• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Penelitian Terdahulu

Telah banyak dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi atau sektor unggulan diberbagai daerah di Indonesia. Penelitian-penelitian tersebut didominasi dengan penggunaan analisisLocation Quotient (LQ) dan Shift Share.

Setiap penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dijadikan referensi dan bahan pembelajaran serta pertimbangan untuk mengkaji penelitian ini.

Penelitian pertama yang menjadi bahan referensi adalah penelitian dengan judul Analisis Sektor – Sektor Unggulan Pada Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010 oleh Ayu Sri Utami Hendriyani (2012). Penelitian ini menggunakan alat analisi Location Quotient (LQ), dan Shift Share. Hasil dari penelitian ini menyatakan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Cirebon yang termasuk kedalam sektor unggulan adalah sektor pertanian, sektor

bangunan/konstruksi, sektor jasajasa, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Sedangkan berdasarkan analisis Shift Share, sektor unggulan yang mengalami pertumbuhan yang cepat yaitu terdapat pada sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor yang memiliki daya saing yang baik yaitu sektor jasa-jasa.

Monang Putra Dinata Sinaga (2013), dengan judul Analisis Potensi Ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Dimana penelitian ini menggunakan metode Location Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis Overlay,dan analisis Shift Share. Hasil analisis overlay yang merupakan analisis modifikasi dari LQ dan MRP, menunjukkan potensi ekonomi yang menjadi sektor unggulan Provinsi Sumatera ada dua sektor yaitu sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi. Sementara dari hasil analisis Shift share sektor jasa sektor yang memiliki keunggulan/daya saing kompetitif dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil empat alat analis yang digunakan, memberi makna bahwa yang menjadi sektor basis ada tiga sektor yaitu sektor perdangangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa.

Muhammad Hidayat dan Ranti Darwin (2017), dengan judul Analisis Sektor Unggulan Dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti.

Metode analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Shift Share, dan

Specialization Index. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor potensial di kabupaten kepulauan Meranti adalah sektor transportasi dan pergudangan; sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; dan sektor industri pengolahan. Sektor-sektor yang berspesialisasi dalam interaksi antar daerah adalah pertanian, Sektor-sektor kehutanan dan perikanan; dan sektor transportasi dan pergudangan.

Intan Saputri dan Arfida Boedi (2018), dengan judul Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Pada Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Analisis yang dilakukan dengan membandingkan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Provinsi Sumatera Selatan dan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Model Analisis yang digunakan adalah Analisis Tipologi Klassen, Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Informasi System (GIS). Hasil penelitian analisis Tipologi Klassen kabupaten/kota yang termasuk daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah Muara Enim dan Palembang. Hasil penelitian analisis Location Quotient (LQ) kabupaten Ogan Komering Ulu yang memiliki potensi sektor unggulan tertinggi diantara kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan perikanan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepedah Motor, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makanan Minuman, sektor Real Estate, sektor Jasa Pendidikan, sektor Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan sektor Jasa Lainnya. Hasil analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Informasi System (GIS) sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tergolong sektor basis tertinggi di kabuapten/kota Ogan

Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Lahat, Musi Rawas, Banyuasin, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Ilir, Empat Lawang, dan Pagar Alam.

Bambang Triwisnu Satria, (2016). Dengan judul penelitian Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Penetapan Sektor Unggulan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014. Dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen, Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Informasi System (GIS). Hasil penelitian analisis Tipologi Klassen kabupaten/kota yang termasuk daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah Muara Enim dan Palembang. Hasil penelitian analisis Location Quotient (LQ) kabupaten Ogan Komering Ulu yang memiliki potensi sektor unggulan tertinggi diantara kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan perikanan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepedah Motor, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makanan Minuman, sektor Real Estate, sektor Jasa Pendidikan, sektor Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan sektor Jasa Lainnya. Hasil analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Informasi System (GIS) sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tergolong sektor basis tertinggi di kabuapten/kota Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Lahat, Musi Rawas, Banyuasin, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Ilir, Empat Lawang, dan Pagar Alam.

2.3 Kerangka Konseptual

Sumatera Utara merupakan daerah yang memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap angka PDRB nasional. Selaku kontributor terbesar ke 2 di pulau

Sumatera, provinsi Sumatera Utara selalu mengalami peningkatan PDRB selama 5 tahun terakhir (2014-2018). Peningkatan ini tentu tidak terlepas dari kontribusi setiap sektor yang ada baik secara agregat maupun persektoral di 33 kabupaten kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara.

