commit to user
Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi
Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan
Notoharjo Surakarta
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan
Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
oleh:
Hendra Widi Utomo
F1109012
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
MOTTO
Jangan menyerah, walau banyak kegagalan itu adalah
proses pembelajaran karena sesungguhnya kita baru di uji
untuk jadi orang yang hebat
(penulis)
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh yang lain. Dan hanya kepada Allah-lah
hendaknya kamu berharap
(Q.S. Al Insyiroh 5-8)
Kesabaran adalah kunci menuju kemenangan
(al-hadist)
Teruslah berlari mengejar mimpi, walaupun jalan yang terjal
harus kita lalui
commit to user
Persembahan
Karya ini kupersembahkan
Untuk Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Karya ini kuhadiahkan untuk:
1.
Ayah dan Ibuku Tercinta
2.
Keluargaku yang kusayangi
3.
Teman-teman dan sahabatku
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, dan
karunia-Nya, sehingga dengan kemampuan yang ada, akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS
DAMPAK REVITALISASI DAN RELOKASI PEDAGANG KAKI
LIMA DI KAWASAN BANJARSARI KE PASAR KLITIKAN
NOTOHARJO SURAKARTA”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan
Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerja sama yang baik
dari berbagai pihak tidak bisa mewujudkan skripsi ini. Maka dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1.
Dr. Guntur Riyanto,M.Si
selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar
telah membimbing dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semoga Allah SWT
membalasnya dan memberikan kemuliaan kepadanya.
2.
Dr. Wisnu Untoro.,MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
commit to user
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
4.
Drs. Sutanto.,M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
5.
Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dan beserta Staff yang
telah memberikan bantuan dalam pemberian data yang penulis perlukan.
6.
Lurah Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi beserta Staff dan seluruh
pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi terimakasih atas
kerjasamanya sehingga penulis dapat memperoleh data yang penulis
perlukan.
7.
Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, terimakasih atas ilmu yang diberikan dan bimbingannya.
8.
Seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Sebelas Maret, terimakasih
atas bantuan dan kerjasamanya.
9.
Ayah dan Ibuku yang selalu member dorongan, motivasi dan doanya
kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Mas Hari dan Mbak Nita yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian penulisan skripsi ini.
10. Pakde budhe sekalian sekeluarga yang telah memberikan kasih sayang,
commit to user
membantu penulis dalam pengumpulan data, sehingga skripsi ini dapat
selesai dengan lancar
12. My lovely MiYu (Risma Intan Pertiwi) yang selalu memberi kehangatan
hati, semangat, dan curahan kasih sayang sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
13. Teman-teman seperjuanganku Ucon, Bambang, Adhi dan seluruh
penghuni kos Anso, terimaksih atas bantuan, semangat, motivasi, dan
rasa persahabatan yang hangat.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih
atas kerjasama dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini
dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
Surakarta, 08 Agustus 2011
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xv
ABSTRAKSI... xvi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 9
C. Tujuan Penelitian... 10
D. Manfaat Penelitian... 11
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori………... 12
1.
Pengertian Pasar..………... 12
2.
Pengertian Pedagang Kaki Lima... 13
3.
Pengertian Revitalisasi dan Relokasi... 20
4.
Teori permintaan……... 20
5.
Teori Produksi... 22
commit to user
8.
Keseimbangan Pasar... 37
9.
Infestigasi Penelitian Terdahulu dalam tabel... 39
B. Penelitian Terdahulu……… 41
C. Kerangka Pemikiran……… 48
D. Hipotesis Penelitian………. 50
BAB III. METODE PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian... 51
B. Metode Pengumpulan Data... 51
C. Jenis dan Sumber Data... 52
D.
Teknik Pengambilan Sampel……….. 53
E. Definisi Operasional Variabel... 54
1.
Omset penjualan... 54
2.
Keuntugan... 55
3.
Jumlah Tenaga Kerja... 56
4.
Kuantitas Penjualan Barang……… 56
5.
Retribusi dan Pungutan Pasar……….. 56
F. Alat Analisis Data………... 57
BAB IV. HASIL DAN ANALISIS DATA
A.
Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta... 60
1.
Keadaan Geografis …………... 60
a.
Letak Geografis……….. 60
b.
Luas Wilayah……….. 60
2.
Pemerintahan………... 61
3.
Penduduk dan Tenaga Kerja……….. 62
a.
Kependudukan... 62
b. Tenaga Kerja…... 63
4.
Sosial……... 65
a.
Pendidikan………. 65
commit to user
b. Komunikasi………. 68
6.
Industri dan Perdagangan... 68
a.
Industri... 68
b. Perdagangan... 69
7.
PDRB dan Inflasi... 69
a.
PDRB………. 69
b. Inflasi……… 71
B. Deskripsi Lokasi Penelitian... 72
C. Analisis Data dan Pembahasan………... 77
1.
Hasil Pengumpulan Data... 78
a.
Variabel Omset Penjualan……….. 79
b.
Variabel Keuntungan Pedagang………. 85
c.
Variabel Jumlah Tenaga Kerja………... 91
d.
Variabel Kuantitas Penjualan Barang………. 93
e.
Variabel Retribusi dan Pungutan Pasar……….. 95
2.
Hasil Analisis Uji t (paired sample t test)... 98
a.
Omset Penjualan………. 98
b.
Keuntungan Pedagang……… 100
c.
Jumlah Tenaga Kerja………... 102
d.
Kuantitas Penjualan Barang………... 104
e.
Retribusi dan Pungutan Pasar……… 106
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan... 109
B. Saran... 113
DAFTAR PUSTAKA ……… 116
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
Tabel 1.1.
