• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

Analisis Dampak Revitalisasi dan Relokasi

Pedagang Kaki Lima Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan

Notoharjo Surakarta

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

oleh:

Hendra Widi Utomo

F1109012

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

commit to user

MOTTO

Jangan menyerah, walau banyak kegagalan itu adalah

proses pembelajaran karena sesungguhnya kita baru di uji

untuk jadi orang yang hebat

(penulis)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

Maka apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh yang lain. Dan hanya kepada Allah-lah

hendaknya kamu berharap

(Q.S. Al Insyiroh 5-8)

Kesabaran adalah kunci menuju kemenangan

(al-hadist)

Teruslah berlari mengejar mimpi, walaupun jalan yang terjal

harus kita lalui

(5)

commit to user

Persembahan

Karya ini kupersembahkan

Untuk Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang

Karya ini kuhadiahkan untuk:

1.

Ayah dan Ibuku Tercinta

2.

Keluargaku yang kusayangi

3.

Teman-teman dan sahabatku

(6)

commit to user

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, dan

karunia-Nya, sehingga dengan kemampuan yang ada, akhirnya penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “ANALISIS

DAMPAK REVITALISASI DAN RELOKASI PEDAGANG KAKI

LIMA DI KAWASAN BANJARSARI KE PASAR KLITIKAN

NOTOHARJO SURAKARTA”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Jurusan

Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan, bimbingan serta kerja sama yang baik

dari berbagai pihak tidak bisa mewujudkan skripsi ini. Maka dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1.

Dr. Guntur Riyanto,M.Si

selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar

telah membimbing dan memberikan pengarahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dan semoga Allah SWT

membalasnya dan memberikan kemuliaan kepadanya.

2.

Dr. Wisnu Untoro.,MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

(7)

commit to user

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4.

Drs. Sutanto.,M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

5.

Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta dan beserta Staff yang

telah memberikan bantuan dalam pemberian data yang penulis perlukan.

6.

Lurah Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi beserta Staff dan seluruh

pedagang di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi terimakasih atas

kerjasamanya sehingga penulis dapat memperoleh data yang penulis

perlukan.

7.

Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, terimakasih atas ilmu yang diberikan dan bimbingannya.

8.

Seluruh staf karyawan Fakultas Ekonomi Sebelas Maret, terimakasih

atas bantuan dan kerjasamanya.

9.

Ayah dan Ibuku yang selalu member dorongan, motivasi dan doanya

kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

ini. Mas Hari dan Mbak Nita yang telah banyak membantu dalam

penyelesaian penulisan skripsi ini.

10. Pakde budhe sekalian sekeluarga yang telah memberikan kasih sayang,

(8)

commit to user

membantu penulis dalam pengumpulan data, sehingga skripsi ini dapat

selesai dengan lancar

12. My lovely MiYu (Risma Intan Pertiwi) yang selalu memberi kehangatan

hati, semangat, dan curahan kasih sayang sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

13. Teman-teman seperjuanganku Ucon, Bambang, Adhi dan seluruh

penghuni kos Anso, terimaksih atas bantuan, semangat, motivasi, dan

rasa persahabatan yang hangat.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih

atas kerjasama dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dalam rangka kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat memberi manfaat dan sumbangan pikiran untuk perbaikan di masa

yang akan datang.

Surakarta, 08 Agustus 2011

(9)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR... xv

ABSTRAKSI... xvi

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian... 10

D. Manfaat Penelitian... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori………... 12

1.

Pengertian Pasar..………... 12

2.

Pengertian Pedagang Kaki Lima... 13

3.

Pengertian Revitalisasi dan Relokasi... 20

4.

Teori permintaan……... 20

5.

Teori Produksi... 22

(10)

commit to user

8.

Keseimbangan Pasar... 37

9.

Infestigasi Penelitian Terdahulu dalam tabel... 39

B. Penelitian Terdahulu……… 41

C. Kerangka Pemikiran……… 48

D. Hipotesis Penelitian………. 50

BAB III. METODE PENELITIAN

A.

Ruang Lingkup Penelitian... 51

B. Metode Pengumpulan Data... 51

C. Jenis dan Sumber Data... 52

D.

Teknik Pengambilan Sampel……….. 53

E. Definisi Operasional Variabel... 54

1.

Omset penjualan... 54

2.

Keuntugan... 55

3.

Jumlah Tenaga Kerja... 56

4.

Kuantitas Penjualan Barang……… 56

5.

Retribusi dan Pungutan Pasar……….. 56

F. Alat Analisis Data………... 57

BAB IV. HASIL DAN ANALISIS DATA

A.

Gambaran Umum Wilayah Kota Surakarta... 60

1.

Keadaan Geografis …………... 60

a.

Letak Geografis……….. 60

b.

Luas Wilayah……….. 60

2.

Pemerintahan………... 61

3.

Penduduk dan Tenaga Kerja……….. 62

a.

Kependudukan... 62

b. Tenaga Kerja…... 63

4.

Sosial……... 65

a.

Pendidikan………. 65

(11)

commit to user

b. Komunikasi………. 68

6.

Industri dan Perdagangan... 68

a.

Industri... 68

b. Perdagangan... 69

7.

PDRB dan Inflasi... 69

a.

PDRB………. 69

b. Inflasi……… 71

B. Deskripsi Lokasi Penelitian... 72

C. Analisis Data dan Pembahasan………... 77

1.

Hasil Pengumpulan Data... 78

a.

Variabel Omset Penjualan……….. 79

b.

Variabel Keuntungan Pedagang………. 85

c.

Variabel Jumlah Tenaga Kerja………... 91

d.

Variabel Kuantitas Penjualan Barang………. 93

e.

Variabel Retribusi dan Pungutan Pasar……….. 95

2.

Hasil Analisis Uji t (paired sample t test)... 98

a.

Omset Penjualan………. 98

b.

Keuntungan Pedagang……… 100

c.

Jumlah Tenaga Kerja………... 102

d.

Kuantitas Penjualan Barang………... 104

e.

Retribusi dan Pungutan Pasar……… 106

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 109

B. Saran... 113

DAFTAR PUSTAKA ……… 116

(12)

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

Tabel 1.1.

Jumlah Penduduk Kota Surakarta

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005-2009……… 2

Tabel 1.2

Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional

di Kota Surakarta Tahun 2009………... 3

Tabel 2.1

Konsep Pola Penataan PKL

Berdasar Tinjauan Aspek Ekonomi..……….... 39

Tabel 2.2

Konsep Pola Penataan PKL

Berdasar Tinjauan Aspek Hukum..……….. 40

Tabel 4.1

Luas Penggunaan Lahan Tiap Kecamatan

Di Kota Surakarta tahun 2009 (ha)……….. 61

Tabel 4.2

Jumlah Penduduk,Rasio Jenis Kelamin

Dan Tingkat kepadatan di Surakarta th 2009……… 62

Tabel 4.3

Banyak Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Di Kota Surakarta th 2009……… 63

Tabel 4.4

Besarnya Kebutuhan Hidup Minimum Dan Upah

Minimum Kota Surakarta th 2000-2009……….. 64

Tabel 4.5

Penduduk Usia 5 th Keatas Menurut Pendidikan

Tertinggi yang ditamatkan di Kota Surakarta th 2009………. 66

Tabel 4.6

Panjang Jalan Menurut Status Jalan di Kota Surakarta……… 67

Tabel 4.7

PDRB Menurut Lapangan UsahaAtas Dasar

Harga Konstan 2000 Kota Surakarta th 2008-2009………….. 70

Tabel 4.8

Kontribusi Sektor-sektor Ekonomi Terhadap

Pembentukan PDRB Kota Surakarta th 2008-2009…………. 71

Tabel 4.9

Laju Inflasi di Kota Surakarta th 2005-2009 (%)………. 72

(13)

commit to user

Tabel 4.11

Rata-rata Omset Pedagang kaki Lima Menurut Jenis

Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo………. 80

Tabel 4.12

Presentase perubahan Omset Pedagang kaki lima Menurut

Jenis Dagangan saat di Banjarsari dan di Notoharjo………… 81

Tabel 4.13

IHK Kota Surakarta tahun 2007 s/d 2010……… 84

Tabel 4.14

Rata-rata Omset Pedang Kaki Lima Menurut Jenis

Dagangan saat di Banjarsari (data deflasi) dan di Notoharjo… 84

Tabel 4.15

Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis

Dagangan Saat di Banjarsari dan di Notoharjo……… 86

Tabel 4.16

Persentase Perubahan Keuntungan

Pedagang Kaki Lima Menurut Jenis Dagangan

Saat di Banjarsari dan di Notoharjo………. 88

Tabel 4.17

Rata-rata Keuntungan Pedagang Kaki Lima

Menurut Jenis Dagangan

Saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo……… 90

Tabel 4.18

Rata-rata Jumlah Pekerja yang dimiliki

Pedagang kaki Lima Menurut Jenis Dagangan

Saat di Banjarsari dan di Notoharjo………. 91

Tabel 4.19

Rata-rata Hari Orang Kerja (HOK)