Setiap daerah tentu mengharapkan terjadi peningkatan disetiap sektor yang ada didaerahnya. Namun peningkatan ini tidak dapat dilakukan secara keseluruhan dikarenakan keterbatasan dana APBD yang dimiliki daerahnya.

Pengalokasian dana yang terbatas ini tentu bukan hanya berfokus pada pengelolaan sektor lapangan usahanya saja melainkan ada kebutuhan lain yang juga harus diperhatikan. Hal ini membuat persentase dana untuk pengembangan setiap sektor menjadi semakin sedikit dikarenakan adanya belanja rutin lainnya yang harus dilakukan. Oleh karena itu diperlukan strategi penangan dalam pengembangan setiap sektor yang ada. Jika secara menyeluruh tidak mungkin untuk dilakukan maka diperlukan pengelompokkan sektor mana yang harus diutamakan atau disebut sebagai sektor unggulan / basis.

Analisis yang dinilai optimal dan sering digunakan untuk mengetahui sektor unggulannya adalah analisis Location Quotient (LQ) yang didalamnya menggunakan metode Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotien (DLQ). Anasis lain yang digunakan adalah Shift Share untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan daya saing yang dimiliki sektor-sektor unggulan tersebut.

Dengan diketahuinya sektor apa saja yang unggul disetiap daerah maka pengalokasian dana yang ada serta penyusunan strateginya juga semakin optimal

untuk dilakukan. Ketika sektor unggulan mengalami pengembangan diharapkan akan memberikan dampak juga secara tidak langsung pada sektor yang bukan unggulan lainnya. Dan hal ini akan menimbulkan pertumbuhan ekonomi disetiap daerahnya.

Gambar 2.1

Skema Kerangka Konseptual

Location Quotient (LQ):

(Melalui gabungan metode Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location

Quotient (DLQ)

Pertumbuhan dan daya saing sektor unggulan

Sektor ekonomi

Shift Share

Sektor Unggulan Sektor Non Unggulan

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Dimana penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain serta data yang disajikan berbentuk angka (kuantitatif).

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)dan laju pertumbuhan di 33 kabupaten dan kota di Provinsi SumateraUtara sebagai daerah studi dan Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah referensi atas dasar harga konstan dengan rentang waktu tahun 2014-2018.

3.3 Jenis Variabel Penelitian

Data yang digunakan merupakan data sekunder PDRB dan laju pertumbuhan 33 kabupaten kota serta PDRB dan laju pertumbuhan provinsi di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2010. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2014 sampai dengan 2018 dan disertai data sekunder pelengkap lainnya yang relevan dengan topik penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi dimana setiap data diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis baik berupa buku, arsip, pendapat, teori, hukum, dan lain sebagainya yang relevan

3.5 Definisi Operasional 3.5.1 Sektor Unggulan

Sektor unggulan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan berdaya saing di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, dimana daerah memiliki kesempatan serta kewenangan untuk membuat kebijakan

3.5.2 PertumbuhanEkonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kondisi dimana terjadi peningkatan secara nominal dari pendapatan yang dihasilkan melalui barang dan jasa di Provinsi Sumatera Utara. Perhitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan angka PDB dalam lingkup nasional dan PDRB dalam lingkup regional sebagai alat ukurnya.

Angka yang digunakan adalah PDRB berdasarkan atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2010 dari tahun 2014-2018 di kabupaten dan kota Provinsi Sumatera Utara.

3.5.3 Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan setiap kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk bertahan dan menguasai pasar perekonomian meskipun ada banyak pesaing didalamnya. Kemampuan bersaing dari suatu kota seringkali diukur menggunakan berbagai indeks. Dalam penelitian ini perhitungan indeks yang digunakan adalah melalui alat analisis Shift Share. Indeksini kemudian akan digunakan untuk menunjukkan posisi kabupaten/kota terhadap kabupaten/kota

lainnya yang dianggap sebagai pesaing. Penggunaan indeks daya saing membantu para pengambil kebijakan dalam melakukan benchmark, komparasi, maupun monitoring dan evaluasi terhadap pembangunan kabupaten/kota yang telah dilaksanakan di kabupaten dan kota Provinsi Sumatera Utara.

3.6 Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui sektor unggulan dan non unggulan serta bagaimana gambaran pertumbuhan serta daya saing sektornya adalah sebagai berikut:

3.6.1 Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan dari suatu daerah. Untuk mengoptimalkan penggunaan analisis ini maka digunakan penggabungan metode Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ).

