• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

HELEN CHRISTIN LABANA NAINGGOLAN 160501005

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN DAYA SAING SEKTOR UNGGULAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kondisi pertumbuhan dan kondisi daya saing yang dimiliki sektor-sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara baik dari sisi makro yakni kondisi sektor unggulan secara agregat di Provinsi Sumatera Utara dan secara mikro yakni kondisi sektor unggulan di 33 kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2019.

Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera dan memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Sumatera. Dan sektor unggulan yang dimaksud adalah sektor lapangan usaha yang diharapkan dapat memberikan dampak multiplier pada sektor lain dengan melihat kondisi pertumbuhan, dan daya saingnya. Dimana penentuan sektor unggulan diperoleh melalui analisis Location Quotient (LQ). Dan untuk mengetahui kondisi pertumbuhan dan daya saingnya melalui analisis Shift Share (SS).

Hasil penelitian menunjukkan secara agregat atau makro di Sumatera Utara terdapat beberapa sektor unggulan diantaranya (1) sektor pertanian, kehutanan, dan perairan, (2) sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor dan (3) sektor real estate, ketiganya tergolong pada kuadran 4 artinya, ketiga sektor ini memiliki pertumbuhan yang lambat namun daya saingnya baik. Sedangkan secara mikro sektor yang tergolong memiliki pertumbuhan yang cepat dan daya saing yang baik atau dalam kata lain berada pada kuadran I adalah sektor pertambangan dan pengolahan di Kabupaten Nias, Nias Selatan, Nias Barat, dan Kota Tanjungbalai. Serta sektor jasa pendidikan di Kabupaten Toba dan Karo.

Kata Kunci : Pertumbuhan ekonomi, Laju Pertumbuhan, Daya saing, Sektor unggulan.

(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF GROWTH AND COMPETITIVENESS OF LEADING SECTORS IN NORTH SUMATERA PROVINCE.

The purpose of this study is to identify the conditions of growth and the conditions of competitiveness of the leading sectors in North Sumatera Province both in terms of macro, namely the condition of the leading sector in aggregate in North Sumatera Province and in terms of micro, namely the condition of the leading sectors in 33 districs and cities in the Province of North Sumatera from 2014 to 2019.

North Sumatera Province is one of the provinces in Sumatera Island and provides the second largest contribution to Indonesia’s Gross Domestic Product (GDP) when compared to other provinces on Sumatera Island. And the leading sectors in question is the industry which is expected to have a multiplier effect on other sectors by looking at conditions of growth and competitiveness. Where the determination of leading sectors is obtained through Location Quotient (LQ) analysis. And to find out the conditions of growth and competitiveness through Shift Share (SS) analysis.

The result showed that in aggregate or macro in North Sumatera there were several leading sectors including (1) agriculture, Forestry and Fishing, (2) wholesale and retail trade, repair of motor vehicles and motorcycles, (3) real estate activities. All three are classified as having slow growth but good competitiveness. While in the micro sector which is classified as having fast growth and good competitiveness or in other words is in quadrant I is the mining and quarrying sector in the districs of Nias, North Nias, West Nias and Tanjungbalai city. As well as the education service sector in the districts of Toba and Karo.

Keywords : Economic growth, Growth rate, Competitiveness, Leading Sectors.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas penyertaan dan berkat-Nya dalam setiap proses yang penulis dapatkan di dalam bangku perkuliahan bahkan hingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor Unggulan di Provinsi Sumatera Utara” sebagai tugas akhir didalam bangku perkuliahan. Penulis sadar bisa menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan orang-orang disekeliling penulis, baik itu dukungan dalam bentuk doa, bimbingan, bantuan, dana, dan hal lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Rasa terimakasih terbesar dan teristimewa penulis sampaikan pada keluarga besar penulis khususnya pada kedua orangtua penulis yang selama ini banyak berkorban bagi penulis. Terimakasih untuk papa (Budiman Nainggolan) dan mama (Repelita Hutagaol) atas semua yang telah diberikan, dan terimakasih untuk dukungan dari adik-adik penulis Agnes Yohana Margareth br. Nainggolan, Winda Valen Elizabeth br. Nainggolan, dan Anggi Ananda Sinthia Winata br.

Nainggolan, semoga penulis mampu segera membahagiakan kalian. Amin.

Pada kesempatan ini penulis juga berterimakasih untuk bapak, ibu, dan teman-teman yang telah banyak membantu penulis. Rasa terimakasih ini penulis utarakan kepada :

1. Bapak Prof Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara .

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, MSi., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Raina Linda Sari, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar membantu, memberikan waktu, pandangan, kritikan dan saran dari awal hingga akhir proses penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, Ph.D dan Bapak Walad Altsani H R, SE, M.Ec selaku Dosen Pembanding I dan Dosen Pembanding II yang juga memberikan pandangannya melalui kritikan dan saran yang membangun bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis berada dibangku perkuliahan.

7. Seluruh Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam penyelesaian kelengkapan administrasi.

(8)
(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 13

2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 13

2.1.1.1 Teori Klasik ... 13

2.1.1.2 Teori Neo Klasik ... 14

2.1.2 Teori Basis Ekonomi ... 15

2.2 Penelitian Terdahulu ... 17

2.3 Kerangka Berpikir ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 23

3.3 Jenis Variabel Penelitian ... 23

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5 Definisi Operasional ... 24

3.5.1 Sektor Unggulan ... 24

3.5.2 Produk Domestik Regional Bruto ... 24

3.5.3 Daya Saing ... 24

3.6 Analisis Data ... 25

3.6.1 Analisis Location Quotien (LQ) ... 25

3.6.2 Analisis Shift Share ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 33

4.1.1 Letak Geografis Provinsi Sumatera Utara ... 33

4.1.2 Wilayah Administrasi Provinsi ... 34

(10)

4.1.3 Kondisi Perekonomian ... 36

Provinsi Sumatera Utara 4.2 Hasil Analisis Data ... 39

4.2.1 Analisis Location Quotient (LQ) ... 39

4.2.2 Analisis Shift Share (SS) ... 52

4.2.2.1 Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi ... 52

4.2.2.2 Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 56

4.2.2.3 Pengklasifikasian Sektor Unggulan ... 60

4.2.2.4 Perhitungan Shift Share ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1 Perbandingan Sektor Lapangan Usaha ... 3 Tahun Dasar 2000 dan 2010

1.2 Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDB ... 4 Indonesia Tahun Dasar 2010 Atas Dasar Harga Berlaku 1.3 Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB ... 5

