• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Ecoliteracy Siswa Dalam Pemanfaatan Kebun Karet Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan Saintifik (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 2 Beduai kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Ecoliteracy Siswa Dalam Pemanfaatan Kebun Karet Sebagai Sumber Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan Saintifik (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 2 Beduai kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat)."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

66

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode, Indikator dan Teknik Pengumpulan Data

1. Metode Penelitian

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK atau Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas ini merupakan suatu bentuk inquiry melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peneliti yang terlibat dalam situasi yang ditelitinya yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran, serta untuk meningkatkan kinerja sistem pendidikan (Wiriaatmadja, 2005, hlm. 75). Taggart (Denzin, Norman K & Lincoln Yvonna, 2009, hlm. 440) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas umumnya mencakup penggunaan model-model penelitian dan pengumpulan data kualitatif dan interpretatif dari kalangan pendidik/ guru sebagai langkah untuk memberikan penilaian tentang cara, teknik dan strategi untuk meningkatkan praktik pengajaran guru itu sendiri.

Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari pendekatan deskriptif kualitatif yang digunakan guru agar dapat memecahkan permasalahan pembelajaran yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan setiap hari untuk menuju pembelajaran yang kondusif. Menurut Sugiyono (2010, hlm. 15) penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat post positivisme yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur yang mempunyai dampak langsung untuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola pembelajaran di kelas.

(2)

67 upaya peningkatan ecoliteracy siswa, kompetensi yang digunakan adalah kompetensi ecoliteracy yang dikembangkan oleh Center for Ecoliteracy yang meliputi empat ranah yakni head (kognitif/ pengetahuan), heart (afektif/ sikap), hands (psikomotor/ tindakan) dan spirit (spiritual/ keyakinan). Dengan keempat

ranah dalam kompetensi ecoliteracy, siswa tidak hanya akan ditreatment untuk penguasaan pengetahuan tentang ecoliteracy saja tetapi juga akan dilatih penguasaan sikap, tindakan dan spiritualnya.

Dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas, desain penelitian yang digunakan adalah model siklus Kemmis dan Mc Taggart (1998) diadaptasi dari Wiriaatmadja (2005, hlm. 66) yang terdiri dari empat komponen yaitu, rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Desain penelitian dengan model siklus yang dilakukan secara berulang-ulang, semakin lama diharapkan semakin meningkat perubahannya atau pencapaian hasilnya.

2. Indikator Penelitian

Menurut Wilson dan Sapanuchart (1997) dalam Ekawarna (2013, hlm 183) indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari suatu kejadian atau kondisi. Untuk mempermudah mengamati dan menilai peningkatan ecoliteracy pada diri siswa, maka disusunlah beberapa indikator berdasarkan kompetensi ecoliteracy dari Center for Ecoliteracy (http://www.ecoliteracy.org/discover/ competencies) sebagai berikut:

Tabel 3.1

Indikator Kompetensi Ecoliteracy Siswa

Kompetensi Sub Kompetensi Indikator Keberhasilan

Head (Cognitive) (Ranah Kognitif)

Approach issues and situations from a systems perspective

Understand fundamental ecological principles Think critically, solve

problems creatively, and apply knowledge to new situations

Assess the impacts and ethical effects of human technologies and actions Envision the long-term

consequences of decisions

1) Siswa mendeskripsikan struktur alam dan lingkungannya yang cocok untuk membudi dayakan tanaman karet.

2) Siswa menjelaskan jenis tanaman karet yang dibudidayakan di daerah mereka

3) Siswa dapat mendeskripsikan kegiatan pemanfaatan tanaman karet yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

(3)

68 Lanjutan tabel 3.1

Kompetensi Sub Kompetensi Indikator Keberhasilan

Head (Cognitive) (Ranah Kognitif)

5) Siswa dapat mendeskripsikan antisipasi maupun solusi atas dampak eksploitasi tanaman karet yang tidak bijak tersebut. 6) Siswa menjelaskan konsekuensi dari

eksploitasi sumber daya alam yang salah satunya adalah tanaman karet bagi kehidupan setelahnya.

7) Siswa dapat memaparkan ide-ide mereka untuk menjaga lingkungan dengan memanfaatkan tanaman karet

8) Siswa dapat mengklasifikasikan pemanfaatan bagian lain dari tanaman karet selain

lateksnya, seperti batang, daun dan bijinya. Siswa dapat menghubungkan pengetahuannya yang didapat dalam pembelajaran dengan fenomena yang ada dalam kesehariannya yang berhubungan dengan pemanfaatan tanaman karet.