Jumlah Penduduk Kota Surakarta
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005-2009……… 2
Tabel 1.2
Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional
di Kota Surakarta Tahun 2009………... 3
Tabel 2.1
Konsep Pola Penataan PKL
Berdasar Tinjauan Aspek Ekonomi..……….... 39
Tabel 2.2
Konsep Pola Penataan PKL
Berdasar Tinjauan Aspek Hukum..……….. 40
Tabel 4.1
Luas Penggunaan Lahan Tiap Kecamatan
Di Kota Surakarta tahun 2009 (ha)……….. 61
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk,Rasio Jenis Kelamin
Dan Tingkat kepadatan di Surakarta th 2009……… 62
Tabel 4.3
Banyak Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Di Kota Surakarta th 2009……… 63
Tabel 4.4
Besarnya Kebutuhan Hidup Minimum Dan Upah
Minimum Kota Surakarta th 2000-2009……….. 64
Tabel 4.5
Penduduk Usia 5 th Keatas Menurut Pendidikan
Tertinggi yang ditamatkan di Kota Surakarta th 2009………. 66
Tabel 4.6
Panjang Jalan Menurut Status Jalan di Kota Surakarta……… 67
Tabel 4.7
PDRB Menurut Lapangan UsahaAtas Dasar
Harga Konstan 2000 Kota Surakarta th 2008-2009………….. 70
Tabel 4.8
Kontribusi Sektor-sektor Ekonomi Terhadap
Pembentukan PDRB Kota Surakarta th 2008-2009…………. 71
Tabel 4.9
Laju Inflasi di Kota Surakarta th 2005-2009 (%)………. 72
commit to user
Tabel 4.11
Rata-rata Omset Pedagang kaki Lima Menurut Jenis
Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo………. 80
Tabel 4.12
Presentase perubahan Omset Pedagang kaki lima Menurut
Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo………… 81
Tabel 4.13
IHK Kota Surakarta tahun 2007 s/d 2010……… 84
Tabel 4.14
Rata-rata Omset Pedang Kaki Lima Menurut Jenis
Dagangan saat di Banjarsari (data deflasi) dan di Notoharjo… 84
Tabel 4.15
Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis
Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo……… 86
Tabel 4.16
Persentase Perubahan Keuntungan
Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan
Saat di Banjarsari dan di Notoharjo………. 88
Tabel 4.17
Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima
Menurut Jenis Dagangan
Saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo……… 90
Tabel 4.18
Rata-rata Jumlah Pekerja yang dimiliki
Pedagang kaki Lima Menurut Jenis Dagangan
Saat di Banjarsari dan di Notoharjo………. 91
Tabel 4.19
Rata-rata Hari Orang Kerja (HOK)
Pedagang Kai Lima Menurut Jenis Dagangan
Saat di Banjarsari dan di Notoharjo………. 92
Tabel 4.20
Rata-rata Kuantitas Barang dagangan yang terjual
Menurut Jenis Dagangan
Saat di Banjarsari dan di Notoharjo………. 94
Tabel 4.21
Tarif Pungutan Listrik Menurut Penggunaan
Di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi……… 95
Tabel 4.22
Rata-rata Retribusi dan Pungutan pasar yang
Di Bayarkan Pedagang tiap Bulan
commit to user
Di Bayarkan Pedagang tiap Bulan
Saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo……… 97
Tabel 4.24
Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk
Omset Penjualan (per bulan)……… 99
Tabel 4.25
Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk
Keuntungan Penjualan Pedagang (per bulan)……….. 101
Tabel 4.26
Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk
Hari Orang Kerja (HOK) ………. 103
Tabel 4.27
Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk
Kuantitas Barang yang Terjual (per bulan)……….. 105
Tabel 4.28
Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
Gambar 1.1
Peta Lokasi Pasar Kota Surakarta………. 4
Gambar 2.1
Kurva Permintaan………. 21
Gambar 2.2
Proses Produksi………. 22
Gambar 2.3
Kurva Total, Marginal, dan Average Produk………23
Gambar 2.4
Kurva Permintaan Tanah………...26
Gambar 2.5
Kurva Pertumbuhan Modal………... 27
Gambar 2.6
Kurva Konsumsi Pendapatan……… 34
Gambar 2.7
Kurva Engel……….. 35
Gambar 2.8
Kurva Demand and Supply………..
37
Gambar 2.9
Skema Kerangka Pemikiran………... 49
Gambar 4.1
Perkembangan KHM dan UMK di Kota Surakarta………….. 65
Gambar 4.2
Struktur Organisasi Dinas Pengelola Pasar Notoharjo………..74
Gambar 4.3
Denah Lokasi Penelitian………... 76
Gambar 4.4
Kerangka Hipotesis………... 78
Gambar 4.5
Uji 2 fihak Variabel Omset Penjualan……….. 99
Gambar 4.6
Uji 2 fihak Variabel Keuntungan……….. 102
Gambar 4.7
Uji 2 fihak Variabel Tenaga Kerja……… 104
Gambar 4.8
Uji 2 fihak Variabel barang yang terjual………... 106
commit to user
Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta
Hendra Widi Utomo
F.1109012
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak
revitalisasi dan relokasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjarsari
Surakarta ke Pasar Klitikan Notoharjo terhadap omset penjualan,
keuntungan pedagang, jumlah karyawan yang dihitung dalam satuan
HOK, kuantitas barang yang dijual, dan reribusi dan pungutan pasar. arti
kata dampak disini adalah untuk mengetahui perubahan variabel-variabel
yang sudah disebutkan diatas terhadap kondisi pedagang saat ini (di Pasar
Klitikan Notoharjo Semanggi) dengan cara membandingkan antara di
Notoharjo dan saat masih di Banjarsari.
Penelitian ini mengunakan data primer dan data sekunder, data
primer diperoleh dengan cara wawancara dengan pedagang di Pasar
Klitikan Notoharjo Semanggi sedangkan data primer dihimpun dari studi
literatur Dinas Pengelolaan Pasar, dan BPS Kota Surakarta.jumlah data
Primer yang telah dikumpulkan adalah sebanyak 100 responden. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji
paired
sample t test dengan derajat keyakinan sebesar 95%.
Dari hasil penghitungan data diperoleh hasil t hitung sebagai
berikut: a) variabel omset Penjualan (-6,447), b) variabel keuntungan
pedagang (-7,017), c) variabel tenaga kerja (-0,872), d) variabel kuantitas
penjualan (-5,778), variabel retribusi dan pungutan pasar (23,961) dengan t
tabel pada α : 5%; df : 100
-1 : 99, diperoleh nilai 1,984. Asumsi t hitung> t
tabel maka H
0ditolak. dari kelima variabel yang mengalami perubahan
secara signifikan (H
1 diterima) adalah variabel omset,keuntungan,kuantitas
penjualan, dan retribusi dan pungutan pasar. Hasil uji yang menunjukan
hasil yang sama atau tidak ada perubahan secara signifikan adalah variabel
tenaga kerja dikarenakan jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak lebih
dari 5 pekerja, dan kebanyakan dari mereka adalah anggota keluarga dan
biasanya tidak mengalami perubahan yang signifikan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang
menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah
Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo merupakan dataran
rendah dengan dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut, Solo
berbatasan disebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan
Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan Kabuaten Sukoharjo dan
disebelah barat dengan Kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah Kota Surakarta
44,04 Km² yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan,
Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Sebagian besar lahan dipakai
untuk pemukiman sebesar 61,68%, sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga
memakan tempat yang cukup besar juga berkisar antara 20% dari luas lahan
yang ada.
Penduduk merupakan salah satu faktor produksi dan dapat menjadi
konsumen yang potensial, semakin banyak jumlah penduduk suatu daerah
maka semakin tinggi tingkat konsumsinya pada daerah tersebut. Berdasarkan
hasil estimasi penduduk antar sensus (2005) penduduk kota Surakarta
mencapai 528.202 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89:38; yang artinya
Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai
11.988 jiwa/km².
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta
Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005 - 2009
Tahun
Jenis Kelamin
Jumlah Total Rasio Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan
1 2 3 4 5
2005 250.868 283.672 534.540 88,44
2006 254.259 258.639 512.898 98,31
2007 246.132 269.240 515.372 91,42
2008 247.245 275.690 522.935 89,68
2009 249.287 278.915 528.202 89,38
Sumber : BPS Kota Surakarta, 2011
Pasar merupakan salah satu tempat terjadinya transaksi atau tempat
dimana terjadinya pertemuan antara demand dan suplay. Pasar adalah
sekelompok pembeli dan penjual dari suatu barang atau jasa pembeli berperan
sebagai suatu kelompok yang menentukan seberapa banyak permintaan barang
dan penjual berperan sebagai kelompok yang menentukan seberapa banyak
penawaran akan barang tersebut (Mankiw,2004;78). Salah satu bentuk pasar
adalah pasar kompetitif yaitu pasar yan didalamnya terdapat banyak pembeli
dan penjual sehingga masing-masing pembeli atau penjual memiliki pengaruh
sendiri memiliki 44 pasar yang tersebar di Kota Surakarta pasar yang terkenal
di Kota Surakarta antara lain Pasar Legi, Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar
Singosaren, Pasar Notoharjo, dan Pasar Ngarsopuro. Pendapatan pasar
terbesar di Pasar Legi sebesar Rp. 1.437.132.840,00 ( Dinas Pengelolaan
Pasar Kota Surakarta; desember 2010).