Provinsi Sumatera Utara Tahun Dasar 2010 Atas Dasar Harga Berlaku

1.4 Persentase Distribusi dan Laju Pertumbuhan ... 9 Sektoral Wilayah di Indonesia Terhadap

Produk Domestik Bruto

3.1 Klasifikasi Sektor Lapangan Usaha ... 29 Berdasarkan Gabungan SLQ dan DLQ

4.1 Pembagian Wilayah Administrasi ... 38 Provinsi Sumatera Utara

4.2 Distribusi Persentase PDRB Provinsi ... 41 Sumatera Utara Tahun 2014-2019

4.3 Klasifikasi Sektor Lapangan Usaha ... 44 di Provinsi Sumatera Utara

4.4 Nilai LQ Sektor Unggulan di Kabupaten/Kota ... 46 Provinsi Sumatera Utara

4.5 Nilai LQ Sektor Unggulan Provinsi Sumatera Utara ... 47 4.6 Rincian Kondisi Sektor Unggulan dari ... 48

Sisi Makro dan Mikro di Provinsi Sumatera Utara

4.7 Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi ... 52 di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

4.8 Rasio Indikator Kegiatan Ekonomi ... 54 di Provinsi Sumatera Utara

4.9 Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 57 di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

4.10 Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 58 di Provinsi Sumatera Utara

4.11 Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 60 di Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara

4.12 Komponen Pertumbuhan Wilayah ... 64 di Provinsi Sumatera Utara

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1 Grafik Produk Domestik Bruto ... 8 Indonesia Tahun 2014-2019

1.2 Grafik Produk Domestik Regional Bruto ... 10 Sumatera Utara Tahun 2014-2019

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ... 24 3.1 Profil Klasifikasi Pertumbuhan ... 34

Sektor Ekonomi

4.1 Grafik PDRB Provinsi Sumatera Utara ... 40 (Miliar Rupiah)

4.2 Grafik PDRB Provinsi Sumatera Utara ... 40 Tahun 2014-2019

4.3 Klasifikasi Sektor Unggulan Pertanian ... 66 Kehutanan, dan Perikanan dari Sisi Mikro

4.4 Klasifikasi Sektor Unggulan Industri Pengolahan ... 67 dari Sisi Mikro

4.5 Klasifikasi Sektor Unggulan Jasa Keuangan ... 68 dari Sisi Mikro

4.6 Klasifikasi Sektor Unggulan Pertambangan ... 69 dan Pengolahan dari Sisi Mikro

4.7 Klasifikasi Sektor Unggulan Pengadaan Listrik ... 70 dan Gas dari Sisi Mikro

4.8 Klasifikasi Sektor Unggulan Jasa Pendidikan ... 71 dari Sisi Mikro

4.9 Klasifikasi Sektor Unggulan Transportasi ... 72 dan Pergudangan dari Sisi Mikro

4.10 Klasifikasi Sektor Unggulan Administrasi ... 73 Pemerintaha, Pertahanan, dan Jaminan

Sosial Wajib dari Sisi Mikro

4.11 Klasifikasi Sektor Unggulan dari Sisi Makro ... 75

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Data PDB/PDRB dan Laju Pertumbuhan Indonesia, Provinsi Sumatera Utara, dan 33 Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Utara

2 Hasil Analisis Locatiom Quotient (LQ) 3 Hasil Analisis Shift Share (SS)

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan berbagai sumber daya. Letak geografis setiap wilayah di Indonesia yang berbeda-beda menghasilkan keberagaman dalam sumber dayanya yang pada akhirnya berdampak pada munculnya berbagai jenis kegiatan ekonomi disetiap wilayah. Keberagaman kegiatan ekonominya dapat dilihat dari klasifikasi sektor-sektor lapangan usaha yang berlaku di setiap wilayah di Indonesia. Diantara setiap sektor-sektor tersebuttentu ada yang menjadi sektor basis atau unggulan di tiap wilayah.

Pengertian dari sektor unggulan itu sendiri adalah sektor yang mampu mendorong pertumbuhan atau perkembangan bagi sektor-sektor lainnya, baik sektor yang mensuplai inputnya maupun sektor yang memanfaatkan outputnya sebagai input dalam proses produksinya (Widodo, 2006). Sektor unggulan biasanya berkaitan dengan suatu perbandingan, baik itu perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggulan jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik. Suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor (Suyanto, 2000).

(15)

Pentingnya mengetahui sektor unggulan yang terdapat di tiap wilayah adalah sebagai salah satu alat untuk mempertimbangkan penyusunan rencana dan kebijakan oleh pemerintah setempat dalam menumbuhkan perekonomian wilayahnya. Dimulai dari bagaimana cara mempertahankan daya saingnya, pengalokasian dana terhadap setiap sektornya, dan berbagai hal lainnya yang merupakan permasalahan dan kebutuhan wilayahnya.

Dalam pendataannya setiap sektor lapangan usaha diklasifikasikan menjadi beberapa jenis. Dan pengkalasifikasian setiap sektor lapangan usaha tersebut mengalami perubahan seiring semakin berkembangnya teknologi, infrastruktur dan berbagai hal lainnya yang merupakan faktor-faktor yang mendukung pengembangan kegiatan ekonomi. Perubahan yang terjadi dapat dilihat pada bertambahnya klasifikasi sektor-sektor lapangan usaha yang ada, dimana pada tahun dasar 2000 hanya terdapat 9 jenis sektor lapangan usaha sedangkan pada tahun dasar 2010 terdapat 17 sektor lapangan usaha. Sektor-sektor tersebut kemudian diklasifikasikan lagi menjadi 3 berdasarkan bentuk sumber daya yang dimanfaatkan untuk diolah yaitu; Sektor primer adalah sektor ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam secara langsung. Sektor sekunder adalah sektor ekonomi yang mengolah hasil sektor primer menjadi barang jadi. Sektor tersier (juga dikenal sebagai sektor jasa atau industri jasa) adalah sektor ekonomi yang menghasilkan suatu jasa. Pengklasifikasian sektor ekonomi dapat dilihat pada tabel 1.1.

(16)

Tabel 1.1

Perbandingan Sektor Lapangan Usaha Tahun Dasar 2000 dan 2010

Sektor Lapangan Usaha dengan tahun dasar 2000

Sektor Lapangan Usaha dengan tahun dasar 2010

Primer 1. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan

Primer 1. Pertanian, kehutanan, dan perikanan

2. Pertambangan dan penggalian 2. Pertambangan dan pengolahan

Sekunder 3. Industri pengolahan

Sekunder

3. Industri pengolahan 4. Listrik, gas, dan air bersih 4. Pengadaan listrik dan gas

5. Konstruksi 5. Pengadaan air

Tersier

6. Perdagangan, hotel, dan

restoran 6. Konstruksi

7. Pengangkutan dan komunikasi

Tersier

7.

Perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan mobil dan sepeda motor

8. Keuangan, real estate dan jasa

keuangan 8. Transportasi dan pergudangan 9. Jasa-jasa 9. Penyediaan akomodasi dan makan

minum

10. Informasi dan komunikasi 11. Jasa keuangan

12. Real estate 13. Jasa perusahaan 14.

Administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib

15. Jasa pendidikan

16. Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 17. Jasa lainnya

Sumber: Badan Pusat Statistik,2020

Saat ini klasifikasi sektor lapangan usaha yang berlaku di Indonesia adalah menurut tahun dasar 2010. Secara nasional kondisi kontribusi sektor lapangan usaha yang ada terhadap PDB selama tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 terdapat pada tabel 1.2 dan kontribusi sektor lapangan usaha secara regional dengan menjadikan Provinsi Sumatera Utara sebagai objek penelitian pada tabel 1.3.

(17)

Tabel 1.2

Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Tahun Dasar 2010 Atas Dasar Harga Berlaku

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2020

Berdasarkan lapangan usahanya dari tahun 2014 sampai dengan 2019 sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor Industri Pengolahan dengan rata-rata persentase kontribusi sebesar 20,39% terhadap angka PDB nasional. Sektor terbesar kedua adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan rata-rata persentase kontribusi sebesar 13,17%. Kedua sektor

Dis LP Dis LP Dis LP Dis LP Dis LP Dis LP

A. Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 13.34 4.24 13.49 3.75 13.48 3.37 13.16 3.92 12.81 3.89 12.72 3.64 13.17

B. Pertambangan dan Penggalian 9.83 0.43 7.65 -3.42 7.18 0.95 7.58 0.66 8.08 2.16 7.26 1.22 7.93 C. Industri Pengolahan 21.08 4.64 20.99 4.33 20.52 4.26 20.16 4.29 19.86 4.27 19.7 3.8 20.39 D. Pengadaan Listrik dan Gas 1.09 5.9 1.13 0.9 1.15 5.39 1.19 1.54 1.19 5.47 1.17 4.04 1.15

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0.07 5.24 0.07 7.07 0.07 3.6 0.07 4.59 0.07 5.56 0.07 6.83 0.25

F. Konstruksi 9.86 6.97 10.21 6.36 10.38 5.22 10.38 6.8 10.53 6.09 10.75 5.76 8.57

G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

13.43 5.18 13.3 2.54 13.19 4.03 13.02 4.46 13.02 4.97 13.01 4.62 12.79

H. Transportasi dan

Pergudangan 4.42 7.36 5.02 6.71 5.2 7.45 5.41 8.49 5.38 7.06 5.57 6.4 6.41

I. Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 3.04 5.77 2.96 4.31 2.93 5.17 2.85 5.41 2.78 5.68 2.78 5.8 3.36

J. Informasi dan Komunikasi 3.5 10.12 3.52 9.7 3.62 8.88 3.78 9.63 3.77 7.02 3.96 9.41 3.50

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 3.86 4.68 4.03 8.58 4.19 8.93 4.2 5.47 4.15 4.17 4.24 6.6 4.07

L. Real Estate 2.79 5 2.84 4.11 2.83 4.69 2.81 3.6 2.74 3.48 2.77 5.74 3.04

M,N. Jasa Perusahaan 1.57 9.81 1.65 7.69 1.71 7.36 1.75 8.44 1.8 8.64 1.92 10.25 1.88

O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

3.83 2.38 3.9 4.63 3.84 3.2 3.67 2.05 3.65 7 3.62 4.67 3.47

P. Jasa Pendidikan 3.23 5.47 3.36 7.33 3.37 3.84 3.29 3.72 3.25 5.35 3.3 6.29 3.35

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 1.03 7.96 1.07 6.69 1.07 5.16 1.07 6.84 1.07 7.15 1.1 8.68 1.44

R,S,T,U. Jasa lainnya 1.55 8.93 1.65 8.08 1.7 8.01 1.76 8.73 1.81 8.97 1.95 10.55 1.60

Rata-rata Dis

PDB Lapangan Usaha (Seri 2010)

2014 2015 2016 2017 2018 2019

[Seri 2010] Distribusi (Dis) dan Laju Pertumbuhan (LP) PDB Atas Dasar Harga Berlaku (Persen)

(18)

Tabel 1.3

Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara Tahun Dasar 2010 Atas Dasar Harga Berlaku

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2020

Jika secara nasional sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor Industri Pengolahan dan diurutan kedua adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, maka berbeda kondisinya pada lingkup regional di Provinsi Sumatera Utara. Di Provinsi ini, sektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor Peranian, Kehutanan, dan Perikanan dengan persentase 21,59% dan diurutan kedua sektor Industri Pengolahan dengan persentase 19.92%

Dis LP Dis LP Dis LP Dis LP Dis LP Dis LP

A. Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 23.26 0.99 21.95 -2.1 21.55 2.74 21.38 3.01 20.91 1.03 20.48 5.96 21.59

B. Pertambangan dan

Penggalian 1.32 -0.31 1.34 4.68 1.35 4.65 1.3 0.24 1.29 1.74 1.27 6.5 1.31

C. Industri Pengolahan 19.97 8.54 20.24 6.83 20.05 3.25 20.28 8.1 20.01 3.15 18.98 2.54 19.92 D. Pengadaan Listrik dan Gas 0.12 -1.64 0.11 -2.68 0.11 -0.26 0.12 8.41 0.11 3.94 0.11 8.05 0.11

E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0.1 6.95 0.1 7.3 0.1 8.17 0.11 4.56 0.1 0.5 0.1 5.56 0.10

F. Konstruksi 13.31 7.99 13.61 6.15 13.45 2.52 13.66 3.93 13.88 4.4 14.19 10.54 13.68

G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

17.17 6.97 17.46 7.22 17.84 6.32 17.54 1.56 18.11 5.46 18.95 13.1 17.85

H. Transportasi dan

Pergudangan 4.96 6.71 4.99 4.18 5.08 5.25 5.02 0.48 4.99 1.64 5.06 9.61 5.02

I. Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 2.35 8.84 2.41 4.94 2.39 1.68 2.37 1.4 2.38 0.92 2.42 9.92 2.39

J. Informasi dan Komunikasi 1.97 -0.01 1.95 0.96 1.95 1.73 2.01 4.17 2.04 1.34 2.14 13.1 2.01

K. Jasa Keuangan dan Asuransi 3.27 5.62 3.34 4.59 3.31 4.15 3.17 4.1 3.05 2.64 2.91 3.1 3.18

L. Real Estate 4.37 6.47 4.5 6.69 4.75 9.13 4.97 6.44 5.03 4.19 5.11 9.65 4.79

M,N. Jasa Perusahaan 0.93 7.24 0.95 6.5 1 8.83 1.03 4.17 1.03 1.48 1.08 13.37 1.00