Pedagang Kai Lima Menurut Jenis Dagangan

Saat di Banjarsari dan di Notoharjo………. 92

Tabel 4.20

Rata-rata Kuantitas Barang dagangan yang terjual

Menurut Jenis Dagangan

Saat di Banjarsari dan di Notoharjo………. 94

Tabel 4.21

Tarif Pungutan Listrik Menurut Penggunaan

Di Pasar Klitikan Notoharjo Semanggi……… 95

Tabel 4.22

Rata-rata Retribusi dan Pungutan pasar yang

Di Bayarkan Pedagang tiap Bulan

(14)

commit to user

Di Bayarkan Pedagang tiap Bulan

Saat di Banjarsari (data disesuaikan) dan di Notoharjo……… 97

Tabel 4.24

Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk

Omset Penjualan (per bulan)……… 99

Tabel 4.25

Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk

Keuntungan Penjualan Pedagang (per bulan)……….. 101

Tabel 4.26

Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk

Hari Orang Kerja (HOK) ………. 103

Tabel 4.27

Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk

Kuantitas Barang yang Terjual (per bulan)……….. 105

Tabel 4.28

Hasil Uji Beda Rata-rata Berpasangan untuk

(15)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

Gambar 1.1

Peta Lokasi Pasar Kota Surakarta………. 4

Gambar 2.1

Kurva Permintaan………. 21

Gambar 2.2

Proses Produksi………. 22

Gambar 2.3

Kurva Total, Marginal, dan Average Produk………23

Gambar 2.4

Kurva Permintaan Tanah………...26

Gambar 2.5

Kurva Pertumbuhan Modal………... 27

Gambar 2.6

Kurva Konsumsi Pendapatan……… 34

Gambar 2.7

Kurva Engel……….. 35

Gambar 2.8

Kurva Demand and Supply………..

37

Gambar 2.9

Skema Kerangka Pemikiran………... 49

Gambar 4.1

Perkembangan KHM dan UMK di Kota Surakarta………….. 65

Gambar 4.2

Struktur Organisasi Dinas Pengelola Pasar Notoharjo………..74

Gambar 4.3

Denah Lokasi Penelitian………... 76

Gambar 4.4

Kerangka Hipotesis………... 78

Gambar 4.5

Uji 2 fihak Variabel Omset Penjualan……….. 99

Gambar 4.6

Uji 2 fihak Variabel Keuntungan……….. 102

Gambar 4.7

Uji 2 fihak Variabel Tenaga Kerja……… 104

Gambar 4.8

Uji 2 fihak Variabel barang yang terjual………... 106

(16)
(17)

commit to user

Di Kawasan Banjarsari ke Pasar Klitikan Notoharjo Surakarta

Hendra Widi Utomo

F.1109012

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak

revitalisasi dan relokasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Banjarsari

Surakarta ke Pasar Klitikan Notoharjo terhadap omset penjualan,

keuntungan pedagang, jumlah karyawan yang dihitung dalam satuan

HOK, kuantitas barang yang dijual, dan reribusi dan pungutan pasar. arti

kata dampak disini adalah untuk mengetahui perubahan variabel-variabel

yang sudah disebutkan diatas terhadap kondisi pedagang saat ini (di Pasar

Klitikan Notoharjo Semanggi) dengan cara membandingkan antara di

Notoharjo dan saat masih di Banjarsari.

Penelitian ini mengunakan data primer dan data sekunder, data

primer diperoleh dengan cara wawancara dengan pedagang di Pasar

Klitikan Notoharjo Semanggi sedangkan data primer dihimpun dari studi

literatur Dinas Pengelolaan Pasar, dan BPS Kota Surakarta.jumlah data

Primer yang telah dikumpulkan adalah sebanyak 100 responden. Alat

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan uji

paired

sample t test dengan derajat keyakinan sebesar 95%.

Dari hasil penghitungan data diperoleh hasil t hitung sebagai

berikut: a) variabel omset Penjualan (-6,447), b) variabel keuntungan

pedagang (-7,017), c) variabel tenaga kerja (-0,872), d) variabel kuantitas

penjualan (-5,778), variabel retribusi dan pungutan pasar (23,961) dengan t

tabel pada α : 5%; df : 100

-1 : 99, diperoleh nilai 1,984. Asumsi t hitung> t

tabel maka H

0

ditolak. dari kelima variabel yang mengalami perubahan

secara signifikan (H

1 diterima

) adalah variabel omset,keuntungan,kuantitas

penjualan, dan retribusi dan pungutan pasar. Hasil uji yang menunjukan

hasil yang sama atau tidak ada perubahan secara signifikan adalah variabel

tenaga kerja dikarenakan jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak lebih

dari 5 pekerja, dan kebanyakan dari mereka adalah anggota keluarga dan

biasanya tidak mengalami perubahan yang signifikan.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang

menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta. Wilayah

Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo merupakan dataran

rendah dengan dengan ketinggian ± 92 m dari permukaan laut, Solo

berbatasan disebelah utara dengan Kabupaten Boyolali, sebelah timur dengan

Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan dengan Kabuaten Sukoharjo dan

disebelah barat dengan Kabupaten Sukoharjo. Luas wilayah Kota Surakarta

44,04 Km² yang terbagi dalam 5 kecamatan, yaitu : Kecamatan Laweyan,

Serengan, Pasar Kliwon, Jebres dan Banjarsari. Sebagian besar lahan dipakai

untuk pemukiman sebesar 61,68%, sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga

memakan tempat yang cukup besar juga berkisar antara 20% dari luas lahan

yang ada.

Penduduk merupakan salah satu faktor produksi dan dapat menjadi

konsumen yang potensial, semakin banyak jumlah penduduk suatu daerah

maka semakin tinggi tingkat konsumsinya pada daerah tersebut. Berdasarkan

hasil estimasi penduduk antar sensus (2005) penduduk kota Surakarta

mencapai 528.202 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 89:38; yang artinya

(19)

Tingkat kepadatan penduduk kota Surakarta pada tahun 2009 mencapai

11.988 jiwa/km².

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta

Menurut Jenis Kelamin Tahun 2005 - 2009

Tahun

Jenis Kelamin

Jumlah Total Rasio Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan

1 2 3 4 5

2005 250.868 283.672 534.540 88,44

2006 254.259 258.639 512.898 98,31

2007 246.132 269.240 515.372 91,42

2008 247.245 275.690 522.935 89,68

2009 249.287 278.915 528.202 89,38

Sumber : BPS Kota Surakarta, 2011

Pasar merupakan salah satu tempat terjadinya transaksi atau tempat

dimana terjadinya pertemuan antara demand dan suplay. Pasar adalah

sekelompok pembeli dan penjual dari suatu barang atau jasa pembeli berperan

sebagai suatu kelompok yang menentukan seberapa banyak permintaan barang

dan penjual berperan sebagai kelompok yang menentukan seberapa banyak

penawaran akan barang tersebut (Mankiw,2004;78). Salah satu bentuk pasar

adalah pasar kompetitif yaitu pasar yan didalamnya terdapat banyak pembeli

dan penjual sehingga masing-masing pembeli atau penjual memiliki pengaruh

(20)

sendiri memiliki 44 pasar yang tersebar di Kota Surakarta pasar yang terkenal

di Kota Surakarta antara lain Pasar Legi, Pasar Klewer, Pasar Gede, Pasar

Singosaren, Pasar Notoharjo, dan Pasar Ngarsopuro. Pendapatan pasar

terbesar di Pasar Legi sebesar Rp. 1.437.132.840,00 ( Dinas Pengelolaan

Pasar Kota Surakarta; desember 2010).