Cara perolehan hasil SLQ dilakukan dengan membandingkan kontribusi PDRB dari sektor i daerah studi terhadap PDRB daerah studi yang kemudian dibandingkan lagi dengan kontribusi PDRBdari sektor i daerah referensi terhadap PDB keseluruhan di daerah referensi. Atau secara matematis ditulis sebagai berikut:

SLQ :

Keterangan:

Vis = PDRB sektor i daerah studi (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara) Vs = Total PDRB daerah studi (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara) Vir = PDRBsektor i daerah referensi (Provinsi Sumatera Utara) Vr = Total PDRBdaerah referensi (Provinsi Sumatera Utara)

Kelemahan dari metode SLQ ini hanya dapat menganalisis pada satu titik waktu saja, Oleh karena itu digunakan analisis DLQ yang dapat menganalisis pada runtun waktu tertentu. Metode penganalisisan DLQ adalah sebagai berikut :

DLQ :

Keterangan :

gis = Rata-rata pertumbuhan PDRB sektor i di daerah studi (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara)

gs = Rata-rata pertumbuhan PDRB total semua sektor di daerah studi (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara)

Gir = Rata-rata pertumbuhan PDRB sektor i di daerah referensi (Provinsi Sumatera Utara)

Gr = Rata-rata pertumbuhan PDRB total sektor di daerah referensi (Provinsi Sumatera Utara)

t = selisih tahun akhir dan tahun awal.

Kriteria klasifikasi analisis LQ dengan penggabungan metode SLQ dan DLQ adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1

Klasifikasi Sektor Lapangan UsahaBerdasarkan Gabungan SLQ dan DLQ

3.6.2 Analisis Shift Share

Analisis Shift Share (SS) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis struktur perekonomian di suatu wilayah. Selain itu, dapat juga digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama dua periode waktu. Analisis ini dapat dilakukan pada tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional. Selain itu, melalui analisis ini juga dapat diketahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di masing-masing wilayah referensi yang diteliti.

Dalam analisis ini terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan setelah daerah studi dan sektor yang ingin diteliti ditetapkan. Langkah –langkah tersebut diantaranya :

1. Menghitung Rasio indikator kegiatan ekonomi yang terdiri dari:

a. ri : Rasio pendapatan sektor i pada wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara)

ri = (Y'ij – Yij)/ Yij

b. Ri : Rasio pendapatan (provinsi Sumatera Utara) dari sektor i.

Ri = (Y'i - Yi)/ Yi

c. Ra : Rasio Pendapatan (Provinsi Sumatera Utara) Ra = (Y'-Y) / Y

Kriteria SLQ < 1 SLQ > 1

DLQ > 1 Andalan Unggulan

DLQ < 1 Tertinggal Prospektif

2. Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah

Terdapat 3 (tiga) komponen pertumbuhan wilayah dalam analisis SS, yaitu: komponen Pertumbuhan Nasional (PN), komponen Pertumbuhan Proporsional (PP), dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW).

a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

Komponen Pertumbuhan Nasional (PN) adalah perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah.

Contohnya antara lain kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan.

PRij = (Ra)Yij Keterangan:

PRij = komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara)

Yij = pendapatan dari sektor i pada wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara) pada tahun dasar analisis

b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) timbul karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

PPij = (Ri-Ra)Yij Keterangan:

Ppij = Komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara).

Kriteria:

PPij < 0, menunjukkan sektor i pada wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara) pertumbuhannya lambat. PPij> 0, menunjukkan sektor i pada wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara) pertumbuhannya cepat.

c. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)

Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.

PPWij = (ri-Ri)Yij Keterangan:

PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara).

Kriteria :

PPWij > 0, berarti sektor i pada wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara) mempunyai daya saing yang baik dibandingkan dengan wilayah lainnya.

PPWij < 0, berarti sektor i pada wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara) tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lainnya.

d. Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dapat dirumuskan :

3. Menghitung Nilai Pergeseran Bersih PBij = PPij + PPWij Keterangan:

Pbij = Pergeseran bersih sektor i pada wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara)

PPij = Komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara)

PPWij = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah j(kab/kota di Provinsi Sumatera Utara)

Kriteria :

PBij 0 = pertumbuhan progresif (maju), PBij < 0 = pertumbuhan lamban.