Tabel 1.2 Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional di kota
29 Windu Jenar IIB 1.530,50 212 -30 Ngemplak IIIA 947,00 57 14 31 Mojosongo IIIA 1.088,00 180 11 32 Bangunharjo IIIA 1.116,00 44 5 33 Sidomulyo IIIA 3.365,00 59 -34 Gading IB 2.293,00 192 33 35 Sangkrah IIIA 1.122,00 140 4 36 Tanggul Sari IIIA 740,00 145 19 37 Jurug IIIA 700,00 - 36 38 Dawung IIIA - - -39 Mojosongo Perumnas IIIA 1.458,00 128 3 40 Ngumbul IIIA 450,00 42 11 41 Bambu IIIA - - -42 Besi IIIA 15.120,00 255 -43 Joglo IIIA 100,50 61 29 44 Cinderamata IIIA 2.153,00 121 86 Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta,2011
Sumber: DPP Kota Surakarta, 2011
Pedagang Pasar Klithikan Notoharjo Solo merupakan pindahan
Pedagang Kaki Lima (PKL) dari monumen Perjuangan ‘45 Banjarsari.
Pedagang Pasar Klithikan Solo dulunya merupakan Pedagang Kaki Lima
(PKL) yang menempati salah satu ruang Publik di kota solo, mereka dulunya
dikenal sebagai PKL Monumen Banjarsari, dan merupakan Komunitas PKL
terbesar di Kota Solo, keberadaan PKL tersebut tidak bisa dilepaskan dari
momentum krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, semenjak terjadi
krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, jumlah PKL yang berada di
kawasan monument perjuangan ’45 Banjarsari terus berkembang dari tahun
ketahun, pada tahun 2003 dilakukan pendataan yang dilakukan Tim City
Development Strategy (CDS) Kota Surakarta mencatat bahwa jumlah PKL di
kawasan Banjarsari berjumlah sebanyak 610 PKL. Dan pada tahun 2005
dilakukan pedataan kembali oleh Kantor PPKL Pemkot Surakarta yang akan
digunakan sebagai data based yang akan dijadikan dasar pemindahan PKL
Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo, dari pendataan yang dilakukan
didapatkan jumlah PKL menjadi 989 PKL. Dari hasil pendataan diketahui
bahwa berdasarkan jenis dagangan PKL Monumen Banjarsari didominasi
pedagang aksesori sepeda motor, mobil, dan barang elektronik pada tahun
2003 jumlahnya 250 pedagang, meningkat menjadi 370 pedagang pada tahun
2005(www.pasarklitikannotoraharjosolo.blog). Dari hasil pendataan yang
dilakukan oleh CDS kota Surakarta dengan PPKL Pemkot Surakarta
menyatakan bahwa pertambahan pedagang tidak hanya terjadi pada jumlah
atau penambahan. Berdasarkan pendataan yang dilakukan pada tahun 2003
jenis usaha PKL ini semakin bertambah dan bervariasi. Pedagang Kaki Lima
tersebut tidak hanya menjual barang bekas, tetapi juga menjual
barang-barang baru.
PKL yang berada di kawasan Monumen ‘45 Banjarsari hampir
semuanya menempati bangunan permanen, artinya pedagang membangun
lapak tetap, sehingga barang dagangan dapat ditinggal di dalam lapak, dan
pedagang dapat pulang tanpa membawa barang dagangan. Di kawasan
tersebut terdapat 1 (satu) unit fasilitas MCK Umum yang berada di belakang
Pasar Banjarsari lama, yaitu di sisi Selatan JL. Abdulrahman Saleh.
Kebutuhan akan air bersih dicukupi dengan penggunaan sumur pompa yang
dipasang dilokasi, di kawasan Banjarsari terdapat 9 lokasi sumur pompa dan
mengambil air dari sekolah yang dekat dengan Kawasan Monumen ‘45
Banjarsari. Sedangkan limbah berupa air kotor langsung dibuang ke selokan
yang berada di pinggir jalan sepanjang jalan Kawasan Monumen 45
Banjarsari, karena sebagian besar pedagang dalam aktivitas ekonominya
menjual barang klithikan sehingga limbah sisa aktivitas ekonomi tidak begitu
banyak, limbah air sebagian besar di hasilkan dari kios makanan dan
minuman. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi pedagang tidak
banyak, dan bahkan hampir tidak ada. Masing-masing PKL dalam
membersihkan sampah tersebut dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu
sampah mereka dan untuk kemudian diambil oleh petugas sampah. Untuk
lewat paguyuban PKL. Sedangkan kebutuhan listrik dan penerangan sebagian
PKL memasang sendiri terutama yang membutuhkan listrik dalam jumlah
besar seperti pedagang alat-alat elektronik, dan sebagian PKL menarik dari
kios yang memasang bergenzer dengan memberikan iuran tiap bulan kepada
pemilik begenzer sesuai dengan pemakaian.
Semenjak tanggal 23 Juli 2006 PKL yang berada di Kawasan
Banjarsari tersebut tidak lagi menempati ruang publik, Pemerintah Kota
Surakarta telah merelokasi 989 PKL yang berada di Kawasan Banjarsari ke
Kelurahan Semanggi RT 04 RW VI Kecamatan Pasar Kliwon dengan
dibangunkan bagunan permanen. Pasar tersebut menempati lahan seluas
11.950 m2; pemerintah memberikan fasilitas kepada Pedagang antara lain kios
yang berukuran 2 X 3 M, pelegalan tentang keberadaan usaha mereka dengan
ditandai pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Hak
Penempatan (SHP), Surat Izin Perusahaan (SIP), dan Tanda Daftar Perusahaan
(TDP). Dalam Surat Keputusan Walikotamadya Daerah Tinggkat II Surakarta
Nomor: 462.3/094/1/1998 tentang Penutupan Kampung Silir Sebagai Tempat
Resosialisasi, dimana salah satu keputusan tentang bekas lahan resosialisasi
beserta perluasaannya sesuai dengan kebutuhan akan direncanakan untuk
pembangunan fasilitas umum berupa pasar induk hasil bumi dan fasilitas
transpotasi, maka pemkot telah membuat sebuah desain dimana eks
resosialisasi Silir akan dijadikan pasar Klithikan Semanggi, pasar rakyat yang
bertujuan untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan. Pembangunan pasar
juga berupaya untuk penataan tata ruang kota Solo yang cenderung kumuh
dan tidak tertata. Dengan penataan tata ruang dengan baik atau ke arah yang
lebih baik, maka Pemkot Surakarta banyak merelokasi kawasan yang
dianggap kumuh dengan tujuan untuk tata ruang kota yang lebih baik dan
indah. Salah satunya adalah para PKL yang berada di sekitar Monumen 45
Banjarsari, untuk relokasi tersebut maka Pemkot telah menyiapkan lahan di
Semanggi Seluas 11,950 meter persegi. Di atas lahan tersebut dibangun kios
sebanyak 1.018 kios dan sarana prasarana lainnya, diantaranya parkir mobil
dan sepeda motor, koridor, kantor pengelola, mushola dan sarana prasarana
fasilitas umum lainnya.
