• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang terkait dengan menggunakan uji t test adalah sebagai berikut :

1. Hutabarat (2009) Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi Super Market terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing di Kota Medan menyebutkan bagai mana dampak dari kehadiran pasar modern terhadap pasar tradisional dengan perumusan masalah sebagia berikut: a)Bagai mana perkembangan pasar modern dengan pasar tradisional di Kota Medan? b) Bagaimana aspek jumlah omset pedagang,perputaran barang dagangan, jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin labapedagang tradisional di Kota Medan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern?. Variabel yang digunakan adalah Jumlah pedagang, Jumlah jam buka, Jumlah omset, Sirkulasi barang, dan Margin laba. Alat analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan uji t untuk dua sampel yang berpasangan (paired sample t test). Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut : a. Pasar modern di medan mengalami perkembangan sejak tahun 2000

sampai tahun 2009 yang cukup besar, yaitu sebesar 69,07%. Sedangkan untuk jumlah pasar tradisional di kota medan tidak terdapat perubahan sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 yaitu sebesar 69 buah..

b. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah jam buka, rata-rata sirkulasi barang, rata-rata laba margin pedagang buah-buahan, dan rata-rata margi laba pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei Sikambing sebelum dan sesudah berdirinya pasar Brastagi Supermarket.

c. Terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan bersih pedagang buah-buahan dan pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei Sikambing antara sebelum dan sesudah berdirinya pasar Brastagi Supermarket.

2. Wijayanti (2008) dampak revitalisasi pasar terhadap interaksi sosial dan pendapatan pedagang di Pasar Legi Kota Blitar, menyebutkan bagaimana pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi di Kota Blitar, bagaimana kondisi fisik dan keramaian Pasar Legi setelah dilaksanakan revitalisasi, dan bagaimana dampak interaksi sosial dan pendapatan pedagang di Pasar Legi Kota Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi dilaksanakan pada tahun 2003 hingga Oktober 2004, pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi awalnya juga diwarnai dengan kerusuhan-kerusuhan yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah, pada akhirnya para pedagang menyetujui dilaksanakannya revitalisasi. Selama pelaksanaan revitalisasi para pedagang dipindahkan di tempat relokasi yang letaknya tidak jauh dari lokasi pasar, yaitu di Jalan Mawar, Jalan Kerantil, Jalan Mayang, Jalan Merdeka dan di belakang pasar (terminal lama Kota Blitar) (2) setelah

dilaksanakannya revitalisasi pasar menjadi berih, rapi, tidak becek, tidak gelap dan lebih aman. Pedagang yang berjualan dalam pasar bertambah dari 1111 pedagang menjadi 1738 pedagang, sehingga terjadi kenaikan jumlah pedagang sebesar 627 pedagang. Setelah dilaksanakannya revitalisasi kondisi pasar terlihat lebih sepi, permasalahan ditambah dengan keberadaan pedagang kaki lima yang tidak mau menempati kiosnya, struktur organisasi pasar juga berubah yaitu yang semula di bawah Dinas Pendapatan Daerah menjadi berdiri sendiri berupa Dinas Pengelolaan Pasar. (3) pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi memberikan dampak yang bersiat positif dan negatif. Dengan pelaksanaan revitalisasi, interaksi sosial dan pendapatan pedagang juga mengalami perubahan. Hal ini terlihat dari tidak adanya perkumpulan para pedagang setelah dilaksanakannya revitalisasi, jika dilihat dari segi ekonominya, pendapatan pedagang yang kiosnya berada dalam pasar banyak yang mengalami penurunan, sehinga para pedagang tidak hanya mengandalkan hidupnya dengan berjualan di Pasar Legi. Sedangkan pedagang yang letak kiosnya berada di luar/lokasi strategis mengalami kenaikan pendapatan.