Tabel 1.2 Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional di kota

(21)

29 Windu Jenar IIB 1.530,50 212 -30 Ngemplak IIIA 947,00 57 14 31 Mojosongo IIIA 1.088,00 180 11 32 Bangunharjo IIIA 1.116,00 44 5 33 Sidomulyo IIIA 3.365,00 59 -34 Gading IB 2.293,00 192 33 35 Sangkrah IIIA 1.122,00 140 4 36 Tanggul Sari IIIA 740,00 145 19 37 Jurug IIIA 700,00 - 36 38 Dawung IIIA - - -39 Mojosongo Perumnas IIIA 1.458,00 128 3 40 Ngumbul IIIA 450,00 42 11 41 Bambu IIIA - - -42 Besi IIIA 15.120,00 255 -43 Joglo IIIA 100,50 61 29 44 Cinderamata IIIA 2.153,00 121 86 Sumber : Dinas Pengelolaan Pasar Kota Surakarta,2011

Sumber: DPP Kota Surakarta, 2011

(22)

Pedagang Pasar Klithikan Notoharjo Solo merupakan pindahan

Pedagang Kaki Lima (PKL) dari monumen Perjuangan ‘45 Banjarsari.

Pedagang Pasar Klithikan Solo dulunya merupakan Pedagang Kaki Lima

(PKL) yang menempati salah satu ruang Publik di kota solo, mereka dulunya

dikenal sebagai PKL Monumen Banjarsari, dan merupakan Komunitas PKL

terbesar di Kota Solo, keberadaan PKL tersebut tidak bisa dilepaskan dari

momentum krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, semenjak terjadi

krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997, jumlah PKL yang berada di

kawasan monument perjuangan ’45 Banjarsari terus berkembang dari tahun

ketahun, pada tahun 2003 dilakukan pendataan yang dilakukan Tim City

Development Strategy (CDS) Kota Surakarta mencatat bahwa jumlah PKL di

kawasan Banjarsari berjumlah sebanyak 610 PKL. Dan pada tahun 2005

dilakukan pedataan kembali oleh Kantor PPKL Pemkot Surakarta yang akan

digunakan sebagai data based yang akan dijadikan dasar pemindahan PKL

Banjarsari ke Pasar Klithikan Notoharjo, dari pendataan yang dilakukan

didapatkan jumlah PKL menjadi 989 PKL. Dari hasil pendataan diketahui

bahwa berdasarkan jenis dagangan PKL Monumen Banjarsari didominasi

pedagang aksesori sepeda motor, mobil, dan barang elektronik pada tahun

2003 jumlahnya 250 pedagang, meningkat menjadi 370 pedagang pada tahun

2005(www.pasarklitikannotoraharjosolo.blog). Dari hasil pendataan yang

dilakukan oleh CDS kota Surakarta dengan PPKL Pemkot Surakarta

menyatakan bahwa pertambahan pedagang tidak hanya terjadi pada jumlah

(23)

atau penambahan. Berdasarkan pendataan yang dilakukan pada tahun 2003

jenis usaha PKL ini semakin bertambah dan bervariasi. Pedagang Kaki Lima

tersebut tidak hanya menjual barang bekas, tetapi juga menjual

barang-barang baru.

PKL yang berada di kawasan Monumen ‘45 Banjarsari hampir

semuanya menempati bangunan permanen, artinya pedagang membangun

lapak tetap, sehingga barang dagangan dapat ditinggal di dalam lapak, dan

pedagang dapat pulang tanpa membawa barang dagangan. Di kawasan

tersebut terdapat 1 (satu) unit fasilitas MCK Umum yang berada di belakang

Pasar Banjarsari lama, yaitu di sisi Selatan JL. Abdulrahman Saleh.

Kebutuhan akan air bersih dicukupi dengan penggunaan sumur pompa yang

dipasang dilokasi, di kawasan Banjarsari terdapat 9 lokasi sumur pompa dan

mengambil air dari sekolah yang dekat dengan Kawasan Monumen ‘45

Banjarsari. Sedangkan limbah berupa air kotor langsung dibuang ke selokan

yang berada di pinggir jalan sepanjang jalan Kawasan Monumen 45

Banjarsari, karena sebagian besar pedagang dalam aktivitas ekonominya

menjual barang klithikan sehingga limbah sisa aktivitas ekonomi tidak begitu

banyak, limbah air sebagian besar di hasilkan dari kios makanan dan

minuman. Sampah yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi pedagang tidak

banyak, dan bahkan hampir tidak ada. Masing-masing PKL dalam

membersihkan sampah tersebut dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu

sampah mereka dan untuk kemudian diambil oleh petugas sampah. Untuk

(24)

lewat paguyuban PKL. Sedangkan kebutuhan listrik dan penerangan sebagian

PKL memasang sendiri terutama yang membutuhkan listrik dalam jumlah

besar seperti pedagang alat-alat elektronik, dan sebagian PKL menarik dari

kios yang memasang bergenzer dengan memberikan iuran tiap bulan kepada

pemilik begenzer sesuai dengan pemakaian.

Semenjak tanggal 23 Juli 2006 PKL yang berada di Kawasan

Banjarsari tersebut tidak lagi menempati ruang publik, Pemerintah Kota

Surakarta telah merelokasi 989 PKL yang berada di Kawasan Banjarsari ke

Kelurahan Semanggi RT 04 RW VI Kecamatan Pasar Kliwon dengan

dibangunkan bagunan permanen. Pasar tersebut menempati lahan seluas

11.950 m2; pemerintah memberikan fasilitas kepada Pedagang antara lain kios

yang berukuran 2 X 3 M, pelegalan tentang keberadaan usaha mereka dengan

ditandai pemberian Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Hak

Penempatan (SHP), Surat Izin Perusahaan (SIP), dan Tanda Daftar Perusahaan

(TDP). Dalam Surat Keputusan Walikotamadya Daerah Tinggkat II Surakarta

Nomor: 462.3/094/1/1998 tentang Penutupan Kampung Silir Sebagai Tempat

Resosialisasi, dimana salah satu keputusan tentang bekas lahan resosialisasi

beserta perluasaannya sesuai dengan kebutuhan akan direncanakan untuk

pembangunan fasilitas umum berupa pasar induk hasil bumi dan fasilitas

transpotasi, maka pemkot telah membuat sebuah desain dimana eks

resosialisasi Silir akan dijadikan pasar Klithikan Semanggi, pasar rakyat yang

bertujuan untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan. Pembangunan pasar

(25)

juga berupaya untuk penataan tata ruang kota Solo yang cenderung kumuh

dan tidak tertata. Dengan penataan tata ruang dengan baik atau ke arah yang

lebih baik, maka Pemkot Surakarta banyak merelokasi kawasan yang

dianggap kumuh dengan tujuan untuk tata ruang kota yang lebih baik dan

indah. Salah satunya adalah para PKL yang berada di sekitar Monumen 45

Banjarsari, untuk relokasi tersebut maka Pemkot telah menyiapkan lahan di

Semanggi Seluas 11,950 meter persegi. Di atas lahan tersebut dibangun kios

sebanyak 1.018 kios dan sarana prasarana lainnya, diantaranya parkir mobil

dan sepeda motor, koridor, kantor pengelola, mushola dan sarana prasarana

fasilitas umum lainnya.

Pasar Klithikan Notoharjo dibagi menjadi 3 (tiga) Blok, rincian jumlah

pedagang berdasarkan blok. Blok I (satu) berada di bagian depan pasar yang

merupakan bangunannya terdiri dari bangunan berlantai 2 (dua), sehingga

jumlah kiosnya paling banyak diantara blok lainnya. Blok II (dua) berada di

tengah, sedangkan Blok III (tiga) berada di bagian belakang pasar. Persebaran

pedagang berdasarkan blok dan jenis dagangan tersebut dirancang Pemkot

Surakarta dengan tetap memperhatikan karakteristik jenis usaha pedagang,

misalnya pedagang alat sepeda motor dan mobil ditempatkan di pinggir jalan

akses di dalam pasar. Jumlah pedagang Pasar Klithikan Notoharjo Solo

berdasarkan jenis dagangan yang dominan adalah tiga golongan jenis

dagangan tertentu saja yaitu meliputi; pedagang alat sepeda motor; pedagang

alat mobil; dan pedagang elektronik, jumlahnya mencapai 570 pedagang, atau

(26)

yang baru ini berlahan-lahan dengan penuh keyakinan ada pedagang-pedagang

ini mencari keseimbangan dan kestabilan pendapatan dengan berjualan di

Pasar Klithikan Nothoharjo.