Pasar Klithikan Notoharjo dibagi menjadi 3 (tiga) Blok, rincian jumlah
pedagang berdasarkan blok. Blok I (satu) berada di bagian depan pasar yang
merupakan bangunannya terdiri dari bangunan berlantai 2 (dua), sehingga
jumlah kiosnya paling banyak diantara blok lainnya. Blok II (dua) berada di
tengah, sedangkan Blok III (tiga) berada di bagian belakang pasar. Persebaran
pedagang berdasarkan blok dan jenis dagangan tersebut dirancang Pemkot
Surakarta dengan tetap memperhatikan karakteristik jenis usaha pedagang,
misalnya pedagang alat sepeda motor dan mobil ditempatkan di pinggir jalan
akses di dalam pasar. Jumlah pedagang Pasar Klithikan Notoharjo Solo
berdasarkan jenis dagangan yang dominan adalah tiga golongan jenis
dagangan tertentu saja yaitu meliputi; pedagang alat sepeda motor; pedagang
alat mobil; dan pedagang elektronik, jumlahnya mencapai 570 pedagang, atau
yang baru ini berlahan-lahan dengan penuh keyakinan ada pedagang-pedagang
ini mencari keseimbangan dan kestabilan pendapatan dengan berjualan di
Pasar Klithikan Nothoharjo.
Pemilihan Semanggi bukan tanpa pertimbangan seksama, karena
wilayah ini ditunjang beberapa potensi, diantaranya sarana dan prasarana
transpotasi lengkap; adanya pusat-pusast kegiatan sebagai pemacu
pertumbuhan kawasan yang berupa pasar besi, pasar ayam, pasar klithikan,
pasar rakyat, rumah toko (ruko), sub terminal dan bongkar muat, perumahan,
penginapan, hotel dan restoran, rumah sakit serta tempat ibadah.di samping
Semanggi juga terleta di kawasan pertumbuhan wilayah perbatasan.
Proses pembangunan pasar sendiri memakan waktu kurang lebih 90 hari serta
biaya Rp. 5.126.250.000,00. Relokasi PKL dari Banjarsari ke Semanggi
dilakukan setelah tahap pembangunan fisik kios dan kelengkapan fasilitas
pasar. Proses pembangunan sendiri selesai pada tanggal 27 juni 2006 dengan
masa tenggang 14 hari sehingga pasar dapat digunakan mulai tanggal 11 juli
2006.
B. Rumusan Masalah
Dari gambaran umum di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari
Berpengaruh terhadap Omset Pedagang Kaki Lima tersebut?
2. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari
3. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari
Berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja Pedagang Kaki Lima tersebut?
4. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari
Berpengaruh terhadap kuantitas barang yang dijual Pedagang Kaki Lima
tersebut?
5. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari
Berpengaruh terhadap pungutan retribusi dan pungutan pasar?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
dampak Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan banjarsari dengan
menggunakan uji t yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan
Banjarsari terhadap omset Pedagang Kaki Lima tersebut.
2. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan
Banjarsari terhadap keuntungan Pedagang Kaki Lima tersebut.
3. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan
Banjarsari terhadap jumlah tenaga kerja Pedagang Kaki Lima tersebut.
4. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan
Banjarsari terhadap kuantitas barang yang dijual Pedagang Kaki Lima
tersebut..
5. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan
keputusan, dalam hal ini Kantor Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota
Surakarta pada khususnya dan Pemerintah Kota Surakarta pada umumnya.
2. Bagi Pemerintah Daerah, peneliti dan masyarakat. Mengetahui
dampak-dampak baik dampak-dampak negatif maupun dampak-dampak positif dalam suatu proyek
khususnya Proyek revitalisasi PKL di kawasan Banjarsari.
3. Bagi Mahasiswa dan Peneliti diharapkan penelitian dapat dijadikan
sebagai referensi dalam penelitian selanjutya dan dapat memberikan
manfaat serta dapat memberikan wawasan bagi yang membacanya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Pasar
Pasar adalah suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud
secara fisik yang mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas
(Barang dan jasa). Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan
menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa) dan jumlah
atau kuantitas komoditas yang diperjual belikan. Pasar dimana penjual dan
pembeli melakukan inetaraksi dapat dibedakan menjadi pasar komoditas
dan pasar faktor. Pasar komoditas adalah interaksi antara para pembeli dan
para penjual dari suatau komoditas dalam menentukan jumlah dan harga
barang atau jasa yang diperjual belikan. Pasar faktor adalah interaksi
antara para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi) dengan para
pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan jumlah
faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan
barang-banrang dan jasa yang diminta oleh masyarakat, sedangkan industry adalah
kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas yang
sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar. (Sugiarto
dkk,2002:35)
Pasar secara eksplisit didefinisikan bahwa penjual dan pembeli
pengertian geografis maupun dalam pengertian rangkaian komoditas yang
dapat dimasukkan kedalamnya. Definisi pasar penting karena beberapa
alasan, dan diuraikan sebagai berikut:
a. Memberi informasi bagi manajemen perusahaan, tentang pihak-pihak
yang merupakan pesaing nyata dan pesaing potensial untuk
komoditas-komoditas yang berbeda atau sama dengan komoditas-komoditas yang
diusahakannya atau akan diusahakannya nanti.
b. Memberi acuan kepada pihak manajemen perusahaan tentang
batas-batas dari sifat komoditas dan batas-batas geografis pasarnya untuk keperluan
penetapan harga, diskriminasi harga, penetapan anggaran belanja
ataupun untuk keperluan investasi
c. Memberi masukan bagi pemerintah dalam penetapan kebijakan yang
terkait dengan kepentingan publik.(Sugiarto,dkk,2002:36)
2. Pengertian Pedagang Kaki Lima
Secara umum, pedagang dapat diartikan sebagai penyalur barang
dan jasa-jasa pertokoan (okta dalam Rais, 1990 dalam
Faransiska.R.Korompis,2005). Adapun menurut McGee yang dikutip oleh
Fransiska.R.Korompis,2005), mendefinisikan pedagang kaki lima adalah
“The People who offer goods or services for sale from public places,
primarily streetes and pavement”. Sedangkan Maning dan Tadjudin Noer
Effendi (1985) menyebutkan bahwa pedagang kaki lima adalah salah satu
pekerjaan yang paling nyata dan penting dikebanyakan kota di Afrika,
Menurut Breman (1988) dalam Nurani Dwi Okti (2010) pedagang
kaki lima merupakan usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat yang
berpenghasilan rendah (gaji harian) dan mempunyai modal yang terbatas.
Dalam bidang ekonomi, pedagang kaki lima ini termasuk dalam sektor
informal, di mana merupakan pekerjaan yang tidak tetap dan tidak
terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat pada aturan hukum,
hidup serba susah dan semi kriminal pada batas-batas tertentu.
Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan modal yang relatif
sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang
(jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat,
usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis
dalam suasana lingkungan yang informal (Winardi dalam Haryono, 1989).
Dari pengertian atau batasan tentang pedagang kaki lima sebagai
mana dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat dipahami bahwa pedagang
kaki lima merupakan bagian dari kelompok usaha kecil yang bergerak di
bidang atau di sektor informal. Secara khusus, pedagang kaki lima dapat
diartikan sebagai salah satu bagian pendistribusi barang dan jasa yang
belum mempunyai ijin, usahanya biasanya berpindah-pindah atau tidak
nomaden, belum mempunyai struktur organisasi yang jelas, dan belum ada
deskripsi tenaga kerja yang jelas cenderung masih bersifat kekeluargaan.
