

Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan.

4. Ekspektasi tentang masa depan

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang

(32)

akan datang dapat mempengaruhi permintaan.

Hubungan antara sesuatu barang dengan berabagai jenis-jenis barang lainnya dapat dibedakan kepada tiga golongan (Sukirno, 2010) :

a. Barang pengganti

Sesuatu barang dinamakan barang pengganti kepada barang lain apabila ia dapat menggantikan fungsi barang lain tersebut. Harga barang pengganti dapat mempengaruhi permintaan barang yang dapat digantinya. Sekiranya harga barang pengganti bertambah murah maka barang yang digantinya akan mengalami pengurangan dalam permintaan. Dengan demikian apabila harga kopi turun, maka permintaan terhadap the akan berkurang. Sebaliknya, apabila harga kopi naik maka permintaan terhadap teh akan meningkat.

b. Barang pelengkap

Apabila sesuatu barang selalu digunakan bersama dengan barang lainnya, maka barang tersebut dinamakan barang pelengkap kepada barang lain tersebut. Kenaikan atau penurunan permintaan terhadap barang pelengkap selalu sejalan dengan perubahan permintaan barang yang digenapinya.

c. Barang netral

Apabila dua macam barang tidak mempunyai hubungan yang rapat maka perubahan terhadap permintaan salah satu barang tersebut tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya. Barang seperti itu dinamakan barang netral.

Faktor yang mempengaruhi besar kecilya permintaan antara lain adalah harga barang yang bersangkutan, harga barang lain (subsitusi atau komplementer), selera, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan (Rahmanta, 2018).

(33)

a) Harga. Artinya makin tinggi harga, makin berkurang jumlah permintaan , dan sebaliknya makin rendah harga, makin tinggi jumlah permintaan, dengan catatan faktor lain yang mempengaruhipermintaan dianggap tetap.

b) Harga barang lain. Artinya apakah dengan berubahnya harga suatu barang akan mempengaruhi harga barang yang lain tergantung apakah barang tersebut mempunyai hubungan yang saling menggantikan atau subsitusi, saling melengkapi ataukomplementer atau tidak saling mempengaruhi atau netral saja (independent). Yang dimaksud dengan barang saling menggantikan adalah contohnya kopi dan teh, atau tempe dan tahu, dan sebagainya. Artinya jika harga kopi dan tempe naik maka konsumen dapat membelibarang alternatif yaitu teh atau tahu.

c) Selera. Artinya selera merupakan variabel yang mempengaruhi besar kecilnya permintaan. Selera dan pilihan konsumen terhadap suatu barang bukan saja dipengaruhi oleh struktur umum konsumen tetapi juga karena faktor adat atau kebiasaan setempat, tingkat pendidikan atau lainnya. Karena faktor selera dan pilihan ini juga menentukan perubahan permintaan,maka variabel ini juga dianggap cukup penting, hanya saja didalam praktek variabel ini sulit diukur.

d) Jumlah Penduduk. Artinyamakin banyak jumlah penduduk makin besar pula barang yang dikonsumsi. Dalam banyak kejadian penambahan jumlah penduduk berarti adanya perubahan struktur umur. Dengan demikian bertambahnya jumlah penduduk atau tidak proporsional dengan pertambahan jumlah barang yang dikonsumsi. Hal ini disebabkan oleh karena konsumsi orang dewasa akan berbeda dengan konsumsi anak belasan tahun atau anak dibawah umur lima tahun.

(34)

e) Tingkat pendapatan. Artinya perubahan tingkat pendapatan akan mempengaruhi banyaknya barang yang dikonsumsi. Bahkan seringkali dijumpai dengan bertambahnya pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah tetapi juga kualitas barang tersebut. Misalnya,sebelum ada pertambahan pendapatan, beras yang dikonsumsi adalah yang berkualitas kurang baik seperti varitas IR atau varitas lainnya., tetapi setelah ada tambahan pendapatan maka konsumsi beras akan bertambah dan varitas yang dibeli adalah varitas yang berkualitas sangat baik,seperti beras Cianjur, dan sebagainya.