Pemilihan Semanggi bukan tanpa pertimbangan seksama, karena

wilayah ini ditunjang beberapa potensi, diantaranya sarana dan prasarana

transpotasi lengkap; adanya pusat-pusast kegiatan sebagai pemacu

pertumbuhan kawasan yang berupa pasar besi, pasar ayam, pasar klithikan,

pasar rakyat, rumah toko (ruko), sub terminal dan bongkar muat, perumahan,

penginapan, hotel dan restoran, rumah sakit serta tempat ibadah.di samping

Semanggi juga terleta di kawasan pertumbuhan wilayah perbatasan.

Proses pembangunan pasar sendiri memakan waktu kurang lebih 90 hari serta

biaya Rp. 5.126.250.000,00. Relokasi PKL dari Banjarsari ke Semanggi

dilakukan setelah tahap pembangunan fisik kios dan kelengkapan fasilitas

pasar. Proses pembangunan sendiri selesai pada tanggal 27 juni 2006 dengan

masa tenggang 14 hari sehingga pasar dapat digunakan mulai tanggal 11 juli

2006.

B. Rumusan Masalah

Dari gambaran umum di atas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari

Berpengaruh terhadap Omset Pedagang Kaki Lima tersebut?

2. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari

(27)

3. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari

Berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja Pedagang Kaki Lima tersebut?

4. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari

Berpengaruh terhadap kuantitas barang yang dijual Pedagang Kaki Lima

tersebut?

5. Apakah Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan Banjarsari

Berpengaruh terhadap pungutan retribusi dan pungutan pasar?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menganalisis

dampak Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan banjarsari dengan

menggunakan uji t yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Banjarsari terhadap omset Pedagang Kaki Lima tersebut.

2. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Banjarsari terhadap keuntungan Pedagang Kaki Lima tersebut.

3. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Banjarsari terhadap jumlah tenaga kerja Pedagang Kaki Lima tersebut.

4. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Banjarsari terhadap kuantitas barang yang dijual Pedagang Kaki Lima

tersebut..

5. Untuk mengetahui pengaruh Revitalisasi Pedagang Kaki Lima di kawasan

(28)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Daerah Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambilan

keputusan, dalam hal ini Kantor Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Kota

Surakarta pada khususnya dan Pemerintah Kota Surakarta pada umumnya.

2. Bagi Pemerintah Daerah, peneliti dan masyarakat. Mengetahui

dampak-dampak baik dampak-dampak negatif maupun dampak-dampak positif dalam suatu proyek

khususnya Proyek revitalisasi PKL di kawasan Banjarsari.

3. Bagi Mahasiswa dan Peneliti diharapkan penelitian dapat dijadikan

sebagai referensi dalam penelitian selanjutya dan dapat memberikan

manfaat serta dapat memberikan wawasan bagi yang membacanya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Pasar

Pasar adalah suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud

secara fisik yang mempertemukan penjual dan pembeli suatu komoditas

(Barang dan jasa). Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan

menentukan tingkat harga suatu komoditas (barang dan jasa) dan jumlah

atau kuantitas komoditas yang diperjual belikan. Pasar dimana penjual dan

pembeli melakukan inetaraksi dapat dibedakan menjadi pasar komoditas

dan pasar faktor. Pasar komoditas adalah interaksi antara para pembeli dan

para penjual dari suatau komoditas dalam menentukan jumlah dan harga

barang atau jasa yang diperjual belikan. Pasar faktor adalah interaksi

antara para pengusaha (pembeli faktor-faktor produksi) dengan para

pemilik faktor produksi untuk menentukan harga (pendapatan) dan jumlah

faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam menghasilkan

barang-banrang dan jasa yang diminta oleh masyarakat, sedangkan industry adalah

kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan komoditas yang

sama atau sangat bersamaan yang terdapat dalam suatu pasar. (Sugiarto

dkk,2002:35)

Pasar secara eksplisit didefinisikan bahwa penjual dan pembeli

(30)

pengertian geografis maupun dalam pengertian rangkaian komoditas yang

dapat dimasukkan kedalamnya. Definisi pasar penting karena beberapa

alasan, dan diuraikan sebagai berikut:

a. Memberi informasi bagi manajemen perusahaan, tentang pihak-pihak

yang merupakan pesaing nyata dan pesaing potensial untuk

komoditas-komoditas yang berbeda atau sama dengan komoditas-komoditas yang

diusahakannya atau akan diusahakannya nanti.

b. Memberi acuan kepada pihak manajemen perusahaan tentang

batas-batas dari sifat komoditas dan batas-batas geografis pasarnya untuk keperluan

penetapan harga, diskriminasi harga, penetapan anggaran belanja

ataupun untuk keperluan investasi

c. Memberi masukan bagi pemerintah dalam penetapan kebijakan yang

terkait dengan kepentingan publik.(Sugiarto,dkk,2002:36)

2. Pengertian Pedagang Kaki Lima

Secara umum, pedagang dapat diartikan sebagai penyalur barang

dan jasa-jasa pertokoan (okta dalam Rais, 1990 dalam

Faransiska.R.Korompis,2005). Adapun menurut McGee yang dikutip oleh

Fransiska.R.Korompis,2005), mendefinisikan pedagang kaki lima adalah

“The People who offer goods or services for sale from public places,

primarily streetes and pavement”. Sedangkan Maning dan Tadjudin Noer

Effendi (1985) menyebutkan bahwa pedagang kaki lima adalah salah satu

pekerjaan yang paling nyata dan penting dikebanyakan kota di Afrika,

(31)

Menurut Breman (1988) dalam Nurani Dwi Okti (2010) pedagang

kaki lima merupakan usaha kecil yang dilakukan oleh masyarakat yang

berpenghasilan rendah (gaji harian) dan mempunyai modal yang terbatas.

Dalam bidang ekonomi, pedagang kaki lima ini termasuk dalam sektor

informal, di mana merupakan pekerjaan yang tidak tetap dan tidak

terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat pada aturan hukum,

hidup serba susah dan semi kriminal pada batas-batas tertentu.

Pedagang kaki lima adalah orang yang dengan modal yang relatif

sedikit berusaha di bidang produksi dan penjualan barang-barang

(jasa-jasa) untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu di dalam masyarakat,

usaha tersebut dilaksanakan pada tempat-tempat yang dianggap strategis

dalam suasana lingkungan yang informal (Winardi dalam Haryono, 1989).

Dari pengertian atau batasan tentang pedagang kaki lima sebagai

mana dikemukakan beberapa ahli di atas, dapat dipahami bahwa pedagang

kaki lima merupakan bagian dari kelompok usaha kecil yang bergerak di

bidang atau di sektor informal. Secara khusus, pedagang kaki lima dapat

diartikan sebagai salah satu bagian pendistribusi barang dan jasa yang

belum mempunyai ijin, usahanya biasanya berpindah-pindah atau tidak

nomaden, belum mempunyai struktur organisasi yang jelas, dan belum ada

deskripsi tenaga kerja yang jelas cenderung masih bersifat kekeluargaan.

(32)

Menurut Sethurahman (1985) yang dikutip dalam Nurani (2010)

bahwa istilah pedagang kaki lima biasanya menunjukkan sejumlah

kegiatan ekonomi yang berskala kecil, tetapi akan menyesatkan bila

disebut dengan “Perusahaan” berskala kecil dikarenakan beberapa

alasan antara lain :

1) Mereka yang terlibat dalam sektor ini pada umumnya miskin,

berpendidikan rendah (kebanyakan pada migran). Hal ini

menunjukkan bahwa mereka bukanlah Kapitalis yang mencari

investasi yang menguntungkan dan juga bukanlah pengusaha seperti

dikenal pada umumnya.