Menurut Sethurahman (1985) yang dikutip dalam Nurani (2010)
bahwa istilah pedagang kaki lima biasanya menunjukkan sejumlah
kegiatan ekonomi yang berskala kecil, tetapi akan menyesatkan bila
disebut dengan “Perusahaan” berskala kecil dikarenakan beberapa
alasan antara lain :
1) Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin,
berpendidikan rendah (kebanyakan pada migran). Hal ini
menunjukkan bahwa mereka bukanlah Kapitalis yang mencari
investasi yang menguntungkan dan juga bukanlah pengusaha seperti
dikenal pada umumnya.
2) Cakupan mereka hanya terbatas pada pengadaan kesempatan kerja
dan menghasilkan pendapatan langsung pada dirinya sendiri.
3) Pedagang Kaki Lima dikota terutama harus dipandang sebagai
unit-unit berskala kecil yang terlibat dalam produksi dan distribusi
barang-barang yang masih dalam suatu proses evaluasi dari pada
dianggap sebagai perusahaan yang berskala kecil dengan
masukan-masukan (input) modal dan pengolahan besar. Selanjutnya menurut
definisi International Labour Organization (ILO), pedagang kaki
lima didefinisikan sebagai sektor yang mudah dimasuki oleh
pendatang baru, menggunakan sumber-sumber ekonomi dalam
negeri, dimiliki oleh keluarga yang mempunyai skala ekonomi kecil,
menggunakan teknologi padat karya, keterampilan yang dibutuhkan
diatur oleh pemerintah dan bergerak dalam pasar persaingan
sempurna (Korompis,2005 dalam Dwi Nurani, 2010)
Pengertian pedagang kaki lima yang lain dari sektor marginal
(kecil-kecilan) yang mempunyai ciri sebagai berikut :
1) Pola kegiatan tidak teratur baik dalam waktu, pemodalan maupun
penerimanya.
2) Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan oleh pemerintah (sehingga kegiatanya sering
dikategorikan “Liar”).
3) Modal, peralatan dan kelengkapan maupun omsetnya biasanya kecil
dan diusahakan dasar hitungan harian.
4) Pendapatan tidak menentu dan pendapatan pedagang kaki lima
tergolong dalam pendapatan yang rendah.
5) Tidak mempunyai tempat usaha yang tetap atau keterikatan dengan
usaha-usaha yang lain.
6) Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah.
7) Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga
secara luas dapat menyerap bermacam-macam tingkatan tenaga
kerja.
8) Umumnya tiap-tiap satua usaha yang mempekerjakan tenaga kerja
yang sedikit dan dari lingkungan keluarga, kenalan atau berasal
9) Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan, dan
sebagainya.
10)Sebagai saluran arus barang dan jasa, pedagang kaki lima
merupakan mata rantai akhir sebelum mencapai konsumen dari satu
mata rantai yang panjang dari sumber utamanya yaitu produsennya
(Ramli,1984 dalam Fransiska,2005 dalam Dwi Okti N,2010).
Berdasarkan barang atau jasa yang diperjualbelikan, menurut
Karafi dalam Umboh (1990) dalam Fransiska (2005) dan dikutip oleh
Nurani,2010, pedagang kaki lima dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Pedagang minuman, Pedagang makanan, Pedagang buah-buahan,
Pedagang sayur-sayuran, Pedagang daging dan ikan, Pedagang rokok
dan obat-obatan, Pedagang buku, majalah dan surat kabar, Pedagang
tekstil dan pakaian, Pedagang kelontong, Pedagang loak, Pedagang
onderdil kendaraan, bensin, dan minyak tanah., Pedagang ayam,
kambing, burung ,dan, Pedagang beras serta, Penjual jasa
(Wirosardjoono, 1985 dalam Nurani, 2010).
Pengertian pedagang kaki lima sebagai bagian dari sektor
informal dapat dijelaskan melalui ciri-ciri sebagai berikut : Merupakan
pedagang yang kadang-kadang juga sekaligus produsen. Ada yang
menetap pada lokasi tetentu, ada yang bergerak dari tempat satu
ketempat lainnya (menggunakan pikulan, kereta dorong) menjajakan
bahan makanan, minuman dan barang-barang konsumsi lainnya secara
pemilik modal dengan mendapatkan sekedar komisi atau sebagai
imbalan jerih payahnya. Pedagang kaki lima di perkotaan tidak saja
merupakan pelembagaan perilaku ekonomi semata tetapi juga
merupakan pelembagaan sosial. (Kartini Kartono ,1980 dalam Nurani,
2010).
b. Kekuatan dan Kelemahan Pedagang Kaki Lima
Kekuatan dan kelemahan pedagang kaki lima menurut Kartini
Kartono dalam Nurani,2010 adalah sebagai berikut :
1) Kekuatan Pedagang Kaki Lima
a) Pedagang Kaki Lima memberikan kesempatan kerja yang
umumnya sulit didapat pada negara-negara yang sedang
berkembang.
b) Prakteknya mereka bisa menawarkan barang dan jasa dengan
harga bersaing mengingat mereka tidak dibebani oleh pajak.
c) Sebagian besar masyarakat kita lebih sering berbelanja pada
pedagang kaki lima mengingat faktor kemudahan dan barang
yang ditawarkan lebih murah (terlepas dari pertimbangan
kuantitas).
d) Tempat berjualan merupakan tempat-tempat yang strategis.
2) Kelemahan pedagang kaki lima, antara lain :
a) Mereka dimasukkan kedalam kelompok marginal dan sub
laba relatif kecil padahal pada umumnya banyak anggota keluarga
yang bergantung pada hasil yang minim tersebut. Oleh karena itu
terciptalah keadaan dimana hasil mereka hanya pas untuk tetap
bertahn hidup. Bahkan tidak ada kemungkinan untuk akumulasi
modal.
b) Karena rendahnya pendidikan dan kurangnya keterampilan, maka
unsur efisiensi kurang mendapat perhatian, sehingga akan
mempengaruhi kelancaran usaha.
c) Adakalanya pedagang kaki lima yang melihat pedagang kaki lima
lainnya yang sukses dengan barang dagangan tertentu, mereka
akan mengikuti jejak mereka dan menyebabkan hal ini membuat
suatu usaha menjadi padat sehingga menyebabkan dari mereka
akan mengalami kerugian bahkan sampai gulung tikar.
d) Seringkali terdapat unsur penipuan dan penawaran dengan harga
yang tinggi, sehingga menyebabkan citra masyarakat tentang
pedagang kaki lima kurang positif. Disamping itu, tidak jarang
diantara mereka terjadi persaingan yang menjurus tidak sehat
yang sangat merugikan banyak pihak.
3. Pengertian Revitalisasi dan Relokasi
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 2007: 954) revitalisasi
Revitalisasi arti harfiahnya adalah menghidupkan kembali, maknanya
bukan sekedar mengadakan atau mengaktifkan kembali apa yang
sebelumnya pernah ada, tetapi menyempurnakan strukturnya, mekanisme
kerjanya, dan menyesuaikan dengan kondisi baru, semangatnya dan
komitmennya. Asumsi dasar revitalisasi pasar bahwa pasar tradisional
harus diubah menjadi menjadi modern agar mampu bersaing dengan
pasar-pasar modern.
Pengertian Relokasi dalam kamus Indonesia di terjemahkan adalah
membangun kembali tempat yang baru, harta kekayaan, termasuk tanah
produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi
adanya obyek dan subjek yang terkena dampak dalam perencanaan dan
pembangunan relokasi. Secara harafiah relokasi adalah penataan ulang
dengan tempat yang baru atau pemindahan dari tempat lama ke tempat
yang baru.
(http://primatani.litbang.deptan.go.id/file/materi/pelepasan/rppk_kapusluh.
pdf).