2.1.1.2. Penawaran (supply)

Penawaran (supply) adalah banyaknya komoditas pertanian yang ditawarkan oleh para produsen/penjual. Sedangkan hokum penawaran pada dasarnya menyatakan makin tinggi harga suatu barang, makin banyak jumlah barang tersebut yang akan ditawarkan oleh produsen/penjual. Sebaliknya makin rendah harga suatu barang, makin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan oleh para produsen, dengan anggapan faktor-faktor lain tidak berubah (Daniel, 2002).

Menurut Sukirno (2010) hukum penawaran adalah suatu pernyataan yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yangditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan bagaimana keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi dan bagaimana pula keinginan untuk menawarkan barangnya tersebutapabila harganya rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan ditawarkan oleh para

(35)

penjual. Sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan.

Pada penawaran, penjual dapat memilih antara menjual barang itu untuk mendapatkan uang atau menahan barangnya untuk dipakai sendiri. Keinginan atau keseganan penjual menahan barangnya menentukan permintaan penjual akan barangnya sendiri. Keseganan untuk menjual barangnya itu sama dengan keinginan untuk memiliki barang tersebut untuk memenuhi kebutuhan. Jika mengambil keputusan untuk menjual barang, hal ini berarti memutuskan untuk tidak mengadakan permintaan (demand) terhadapnya (Kadariah, 1994).

Hubungan antara harga komoditi dan jumlah yang ditawarkan dapat dilihat dalam kurva penawaran :

Gambar 2.2. Kurva Penawaran

Kurva penawaran menanjak kekanan atas, yang menggambarkan bahwa jumlah yang ditawarkan naik dengan kenaikan harga. Yang dimaksud dengan penawaran bukan suatu titik pada kurva penawaran, melainkan seluruh kurva penawaran ialah hubungan yang lengkap (seluruh hubungan) antara penjualan yang diinginkan dengan harga-harga alternatif yang mungkin terjadi dari komoditi Harga (P)

S

S

Q (Jumlah) 0

(36)

jumlah suatu komoditi yang ditawarkan dan komoditi tersebut, dimana variabel- variabel lain dianggap tetap. Satu titik pada kurva penawaran menggambarkan jumlah yang ditawarkan (the quantity supplied) pada harga tersebut.

Menurut Mankiw (2003) jumlah penawaran ( quantity supplied ) dari suatu barang adalah jumlah barang yang rela dan mampu dijual oleh penjual. Ada banyak hal yang menentukan jumlah penawaran barang, tapi ketika kita menganalisis bagaimana pasar bekerja, salah satu penentunya adalah harga barang itu.

Jumlah suatu komoditi yang disanggupi oleh perusahaan-perusahaan untuk menghasilkan dan untuk menjualnya dipengaruhi oleh variabel-variabel penting sebagai berikut : 1. Harga komoditi itu sendiri; 2. Harga-harga inputnya; 3.

Tujuan perusahaan; 4. Keadaan teknologi (state of technology). Sama halnya dengan segi permintaan, di penawaran pun banyak sekali variabel-variabel yang mempengaruhi penawaran suatu komoditi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran, diantaranya:

a. Harga barang tersebut.

Hubungan antara harga dan penawaran barang itu adalah berbanding lurus.

Semakin murah harga maka jumlah barang yang ditawarkan akan semakin sedikit dan semakin mahal harga, maka jumlah barang yang ditawarkan semakin banyak.

b. Harga barang lain.

Semakin mahal harga barang substitusi maka semakin sedikit penawaran barang itu.

c. Harga faktor – faktor produksi.

Bila harga faktor - faktor produksi semakin meningkat maka akan

(37)

menyebabkan biaya produksi menjadi mahal. Bila biaya produksi semakin mahal, maka produsen menjadi berkurang kemampuannya untuk berproduksi.

d. Ekspektasi harga di masa yang akan datang.

Bila ada anggapan bahwa di masa yang akan datang akan terjadi kenaikan harga pada suatu barang maka penawaran akan barang tersebut akan semakin menurun.

e. Jumlah produsen.

Apabila jumlah produsen bertambah maka semakin banyak penawaran.

f. Teknologi.