2) Cakupan mereka hanya terbatas pada pengadaan kesempatan kerja

dan menghasilkan pendapatan langsung pada dirinya sendiri.

3) Pedagang Kaki Lima dikota terutama harus dipandang sebagai

unit-unit berskala kecil yang terlibat dalam produksi dan distribusi

barang-barang yang masih dalam suatu proses evaluasi dari pada

dianggap sebagai perusahaan yang berskala kecil dengan

masukan-masukan (input) modal dan pengolahan besar. Selanjutnya menurut

definisi International Labour Organization (ILO), pedagang kaki

lima didefinisikan sebagai sektor yang mudah dimasuki oleh

pendatang baru, menggunakan sumber-sumber ekonomi dalam

negeri, dimiliki oleh keluarga yang mempunyai skala ekonomi kecil,

menggunakan teknologi padat karya, keterampilan yang dibutuhkan

(33)

diatur oleh pemerintah dan bergerak dalam pasar persaingan

sempurna (Korompis,2005 dalam Dwi Nurani, 2010)

Pengertian pedagang kaki lima yang lain dari sektor marginal

(kecil-kecilan) yang mempunyai ciri sebagai berikut :

1) Pola kegiatan tidak teratur baik dalam waktu, pemodalan maupun

penerimanya.

2) Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan

yang ditetapkan oleh pemerintah (sehingga kegiatanya sering

dikategorikan “Liar”).

3) Modal, peralatan dan kelengkapan maupun omsetnya biasanya kecil

dan diusahakan dasar hitungan harian.

4) Pendapatan tidak menentu dan pendapatan pedagang kaki lima

tergolong dalam pendapatan yang rendah.

5) Tidak mempunyai tempat usaha yang tetap atau keterikatan dengan

usaha-usaha yang lain.

6) Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang

berpenghasilan rendah.

7) Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga

secara luas dapat menyerap bermacam-macam tingkatan tenaga

kerja.

8) Umumnya tiap-tiap satua usaha yang mempekerjakan tenaga kerja

yang sedikit dan dari lingkungan keluarga, kenalan atau berasal

(34)

9) Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan, dan

sebagainya.

10)Sebagai saluran arus barang dan jasa, pedagang kaki lima

merupakan mata rantai akhir sebelum mencapai konsumen dari satu

mata rantai yang panjang dari sumber utamanya yaitu produsennya

(Ramli,1984 dalam Fransiska,2005 dalam Dwi Okti N,2010).

Berdasarkan barang atau jasa yang diperjualbelikan, menurut

Karafi dalam Umboh (1990) dalam Fransiska (2005) dan dikutip oleh

Nurani,2010, pedagang kaki lima dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Pedagang minuman, Pedagang makanan, Pedagang buah-buahan,

Pedagang sayur-sayuran, Pedagang daging dan ikan, Pedagang rokok

dan obat-obatan, Pedagang buku, majalah dan surat kabar, Pedagang

tekstil dan pakaian, Pedagang kelontong, Pedagang loak, Pedagang

onderdil kendaraan, bensin, dan minyak tanah., Pedagang ayam,

kambing, burung ,dan, Pedagang beras serta, Penjual jasa

(Wirosardjoono, 1985 dalam Nurani, 2010).

Pengertian pedagang kaki lima sebagai bagian dari sektor

informal dapat dijelaskan melalui ciri-ciri sebagai berikut : Merupakan

pedagang yang kadang-kadang juga sekaligus produsen. Ada yang

menetap pada lokasi tetentu, ada yang bergerak dari tempat satu

ketempat lainnya (menggunakan pikulan, kereta dorong) menjajakan

bahan makanan, minuman dan barang-barang konsumsi lainnya secara

(35)

pemilik modal dengan mendapatkan sekedar komisi atau sebagai

imbalan jerih payahnya. Pedagang kaki lima di perkotaan tidak saja

merupakan pelembagaan perilaku ekonomi semata tetapi juga

merupakan pelembagaan sosial. (Kartini Kartono ,1980 dalam Nurani,

2010).

b. Kekuatan dan Kelemahan Pedagang Kaki Lima

Kekuatan dan kelemahan pedagang kaki lima menurut Kartini

Kartono dalam Nurani,2010 adalah sebagai berikut :

1) Kekuatan Pedagang Kaki Lima

a) Pedagang Kaki Lima memberikan kesempatan kerja yang

umumnya sulit didapat pada negara-negara yang sedang

berkembang.

b) Prakteknya mereka bisa menawarkan barang dan jasa dengan

harga bersaing mengingat mereka tidak dibebani oleh pajak.

c) Sebagian besar masyarakat kita lebih sering berbelanja pada

pedagang kaki lima mengingat faktor kemudahan dan barang

yang ditawarkan lebih murah (terlepas dari pertimbangan

kuantitas).

d) Tempat berjualan merupakan tempat-tempat yang strategis.

2) Kelemahan pedagang kaki lima, antara lain :

a) Mereka dimasukkan kedalam kelompok marginal dan sub

(36)

laba relatif kecil padahal pada umumnya banyak anggota keluarga

yang bergantung pada hasil yang minim tersebut. Oleh karena itu

terciptalah keadaan dimana hasil mereka hanya pas untuk tetap

bertahn hidup. Bahkan tidak ada kemungkinan untuk akumulasi

modal.

b) Karena rendahnya pendidikan dan kurangnya keterampilan, maka

unsur efisiensi kurang mendapat perhatian, sehingga akan

mempengaruhi kelancaran usaha.

c) Adakalanya pedagang kaki lima yang melihat pedagang kaki lima

lainnya yang sukses dengan barang dagangan tertentu, mereka

akan mengikuti jejak mereka dan menyebabkan hal ini membuat

suatu usaha menjadi padat sehingga menyebabkan dari mereka

akan mengalami kerugian bahkan sampai gulung tikar.

d) Seringkali terdapat unsur penipuan dan penawaran dengan harga

yang tinggi, sehingga menyebabkan citra masyarakat tentang

pedagang kaki lima kurang positif. Disamping itu, tidak jarang

diantara mereka terjadi persaingan yang menjurus tidak sehat

yang sangat merugikan banyak pihak.

3. Pengertian Revitalisasi dan Relokasi

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Moeliono, 2007: 954) revitalisasi

(37)

Revitalisasi arti harfiahnya adalah menghidupkan kembali, maknanya

bukan sekedar mengadakan atau mengaktifkan kembali apa yang

sebelumnya pernah ada, tetapi menyempurnakan strukturnya, mekanisme

kerjanya, dan menyesuaikan dengan kondisi baru, semangatnya dan

komitmennya. Asumsi dasar revitalisasi pasar bahwa pasar tradisional

harus diubah menjadi menjadi modern agar mampu bersaing dengan

pasar-pasar modern.

Pengertian Relokasi dalam kamus Indonesia di terjemahkan adalah

membangun kembali tempat yang baru, harta kekayaan, termasuk tanah

produktif dan prasarana umum di lokasi atau lahan lain. Dalam relokasi

adanya obyek dan subjek yang terkena dampak dalam perencanaan dan

pembangunan relokasi. Secara harafiah relokasi adalah penataan ulang

dengan tempat yang baru atau pemindahan dari tempat lama ke tempat

yang baru.

(http://primatani.litbang.deptan.go.id/file/materi/pelepasan/rppk_kapusluh.

pdf).

4. Teori Permintaan

Hukum permintaan adalah semakin rendah harga suatu komoditas

tersebut maka semakin tinggi permintaannya, sebaliknya semakin tinggi

harga suatu komoditas maka semakin rendah permintaannya. Permintaan

akan suatu barang komoditas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:

(38)

b. Harga komoditas lain yang berkaitan erat dengan komoditas tersebut

(harga barang subtitusi maupun barang komplementer)

c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat

d. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat

e. Cita rasa atau selera masyarakat

f. Jumlah penduduk

g. Ramalan mengenai keadaan dimasa mendatang, dll

Secara matematis fungsi permintaan dapat dituliskan sebagai

berikut: Qd = F (harga, harga komoditas lain, pendapatan, corak distribusi

pendapatan,selera masyarakat). (Sugiarto dkk,2002:38)

Harga

P1

P2

D

0 Q1 Q2 Kuantitas

Sumber: Sugiarto dkk,2002:40

Gambar 2.1 Kurva Permintaan

5. Teori Produksi

(39)

fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output

yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan

menggunakan teknologi tertentu.