4. Teori Permintaan
Hukum permintaan adalah semakin rendah harga suatu komoditas
tersebut maka semakin tinggi permintaannya, sebaliknya semakin tinggi
harga suatu komoditas maka semakin rendah permintaannya. Permintaan
akan suatu barang komoditas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
b. Harga komoditas lain yang berkaitan erat dengan komoditas tersebut
(harga barang subtitusi maupun barang komplementer)
c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat
d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat
e. Cita rasa atau selera masyarakat
f. Jumlah penduduk
g. Ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang, dll
Secara matematis fungsi permintaan dapat dituliskan sebagai
berikut: Qd = F (harga, harga komoditas lain, pendapatan, corak distribusi
pendapatan,selera masyarakat). (Sugiarto dkk,2002:38)
Harga
P1
P2
D
0 Q1 Q2 Kuantitas
Sumber: Sugiarto dkk,2002:40
Gambar 2.1 Kurva Permintaan
5. Teori Produksi
fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output
yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan
menggunakan teknologi tertentu.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002:202
Gambar. 2.2 Proses Produksi
Fungsi produksi dapat dituliskan secara matematis dengan
persamaan sebagai berikut: Q = F(K,L,X,E), dimana Q adalah output
sedangkan K,L,X,E adalah input kapital, tenaga kerja, bahan baku,
keahlian keusahawanan, untuk menghasilkan output tertentu perusahaan
harus menentukan kombinasi dalam pemakaian input. Perusahaan yang
melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menurut jangka waktu yaitu
menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Analisis terhadap kegiatan
produksi dan perusahaan berada dalam jangka pendek apabila sebagian
faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input). Faktor produksi yang dianggap tetap adalah modal seperti mesin, peralatan dan bangunan,
sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan (variabel input) adalah tenaga kerja. Analisis jangka panjang faktor produksi dapat
Q
Q3
Q2 TP
Q1 I II III
0 L1 L2 L3 L
Q
I II III
Qx
Qz APl
0 L1 L2 L3 MPl
Sumber : Sugiarto dkk,2002: 209
Gambar 2.3 kurva total, marginal, dan average produk
Total produk adalah produksi total yang dihasilkan oleh suatu
proses produksi. Pada umumnya total product dilambangkan dengan TP atau Q (Kuantitas). Marginal produk menunjukkan perubahan produksi
yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan satu satuan variabel faktor
produksi. Average product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata yang dihasilkan oleh setiap penggunaan variabel faktor produksi. Gambar 2.1
menjelaskan tentang hubungan variabel faktor produksi (tenaga kerja /
(daerah) produksi yaitu pada saat APl naik hingga APl maksimum (daerah
I); dari APl maksimum hingga TP maksimum (daerah II) dan daerah TP
yang menurun (darah III). Daerah I dikatakan irrational region karena penggunaan input masih menaikkan TP sehingga pendapatan masih dapat
diperbesar. Daerah II adalah rational region karena pada daerah ini dimungkinkan pencapaian pendapatan maksimum, dan pada daerah ini
juga tercapai TP maksimum, sedangkan daerah III adalah irrational region karena TP telah mengalami penurunan. Tinjauan dari pendekatan
matematis menunjukkan bahwa Q maksimum akan dicapai pada saat Q’
(turunan pertama fungsi Q) = 0. MPl maksimum akan dicapai pada saat
MPl = 0, dan APl maksimum dicapai pada saat APl = 0, pada sat APl
mencapai maksimum, MPl berpotongan dengan APl hal ini disebabkan
karena pola dari marginal product. Kurva menunjukkan bahwa pada saat MPl naik maka APl juga mengalami peningkatan, pada saat APl akan
meningkat selama nilai MPl > APl pada saat MPl terus mengalami
penurunan dan nilai MPl < APl maka APl juga akan mengalami
penurunan, karena pola seperti inilah MPl memotong APl pada saat APl
maksimal. Ini sesuai dengan hukum pengembalian yang semakin
berkurang (the law of diminishing marginal return). Hukum ini adalah kaidah yang menunjukkan pola yang berlaku bagi perubahan MP dari
suatu factor produksi, pada awalnya MP akan berubah dengan laju yang
meningkat untuk kemudian jika faktor produksi ditambah terus maka
6. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang
kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor
produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini
membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input
proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga
faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk
barang-barang dipasar barang-barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran
dan permintaan. Secara singkat income seorang warga masyarakat ditentukan oleh:
a. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki, seperti modal, tenaga
kerja dan bahan baku.
b. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada ;
1) Hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu
2) Warisan atau pemberian
c. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dipasar faktor
produksi.
Penawaran dan permintaan dari masing – masing produksi
ditentukan oleh faktor – faktor yang berbeda :
a. Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang
mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi.
Sedangkan permintaan (demand) akan tanah biasanya menaik dari waktu ke waktu karena: (a) naiknya harga barang-barang
pertanian, (b) naiknya harga barang-barang lainnya (mineral,
barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah
dari tanah), (c) bertambahnya penduduk (yang membutuhkan
tempat tinggal). Dengan demikian harga dari tanah akan menaik
dengan cepat dari waktu ke waktu.
Harga Sewa S Tanah
P1
P2
P3 D3
D1 D2
Faktor produksi tanah
Sumber: Budiono, 1997:49
Gambar 2.4 Kurva Permintaan Tanah
b. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai
penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga
masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk
ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan
membeli mesin – mesin ( yaitu investasi). Karena adanya saving
dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal akan
dipengruhi oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila
harga pakaian naik, maka permintaan akan mesin- mesin tenun,
mesin jahit juga akan naik. Permintan akan baranng-barang jadi,
pada gilirannya depengaruhi oleh dua faktor utama :
1) Pertumbuhan penduduk (yang membutuhkan tambahan baju,
perumahan dan sebagainya).
2) Pertumbuhan pendapatan penduduk (yang dicerminkan oleh
kenaikan pendapatan nasional atau (GNP) perkapita).
Harga barang Modal S1
S2
S3
P1 P3
P2
D1 D2 D3
0 Modal
Gambar 2.5 Kurva Pertumbuhan Modal
c. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik
sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan
tenaga kerja tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi
(seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal).
secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk) maka
ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja)
hal ini menyebabkan harga tenaga kerja semakin menurun.
Permintaan akan tenaga kerja juga akan meningkat seiring
perkembangan industri, dan perusahaan tersebut juga menerapkan
hukum thelaw of diminishing return (akan menambah jumlah tenaga kerja selam total produksinya masih bisa meningkat dan akan mulai
mengurangi jumlah tenaga kerja jika total produksinya sudah
mengalami penurunan) dalam menambah atau mengurangi jumlah
tenaga kerjanya.
d. Kepengusahaan (entrepreneurship) merupakan faktor produksi yang paling sulit untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan
penawaran pun permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering
faktor-faktor ini diluar kemampuan ilmu ekonomi untuk
menganalisa,misalnya: faktor-faktor motivasi lain dan sebagainya).