%PNij = Ra

%PPij = Ri – Ra

%PPWij = ri – Ri

%PNij = (PNij) / Yij * 100%

%PPij = (PPij) / Yij * 100%

%PPWij = (PPWij) / Yij * 100%

atau

4. Mengevaluasi Profil Pertumbuhan

Untuk mengevaluasi profil pertumbuhan sektor-sektor perekonomian dapat dilakukan dengan menggunakan persentase PP dan PPW dengan menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan.

Pada sumbu horizontal terdapat komponen PP sebagai absis, sedangkan pada sumbu vertikal terdapat PPW sebagai ordinat.

Gambar 3.1

Profil Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Ekonomi Penjelasan masing-masing kuadran adalah sebagai berikut :

a. Kuadran I merupakan kuadran di mana PP dan PPW sama-sama bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah kabupaten atau kota di Provinsi Sumatera Utara memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang baik.

b. Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah kabupaten atau kota di Provinsi Sumatera Utara memiliki

Kuadran IV Kuadran I

Kuadran II Kuadran III

PP

PPW

pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut kurang baik.

c. Kuadran III merupakan kuadran di mana PP dan PPW bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di kabupaten atau kota di Provinsi Sumatera Utara memiliki bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain.

d. Kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dari 34 provinsi di Indonesia yang berlokasi di pulau Sumatera dengan letak geografis 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur. Letak ibukota provinsi ini berada di Kota Medan. Provinsi Sumatera Utara memiliki luas wilayah sebesar 181.680 km2 yang terdiri atas 72.981 km2 wilayah darat dan 110.000 km2 wilayah laut dengan total panjang pantai 1.300 km. Provinsi ini berbatasan langsung dengan Provinsi Aceh dan Selat Malaka di bagian Utara, berbatasan dengan Selat Malaka dan Negara Malaysia dibagian Timur, berbatasan dengan Provinsi Riau, dan Provinsi Sumatera Barat dibagian Selatan, serta berbatasan dengan Samudera Hindia dibagian Barat.

Daerah Provinsi Sumatera Utara terdiri atas pantai dan dataran rendah di sebelah timur dan barat, dan dataran tinggi yang terdapat di dataran tinggi Karo, Toba dan Humbang. Gunung-gunungnya antara lain Sibayak, Sinabung, Martimbang, Sorik Marapi dan lain-lain. Kemudian sungai-sungainya adalah sungai Wampu, Batang Serangan, Deli, Asahan dan lain-laainnya. Kekayaan alam yang dimiliki Sumatera Utara adalah minyak bumi, batu bara, belerang, emas dan sebagainya yang merupakan hasil tambang.

Selain kekayaan alam diatas, kondisi provinsi yang memiliki banyak gunung di wilayahnya ini juga kaya akan ragam floranya, dari tanaman yang ada 37

oleh penduduk seperti padi, sayur-sayuran dan tanaman perkebunan lainnya. Hasil perkebunan Provinsi Sumatera Utara diantaranya karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat besar bagi Indonesia. Selain komoditas perkebunan, Sumatera Utara juga dikenal sebagai penghasil komoditas holtikultura (sayur-mayur dan buah-buahan); misalnya Jeruk Medan, Jambu Deli, Sayur Kol, Tomat, Kentang, dan Wortel yang dihasilkan oleh Kabupaten Karo, Simalungun dan Tapanuli Utara. Produk holtikultura tersebut telah diekspor ke Malaysia dan Singapura.

4.1.2 Wilayah Administrasi Provinsi Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara terdiri atas 25 Kabupaten dan 8 Kota. Selanjutnya Kabupaten/Kota tersebut terdiri atas 450 kecamatan dan 6132 kelurahan. Dimana kecamatan merupakan administrasi yang paling bawah yang terdiri atas kelurahan untuk daerah perkotaan (urban) dan desa untuk daerah perdesaan (rural).