Sumber: Sugiarto dkk, 2002:202

Gambar. 2.2 Proses Produksi

Fungsi produksi dapat dituliskan secara matematis dengan

persamaan sebagai berikut: Q = F(K,L,X,E), dimana Q adalah output

sedangkan K,L,X,E adalah input kapital, tenaga kerja, bahan baku,

keahlian keusahawanan, untuk menghasilkan output tertentu perusahaan

harus menentukan kombinasi dalam pemakaian input. Perusahaan yang

melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menurut jangka waktu yaitu

menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Analisis terhadap kegiatan

produksi dan perusahaan berada dalam jangka pendek apabila sebagian

faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input). Faktor produksi yang dianggap tetap adalah modal seperti mesin, peralatan dan bangunan,

sedangkan faktor produksi yang mengalami perubahan (variabel input) adalah tenaga kerja. Analisis jangka panjang faktor produksi dapat

(40)

Q

Q3

Q2 TP

Q1 I II III

0 L1 L2 L3 L

Q

I II III

Qx

Qz APl

0 L1 L2 L3 MPl

Sumber : Sugiarto dkk,2002: 209

Gambar 2.3 kurva total, marginal, dan average produk

Total produk adalah produksi total yang dihasilkan oleh suatu

proses produksi. Pada umumnya total product dilambangkan dengan TP atau Q (Kuantitas). Marginal produk menunjukkan perubahan produksi

yang diakibatkan oleh perubahan penggunaan satu satuan variabel faktor

produksi. Average product (AP) menunjukkan besarnya rata-rata yang dihasilkan oleh setiap penggunaan variabel faktor produksi. Gambar 2.1

menjelaskan tentang hubungan variabel faktor produksi (tenaga kerja /

(41)

(daerah) produksi yaitu pada saat APl naik hingga APl maksimum (daerah

I); dari APl maksimum hingga TP maksimum (daerah II) dan daerah TP

yang menurun (darah III). Daerah I dikatakan irrational region karena penggunaan input masih menaikkan TP sehingga pendapatan masih dapat

diperbesar. Daerah II adalah rational region karena pada daerah ini dimungkinkan pencapaian pendapatan maksimum, dan pada daerah ini

juga tercapai TP maksimum, sedangkan daerah III adalah irrational region karena TP telah mengalami penurunan. Tinjauan dari pendekatan

matematis menunjukkan bahwa Q maksimum akan dicapai pada saat Q’

(turunan pertama fungsi Q) = 0. MPl maksimum akan dicapai pada saat

MPl = 0, dan APl maksimum dicapai pada saat APl = 0, pada sat APl

mencapai maksimum, MPl berpotongan dengan APl hal ini disebabkan

karena pola dari marginal product. Kurva menunjukkan bahwa pada saat MPl naik maka APl juga mengalami peningkatan, pada saat APl akan

meningkat selama nilai MPl > APl pada saat MPl terus mengalami

penurunan dan nilai MPl < APl maka APl juga akan mengalami

penurunan, karena pola seperti inilah MPl memotong APl pada saat APl

maksimal. Ini sesuai dengan hukum pengembalian yang semakin

berkurang (the law of diminishing marginal return). Hukum ini adalah kaidah yang menunjukkan pola yang berlaku bagi perubahan MP dari

suatu factor produksi, pada awalnya MP akan berubah dengan laju yang

meningkat untuk kemudian jika faktor produksi ditambah terus maka

(42)

6. Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang

kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor

produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini

membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input

proses produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga

faktor produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk

barang-barang dipasar barang-barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran

dan permintaan. Secara singkat income seorang warga masyarakat ditentukan oleh:

a. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki, seperti modal, tenaga

kerja dan bahan baku.

b. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada ;

1) Hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu

2) Warisan atau pemberian

c. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini

ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dipasar faktor

produksi.

Penawaran dan permintaan dari masing – masing produksi

ditentukan oleh faktor – faktor yang berbeda :

a. Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang

(43)

mempunyai penawaran yang dianggap tidak akan bertambah lagi.

Sedangkan permintaan (demand) akan tanah biasanya menaik dari waktu ke waktu karena: (a) naiknya harga barang-barang

pertanian, (b) naiknya harga barang-barang lainnya (mineral,

barang-barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah

dari tanah), (c) bertambahnya penduduk (yang membutuhkan

tempat tinggal). Dengan demikian harga dari tanah akan menaik

dengan cepat dari waktu ke waktu.

 

Harga Sewa S Tanah 

             P1   

            P2    

            P3             D3 

          D1        D2 

 

              Faktor produksi tanah

Sumber: Budiono, 1997:49

Gambar 2.4 Kurva Permintaan Tanah

b. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai

penawaran yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga

masyarakat menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk

ditabung (saving) dan kemudian sektor produksi akan

(44)

membeli mesin – mesin ( yaitu investasi). Karena adanya saving

dan investasi, maka penawaran dari barang-barang modal akan

dipengruhi oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila

harga pakaian naik, maka permintaan akan mesin- mesin tenun,

mesin jahit juga akan naik. Permintan akan baranng-barang jadi,

pada gilirannya depengaruhi oleh dua faktor utama :

1) Pertumbuhan penduduk (yang membutuhkan tambahan baju,

perumahan dan sebagainya).

2) Pertumbuhan pendapatan penduduk (yang dicerminkan oleh

kenaikan pendapatan nasional atau (GNP) perkapita).

Harga barang Modal    S1

S2

S3

P1 P3

P2

D1 D2 D3

0 Modal

Gambar 2.5 Kurva Pertumbuhan Modal

c. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik

sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan

tenaga kerja tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi

(seperti halnya dengan permintaan akan barang-barang modal).

(45)

secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk) maka

ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja)

hal ini menyebabkan harga tenaga kerja semakin menurun.

Permintaan akan tenaga kerja juga akan meningkat seiring

perkembangan industri, dan perusahaan tersebut juga menerapkan

hukum thelaw of diminishing return (akan menambah jumlah tenaga kerja selam total produksinya masih bisa meningkat dan akan mulai

mengurangi jumlah tenaga kerja jika total produksinya sudah

mengalami penurunan) dalam menambah atau mengurangi jumlah

tenaga kerjanya.

d. Kepengusahaan (entrepreneurship) merupakan faktor produksi yang paling sulit untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan

penawaran pun permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering

faktor-faktor ini diluar kemampuan ilmu ekonomi untuk

menganalisa,misalnya: faktor-faktor motivasi lain dan sebagainya).

Pada umumnya penawaran pada negara berkembang orang yang

berjiwa “enterpreuner” masih sangat kecil. Inilah sebabnya

penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar di

negara tersebut. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan tetap

mempertahankan hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi

ketidakmerataan distribusi pendapatan.cara-cara yang bisa dilakukan

oleh negara antara lain adalah :

(46)

2) Penyediaan kebutuhan hidup dasar (misalnya makanan pokok,

pakaian, perumahan )

3) Penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh negara

(misalnya rumah sakit, klinik )

4) Memperkecil pengangguran

5) Pendidikan yang murah dan merata

6) Berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatan-hambatan

bagi mobilitas (baik vertikal maupun horizontal ).

d. Permintaan dalam Pasar Persaingan Sempurna

Pasar Persaingan Sempurna merupakan struktur pasar yang

paling ideal, karena dianggap sistem pasar yang akan menjamin

terwujud kegiatan memproduksi barang dan jasa yang efisien.