O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

3.61 7.22 3.71 6.55 3.67 4.91 3.71 7.85 3.68 1.35 3.74 9.97 3.69

P. Jasa Pendidikan 1.9 5.5 1.88 2.82 1.88 4.88 1.82 0.66 1.82 2.12 1.84 9.17 1.86

Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 0.88 7.09 0.93 8.18 0.95 4.15 0.96 2.43 0.98 4.54 1.02 12.13 0.95

R,S,T,U. Jasa lainnya 0.52 7.72 0.53 5.29 0.56 9.49 0.58 3.89 0.57 2.06 0.59 11.19 0.56

Rata-rata

PDB Lapangan Usaha (Seri 2010) 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Dis

[Seri 2010] Distribusi (Dis) dan Laju Pertumbuhan (LP) PDRB SUMUT Atas Dasar Harga Berlaku

(19)

dan kedua sektor ini memiliki laju pertumbuhan yang berfluktuasi. Hal ini menunjukkan kondisi secara nasional belum tentu merupakan kondisi dalam cakupan regional. Apa yang menjadi sektor kontributor terbesar secara nasional belum tentu juga merupakan sektor kontributor terbesar dalam cakupan regional.

Menjadi sektor kontributor terbesar belum membuat sektor tersebut dapat diklaim sebagai sektor unggulan. Karena seperti penjelasan mengenai arti sektor unggulan sebelumnya. Jika suatu sektor dikategorikan sebagai sektor unggulan, maka kita juga harus melihat sisi kemampuan daya saingnya selain seberapa besar kontribusi yang diberikan terhadap angka pertumbuhan ekonomi baik skala regional ataupun nasional.

Perbandingan daya saing yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah perbandingan berskala regional di Provinsi Sumatera Utara. Dimana setiap kabupaten dan kota yang ada didalamnya saling menjadikan satu sama lain sebagai pesaingnya. Agar setiap kabupaten atau kota dapat tumbuh dengan berkembang secara berkelanjutan, maka setiap kabupaten dan kota harus mampu bersaing dalam penyediaan layanan yang lebih baik dibandingkan dengan kabupaten atau kota lainnya. Setiap daerah yang tidak berdaya saing, lambat laun akan mengalami penurunan pertumbuhan daerahnya.

Tujuan membangun daya saing semata-mata bukan hanya agar mampu berkompetisi dengan daerah lain melainkan juga agar mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Dan mempertahankan daya saing ini tentu bukanlah hal yang mudah apalagi di era globalisasi sekarang ini. Globalisasi mengakibatkan segala sesuatunya menjadi semakin terbuka dan seolah tanpa batas. Setiap negara

(20)

ataupun wilayah regional semakin leluasa untuk saling bertukar pandangan, pemikiran, kebudayaan, khususnya produk yang dihasilkan dimasing-masing wilayah. Oleh karena itu sangat diperlukan informasi yang aktual mengenai bagaimana kondisi daya saing dari setiap sektor unggulan disetiap kabupaten kota yang ada di Sumatera Utara agar dapat dilakukan perencanaan yang terperinci dari kondisi daya saing yang ada.

Ketika pertumbuhan sektor unggulan dan daya saing sektor unggulan tersebut dari suatu daerah terbilang baik, maka akan turut memberikan kontribusi positif juga terhadap pertumbuhan ekonominya yang diukur dengan PDB dan PDRB. Menurut Sadono Sukrino, pertumbuhan ekonomi sebagai suatu ukuran kuantitatif yang menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam sautu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (Sadono Sukirno, 2006). Berdasarkan data, pertumbuhan negara Indonesia digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1

Grafik Produk Domestik Bruto Indonesia Tahun 2014-2019 Sumber : Badan Pusat Statistik,2020

Dengan peningkatan nilai PDB sejak tahun 2014 hingga 2019 berarti

2014 2015 2016 2017 2018 2019

PDB (Miliar Rupiah) 8564866.6 8982517.1 9434613.4 9912928.1 10425397.3 10949243.7 0

5000000 10000000 15000000

PDB Nasional (Miliar Rupiah)

PDB (Miliar Rupiah)

(21)

tahun tersebut. Dan nilai PDB diatas diperoleh dari nilai PDRB yang dihasilkan oleh setiap sektor wilayahnya. Persentase perubahan nilai nominal PDRB setiap tahunnya menunjukkan laju pertumbuhan daerah tersebut. Semakin tinggi angka laju pertumbuhannya menunjukkan percepatan pertumbuhan ekonomi yang semakin besar. Berdasarkan data persentase laju pertumbuhan dari setiap wilayah yang ada di Indonesia baik antar pulau dan antar provinsi di Pulau Sumatera tertera pada tabel 1.4.

Tabel 1.4

Persentase Distribusi dan Laju Pertumbuhan Sektoral Wilayah di Indonesia Terhadap Produk Domestik Bruto

Sumber : Badan Pusat Statistik,2020

Daerah kontributor terbesar terhadap PDB sejak tahun 2014 sampai tahun 2019 diberikan oleh Pulau Jawa dengan rata-rata persentase 58,21% dan Pulau Sumatera diurutan kedua sebesar 22,1%, dimana keduanya memiliki laju