Dengan adanya teknologi yang semakin meningkat, berarti biaya untukmemproduksi menjadi lebih rendah, dengan demikian jumlah barang yangdapat diproduksi menjadi lebih banyak.

g. Jumlah konsumen.

Apabila jumlah konsumen bertambah maka biasanya akan semakin banyak penawaran yang akan dilakukan produsen.

Menurut Daniel (2002) faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penawaran :

1. Teknologi

Bila terjadi perubahan atau peningkatan pada teknologi dalam proses produksi maka akan terjadi perubahan pada produksi yang cenderung meningkat pula.

2. Harga input

Artinya, besar kecilnya harga input juga akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah input yang dipakai. Bila harga faktor produksi meningkat, kecenderungan pengurangan penggunaannya berdampak pada hasil yang juga

(38)

akan turun. Turunya hasil secara otomatis menyebabkan turunnya penawaran.

3. Harga produksi komoditas lain

Yang dimaksud disini adalah pilihan pertanian pada usaha tani. Perubahan pola usaha tani ini akan mempengaruhi pada penawaran pilihan Petani tersebut.

4. Jumlah produsen

Bila produsen bertambah maka jelas produksi yang ditawarkan akan meningkat.

5. Harapan produsen terhadap harga produksi dimasa datang

Ramalan Petani dan pilihan yang diambilnya akan mempengaruhi luas tanam yang ujungnya adalah berpengaruh pada produksi dan penawaran komoditas tersebut.

Hukum penawaran berasumsi bahwa dengan menganggap hal lainnya tetap, kuantitas barang yang ditawarkan akan meningkat ketika harga barang tersebut terus meningkat. Kurva penawaran memperlihatkan perubahan kuantitas barang yang ditawarkan ketika harganya berubah. Karena harga yang lebih tinggi menaikan kuantitas yang ditawarkan, maka kurva penawaran memiliki kemiringan ke atas atau positif.

Gambar 2.3. Kurva Penawaran 0

(39)

Kurva penawaran memperlihatkan apa yang terjadi dengan kuantitas barang yang ditawarkan ketika harganya berubah, dengan menganggap seluruh faktor penentu lainnya konstan. Jika satu dari faktor-faktor tersebut berubah, kurva penawaran akan bergeser (Mankiw, 2000).

Menurut Lipsey (1996), pemerintah terkadang menetapkan suatu harga minimum bagi barang dan jasa tertentu yang disebut harga dasar (price floor).

Contoh popular adalah upah minimum tenaga kerja dan harga dasar bagi beberapajenis komoditi pertanian. Harga dasar yang sama atau kurang dari harga ekuilibrium tidak akan berpengaruh apa-apa karena titik ekuilibrium tetap bias dicapai dan akan tetap konsisten dengan harga dasar yang resmi. Akan tetapi jika harga dasar ditetapkan lebih tinggi dari harga ekuilibrium, harga dasar ini akan mengikat atau efektif. Harga dasar yang efektif akan mengakibatkan kelebihan penawaran. Akan muncul surplus yang tak terjual atau seseorang harus melibatkan diri dan memebeli kelebihan produksi (excess production).

Berdasarkan pertimbangan realistik oleh Pemerintah penetapan harga dasar untuk gabah menggunakan pendekatan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) dan incremental B/C Ratio. Penetapan harga dasar direevaluasi dengan mempertimbangkan dampaknya terhadap pendapatan Petani, produksi padi, inflasi, dan harga jual beras. Dengan semakin meningkatnya produksi padi, penetapan harga beras perlu pula mempertimbangkan internasional agar dapat bersaing pula di pasaran internasional. Sedangkan harga batas tertinggi ditetapkan berdasarkan harga dasar ditambah dengan biaya-biaya pemasaran seperti biaya pengolahan, biaya penyimpanan, dan biaya angkutan, ditambah lagi keuntungan yang wajar bagi pedagang (Amang, 1993).

(40)

2.1.2 Pengertian Harga

Harga adalah jumlah uang yang ditukarkan ke konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk dan jasa. Harga berperan sebagai penentu utama pilihan pembeli. Harga merupakan jumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk ataujasa tersebut (Kotler, 2001).

Menurut Sukirno (2005) harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut.