3. Xinmeng (2001) the informal sector and rural urban migration A Chinese case study sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 1990 pendatang atau imigran ke kota di china masih sangat besar. Terdapat dua alasan yang mendasari tentang penelitian ini yaitu yang pertama adalah konsep dari penelitian yang mencakup kegiatan ekonomi sektor informal, dan alasan lain atau alasan yang ke dua adalah diduga peran sektor informal sangat

bergantung pada tahapan pembangunan ekonomi dan lingkungan lembaga ekonomi. Sektor informal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu: upah yang rendah, bergerak di industry atau jenis usaha kecil, bersifat kekeluargaan bebas masuk kedalam pasar (ferdom of entry), tidak ada kepastian hubungan tenaga kerja dengan pemilik usaha, dan mengabaikan kepemilikan (Todaro,1969; Fields,1975; Masumdar, 1977; ILO, 1977; Benerjee,1983). Permintaan akan jasa sektor informal di kota China sudah sangat kurang di jasa industri sebelum perbaikan system ekonominya. Perbaikan sistem ekonomi mengubah keadaan ini, tetapi surplus permintaan untuk jasa bisnis mikro seperti, penjual eceran, penjahit, tukang reparasi, dan rumah makan masih terdapat surplus permintaan. Keadaan ini menyediakan untuk para imigran beberapa kesempatan kerja disektor informal. Dengan keistimewaan tersesebut antara sektor formal dan informal di china dapat ditarik beberapa hipotesis. Pertama pekerja disektor formal diduga tidak mendapatkan pendapatan atau keuntungan yang lebih besar dibandingkan oleh pekerja yang bekerja disektor informal. Hipotesis yang ke dua setelah hipotesis yang pertama di sektor informal khususnya untuk pekerja itu sendiri diduga tidak bertransisi kesempatan kerja untuk imigran. Metodologi yang digunakan adalah dengan multinominal logit. Multinominal logit model dispesifikasi variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan pekerjaan dan penawaran pekerjaan. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi dengan variabel dependent adalah upah, variabel independentnya adalah:

lama belajar (pendidikan), pengalaman bekerja, pengalaman diluar pertanian, pengalaman di bidang pertanian, lama hari dalam pelatihan formal, variabel dummy (petani atau bukan sebelum migrasi), status pernikahan, dan jumlah anak. Jumlah perpindahan dari desa ke kota di China adalah cukup besar. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini diuji dengan 1 (satu) aspek dari isu yang berkembang, yaitu peranan dari sektor informal dalam proses migrasi desa ke kota.

Hasil dari penelitian ini hal yang terlihat bahwa (a) kualitas individual yang lebih tinggi dalam peningkatan tenaga kerja karena lebih mudahnya untuk mendapatkan pekerjaan dalam mendirikan perusahaan sendiri di sektor informal daripada mendapatkan pekerjaan di perusahaan orang lain, (b) kebanyakan dari imigran bekerja di kota lebih memilih untuk pindah dari informal ke formal sektor. Hal ini memperlihatkan bahwa untuk mendapatkan upah di sektor informal dilakukan dengan adanya kesempatan mendapatkan pekerjaan dalam jangka waktu yang panjang bagi para imigran, (c) diantara para imigran yang bekerja dengan mendirikan usaha/perusahaan sendiri adalah yang dapat merasakan kepuasan dengan kondisi mereka saat ini dengan pendapatan mereka di sektor informal dan para imigran yang bekerja di sektor formal merasa kurang puas daripada mereka yang bekerja di sektor informal. Kesimpulan terakhir adalah mereka yang bekerja di sektor formal mendapatkan penghasilan yang lebih kecil. Perbedaan upah di sektor formal dan sektor informal adalah sebagian besar disebabkan oleh perbedaan sumbangan

individu dalam evaluasi pasar yang lebih baik daripada perbedaan dalam sumbangan-sumbangan di bidang lainnya. Hal ini mengartikan bahwa pasar tenaga kerja di sektor formal dapat lebih diatur daripada di sektor informal, dan yang terpenting adalah masing-masing individu yang bekerja di sektor formal adalah lebih buruk sebagai akibat langsung yang dirasakan individu tersebut.