Pada umumnya penawaran pada negara berkembang orang yang
berjiwa “enterpreuner” masih sangat kecil. Inilah sebabnya
penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar di
negara tersebut. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan tetap
mempertahankan hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi
ketidakmerataan distribusi pendapatan.cara-cara yang bisa dilakukan
oleh negara antara lain adalah :
2) Penyediaan kebutuhan hidup dasar (misalnya makanan pokok,
pakaian, perumahan )
3) Penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh negara
(misalnya rumah sakit, klinik )
4) Memperkecil pengangguran
5) Pendidikan yang murah dan merata
6) Berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatan-hambatan
bagi mobilitas (baik vertikal maupun horizontal ).
d. Permintaan dalam Pasar Persaingan Sempurna
Pasar Persaingan Sempurna merupakan struktur pasar yang
paling ideal, karena dianggap sistem pasar yang akan menjamin
terwujud kegiatan memproduksi barang dan jasa yang efisien.
Dalam analisis ekonomi sering dimisalkan bahwa perekonomian
pasar persaingan sempurna. Akan tetapi dalam prakteknya tidak
untuk menentukan jenis industri yang struktur organisasinya dapat
digolongkan kepada persaingan sempurna yang murni, yaitu
ciri-cirinya, yaitu struktur pasar dari berbagai kegiatan atau di pasar
sektor pertanian. Interaksi produsen dan seluruh pembelian di
pasar yang akan menentukan harga pasar dan seorang produsen
hanya menerima harga yang sudah ditentukan tersebut. Ini berarti
berapapun barang yang sudah diproduksi dan dijual untuk produk
ini akan dapat merubah harga yang ditentukan di pasar, karena
Kurva permintaan pada dasarnya digambarkan dengan
tujuan menjelaskan tentang jumlah permintaan atas suatu barang
pada berbagai harga barang. Disamping itu dengan menganalisa
kegiatan perusahaan menunjuk hasil jual rata-rata yang diterima
produsen di berbagai tingkat produksi. Untuk produsen dalam pasar
persaingan sempurna hasil penjualan rata-rata (AR ) adalah seperti
Macam Ongkos dan Penerimaan
1) Macam Ongkos
Kurva ongkos adalah kurva yang menunjukkan
hubungan antara jumlah ongkos produksi yang dikeluarkan
produsen (pada sumbu vertikal) dan tingkat output (pada
sumbu horizontal). Dari segi sifat ongkos dalam hubungannya
dengan tingkat output, ongkos produksi bisa dibagi menjadi :
a) Total Fixed Cost (TFC) atau ongkos tetap total, adalah jumlah ongkos-ongkos yang tetap dibayar perusahaan
(produsen) berapapun tingkat outputnya. Jumlah TFC
adalah tetap utuk setiap tingkat output. (Misalnya :
penyusutan sewa gedung dan sebagainya).
b) Total Variable Cost (TVC) atau ongkos variabel total,
adalah jumlah onkos-ongkos yang berubah menurut tinggi
rendahnya output yang diproduksikan. (Misalnya : ongkos
c) Total Cost (TC) atau ongkos total adalah penjumlahan dari baik ongkos tetap maupun ongkos variabel. TC = TFC +
TVC.
d) Average Fixed Cost (AFC) atau ongkos tetap rata-rata
adalah ongkos tetap yang dibebankan pada setiap unit
output.
(dimana Q = tingkat output)
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
e) Average Variable Cost (AVC) atau ongkos variabel rata-rata adalah semua ongkos-ongkos lain, selain AFC, yang
dibebankan pada setiap unit output.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
f) Average Total Cost (ATC) atau onkos total rata-rata, adalah ongkos produksi dari setiap unit output yang dihasilkan.
g) Margiinal Cost (MC) atau ongkos marginal,adalah kenaikan
dari Total Cost yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output. Dan karena produksi 1 unit
ouput tidak menambah (atau mengurangi) TFC, sedangkan
TC = TFC + TVC maka kenaikan TC ini sama dengan
kenaikan TVC yang diakibatkan oleh produksi 1 unit output
tambahan.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
2) Penerimaan (Revenue)
Revenue yang dimaksudkan adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Ada beberapa konsep
Revenue yang penting untuk analisa perilaku produsen.
a) Total Revenue (TR) Yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya.Total Revenue adalah output kali
harga output.
TR = Q.P Q
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
b) Average Revenue (AR) Yaitu penerimaan produsen perunit
output yang dijual.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
Jadi Ar tidak lain adalah harga (jual) output perunit (=P Q).
c) Marginal Revenue (MR) Yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output.
Sumber: Sugiarto dkk, 2002
7. Kurva Konsumsi Pendapatan Dan Kurva Engel
Salah satu faktor (variabel) bukan harga yang mempengaruhi
permintaan adalah pendapatan konsumen pembeli.Kurva permintaan
adalah kurva yang mnunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah
yang diminta. Seperti diketahui salah satu faktor penting yang
mempengaruhi permintaan akan suatu barang adalah harga barang itu
sendiri. Permintaan timbul karena konsumen memerlukan manfaat dari
dari komoditas yang diminta, manfaat ini yang sering disebut dengan
utilitas (utility). Permintaan menggambakan akan manfaat akan
komoditas tersebut atau permintaan merupakan penurunan (derefikasi) dari manfaat yang diberikan oleh komoditas tersebut. Secara rasional
konsumen ingin mengkonsumsi barang sebanyak mungkin akan tetapi
keinginan tersebut dibatasi oleh pendapatannya, dengan suatu tingkat
pendapatan tertentu maka konsumen harus mengatur komposisi
komoditas sehingga manfaatnya optimal. Kendala pendaptan sering
Kuantitas Barang Y
E1
E0
I1
I0
X0 X1 KA0 KA1 Kuantitas Barang X
Gambar 2.6 (Kurva Konsumsi Pendapatan)
Dengan logika yang sama kita juga dapat menggambarkan
kurva Engel yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara
pendapatan dan kuantitas yang diminta. Pada kasus barang
normal,kura ini berlereng menanjak karena kenaikan pendapatan
akan menambah kemampuan konsumen untuk membeli dan
mengkonsumsi lebih banyak barang barang dan jasa-jasa.
Hubungan ini dapat diterangkan dengan menggunakan kurva
indiferensi. Kurva Engel menggambarkan hubungan anatara
pendapatan dengan jumlah komoditas yang diminta (Ernest Engel
adalah orang yang pertama mengamati hubungan perubahan
tingkat pendapatan terhadap jumlah komoditas yang dikonsumsi),
dalam kurva Engel sebagai sumbu vertikal adalah pendapatan
Pendapatan
N1 B
N0 A
X0 X1 Kuantitas Barang X Sumber : Sugiarto dkk, 2002:175
Gambar 2.7 Kurva Engel
a. Pendekatan Teori Permintaan Konsumen Individual
Dua pendekatan mencoba menjelaskan hukum permintaan
yaitu teori daya guna marginal dan pendekatan kurva indiferensi.
Keduanya didasarkan pada upaya pilihan barang-barang konsumsi
oleh konsumen individual untuk memaksimumkan kepuasan (daya
guna) total dengan batasan pendapatan yang jumlahnya tertentu.
Daya guna marginal mengalami penurunan bila semakin
banyak suatu barang dikonsumsi. Pendekatan daya guna marginal
menggunakan anggapan-anggapan sebagai berikut. Para konsumen
merupakan subyek rasional dimana ia membelanjakan semua
kepuasan (daya guna) total maksimum. Mereka mempunyai
preferensi yang jelas akan barang-barang dan jasa-jasa yang daya
dan tetap tak berubah berapapun yang dibeli. Keseimbangan
konsumen atau posisi kepuasan maksimal sedemikian rupa hingga
daya guna marginal per rupiah dari pendapatan yang dibelanjakan
sama untuk setiap barang yang dikonsumsi.