Oleh karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah barang yang diperjualbelikan maka perlu dilakukan analisis permintaan dan penawaran atas suatu barang tertentu yang terdapat dipasar. Keadaan suatu pasar dikatakan seimbang apabila jumlah yang ditawarkan penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan ekuilibrium dalam suatu pasar. Keadaan ekuilibrium tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Gambar 2.4. Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran S

D

Q P

(41)

Harga yang terjadi dipasar merupakan perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Tetapi dalam kenyataan terdapat harga pada tingkat Petani dan kunsumen disamping harga pedagang. Pembentuk harga yang minimum terjadi pada tingkat harga pedagang besar karena hanya pada tingkat ini terdapat persaingan yang agak sempurna dan pada umumnya penjual dan pembeli memiliki pengetahuan yang baik tentang situasi pasar pada suatu waktu tertentu.

Kebijakan stabilisasi harga ditempuh dengan menggunakan instrument stok cadangan (buffer stock) maupun pengaturan harga (administered price).

Pemerintah setiap tahun menentukan harga dasar (floor price) bagi produsen dan harga tertinggi (ceiling price) bagi konsumen. Bulog bertanggung jawab untuk menjamin harga beras berada diantara harga tertinggi dan terendah tersebut dengan melakukan operasi pasar dan pendistribusian (Amirullah, 2005).

Menurut Daniel (2002) sebenarnya, semakin tinggi pendapatan konsumen, semakin ragam dan semakin bermutu barang yang diinginkan. Dalam pemenuhan permintaan konsumen, lemabaga niaga akan berusaha untuk mengubah bentuk, meningkatkan kualitas barang, dan sebagainya, sehingga hal ini juga menyebabkan semakin tinnginya biaya tata niaga. Karena itu, nilai hasil pertanian yang diterima konsumen sudah diperoleh nilai tambah yang relatif semakin besar dan persentase nilai rupiah yang diterima Petani produsen menjadi semakin kecil.

Menyesuaikan diri dengan harga pasar. Bagi pendatang baru harga pasar adalah fakta. Kecuali mereka itu perusahaan besar yang kuat dalam segala bidang, mereka harus menyesuaikan harga produknya dengan harga produk saingan langsung atau produk subsitusi yang telah berada di pasar. Kalau tidak, kecil harapan mereka bisa memasarkan produknya (Kleinsteuber, 2007).

(42)

Semakin banyak jumlah satuan produk yang dapat di produksi dan dijual akan semakin menurun jumlah biaya pokok setiap satuan produk. Secara umum dapat dikatakan jumlah penjualan produk dapat ditingkatkan dengan jalan menetapkan harga yang lebih kompetitif, tanpa harus mengorbankan keuntungan (Kleinsteuber, 2007).

Harga ditentukan oleh jumlah barang yang datang ke pasar dan harga itu cepat beraksi terhadapnya. Dalam praktek perilaku dan reaksi Petani pada umumnya termasuk di Indonesia memang serupa itu. Kalau harga Lombok naik maka Petani menjadi telalu optimistis dan Petani diseluruh desa serentak menanam lombok dengan harapan harga akan terus menerus naik. Namun pada saat panen yang serentak ternyata harga lombok jatuh, semua menderita rugi dan tidak ada lagi Petani menanam lombok pada musim berikutnya. Dan ini mengakibatkan harga lombok naik tinggi sekali pada musim berikutnya karena jumlah yang ditawarkan kepasar sangat sedikit (Mubyarto, 2007).

Biaya memproduksi barang atau jasa dan biaya-biaya lain yang ditanggung perusahaan,tidak pernah menjadi satu-satunya faktor penentuharga produk. Hal itu disebabkan karena apabila pembeli mempunyai persepsi harga produk (yang ditentukan berdasarkan biayanya) lebih tinggi dari nilai atau manfaat produk itu, mereka tidak akan membelinya. Perusahaan penghasil produk tersebut akan mendapat kesulitan memasarkannya. Dalam setiap keputusan membeli, pembeli juga tidak pernah memikirkan berapa jumlah biaya memproduksi produk yang mereka beli. Walaupun demikian biaya senantiasa tetap menjadi salah satu bahan pertimbangan penting dalam menentukan harga dan strategi harga (Kleinsteuber, 2007).