Heart (Emotional) (Ranah Afektif)

Feel concern, empathy, and respect for other people and living things See from and appreciate

multiple perspectives; work with and value others with different

backgrounds, motivations, and intentions

Commit to equity, justice, inclusivity, and respect for all people

1) Siswa memiliki kekhawatiran akan kondisi kritis alam dan lingkungannya dan dapat memanfaatkan tanaman karet untuk memperbaiki kekritisan lahan tersebut. 2) Siswa menyadari bahwa ada dampak yang

diakibatkan dari pemanfaatan tanaman karet yang berlebihan terhadap alam sekitarnya. 3) Siswa menyadari bahwa mereka harus

bersikap lebih bijaksana dalam melakukan pemanfaatan karet untuk pemenuhan kebutuhannya seperti tidak menggunakan perangsang lateks untuk memaksimalkan jumlah lateks yang dihasilkan.

4) Siswa memiliki keterkaitan yang kuat terhadap lingkungnnya sehingga benar-benar menjaga dan mejauhkan tindakan mereka yang dapat merusak lingkungan.

5) Siswa meyakini bahwa dengan melakukan pemanfaatan secara bijaksana terhadap karet akan dapat menjaga keadaan ekologi agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Hands (Active)

(Ranah Psikomotor)

Create and use tools, objects, and procedures required by sustainable communities

Turn convictions into practical and effective action, and apply ecological knowledge to the practice of ecological design

Assess and adjust uses of energy and resources

1) Siswa melakukan penyadapan karet tidak lebih dari 4 kali dalam seminggu.

2) Siswa tidak memberikan perangsang lateks secara berlebihan pada tanaman karet. 3) Siswa melakukan perawatan berupa

penyiangan gulam disekitar tanaman karet. 4) Siswa memproduksi keripik karet sebagai

salah satu optimalisasi pemanfaatan tanaman karet.

(4)

69 Lanjutan tabel 3.1

Kompetensi Sub Kompetensi Indikator Keberhasilan

Hands (Active) (Ranah Psikomotor)

6) Siswa mengajak masyarakat sekitarnya bekerjasama untuk menjaga lingkungan dan mengembangkan potensi alam sekitar. Spirit

(Connectional) (Ranah Spiritual)

Experience wonder and awe toward nature Revere the Earth and all

living things

Feel a strong bond with and deep appreciation of place

Feel kinship with the natural world and invoke that feeling in others

1) Siswa memahami bahwa menjaga alam dan lingkungan pada hakekatnya adalah menjaga bagian dari ciptaan Tuhan.

2) Siswa selalu berupaya untuk tidak merusak dan bertindak yang tidak bijaksana terhadap lingkungan alamnya.

3) Siswa mulai mempengaruhi orang disekeliling mereka untuk memiliki kepedulian

lingkungan dan bertindak bijaksana dalam memanfaatkan tanaman karet dan sumber daya alam lainnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan.

4) Siswa memiliki ikatan yang kuat dengan alam yang ditunjukan dengan adanya ritual

pemberkatan terhadap bibit karet yang akan ditanam.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dalam penelitian karena tujuan dari penelitian adalah untuk memperoleh data. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dan instrumen yang digunakan adalalah observasi, tes, dokumentasi, wawancara dan lembar kerja kelompok siswa. Adapun instrument pengumpul data akan mengacu pada indikator kompetensi ecoliteracy dari Center for Ecoliteracy (tabel 3.1) yang telah diintegrasikan dengan sumber pembelajaran

yang dipilih yakni kebun karet. Untuk memperjelas pemetaan teknik dan instrument pengumpulan data dalam penelitian ini, dijelaskan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.2

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Kompetensi Teknik Bentuk Instrumen Ket

Head (Cognitive)

Tes Hasil Belajar Lembar Soal Tes Hasil Belajar Lampiran 2 Lembar Kerja

Siswa dan Observasi

Lembar Kerja Siswa dan Pengamatan Aktifitas Saintifik Siswa

Lampiran 3 Lampiran 12 Heart

(Emotional) Wawancara

Pedoman Wawancara Penguasaan Heart

(5)

70 Lanjutan tabel 3.2

Kompetensi Teknik Bentuk Instrumen Ket

Hands

(Active) Observasi

Lembar Observasi Kompetensi Ecoliteracy Hands (Active)

Lampiran 8

Wawancara Pedoman Wawancara Penguasaan Hands

Lampiran 9 Spirit

(Conectional) Wawancara

Pedoman Wawancara Penguasaan Spirit

Lampiran 10

Sementara untuk rentangan skala penilaian, menggunakan skor skala 0-100 yang digunakan untuk setiap ranah dalam kompetensi ecoliteracy, yang digambarkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3

Rentangan Skala Penilaian Kompetensi Ecoliteracy

Skor Kategori Deskripsi

< 70 Kurang • Belum memiliki pengetahuan tentang pentingnya memiliki kesadaran lingkungan (ecoliteracy).