4. Komollo (2010), pengaturan kegiatan sektor informal jua kalli di Nairobi untuk pembangunan yang berkelanjutan. Data menunjukkan lebih dari separuh penduduk hidup didaerah perkotaan (UNCHS-HABITAT,2009). Masalah yang sering timbul akibat adanya kegiatan dari sektor informal atau pedagang kaki lima adalah sering terjadinya pelanggaran penggunaan tempat dalam berdagang seperti kasus yang ditemukan di jalan landhies dan jalan jogoo fasad, banyak pedagang yang menggunakan badan jalan sebagai tempat berjualan sehingga ini mengganggu bagi pengguna jalan terutamanya adalah pejalan kaki. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan hasil observasi adalah sebagai berikut ekonomi informal tidak dapat diabaikan di Kenya dari 61% angkatan kerja 14 juta bekerja di sektor non pertanian sementara 35 % dari 59% penduduk di desa dan perkotaan terlibat dalam bisnis sektor informal. Di Naerobi 58% PKL berusia 35 tahun kebawah, dan 68 % adalah wanita yang sudah menikah, tujuan dari PKL ini adalah hanya untuk mempertahankan hidup mereka. kesimpulan Pengaturan yang pertama adalah untuk menguatkan informal sektor jua kalli. Memasukkan sektor usaha kecil kedalam system

perencanaan kota yang akan menciptakan citra yang positif dalam sektor tersebut. Mengurangi konflik antara otoritas kota dengan pedagang kaki lima. Intervensi pemerintah dapat menciptakan peningkatan output perkotaan secara signifikan.

5. Liu,et all (2006), pengaturan dan strategi revitalisasi sektor informal di kota Yangzhou china. Pola pertumbuhan dan kondisi lapangan kerja informal dalam bentuk sementara, musiman, kasual, paruh waktu atau jam- pekerjaan yang dibayar telah lama ada di China, meskipun pada skala yang lebih kecil dari tahun-tahun terakhir. Ini ditemukan di peternakan, di pabrik, di sektor pemerintah dan publik organisasi untuk pekerjaan tambahan, dan dalam marjinal ekonomi swasta dan sekalipun terpinggirkan. Konsep penataan PKL di Kota Yangzhou menggunakan sistem 2 (dua) tempat yaitu PKL yang terevitalisasi atau di relokasi mendapatkan tempat baru atau tempat permanen dan tempat yang lama yang bersifat temporary, cara yang digunakan adalah meninggikan harga di tempat lama dan merekomendasi konsumen ke tempat yang baru dengan harga yang lebih murah sehingga konsumen perlahan-lahan akan ikut berpindah ke pasar yang baru. Dalam proses ini dibuat dewan pengawas relokasi yang akan menindak tegas terhadap pedagang yang melanggar aturan yang telah dibuat. Di pasar yang lama hanya bersifat sementara atau temporary hal ini bertujuan untuk memindahkan konsumen ke pasar yang baru, setelah dipasar yang baru sudah mulai ramai maka secara resmi pasar PKL lama resmi ditutup. Konsep ini di Kota Yangzhou China terbukti

commit to user

berhasil. Di Kota Shanghai China konsep penataan PKL dengan cara merelokasi pedagang ke tempat yang lebih baik dan nyaman, dalam penelitian ini para pedagang dipindahkan kedalam sebuah mall atau gedung yang disediakan untuk pusat perbelanjaan. Pedagang Kaki Lima yang semula menempati ruang publik secara bertahap di relokasi dalam sebuah gedung dengan fasilitas lengkap yang di konsepkan untuk pedagang di sektor informal. Kesimpulan penelitian revitalisasi sektor informal di Kota shanghai ini mendapatkan hasil yang positif dan memuaskan untuk pemeritah, masyarakat, dan pedagang itu sendiri. Hasil yang dapat dicapai antara lain dapat menciptakan harmonisasi lingkungan dengan lebih stabil baik untuk penataan perwajahan kota yang lebih rapi maupun untuk kepastian usaha PKL di Kota Shanghai China.

Dokumen terkait