(43)

2.1. Penelitian Terdahulu

Ruatiningrum (2011), melakukan penelitian yang berjudul “Dampak Kebijakan Pemerintah dan Perubahan Faktor Lain terhadap Permintaan dan Penawaran Beras di Indonesia: Analisis Simulasi Kebijakan, Tahun 1971 - 2008”.

Penelitian ini menggunakan model analisis simultan dengan metode Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) permintaan

beras secara nyata dipengaruhi oleh harga riil beras Indonesia, jumlah penduduk, dan permintaan beras tahun sebelumnya, (2) penawaran beras dipengaruhi oleh produksi beras, jumlah impor beras, stok beras, dan stok beras tahun sebelumnya, (3) harga riil gabah tingkat Petani secara nyata dipengaruhi oleh harga riil pembelian pemerintah, produksi padi, dan harga riil gabah tingkat Petani tahun sebelumnya, dan (4) harga riil beras Indonesia secara nyata dipengaruhi oleh harga riil pembelian pemerintah. Beberapa alternatif kebijakan pemerintah yang disarankan terkait penelitian ini, yaitu pemerintah sebaiknya tetap menerapkan kebijakan subsidi pupuk, meningkatkan harga pembelian terhadap gabah dan beras, mendorong peningkatan produksi beras (sehingga penawaran beras juga meningkat) melalui pengembangan program intensifikasi. Kebijakan pemerintah lainnya yang disarankan, yaitu menggalakkan program Keluarga Berencana (KB), menyimpan kelebihan produksi beras agar Petani tidak merugi ketika produksi beras meningkat yang umum terjadi saat musim panen tiba, dan menggalakkan kembali program diversifikasi konsumsi pangan (substitusi beras) sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan melalui pola pangan harapan.

Winarto (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Jawa Tengah, Tahun 1999 - 2008“. Penelitian ini

(44)

menggunakan model analisis simultan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwasecara simultan permintaan beras di Jawa Tengah dipengaruhi oleh variabel regresornya yaitu harga beras, harga ubi kayu, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk. Namun secara parsial, pada metode OLS seluruh varabel regresor tersebut tidak berpengaruh nyata sedangkan pada metodel TSLS seluruh variabel regresor berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan beras di Jawa Tengah.

Sedangkan penawaran beras di Jawa Tengah secara simultan dipengaruhi oleh variabel regresornya yaitu harga beras, luas panen padi dan harga beras tahun yang lalu. Pada metode OLS secara parsial variabel beras tahun yang lalu berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran beras sedangkan padametode TSLS variabel luas panen padi sangat berpengaruh nyata terhadap jumlah penawaran beras di Jawa Tengah.

Sunani (2009) melakukan penelitian yang berjudul “Analisisa Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Produksi dan Konsumsi Beras di Kabupaten Siak, Riau, Tahun 1999 - 2008“. Penelitian ini menggunakan model analisis simultan dengan metode Two Stage Least Square (TSLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, persamaan luas areal panen padi Kabupaten Siak dipengaruhi oleh harga riil gabah di tingkat Petani, harga riil pupuk urea, curah hujan dan luas areal irigasi pada taraf nyata α = 0,10. Persamaan produktivitas padi dipengaruhi oleh luas areal panen, lag upah tenaga kerja, lag penggunaan pupuk urea, dan tren waktu pada taraf nyata α = 0,20. Persamaan konsumsi beras di Kabupaten Siak hanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk pada taraf nyata α = 0,05. Harga riil eceran beras di Kabupaten Siak dipengaruhi lag harga eceran beras dan

(45)

berpengaruh nyata pada taraf α = 0,10. Sedangkan dari hasil analisis simulasi menunjukkan kebijakan yang paling layak disarankan di Kabupaten Siak yang sesuai dengan tujuan program pencapaian target pemenuhan beras dari kemampuan produksi Kabupaten Siak adalah kebijakan kenaikan harga gabah di tingkat Petani yang dikombinasikan dengan peningkatan luas arealirigasi.