Kurva permintaan konsumen individual akan suatu barang
dapat diperoleh dengan mengubah harga barang bersangkutan,
hingga dapat diperoleh posisi keseimbangan baru dengan
pendekatan kurva indiferensi. Cara yang sama, dengan merubah
harga,juga dapat digunakan untuk memperoleh kurva permintaan
konsumen individual dengan pendekatan daya guna marginal.Bila
posisi keseimbangan pada harga berbeda dihubungkan pada
analisis pendekatan kurva indiferensi,maka diperoleh kurva harga
komsumsi. Bila posisi titik keseimbangan pada tingkat pendapatan
berbeda,dengan pendekatan ini,dihubungkan maka diperoleh kurva
pendapatan konsumsi. Selanjutnya (q) bila kuantitas keseimbangan
serta tingkat pendapatan yang bersangkutan digambarkan maka
diperoleh kurva Engel berlereng menanjak naik pada barang
normal.
8. Keseimbangan Pasar
Istilah keseimbangan atau equilibrium artinya suatu keadaan
dimana tidak terdapat suatu kekuatan yang dapat menyebabkan terjadi
jumlah supply para penjual pada suatu tingkat harga tertentu adalah sama
dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Dengan
demikian harga suatu barang dan jumlah yang diperjual belikan ditentukan
dengan melihat keseimbangan suatu pasar. Jika dilihat secara grafik
keadaan keseimbangan pasar tercapai pada perpotongan Kurva Demand
dan Supply
Harga (P)
S
Px E
D
0 Qx Kuantitas (Q)
Sumber : Sugiarto dkk, 2002
Gambar 2.8 (Gambar Kurva Demand dan Supply)
Keterangan pada gambar diatas, jika dimisalkan harga suatu barang
sebesar Px pembeli bersedia membeli sebesar Qx satuan dan penjual
bersedia menjual sebanyak Qx satuan. Jadi pada saat harga Px tidak ada
barang yang ditawarkan lagi di pasar. Dalam keadaan ini dikatakan pasar
Pada keadaan keseimbangan ini tidak ada tekanan terhadap harga
dan jumlah berubah lagi. Dalam kenyataannya supplay dan demand tidak
selalu berada dalam keadaan keseimbangan, bahkan beberapa pasar
mungkin tidak akan mencapai keseimbangan apabila kondisi berubah
tiba-tiba. Namun kecenderungan pasar biasanya menuju kearah keseimbangan.
a. Gaji dan Upah
Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan
pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu
minggu maupun satu bulan.
b. Pendapatan dari Usaha Sendiri
Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurang dengan
biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri
atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri,
nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak
diberhitungkan.
c. Pendapatan Dari Usaha Lain
Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, dan
ini biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain:
1) Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah,
ternak dan barang lain, Bunga dari uang ,Sumbangan dari pihak lain,
Pendapatan dari pensiun dan lain-lain.
9. Investigasi Penelitian Terdahulu dalam Tabel
1 2 3 4 lebih berdaya guna dan berhasil guna serta dapat meningkatkan agar usaha PKL lebih berkembang
Sumber: Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 8, No. 2, 2007: 166-175
Konsep penataan Pedagang Kaki Lima di Kota Surakarta mengikut
sertakan pedagang, masyrakat, dan pemerintah tujuan memasukkan tiga
unsur tersebut dikarenakan sesuai dengan tujuan program penataan PKL di
Kota Surakarta dengan program perwajahan Kota Surakarta menuju
kawasan berseri, harmonisasi ruang dan kepastian usaha Pedagang Kaki
Lima. Konsep dari penataan PKL di Kota Surakarta antara lain: a)
memperdayakan usaha sektor informal (PKL) dengan jaminan,
dan berhasil guna serta dapat meningkatkan kesejateraan PKL khususnya
dan masyarakat Kota Surakarta pada umumnya. b) Pemerintah Kota
beserta seluruh elemen masyarakat mendukung usaha PKL dengan
menciptakan kondisi yang kondusif dan melakukan pembinaan dan upaya
mengembangkan usaha manajerial agar usaha PKL lebih berkembang. c)
Pemkot beserta stakeholders kota menjalin kerjasama dalam permodalan dan kemitraan usaha dengan PKL yang saling menguntungkan kedua
belah pihak.
Tabel 2.2 Konsep Pola Penataan PKL Berdasar Tinjauan Aspek Hukum
1 2 3 4
- Ketaatan warga kota terhadap
seluruh warga kota dalam mendapatkan fasilitas - Menyusun Perda dan atau peraturan-peraturan
Sumber: Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 8, No. 2, 2007: 166-175
Selain ditinjau dari aspek ekonomi relokasi pedagang kaki lima di
Kota Surakarta juga memperhatikan tentang aspek hukum, seperti yang
tertera pada tabel diatas konsep penataan PKL di Kota Surakarta memiliki
konsep yaitu: a) Program legalisasi usaha dan penempatan lokasi tanah
peraturan-peraturan lainnya tentang penataan PKL yang mengakomodasi
kepentingan PKL dan warga Kota Surakarta sehingga lebih solutif.
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang terkait dengan menggunakan uji t test adalah
sebagai berikut :
1. Hutabarat (2009) Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi Super Market
terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing di Kota Medan menyebutkan
bagai mana dampak dari kehadiran pasar modern terhadap pasar
tradisional dengan perumusan masalah sebagia berikut: a)Bagai mana
perkembangan pasar modern dengan pasar tradisional di Kota Medan? b)
Bagaimana aspek jumlah omset pedagang,perputaran barang dagangan,
jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin labapedagang tradisional di
Kota Medan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern?. Variabel
yang digunakan adalah Jumlah pedagang, Jumlah jam buka, Jumlah omset,
Sirkulasi barang, dan Margin laba. Alat analisis yang digunakan adalah
dengan menggunakan uji t untuk dua sampel yang berpasangan (paired
sample t test). Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut : a. Pasar modern di medan mengalami perkembangan sejak tahun 2000
sampai tahun 2009 yang cukup besar, yaitu sebesar 69,07%.
Sedangkan untuk jumlah pasar tradisional di kota medan tidak
terdapat perubahan sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 yaitu
b. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah jam buka, rata-rata
sirkulasi barang, rata-rata laba margin pedagang buah-buahan, dan
rata-rata margi laba pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei
Sikambing sebelum dan sesudah berdirinya pasar Brastagi
Supermarket.
c. Terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan bersih pedagang
buah-buahan dan pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei
Sikambing antara sebelum dan sesudah berdirinya pasar Brastagi
Supermarket.
2. Wijayanti (2008) dampak revitalisasi pasar terhadap interaksi sosial dan
pendapatan pedagang di Pasar Legi Kota Blitar, menyebutkan bagaimana
pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi di Kota Blitar, bagaimana kondisi fisik
dan keramaian Pasar Legi setelah dilaksanakan revitalisasi, dan bagaimana
dampak interaksi sosial dan pendapatan pedagang di Pasar Legi Kota
Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan revitalisasi
Pasar Legi dilaksanakan pada tahun 2003 hingga Oktober 2004,
pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi awalnya juga diwarnai dengan
kerusuhan-kerusuhan yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi yang
dilakukan oleh pemerintah, pada akhirnya para pedagang menyetujui
dilaksanakannya revitalisasi. Selama pelaksanaan revitalisasi para
pedagang dipindahkan di tempat relokasi yang letaknya tidak jauh dari
lokasi pasar, yaitu di Jalan Mawar, Jalan Kerantil, Jalan Mayang, Jalan