Dis LP Dis LP Dis LP Dis LP Dis LP Dis LP

ACEH 1.2 1.55 1.11 -0.73 1.08 3.29 1.06 4.18 1.04 4.61 1.10 2.58

SUMATERA UTARA 4.89 5.23 4.91 5.1 4.96 5.18 4.98 5.12 4.95 5.18 4.94 5.16

SUMATERA BARAT 1.54 5.88 1.54 5.53 1.55 5.27 1.56 5.29 1.54 5.14 1.55 5.42

RIAU 6.36 2.71 5.6 0.22 5.4 2.18 5.13 2.68 5.04 2.34 5.51 2.03

JAMBI 1.36 7.36 1.33 4.21 1.36 4.37 1.38 4.64 1.39 4.71 1.36 5.06

SUMATERA SELATAN 2.87 4.79 2.85 4.42 2.8 5.04 2.79 5.51 2.8 6.04 2.82 5.16

BENGKULU 0.42 5.48 0.43 5.13 0.44 5.28 0.44 4.98 0.44 4.99 0.43 5.17

LAMPUNG 2.16 5.08 2.17 5.13 2.21 5.14 2.23 5.16 2.23 5.25 2.20 5.15

KEP. BANGKA BELITUNG 0.53 4.67 0.52 4.08 0.52 4.1 0.51 4.47 0.49 4.45 0.51 4.35

KEP. RIAU 1.69 6.6 1.71 6.02 1.71 4.98 1.66 2 1.66 4.56 1.69 4.83

PULAU SUMATERA 23.02 4.94 22.17 3.91 22.03 4.48 21.74 4.40 21.58 4.73 22.11 4.49

PULAU JAWA 57.39 5.47 58.34 5.38 58.49 5.45 58.37 5.54 58.48 5.77 58.21 5.52

BALI 1.46 6.73 1.51 6.03 1.54 6.33 1.55 5.57 1.56 6.35 1.52 6.20

NUSA TENGGARA BARAT 0.76 5.17 0.91 21.76 0.92 5.81 0.9 0.12 0.83 -4.56 0.86 5.66

NUSA TENGGARA TIMUR 0.64 5.05 0.65 4.92 0.66 5.12 0.66 5.11 0.66 5.13 0.65 5.07

PULAU KALIMANTAN 8.77 5.19 8.16 3.58 7.88 3.82 8.24 5.42 8.2 4.91 8.25 4.59

PULAU SULAWESI 5.65 6.89 5.89 8.20 6.04 7.09 6.12 6.79 6.23 6.42 5.99 7.08

MALUKU 0.3 6.64 0.29 5.48 0.29 5.73 0.29 5.82 0.29 5.94 0.29 5.92

MALUKU UTARA 0.23 5.49 0.23 6.1 0.23 5.77 0.23 7.67 0.24 7.92 0.23 6.59

PULAU PAPUA 1.79 4.52 1.83 5.75 1.9 6.83 1.89 4.33 1.94 6.79 1.87 5.64

Rata-Rata [Seri 2010] Distribusi (Dis) dan Laju Pertumbuhan (LP) Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga

Berlaku 2010 Menurut Provinsi (Persen)

2014 2015 2016 2017 2018

Provinsi/Pulau

(22)

pertumbuhan yang berfluktuasi namun tetap cukup stabil. Ini berarti selama ini perekonomian Indonesia masih hanya bertumpu pada Pulau Jawa saja. Telihat dari persentase kontribusi yang diberikan yakni lebih dari ½ nilai PDB berasal dari Pulau Jawa. Padahal Indonesia memiliki banyak daerah dengan potensi yang masih bisa terus dikembangkan. Salah satunya Pulau Sumatera yang memberikan kontribusi kedua terbesar setelah Pulau Jawa.

Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, seharusnya ini menjadi kesempatan bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat untuk meningkatkan pembangunan wilayahnya karena adanya keleluasaan dalam megelola sumberdaya yang dimilikinya. Termasuk perencanaan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara misalnya selaku kontributor kedua terbesar PDB dari Pulau Sumatera dengan persentase 4,94%. Apabila sumber daya ini dikelola dengan maksimal maka akan meningkatkan pendapatan daerah dan pendapatan masyarakatnya.

Gambar 1.2

Grafik Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014-2019

Sumber: Badan Pusat Statistik,2020

2014 2015 2016 2017 2018 2019

PDRB (Miliar Rupiah) 521954.95 571722.01 626062.91 684275.44 741751.63 801733.34 0

500000 1000000

PDRB Provinsi Sumatera Utara (Miliar Rupiah)

PDRB (Miliar Rupiah)

(23)

Berdasarkan nilai PDRBnya kondisi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sumatera Utara selalu meningkat sejak tahun 2014 hingga 2019 (gambar 1.2) dengan kontribusi berdasarkan lapangan usaha atas dasar tahun 2010 seperti yang tertera di tabel 1.3.

Harapannya kondisi ini dapat terus terjadi setiap tahunnya dengan cara meningkatkan perekonomian Provinsi Sumatera Persektor yaitu melalui pengembangan sektor lapangan usahanya. Pengembangan ini tentu bukanlah hal yang mudah apalagi jika mempertimbangkan kondisi keuangan daerah yang terbatas. Keterbatasan ini membuat pengembangan secara keseluruhan disemua sektor menjadi kurang maksimal. Oleh karena itu perlu adanya data untuk mengetahui sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor unggulan atau basis daerah agar pengalokasian dana serta perencanaannyapun bisa lebih terfokus dan lebih efisien.

1.2 Rumusan Masalah

Setiap sektor lapangan usaha di Provinsi Sumatera Utara memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara melalui angka PDRB yang sejak tahun 2014 hingga tahun 2018 selalu mengalami peningkatan. Dengan adanya peningkatan pendapatan daerah maka akan meningkatkan kemampuan daerah tersebut dalam pemenuhan kebutuhannya diberbagai aspek.

Namun jika dilihat dari segi kemampuan APBD (Anggaran Pemerintah dan Belanja Daerah) yang terbatas, tidak akan mungkin dapat dilakukan pengembangan disetiap sektor ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu perlu

(24)

dilakukannya pengurutan prioritas terhadap sektor dengan potensi terbesar (leading sector). Sehingga akan berdampak pada sektor non unggulan lainnya yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa saja sektor unggulan yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara?

2. Bagaimana pertumbuhan sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara?

3. Bagaimana daya saing sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pertumbuhan sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui daya saing sektor unggulan di Provinsi Sumatera Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yakni sebagai berikut:

1. Bagi Kalangan Umum

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca mengenai sektor-sektor unggulan yang dimiliki Provinsi Sumatera Utara.Serta sebagai masukan dan bahan referensi bagi kalangan akademisi dan peneliti yang ingin melakukan penelitian selanjutnya mengenai permasalahan yang berkaitan dengan topik yang sedang

(25)

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam menetapkan perencanaan pembangunan di Provinsi Sumatera Utara, terutama dalam hal pengalokasian dana dan hal lainnya yang berkaitan dengan pengembangan sektor-sektor ekonomi unggulan di Provinsi Sumatera Utara.

3. Bagi Pelaku Ekonomi di Sektor Lapangan Usaha

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi para pelaku usaha khususnya produsen dan distributor di setiap lapangan usaha yang ada di Provinsi Utara, sehingga dapat menetapkan strategi dalam pengembangan usahanya setelah mengetahui kondisi pertumbuhan dan daya saing dari sektor yang berkaitan di Provinsi Sumatera Utara.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan salah satu sarana bagi peneliti untuk mengasah kemampuan menulis, menganalisis, dan mengaplikasikan ilmu yang telah penulis dapatkan selama proses pembelajaran dibangku perkuliahan.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi

Terdapat beragam teori tentang pertumbuhan ekonomi yang di cetuskan oleh berbagai ahli ekonomi. Penyampaian teori-teori tersebut dibagi menjadi 2 bagian yakni teori klasik yang berkembang sebelum tahun 1870an dan teori neo klasik yang berkembang setelah tahun 1870an atau pertengahan abad ke 18 hingga abad ke 20.