Dalam analisis ekonomi sering dimisalkan bahwa perekonomian

pasar persaingan sempurna. Akan tetapi dalam prakteknya tidak

untuk menentukan jenis industri yang struktur organisasinya dapat

digolongkan kepada persaingan sempurna yang murni, yaitu

ciri-cirinya, yaitu struktur pasar dari berbagai kegiatan atau di pasar

sektor pertanian. Interaksi produsen dan seluruh pembelian di

pasar yang akan menentukan harga pasar dan seorang produsen

hanya menerima harga yang sudah ditentukan tersebut. Ini berarti

berapapun barang yang sudah diproduksi dan dijual untuk produk

ini akan dapat merubah harga yang ditentukan di pasar, karena

(47)

Kurva permintaan pada dasarnya digambarkan dengan

tujuan menjelaskan tentang jumlah permintaan atas suatu barang

pada berbagai harga barang. Disamping itu dengan menganalisa

kegiatan perusahaan menunjuk hasil jual rata-rata yang diterima

produsen di berbagai tingkat produksi. Untuk produsen dalam pasar

persaingan sempurna hasil penjualan rata-rata (AR ) adalah seperti

Macam Ongkos dan Penerimaan

1) Macam Ongkos

Kurva ongkos adalah kurva yang menunjukkan

hubungan antara jumlah ongkos produksi yang dikeluarkan

produsen (pada sumbu vertikal) dan tingkat output (pada

sumbu horizontal). Dari segi sifat ongkos dalam hubungannya

dengan tingkat output, ongkos produksi bisa dibagi menjadi :

a) Total Fixed Cost (TFC) atau ongkos tetap total, adalah jumlah ongkos-ongkos yang tetap dibayar perusahaan

(produsen) berapapun tingkat outputnya. Jumlah TFC

adalah tetap utuk setiap tingkat output. (Misalnya :

penyusutan sewa gedung dan sebagainya).

b) Total Variable Cost (TVC) atau ongkos variabel total,

adalah jumlah onkos-ongkos yang berubah menurut tinggi

rendahnya output yang diproduksikan. (Misalnya : ongkos

(48)

c) Total Cost (TC) atau ongkos total adalah penjumlahan dari baik ongkos tetap maupun ongkos variabel. TC = TFC +

TVC.

d) Average Fixed Cost (AFC) atau ongkos tetap rata-rata

adalah ongkos tetap yang dibebankan pada setiap unit

output.

(dimana Q = tingkat output)

      Sumber: Sugiarto dkk, 2002

e) Average Variable Cost (AVC) atau ongkos variabel rata-rata adalah semua ongkos-ongkos lain, selain AFC, yang

dibebankan pada setiap unit output.

 

Sumber: Sugiarto dkk, 2002 

f) Average Total Cost (ATC) atau onkos total rata-rata, adalah ongkos produksi dari setiap unit output yang dihasilkan.

(49)

g) Margiinal Cost (MC) atau ongkos marginal,adalah kenaikan

dari Total Cost yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output. Dan karena produksi 1 unit

ouput tidak menambah (atau mengurangi) TFC, sedangkan

TC = TFC + TVC maka kenaikan TC ini sama dengan

kenaikan TVC yang diakibatkan oleh produksi 1 unit output

tambahan.

Sumber: Sugiarto dkk, 2002

 

2) Penerimaan (Revenue)

Revenue yang dimaksudkan adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya. Ada beberapa konsep

Revenue yang penting untuk analisa perilaku produsen.

a) Total Revenue (TR) Yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya.Total Revenue adalah output kali

harga output.

TR = Q.P Q

Sumber: Sugiarto dkk, 2002

b) Average Revenue (AR) Yaitu penerimaan produsen perunit

output yang dijual.

(50)

Sumber: Sugiarto dkk, 2002

Jadi Ar tidak lain adalah harga (jual) output perunit (=P Q).

c) Marginal Revenue (MR) Yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit output.

Sumber: Sugiarto dkk, 2002 

7. Kurva Konsumsi Pendapatan Dan Kurva Engel

Salah satu faktor (variabel) bukan harga yang mempengaruhi

permintaan adalah pendapatan konsumen pembeli.Kurva permintaan

adalah kurva yang mnunjukkan hubungan antara harga dengan jumlah

yang diminta. Seperti diketahui salah satu faktor penting yang

mempengaruhi permintaan akan suatu barang adalah harga barang itu

sendiri. Permintaan timbul karena konsumen memerlukan manfaat dari

dari komoditas yang diminta, manfaat ini yang sering disebut dengan

utilitas (utility). Permintaan menggambakan akan manfaat akan

komoditas tersebut atau permintaan merupakan penurunan (derefikasi) dari manfaat yang diberikan oleh komoditas tersebut. Secara rasional

konsumen ingin mengkonsumsi barang sebanyak mungkin akan tetapi

keinginan tersebut dibatasi oleh pendapatannya, dengan suatu tingkat

pendapatan tertentu maka konsumen harus mengatur komposisi

komoditas sehingga manfaatnya optimal. Kendala pendaptan sering

(51)

Kuantitas Barang Y

E1

E0

I1

I0

X0 X1 KA0 KA1 Kuantitas Barang X

Gambar 2.6 (Kurva Konsumsi Pendapatan)

Dengan logika yang sama kita juga dapat menggambarkan

kurva Engel yaitu kurva yang menunjukkan hubungan antara

pendapatan dan kuantitas yang diminta. Pada kasus barang

normal,kura ini berlereng menanjak karena kenaikan pendapatan

akan menambah kemampuan konsumen untuk membeli dan

mengkonsumsi lebih banyak barang barang dan jasa-jasa.

Hubungan ini dapat diterangkan dengan menggunakan kurva

indiferensi. Kurva Engel menggambarkan hubungan anatara

pendapatan dengan jumlah komoditas yang diminta (Ernest Engel

adalah orang yang pertama mengamati hubungan perubahan

tingkat pendapatan terhadap jumlah komoditas yang dikonsumsi),

dalam kurva Engel sebagai sumbu vertikal adalah pendapatan

(52)

Pendapatan

N1 B

N0 A

X0 X1 Kuantitas Barang X Sumber : Sugiarto dkk, 2002:175

Gambar 2.7 Kurva Engel

a. Pendekatan Teori Permintaan Konsumen Individual

Dua pendekatan mencoba menjelaskan hukum permintaan

yaitu teori daya guna marginal dan pendekatan kurva indiferensi.

Keduanya didasarkan pada upaya pilihan barang-barang konsumsi

oleh konsumen individual untuk memaksimumkan kepuasan (daya

guna) total dengan batasan pendapatan yang jumlahnya tertentu.

Daya guna marginal mengalami penurunan bila semakin

banyak suatu barang dikonsumsi. Pendekatan daya guna marginal

menggunakan anggapan-anggapan sebagai berikut. Para konsumen

merupakan subyek rasional dimana ia membelanjakan semua

kepuasan (daya guna) total maksimum. Mereka mempunyai

preferensi yang jelas akan barang-barang dan jasa-jasa yang daya

(53)

dan tetap tak berubah berapapun yang dibeli. Keseimbangan

konsumen atau posisi kepuasan maksimal sedemikian rupa hingga

daya guna marginal per rupiah dari pendapatan yang dibelanjakan

sama untuk setiap barang yang dikonsumsi.

Kurva permintaan konsumen individual akan suatu barang

dapat diperoleh dengan mengubah harga barang bersangkutan,

hingga dapat diperoleh posisi keseimbangan baru dengan

pendekatan kurva indiferensi. Cara yang sama, dengan merubah

harga,juga dapat digunakan untuk memperoleh kurva permintaan

konsumen individual dengan pendekatan daya guna marginal.Bila

posisi keseimbangan pada harga berbeda dihubungkan pada

analisis pendekatan kurva indiferensi,maka diperoleh kurva harga

komsumsi. Bila posisi titik keseimbangan pada tingkat pendapatan

berbeda,dengan pendekatan ini,dihubungkan maka diperoleh kurva

pendapatan konsumsi. Selanjutnya (q) bila kuantitas keseimbangan

serta tingkat pendapatan yang bersangkutan digambarkan maka

diperoleh kurva Engel berlereng menanjak naik pada barang

normal.