• Belum menunjukan sikap peduli terhadap keadaan lingkungan.

• Belum melakukan pemanfaatan lingkungan dengan berlandasakan ecoliteracy

• Belum meyakini bahwa alam dan isinya diciptakan Tuhan untuk dijaga dan dimanfaatkan dengan bijaksana.

70 – 75 Sedang • Sudah mulai memiliki pengetahuan mengenai pentingnya kesadaran lingkungan (ecoliteracy), meskipun masih sangat minim.

• Sudah mulai menunjukkan sikap peduli terhadap keadaan lingkungan, meskipun belum menjadi kebiasaan.

• Sudah mulai melakukan pemanfaatan lingkungan dengan berlandasakan ecoliteracy, meskipun belum optimal.

• Sudah mulai meyakini bahwa alam dan isinya diciptakan Tuhan untuk dijaga dan dimanfaatkan dengan bijaksana.

76 – 89 Baik • Memiliki pengetahuan yang utuh mengenai pentingnya kesadaran lingkungan (ecoliteracy)

• Menunjukan sikap peduli terhadap keadaan lingkungan, dan menjadikan kepedulian tersebut sebagai kebiasaan.

• Melakukan pemanfaatan lingkungan dengan berlandasakan ecoliteracy secara optimal.

(6)

71 Lanjutan tabel 3.3

Skor Kategori Deskripsi

90 – 100 Sangat Baik • Pengetahuan akan kesadaran lingkungan (ecoliteracy) sudah sangat baik.

• Sikap dalam kehidupan sehari-hari selalu menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan.

• Segala tindakan yang berhubungan dengan alam/ lingkungan berlandasakan ecoliteracy.

• Sangat menyakini bahwa alam dan isinya

diciptakan Tuhan untuk dijaga dan dimanfaatkan dengan bijaksana.

a. Observasi

Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi (Sugiyono, 2010, hlm. 64). Observasi adalah instrumen dalam teknik pengumpulan data, di mana peneliti lebih banyak menggunakan salah satu panca indranya yaitu indra penglihatan. Menurut Marshall dalam Sugiyono (2010, hlm. 64) juga dijelaskan bahwa

throught observation, the researcher learn about behavior and he meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, penilaian terfokus pada prilaku

dan makna dari perilaku tersebut. Dalam, penilaian terfokus pada prilakuian ini, teknik observasi ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran dapat meningkatkan ecoliteracy siswa. Observasi dilakukan dengan menilai kompetensi ecoliteracy untuk ranah head terkait keaktifan siswa bekerja dalam kelompok dan mempresentasikan hasil kerjaannya dan ranah hands terkait cara kerja dan tindakan ecoliteracy siswa, serta ketertarikan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dengan bantuan lembar observasi, observer akan mengamati dan memberi penilaian penguasaan siswa akan tiap ranah dalam kompetensi ecoliteracy tersebut. Dari pengamatan ini nantinya peneliti akan mengetahui

pemahaman siswa akan ecoliteracy dari keaktifan siswa dam berargumen akan pentingnya ecoliteracy dan tindakan mereka yang menunjukkan penguasaan dan peningkatan ecoliteracy.

b. Tes

(7)

72 dilaksanakan. Tes semacam ini dinamakan tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu. Dalam penelitian ini metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa terkait ranah head/ kognitif dengan tujuan pembelajaran untuk mengidentifikasi penguasaan pengetahuan yang mencerminkan ecoliteracy siswa yang berhubungan dengan pemanfaatan komoditas karet dan kondisi hutan di lingkungan sekitar siswa untuk memenuhi kebutuhan siswa dan masyarakat sekitar . Indikator pencapaian penguasaan ranah head/ kognitif mengacu pada indikator kompetensi ecoliteracy siswa (tabel 3.1). Tes ini akan diberikan kepada siswa diakhir tiap siklus dilaksanakan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang (Sugiyono, 2005, hlm. 329). Hasil observasi atau pengamatan akan lebih dipercaya apabila didukung dengan adanya dokumentasi. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) (lampiran 1), catatan lapangan (lampiran 8), foto atau video mengenai apa yang siswa lakukan selama pembelajaran (lampiran 9), serta dokumen-dokumen lain dari guru di sekolah yang mungkin dibutuhkan yang memuat catatan atau arsip guru terkait cara belajar, sikap dan prestasi siswa. Dokumentasi ini digunakan untuk memperjelas sekaligus sebagai bukti penguatan data kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK).

d. Wawancara

(8)

73 tindakan dan spirit/ spiritual siswa dalam memanfaaktan karet untuk mengambarkan peningkatan ecoliteracy.