Perkembangan teori-teori pertumbuhan ekonomi ini muncul seiring berkembanganya zaman, perbedaan masalah yang dihadapi, serta perbedaan sudut pandang atau fokus setiap peneliti yang membuat satu sama lain saling mengkritisi. Perbedaan-perbedaan inilah yang menimbulkan keragaman teori dan bersifat saling melengkapi. Berikut beberapa teori pertumbuhan ekonomi yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi.

2.1.1.1 Teori Klasik a. Adam Smith

Adam Smith mengemukakan sistem ekonomi liberal (bebas) yang bebas dari campur tangan pemerintah atau biasa disebut “Laissez Faire, Laissez Passer”.

Menurutnya dengan sistem ekonomi ini pertumbuhan ekonomi akan dicapai secara maksimum. Dan hasil daerah diperoleh melalui pengelolaan sumberdaya alamnya.

Sumber-sumber alam sangat penting untuk menentukan pertumbuhan

(27)

sudah dimanfaatkan secara maksimum. Sumber-sumber alam mencapai batas maksimum apabila telah dikerjakan oleh tenaga kerja yang handal dengan menggunakan barang modal yang cukup.

b. David Ricardo

Adam Smith berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, maka David Ricardo berpendapat bahwa pertumbuhan penduduk yang terlalu besar (hingga 2 kali lipat) bisa menyebabkan melimpahnya tenaga kerja. Tenaga kerja yang melimpah menyebabkan upah yang diterima menurun, di mana upah tersebut hanya bisa untuk membiayai tingkat hidup minimum (subsistence level). Pada taraf ini, perekonomian mengalami stagnasi (kemandegan) yang disebut Stationary State.Bahan makanan bertambah menurut deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya), sedangkan penduduk bertambah menurut deret ukur (1, 2, 4, 8, 16 dan seterusnya). Akibatnya, bahan makanan tidak cukup untuk menghidupi penduduk, sehingga masyarakat hidup pada tingkat subsistence dan perekonomian mengalami kemandegan.

2.1.1.2 Teori Neo Klasik a. Harrod-Domar

Harrod dan Domar mengemukakan perlunya pembentukan modal sebagai syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang mantap (steady growth).

Menurut mereka, bila pembentukan modal telah dilakukan pada suatu masa, maka pada masa berikutnya perekonomian akan sanggup memproduksi barang-barang dalam jumlah lebih besar. Keinginan masyarakat dalam pembentukan modal (berinvestasi) ditentukan oleh permintaan agregat (keseluruhan) dari masyarakat

(28)

dan oleh MEC (Marginal Efficiency of Capital), yakni perbandingan antara pertambahan modal terhadap pertambahan output.

b. Joseph Schumpeter

Menurut Joseph Schumpeter pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada inovasi dari para pengusaha (wiraswasta). Dalam hal ini, inovasi merupakan penerapan pengetahuan dan teknologi yang baru di dunia usaha. Inovasi memiliki pengaruh sebagai berikut:

1. Diperkenalkannya teknologi baru.

2. Menimbulkan keuntungan yang lebih tinggi.

3. Menimbulkan imitasi inovasi, yaitu peniruan teknologi baru oleh pengusaha-pengusaha lain yang dapat meningkatkan hasil produksi.

Berdasarkan teori-teori diatas, faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah; (1) luas tanah (ternasuk kekayaan yang terkandung didalamnya), (2) jumlah dan perkembangan penduduk, (3) jumlah stok modal dan perkembangannya dari tahun ke tahun, serta (4) tingkat teknologi dan perbaikannya dari tahun ke tahun. Luas tanah dan kekayaan dalam suatu negara adalah tetap. Oleh karena itu faktor ini tidak begitu diperhitungkan dalam analisis teori-teori pertumbuhan, dianggap sebagai faktor penentu pertumbuhan yang tidak memberi pengaruh besar.

2.1.2 Teori Basis Ekonomi

Teori basis ekonomi dikemukakan oleh Harry W Richardson (1973) yang menyatakan bahwa faktor utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.

(29)

Menurut Glasson (John Glasson dan Paul Sihotang, 1977), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu:

1. Sektor-sektor Basis / Unggulan

Sektor basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan jasa ke tempat di luar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan.

2. Sektor-sektor Bukan Basis / Non Unggulan

Sektor bukan basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang- barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Sektor-sektor tidak mengekspor barang-barang. Ruang lingkup mereka dan daerah pasar terutama adalah bersifat lokal.

Berdasarkan teori ini, sektor basis perlu dikembangkan dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Inti dari teori ini adalah bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut.

Sektor basis dan non basisekonomi suatu wilayah dapat diketahuidengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Analisis LQ adalah suatu analisis untuk melihat perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor atau industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor atau industri tersebut secara nasional. Artinya bahwa analisis ini digunakan untuk melakukan pengujian sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam kategori sektor unggulan.

(30)

Dalam analisis LQ terdapat 2 metode yang digunakan, yakni Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient ( DLQ). SLQ merupakan metode LQ yang sering digunakan. Kelemahan SLQ adalah bahwa kriteria ini bersifat statis, artinya hanya memberikan gambaran pada satu waktu tertentu saja.Untuk mengatasi kelemahan metode SLQ maka digunakan metode DLQ. DLQ sebenarnya memiliki prinsip yang sama dengan SLQ, hanya untuk mengintroduksikan laju pertumbuhan digunakan asumsi bahwa nilai tambah sektoral maupun PDRB mempunyai rata-rata laju pertumbuhan sendiri-sendiri selama kurun waktu antara tahun (0) sampai tahun (t). Gabungan antara nilai SLQ dan DLQ dijadikan kriteria dalam menentukan setiap sektor yang ada disuatu wilayah kedalam golongan sektor unggulan, prospektif, andalan, atau tertinggal.

2.2 Penelitian Terdahulu

Telah banyak dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi atau sektor unggulan diberbagai daerah di Indonesia. Penelitian-penelitian tersebut didominasi dengan penggunaan analisisLocation Quotient (LQ) dan Shift Share.

Setiap penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu dijadikan referensi dan bahan pembelajaran serta pertimbangan untuk mengkaji penelitian ini.

Penelitian pertama yang menjadi bahan referensi adalah penelitian dengan judul Analisis Sektor – Sektor Unggulan Pada Perekonomian Kabupaten Cirebon Periode 2005-2010 oleh Ayu Sri Utami Hendriyani (2012). Penelitian ini menggunakan alat analisi Location Quotient (LQ), dan Shift Share. Hasil dari penelitian ini menyatakan sektor-sektor perekonomian Kabupaten Cirebon yang termasuk kedalam sektor unggulan adalah sektor pertanian, sektor

(31)

bangunan/konstruksi, sektor jasajasa, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor perdagangan hotel dan restoran. Sedangkan berdasarkan analisis Shift Share, sektor unggulan yang mengalami pertumbuhan yang cepat yaitu terdapat pada sektor bangunan/konstruksi, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan sektor yang memiliki daya saing yang baik yaitu sektor jasa-jasa.