Nurfathiyah dan Edison (2011) melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Permintaan dan Penawaran Beras di Provinsi Jambi, Tahun 1986-2008”.

Penelitian ini menggunakan teknik persamaan simultan dengan metode 2 SLS (Two Stage Least Squares). Untuk menduga parameternya, digunakan analisis statistik dengan bantuan program SAS/ETS (Statistik Analisis System/Econometric Time Series). Dari hasil analisis statistik diperoleh koefisien regresi yang

menggambarkan parameter fungsi permintaan dan penawaran beras di Provinsi Jambi. Dari analisis ini juga diperoleh seberapa besar faktor-faktor tersebut mempengaruhi permintaan dan penawaran beras secara bersama-sama maupun secara individu (satu-satu). Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan beras di Provinsi Jambi menunjukkan keadaan yang meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,82% dan presentase fluktuasi sebesar 4,89% dari tahun 1986 hingga tahun 2008. Penawaran beras di Provinsi Jambi menunjukkan keadaan yang meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 0,54% dan persentase fluktuasi sebesar 1,57% dari tahun 1986 hingga tahun 2008. Variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan adalah pendapatan per kapita, sedangkan pada penawaran yang berpengaruh nyata adalah harga rata-rata eceran beras di Provinsi Jambi, luas panen, musim, dan trend waktu. Variabel harga rata- rata eceran beras di Provinsi Jambi dan penduduk tidak memberikan pengaruh

(46)

yang nyata terhadap permintaan. Begitu pula dengan harga beras di Bangkok, harga beras impor, dan penyebaran bibit unggul tidak memberikan pengaruh nyata terhadap penawaran beras di Provinsi Jambi.

Tarigan, et al (2001) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Permintaan dan Penawaran di Provinsi Sumatera Utara, Tahun 1995-2010”.

Dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda yang dilakukan untuk menguji apakah masing-masing variabel bebas memberikan pengaruh terhadap variabel tidak bebas, dengan menggunakan bantuan program shazam. Hasil dalam penelitian ini adalah : Perubahan pendapatan dan perubahan

jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan beras, temuan ini nyata secara statistic, sedangkan harga beras, harga barang subsitusi dan permintaan beras tahun sebelumnya tidak berkorelasi terhadap permintaan beras. Perubahan pendapatan dan harga beras adalah inelastis terhadap permintaan beras. Hal ini perubahan pendapatan dan harga beras pengaruhnya kurang proporsional terhadap perubah permintaan beras, sedangkan perubahan jumlah penduduk elastis terhadap permintaan beras. Perubahan harga beras berpengaruhpositif, sedangkan harga pupuk berpengaruh negatif terhadap jumlah beras yang ditawarkan, temuan ini nyata secara statistik. Dilain pihak harga barang subsitusi dan penawaran beras tahun sebelumnya tidak berkorelasi terhadap penawaran beras. Kondisi ini mencerminkan bahwa masyarakat Sumatera Utara tidak lazim mengkonsumsi terigu sebagai bahan pembuat roti sebagai pengganti makanan pokok. Dalam jangka pendek penawaran terhadap beras bersifat inelastic, karena hasil-hasil produk pertanian termasuk beras bersifat musiman, dan memerlukan tenggangan waktu (gestation period) antara menanam dengan naiknya penawaran kalua

(47)

memang panen belum tiba.

Prasetyo, et al (2016) melakukan penelitian dengan judul “Import Demand Function of Rice in Indonesia, Tahun 1999-2012”. Isi penelitian ini adalah

memenuhi kebutuhan beras adalah untuk meningkatkan produksi dalam negeri, yang merupakan salah satu kebijakan pemerintah. Namun, dengan meningkatkan populasi, permintaan beras juga akan meningkat dan upaya meningkatkan produktivitas dalam negeri tidak dapat memasok kebutuhan beras dalam negeri.