8. Keseimbangan Pasar

Istilah keseimbangan atau equilibrium artinya suatu keadaan

dimana tidak terdapat suatu kekuatan yang dapat menyebabkan terjadi

(54)

jumlah supply para penjual pada suatu tingkat harga tertentu adalah sama

dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Dengan

demikian harga suatu barang dan jumlah yang diperjual belikan ditentukan

dengan melihat keseimbangan suatu pasar. Jika dilihat secara grafik

keadaan keseimbangan pasar tercapai pada perpotongan Kurva Demand

dan Supply

Harga (P)

S

Px E

D

0 Qx Kuantitas (Q)

Sumber : Sugiarto dkk, 2002

Gambar 2.8 (Gambar Kurva Demand dan Supply)

Keterangan pada gambar diatas, jika dimisalkan harga suatu barang

sebesar Px pembeli bersedia membeli sebesar Qx satuan dan penjual

bersedia menjual sebanyak Qx satuan. Jadi pada saat harga Px tidak ada

barang yang ditawarkan lagi di pasar. Dalam keadaan ini dikatakan pasar

(55)

Pada keadaan keseimbangan ini tidak ada tekanan terhadap harga

dan jumlah berubah lagi. Dalam kenyataannya supplay dan demand tidak

selalu berada dalam keadaan keseimbangan, bahkan beberapa pasar

mungkin tidak akan mencapai keseimbangan apabila kondisi berubah

tiba-tiba. Namun kecenderungan pasar biasanya menuju kearah keseimbangan.

a. Gaji dan Upah

Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan

pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu

minggu maupun satu bulan.

b. Pendapatan dari Usaha Sendiri

Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurang dengan

biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri

atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri,

nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak

diberhitungkan.

c. Pendapatan Dari Usaha Lain

Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, dan

ini biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain:

1) Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah,

ternak dan barang lain, Bunga dari uang ,Sumbangan dari pihak lain,

Pendapatan dari pensiun dan lain-lain.

9. Investigasi Penelitian Terdahulu dalam Tabel

(56)

1 2 3 4 lebih berdaya guna dan berhasil guna serta dapat meningkatkan agar usaha PKL lebih berkembang

Sumber: Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 8, No. 2, 2007: 166-175

 

Konsep penataan Pedagang Kaki Lima di Kota Surakarta mengikut

sertakan pedagang, masyrakat, dan pemerintah tujuan memasukkan tiga

unsur tersebut dikarenakan sesuai dengan tujuan program penataan PKL di

Kota Surakarta dengan program perwajahan Kota Surakarta menuju

kawasan berseri, harmonisasi ruang dan kepastian usaha Pedagang Kaki

Lima. Konsep dari penataan PKL di Kota Surakarta antara lain: a)

memperdayakan usaha sektor informal (PKL) dengan jaminan,

(57)

dan berhasil guna serta dapat meningkatkan kesejateraan PKL khususnya

dan masyarakat Kota Surakarta pada umumnya. b) Pemerintah Kota

beserta seluruh elemen masyarakat mendukung usaha PKL dengan

menciptakan kondisi yang kondusif dan melakukan pembinaan dan upaya

mengembangkan usaha manajerial agar usaha PKL lebih berkembang. c)

Pemkot beserta stakeholders kota menjalin kerjasama dalam permodalan dan kemitraan usaha dengan PKL yang saling menguntungkan kedua

belah pihak.

Tabel 2.2 Konsep Pola Penataan PKL Berdasar Tinjauan Aspek Hukum

1 2 3 4

- Ketaatan warga kota terhadap

seluruh warga kota dalam mendapatkan fasilitas - Menyusun Perda dan atau peraturan-peraturan

Sumber: Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 8, No. 2, 2007: 166-175

Selain ditinjau dari aspek ekonomi relokasi pedagang kaki lima di

Kota Surakarta juga memperhatikan tentang aspek hukum, seperti yang

tertera pada tabel diatas konsep penataan PKL di Kota Surakarta memiliki

konsep yaitu: a) Program legalisasi usaha dan penempatan lokasi tanah

(58)

peraturan-peraturan lainnya tentang penataan PKL yang mengakomodasi

kepentingan PKL dan warga Kota Surakarta sehingga lebih solutif.

B. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang terkait dengan menggunakan uji t test adalah

sebagai berikut :

1. Hutabarat (2009) Dampak Kehadiran Pasar Modern Brastagi Super Market

terhadap Pasar Tradisional Sei Sikambing di Kota Medan menyebutkan

bagai mana dampak dari kehadiran pasar modern terhadap pasar

tradisional dengan perumusan masalah sebagia berikut: a)Bagai mana

perkembangan pasar modern dengan pasar tradisional di Kota Medan? b)

Bagaimana aspek jumlah omset pedagang,perputaran barang dagangan,

jumlah pedagang, jumlah jam buka, margin labapedagang tradisional di

Kota Medan sebelum dan sesudah berdirinya pasar modern?. Variabel

yang digunakan adalah Jumlah pedagang, Jumlah jam buka, Jumlah omset,

Sirkulasi barang, dan Margin laba. Alat analisis yang digunakan adalah

dengan menggunakan uji t untuk dua sampel yang berpasangan (paired

sample t test). Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah sebagai berikut : a. Pasar modern di medan mengalami perkembangan sejak tahun 2000

sampai tahun 2009 yang cukup besar, yaitu sebesar 69,07%.

Sedangkan untuk jumlah pasar tradisional di kota medan tidak

terdapat perubahan sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2009 yaitu

(59)

b. Tidak terdapat perbedaan yang nyata antara jumlah jam buka, rata-rata

sirkulasi barang, rata-rata laba margin pedagang buah-buahan, dan

rata-rata margi laba pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei

Sikambing sebelum dan sesudah berdirinya pasar Brastagi

Supermarket.

c. Terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan bersih pedagang

buah-buahan dan pedagang sayur-sayuran di pasar tradisional Sei

Sikambing antara sebelum dan sesudah berdirinya pasar Brastagi

Supermarket.

2. Wijayanti (2008) dampak revitalisasi pasar terhadap interaksi sosial dan

pendapatan pedagang di Pasar Legi Kota Blitar, menyebutkan bagaimana

pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi di Kota Blitar, bagaimana kondisi fisik

dan keramaian Pasar Legi setelah dilaksanakan revitalisasi, dan bagaimana

dampak interaksi sosial dan pendapatan pedagang di Pasar Legi Kota

Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan revitalisasi

Pasar Legi dilaksanakan pada tahun 2003 hingga Oktober 2004,

pelaksanaan revitalisasi Pasar Legi awalnya juga diwarnai dengan

kerusuhan-kerusuhan yang disebabkan oleh kurangnya sosialisasi yang

dilakukan oleh pemerintah, pada akhirnya para pedagang menyetujui

dilaksanakannya revitalisasi. Selama pelaksanaan revitalisasi para

pedagang dipindahkan di tempat relokasi yang letaknya tidak jauh dari

lokasi pasar, yaitu di Jalan Mawar, Jalan Kerantil, Jalan Mayang, Jalan

Gambar

Tabel 4.23
tabel pada α : 5%; df : 100-1 : 99, diperoleh nilai 1,984. Asumsi t hitung> t
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Kota Surakarta
Tabel 1.2 Banyaknya Los dan Kios di Pasar Tradisional di kota
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian Algoritma k-NN dalam klasifikasi warna untuk menentukan tingkat kematangan buah Pisang Sunpride dilakukan pada 4 Kelas yaitu Kelas Sangat Matang, Kelas Busuk,

Quraish Shihab menjelaskan karakter kaum munafik dengan melandaskan penjelasan pada ayat-ayat sebelumnya. Dalam ayat di atas, kata terangnya api dilukiskan dengan kata

Untuk mendapatkan fitase dengan aktivitas tinggi dari kedelai, biji harus dikecambahkan lebih dahulu selama 10 hari, seperti yang juga dilakukan oleh Hegeman dan Grabau (2001)..

Kompleksitas pengetahuan dan struktur kognitif tidak dengan sendirinya menyebabkan terjadinya asimiliasi secara mulus. Dalam konteks seperti ini struktur kongitif perlu

Nilai-nilai agama sebagai faktor yang mendorong peningkatan etos kerja dan produktivitas berdasarkan 25 Ciri Etos Kerja Muslim yang dikembangkan oleh Ashar Jalela

kepribadian dengan kinerja pada frontliner sinar mas seluller semarang?..

Pada kelompok dewasa tua yang sehat dan mengalami defisiensi gizi, maka asupan vitamin dan suplemen makanan dapat meningkatkan respons sistem imun, ditunjukkan dengan

10. Guru memberikan penguatan akan pentingnya menerapkan ekomoni- bioregional, salah satu bentuk penerapan ecoliteracy di mana dalam melakukan kegiatan ekonomi tetap