Monang Putra Dinata Sinaga (2013), dengan judul Analisis Potensi Ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Dimana penelitian ini menggunakan metode Location Quotient (LQ), analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis Overlay,dan analisis Shift Share. Hasil analisis overlay yang merupakan analisis modifikasi dari LQ dan MRP, menunjukkan potensi ekonomi yang menjadi sektor unggulan Provinsi Sumatera ada dua sektor yaitu sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi. Sementara dari hasil analisis Shift share sektor jasa sektor yang memiliki keunggulan/daya saing kompetitif dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan hasil empat alat analis yang digunakan, memberi makna bahwa yang menjadi sektor basis ada tiga sektor yaitu sektor perdangangan hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, dan sektor jasa-jasa.

Muhammad Hidayat dan Ranti Darwin (2017), dengan judul Analisis Sektor Unggulan Dalam Pengembangan Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti.

Metode analisis yang digunakan adalah Location Quotient (LQ), Shift Share, dan

(32)

Specialization Index. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor potensial di kabupaten kepulauan Meranti adalah sektor transportasi dan pergudangan; sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan; dan sektor industri pengolahan. Sektor- sektor yang berspesialisasi dalam interaksi antar daerah adalah pertanian, sektor kehutanan dan perikanan; dan sektor transportasi dan pergudangan.

Intan Saputri dan Arfida Boedi (2018), dengan judul Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Pada Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Selatan. Analisis yang dilakukan dengan membandingkan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Provinsi Sumatera Selatan dan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Model Analisis yang digunakan adalah Analisis Tipologi Klassen, Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Informasi System (GIS). Hasil penelitian analisis Tipologi Klassen kabupaten/kota yang termasuk daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah Muara Enim dan Palembang. Hasil penelitian analisis Location Quotient (LQ) kabupaten Ogan Komering Ulu yang memiliki potensi sektor unggulan tertinggi diantara kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan perikanan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepedah Motor, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makanan Minuman, sektor Real Estate, sektor Jasa Pendidikan, sektor Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan sektor Jasa Lainnya. Hasil analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Informasi System (GIS) sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tergolong sektor basis tertinggi di kabuapten/kota Ogan

(33)

Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Lahat, Musi Rawas, Banyuasin, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Ilir, Empat Lawang, dan Pagar Alam.

Bambang Triwisnu Satria, (2016). Dengan judul penelitian Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Penetapan Sektor Unggulan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014. Dengan menggunakan analisis Tipologi Klassen, Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Informasi System (GIS). Hasil penelitian analisis Tipologi Klassen kabupaten/kota yang termasuk daerah cepat maju dan cepat tumbuh adalah Muara Enim dan Palembang. Hasil penelitian analisis Location Quotient (LQ) kabupaten Ogan Komering Ulu yang memiliki potensi sektor unggulan tertinggi diantara kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan perikanan, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepedah Motor, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makanan Minuman, sektor Real Estate, sektor Jasa Pendidikan, sektor Kesehatan dan Kegiatan Sosial, dan sektor Jasa Lainnya. Hasil analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic Informasi System (GIS) sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan tergolong sektor basis tertinggi di kabuapten/kota Ogan Komering Ulu, Ogan Komering Ilir, Lahat, Musi Rawas, Banyuasin, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Ilir, Empat Lawang, dan Pagar Alam.

2.3 Kerangka Konseptual

Sumatera Utara merupakan daerah yang memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap angka PDRB nasional. Selaku kontributor terbesar ke 2 di pulau

(34)

Sumatera, provinsi Sumatera Utara selalu mengalami peningkatan PDRB selama 5 tahun terakhir (2014-2018). Peningkatan ini tentu tidak terlepas dari kontribusi setiap sektor yang ada baik secara agregat maupun persektoral di 33 kabupaten kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara.

Setiap daerah tentu mengharapkan terjadi peningkatan disetiap sektor yang ada didaerahnya. Namun peningkatan ini tidak dapat dilakukan secara keseluruhan dikarenakan keterbatasan dana APBD yang dimiliki daerahnya.

Pengalokasian dana yang terbatas ini tentu bukan hanya berfokus pada pengelolaan sektor lapangan usahanya saja melainkan ada kebutuhan lain yang juga harus diperhatikan. Hal ini membuat persentase dana untuk pengembangan setiap sektor menjadi semakin sedikit dikarenakan adanya belanja rutin lainnya yang harus dilakukan. Oleh karena itu diperlukan strategi penangan dalam pengembangan setiap sektor yang ada. Jika secara menyeluruh tidak mungkin untuk dilakukan maka diperlukan pengelompokkan sektor mana yang harus diutamakan atau disebut sebagai sektor unggulan / basis.

Analisis yang dinilai optimal dan sering digunakan untuk mengetahui sektor unggulannya adalah analisis Location Quotient (LQ) yang didalamnya menggunakan metode Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotien (DLQ). Anasis lain yang digunakan adalah Shift Share untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan daya saing yang dimiliki sektor-sektor unggulan tersebut.

Dengan diketahuinya sektor apa saja yang unggul disetiap daerah maka pengalokasian dana yang ada serta penyusunan strateginya juga semakin optimal

(35)

untuk dilakukan. Ketika sektor unggulan mengalami pengembangan diharapkan akan memberikan dampak juga secara tidak langsung pada sektor yang bukan unggulan lainnya. Dan hal ini akan menimbulkan pertumbuhan ekonomi disetiap daerahnya.

Gambar 2.1

Skema Kerangka Konseptual

Location Quotient (LQ):

(Melalui gabungan metode Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location

Quotient (DLQ)

Pertumbuhan dan daya saing sektor unggulan

Sektor ekonomi

Shift Share

Sektor Unggulan Sektor Non Unggulan

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Dimana penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain serta data yang disajikan berbentuk angka (kuantitatif).

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)dan laju pertumbuhan di 33 kabupaten dan kota di Provinsi SumateraUtara sebagai daerah studi dan Provinsi Sumatera Utara sebagai daerah referensi atas dasar harga konstan dengan rentang waktu tahun 2014-2018.