Jadi, untuk menutupi kekurangan tersebut pemerintah membuat keputusan untuk mengimpor beras dari negara lain. Produk Domestik Bruto (PDB) juga meningkat setelah krisis moneter pada tahun 1998. Dalam kenyataannya impor beras terjadi ketika data statistik menunjukkan bahwa pasokan beras di Indonesia adalah surplus. Tujuan dari penelitian ini adalah diperlukan untuk mempelajari faktor- faktor yang mempengaruhi impor beras di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah beberapa model analisis regresi linier berganda menggunakan data time series dengan Error Correction Model (ECM). Berdasarkan penelitian terbukti bahwa sebagian atau bersama-sama dengan produk domestik bruto, konsumsi, harga beras di pasar dunia yang berpengaruh signifikan terhadap impor beras di Indonesia.

Rahim, et al (2017) melakukan penelitian dengan judul “Supply and Demand of Rice in Malaysia : A System Dynamics Approach”. Penelitian ini berisi

tentang model pengembangan dari penawaran dan permintaan beras di Malaysia untuk dapat lebih memahami tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan beras terhadap sistem produksi beras di Malaysia. Hal ini diketahui bahwa populasi warga di Malaysia sangat bergantung pada

(48)

persediaan beras sebagai makanan pokok untuk konsumsi sehari-hari. Saat ini, Malaysia memiliki sekitar 75% beras tingkat swasembada. Pemerintah Malaysia telah menetapkan target SSL beras 100% dalam produksi untuk memenuhi permintaan dari pertumbuhan populasi. Dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif sistem dinamis digunakan untuk menganalisis pengaruh harga, ketersediaan lahan dan teknologi pada produksi padi di Malaysia dengan menggunakan the causal loop dan stock flow diagrams. Penelitian ini telah menggambarkan perkembangan

diagram kausal lingkaran dan diagram alir stok dari penawaran dan permintaan beras di Malaysia untuk membantu lebih memahami sistem produksi padi di Malaysia. Studi ini berfokus terutama pada pendekatan kualitatif dinamika sistem yang melibatkan pengembangan diagram kasual lingkaran dan aliran saham diagram dalam menganalisis sebab akibat dan umpan balik hubungan antara faktor. Tiga faktor telah dipelajari dalam penelitian ini yang mempengaruhi produksi beras adalah harga, ketersediaan lahan dan teknologi. Perpanjangan masa depan penelitian ini menekankan pada pengembangan model simulasi dan melanjutkan dengan pengujian model dan perancangan kebijakan dan evaluasi kebijakan yang lebih baik dari produksi beras dalam mencapai SSL beras 100% di Malaysia.

Hung, et al (2017) melakukan penelitian dengan judul “Climate Change Effects on Supply and Demand of Rice in India, Tahun 1969-2009”. Penelitian ini

dilakukan untuk memperjelas bagaimana perubahan iklim diperkirakan akan mempengaruhi permintaan dan penawaran beras di India, sebuah produsen beras dan konsumen bberas sangat penting. Metode, model supply-demand, meliputi enam fungsi: hasil, daerah, ekspor, perubahan stok, permintaan, dan harga

Gambar

Gambar 2.3. Kurva Penawaran 0
Gambar 2.4. Kurva Keseimbangan Permintaan dan Penawaran S
Gambar 2.5.  Skema Kerangka Pemikiran  2.4.  Hipotesis
Tabel 3.1.  Identifikasi Persamaan Simultan  Persamaan Simultan  K – M  G - 1  (K-M)  ≥ (G-1)  Keputusan  =    +                         6 – 4  3 - 1  2 > 2  Exactly dentified                              e  6 – 4  3 - 1  2 > 2  Exactly dentified
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penelitian dengan membandingkan hasil koreksi hasil belajar dengan menggunakan metode konvensional (manual) dengan hasil koreksi otomatis

Rambu-rambu dalam pelaksaan supervisi akademik yaitu (1) kunjungan rutin yang terjadwal ke setiap sekolah, yang dikesani sebagai silaturahmi para supervisor

Sebelum bahan dikirim ke lokasi pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan / mengirimkan contoh bahan dari beberapa macam hasil produk dengan warna sesuai table atau petunjuk Perencana

peserta didik agar dapat diperoleh suatu pemahaman yang baik dalam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN

[r]

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran pemaafan (forgiveness) sebagai prediktor regulasi emosi kognitif pada wanita yang hamil di luar pernikahan.. Sampel (N=30)

Hendro Gunawan, MA