Tabel 4.1

Pembagian Wilayah Administrasi Provinsi Sumatera Utara

Sumber: Diolah dari lampiran

Kecamatan Desa/ Kelurahan

1 Kabupaten Nias 10 170

2 Mandailing Natal 23 407

3 Tapanuli Selatan 15 248

4 Tapanuli Tengah 20 215

5 Tapanuli Utara 15 252

6 Toba 16 244

7 Labuhan Batu 9 98

8 Asahan 25 204

9 Simalungun 32 413

10 Dairi 15 169

11 Karo 17 269

12 Deli Serdang 22 394

13 Langkat 23 277

14 Nias Selatan 35 461

15 Humbang Hasundutan 10 154

16 Pakpak Bharat 8 52

17 Samosir 9 134

18 Serdang Bedagai 17 243

19 Batu Bara 12 151

20 Padang Lawas Utara 12 388

21 Padang Lawas 12 304

22 Labuhan Batu Selatan 5 73

23 Labuhan Batu Utara 8 90

24 Nias Utara 11 113

25 Nias Barat 8 105

26 Kota Sibolga 4 17

27 Kota Tanjungbalai 6 31

28 Kota Pematang Siantar 8 53

29 Kota Tebing Tinggi 5 35

30 Kota Medan 21 151

31 Kota Binjai 5 37

32 Kota Padangsidimpuan 6 79

33 Kota Gunung Sitoli 6 101

450 6132

Berdasarkan Undang-undang Darurat No. 7 Tahun 1956, Undang-undang Darurat No. 8 Tahun 1956, Undang-undang Darurat No.9 Tahun 1956, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No.4 Tahun 1964, Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 17 kabupaten/Kota. Dan seiring berjalannya waktu Provinsi Sumatera mengalami beberapa kali pemekaran wilayah, hingga pada kondisi pemekaran wilayah terbaru dimana pada tahun 2008 kembali diterbitkan Undang-undang No. 22 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Undang-undang No. 23 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Utara, Undangundang No. 45 tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara, Undang-undang No. 46 Tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Barat dan Undang-undang No. 47 Tahun 2008 tentang pembentukan Kota Gunungsitoli, dengan demikian wilayah Provinsi Sumatera Utara pada Juli 2009 sudah menjadi 25 Kabupaten dan 8 Kota.

4.1.3 Kondisi Perekonomian Provinsi Sumatera Utara

Untuk melihat bagaimana kondisi perekonomian dari wilayah Provinsi Sumatera Utara maka salah satu alat ukurnya adalah dengan melihat bagaimana perkembangan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Provinsi Sumatera Utara. Berikut perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 menurut lapangan usaha berdasarkan harga konstan atas dasar tahun 2010.

Gambar 4.1

Grafik PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2019 Sumber:Badan Pusat Statistik, 2020

Gambar 4.2

Grafik Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2019 Sumber:Badan Pusat Statistik, 2020

Gambar 4.1 menjelaskan kondisi Pertumbuhan perekonomian Provinsi Sumatera Utara secara nominal selalu mengalami peningkatan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019. Namun, jika melihat persentase pertumbuhannya secara keseluruhan berdasarkan gambar 4.2 maka laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara berfluktuasi dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019, dimana laju pertumbuhan ekonomi terendah berada pada tahun 2015 sebesar 5,1%

dan tertinggi pada tahun 2014 sebesar 5,23%. PDRB ini diperoleh dari kontribusi ke 17 sektor lapangan usaha dengan rincian berikut.

2014 2015 2016 2017 2018 2019

PDRB (Miliar Rupiah) 419573.31 440955.85 463775.46 487531.23 512765.63 539526.6 0

200000 400000 600000

PDRB Provinsi Sumatera Utara (Miliar Rupiah)

PDRB (Miliar Rupiah)

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara

Tabel 4.2

Distribusi Persentase PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2019

Sumber :Badan Pusat Statistik, 2020

Berdasarkan tabel diatas maka selama tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 Provinsi Sumatera Utara memperoleh sebagian besar PDRB dari klasifikasi sektor tersier atau jasa, dan dalam 6 tahun terakhir struktur perekonomian Provinsi Sumatera Utara tidak mengalami perubahan. Namun, meskipun struktur perekonomiannya adalah jasa, sektor yang memberikan kontribusi terebesar justru sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan yang diklasifikasikan sebagai sektor primer atau agraris.

2014 2015 2016 2017 2018 2019 2014 2015 2016 2017 2018 2019 1 Pertanian, kehutanan, dan

perikanan 24.85 24.96 2.84 24.88 24.81 24.79

2 Pertambangan dan pengolahan 1.31 1.32 1.32 1.32 1.32 1.32 3 Industri pengolahan 19.8 19.58 19.55 19 18.76 18.05 4 Pengadaan listrik dan gas 0.14 0.13 0.13 0.14 0.14 0.14

2 Pertambangan dan pengolahan 1.31 1.32 1.32 1.32 1.32 1.32 3 Industri pengolahan 19.8 19.58 19.55 19 18.76 18.05 4 Pengadaan listrik dan gas 0.14 0.13 0.13 0.14 0.14 0.14

Dokumen terkait