3.3 Jenis Variabel Penelitian

Data yang digunakan merupakan data sekunder PDRB dan laju pertumbuhan 33 kabupaten kota serta PDRB dan laju pertumbuhan provinsi di Provinsi Sumatera Utara berdasarkan lapangan usaha atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2010. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dari tahun 2014 sampai dengan 2018 dan disertai data sekunder pelengkap lainnya yang relevan dengan topik penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi dimana setiap data diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis baik berupa buku, arsip, pendapat, teori, hukum, dan lain sebagainya yang relevan

(37)

3.5 Definisi Operasional 3.5.1 Sektor Unggulan

Sektor unggulan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan berdaya saing di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, dimana daerah memiliki kesempatan serta kewenangan untuk membuat kebijakan

3.5.2 PertumbuhanEkonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah kondisi dimana terjadi peningkatan secara nominal dari pendapatan yang dihasilkan melalui barang dan jasa di Provinsi Sumatera Utara. Perhitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan angka PDB dalam lingkup nasional dan PDRB dalam lingkup regional sebagai alat ukurnya.

Angka yang digunakan adalah PDRB berdasarkan atas dasar harga konstan dengan tahun dasar 2010 dari tahun 2014-2018 di kabupaten dan kota Provinsi Sumatera Utara.

3.5.3 Daya Saing

Daya saing merupakan kemampuan setiap kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara untuk bertahan dan menguasai pasar perekonomian meskipun ada banyak pesaing didalamnya. Kemampuan bersaing dari suatu kota seringkali diukur menggunakan berbagai indeks. Dalam penelitian ini perhitungan indeks yang digunakan adalah melalui alat analisis Shift Share. Indeksini kemudian akan digunakan untuk menunjukkan posisi kabupaten/kota terhadap kabupaten/kota

(38)

lainnya yang dianggap sebagai pesaing. Penggunaan indeks daya saing membantu para pengambil kebijakan dalam melakukan benchmark, komparasi, maupun monitoring dan evaluasi terhadap pembangunan kabupaten/kota yang telah dilaksanakan di kabupaten dan kota Provinsi Sumatera Utara.

3.6 Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui sektor unggulan dan non unggulan serta bagaimana gambaran pertumbuhan serta daya saing sektornya adalah sebagai berikut:

3.6.1 Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan dari suatu daerah. Untuk mengoptimalkan penggunaan analisis ini maka digunakan penggabungan metode Static Location Quotient (SLQ) dan Dynamic Location Quotient (DLQ).

Cara perolehan hasil SLQ dilakukan dengan membandingkan kontribusi PDRB dari sektor i daerah studi terhadap PDRB daerah studi yang kemudian dibandingkan lagi dengan kontribusi PDRBdari sektor i daerah referensi terhadap PDB keseluruhan di daerah referensi. Atau secara matematis ditulis sebagai berikut:

SLQ :

(39)

Keterangan:

Vis = PDRB sektor i daerah studi (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara) Vs = Total PDRB daerah studi (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara) Vir = PDRBsektor i daerah referensi (Provinsi Sumatera Utara) Vr = Total PDRBdaerah referensi (Provinsi Sumatera Utara)

Kelemahan dari metode SLQ ini hanya dapat menganalisis pada satu titik waktu saja, Oleh karena itu digunakan analisis DLQ yang dapat menganalisis pada runtun waktu tertentu. Metode penganalisisan DLQ adalah sebagai berikut :

DLQ :

Keterangan :

gis = Rata-rata pertumbuhan PDRB sektor i di daerah studi (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara)

gs = Rata-rata pertumbuhan PDRB total semua sektor di daerah studi (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara)

Gir = Rata-rata pertumbuhan PDRB sektor i di daerah referensi (Provinsi Sumatera Utara)

Gr = Rata-rata pertumbuhan PDRB total sektor di daerah referensi (Provinsi Sumatera Utara)

t = selisih tahun akhir dan tahun awal.

Kriteria klasifikasi analisis LQ dengan penggabungan metode SLQ dan DLQ adalah sebagai berikut.

(40)

Tabel 3.1

Klasifikasi Sektor Lapangan UsahaBerdasarkan Gabungan SLQ dan DLQ

3.6.2 Analisis Shift Share

Analisis Shift Share (SS) merupakan metode yang digunakan untuk menganalisis struktur perekonomian di suatu wilayah. Selain itu, dapat juga digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama dua periode waktu. Analisis ini dapat dilakukan pada tingkat kabupaten, provinsi maupun nasional. Selain itu, melalui analisis ini juga dapat diketahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di masing- masing wilayah referensi yang diteliti.

Dalam analisis ini terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan setelah daerah studi dan sektor yang ingin diteliti ditetapkan. Langkah –langkah tersebut diantaranya :

1. Menghitung Rasio indikator kegiatan ekonomi yang terdiri dari:

a. ri : Rasio pendapatan sektor i pada wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara)

ri = (Y'ij – Yij)/ Yij

b. Ri : Rasio pendapatan (provinsi Sumatera Utara) dari sektor i.

Ri = (Y'i - Yi)/ Yi

c. Ra : Rasio Pendapatan (Provinsi Sumatera Utara) Ra = (Y'-Y) / Y

Kriteria SLQ < 1 SLQ > 1

DLQ > 1 Andalan Unggulan

DLQ < 1 Tertinggal Prospektif

(41)

2. Menghitung Komponen Pertumbuhan Wilayah

Terdapat 3 (tiga) komponen pertumbuhan wilayah dalam analisis SS, yaitu: komponen Pertumbuhan Nasional (PN), komponen Pertumbuhan Proporsional (PP), dan komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW).

a. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)

Komponen Pertumbuhan Nasional (PN) adalah perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi nasional, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah.

Contohnya antara lain kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan.

PRij = (Ra)Yij Keterangan:

PRij = komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara)

Yij = pendapatan dari sektor i pada wilayah j (kab/kota di Provinsi Sumatera Utara) pada tahun dasar analisis

b. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)

Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) timbul karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan industri seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “ Interpretasi Mahasiswa Pada Brand Smartphone Samsung, Apple, dan Blackberry (Studi Deskriptif

Oleh karena itu, penulis mengajukan aplikasi sistem informasi helpdesk ticketing system yang dibuat untuk mengatasi dan meminimalisasi masalah diatas.. Secara garis

[r]

9 Berdasarkan SK Dekan FT UNY No.599 a Tahun 2005 Tanggal 29 Agustus 2005 berperan serta dalam Sosialisasi dan Penjaringan Aspirasi Pemilihan Calon Rektor UNY Periode 2003-

[r]

Permasalahan yang akan diteliti dan dibahas pada penelitian ini adalah seberapa tinggi pengaruh variasi kecepatan potong, feeding dan kedalaman potong terhadap umur

[r]

2 Alokasi waktu proporsional untuk setiap materi 3 Materi pelatihan sesuai dengan kebutuhan 4 Materi membuka wawasan baru untuk menulis 5 Panduan materi yang tertulis