e. Lembar Kerja Kelompok Siswa

Lembar kerja kelompok siswa merupakan rubrik yang digunakan sebagai bahan diksusi kelompok yang kemudian didiskusikan dalam diskusi kelas. Lembar kerja kelompok siswa tersebut berisi segala cacatan siswa pada saat melakukan pengamatan dalam proses pembelajaran yang dikemas peneliti dengan beberapa pertanyaan yang disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi ecoliteracy yang akan dicapai. Pertanyaan tersebut memacu keterampilan siswa

untuk bersaintifik, mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan hasil temuannya. Kemudian data dari hasil temuan siswa tersebut selanjutnya dianalisis dan dinilai berdasarkan rentangan skor yang telah ditentukan dengan kategori sangat baik, baik, sedang, dan dengan menggunakan skala 100 sebagai salah satu komponen penilaian penguasaan head/ pengetahuan siswa akan ecoliteracy.

B. Situs dan Subjek Penelitian

1. Situs Penelitian

(9)

74 sehingga banyak fenomena di dalamnya yang dapat digunakan untuk membantu penyampaian esensi pembelajaran.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian kualitatif untuk penelitian tindakan kelas dapat berupa peristiwa, manusia dan situasi yang diamati (Hopkins, 1993). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 2 Beduai, Dusun Sungai Goa, Desa Muara Ilai, Kecamatan Beduai, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Kelas ini merupakan kelas dengan siswa 31 orang yang juga masih rendah kesadaran ekologinya (ecoliteracy). Mereka cenderung tidak peduli dan belum memahami akan tanda-tanda kerusakan alam seperti lahan kritis, tanah longsor, dan banjir yang terjadi sekitarnya. Dalam pemanfaatan alam yang salah satunya adalah karet, mereka hanya memperhatikan terpenuhinya kebutuhan mereka, tidak memperhatikan perawatan, kelayakan usia sadap, pemberian perangsang lateks dan pembuangan limbah lateksnya. Tidak terpikir dalam benak mereka dampak terhadap alam secara keseluruhan yang akan ditimbulkan akibat pemanfaatan yang tidak bijak terhadap karet yang mereka lakukan.

Dari segi pengetahuan, sikap dan keterampilan secara umumpun siswa di kelas ini belum terarah dengan baik. Untuk itu dirasa perlu melakukan tindakan kelas pada subjek tersebut untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan serta kesadaran siswa dalam upaya menjaga kelestarian dan keterjagaan ekologi. Hal ini dilakukan agar siswa memiliki pemikiran dan pemahaman yang utuh dalam bertindak terhadap alam serta dapat mengantisipasi berbagai kerusakan alam yang terjadi di sekitarnya. Dalam penelitian ini, peneliti bekerja sama dengan guru mitra, di mana peneliti berperan sebagai guru pelaksana dan guru mitra sebagai observer. Hal ini dilakukan agar dalam pelaksanaan tindakan, peneliti yang berperan sebagai guru pelaksana lebih optimal dalam penanaman konsep ecoliteracy kepada siswa.

C. Prosedur Penelitian

(10)

75 hambatan yang ditemukan selama penelitian. Masing-masing siklus terdiri dari beberapa pertemuan melalui tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Menurut Kemmis dan Mc Taggart dalam Ekawarna (2013, hlm. 20) penelitian tindakan dapat dipandang sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Dalam pelaksanaannya, peneliti telah memiliki seperangkat tindakan (yang didasarkan pada pengalaman) sehingga dapat langsung memulai tahap tindakan dan telah memiliki seperangkat data, sehingga mereka memulai kegiatan pertamanya dengan kegiatan refleksi.

Secara umum alur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dirancang seperti alur digambarkan oleh Kemmis dan Mc Taggart (1998) dalam Wiriaatmadja (2005, hlm. 66) sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas (Sumber: Wiriaaatmadja, 2005, hlm. 66)

1. Refleksi Awal

(11)

76

2. Tahap Perencanaan

Perencanaan ini berdasarkan pada refleksi awal (observasi pendahuluan). Dalam konteks pelaksanaan, perencanaan tindakan mengacu pada fokus yang ingin dicapai, yaitu penggunaan kebun karet sebagai sumber pembelajaran IPS untuk meningkatkan kepedulian ekologi (ecoliteracy) siswa. Pada tahap ini peneliti bersama guru mitra berkolaborasi merumuskan dan mempersiapkan rencana jadwal pelaksanaan tindakan, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), materi pelajaran yang sesuai dengan pokok bahasan, lembar kerja siswa, lembar penilaian hasil belajar, instrumen lembar observasi dan kelengkapan lain yang mungkin diperlukan selama penelitian berlangsung.

Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan di gunakan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan

6. Memahami Kegiatan Ekonomi Masyarakat

6.1 Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola

pemukiman

berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi

1) Mendeskripsikan struktur alam dan lingkungannya yang cocok untuk membudi dayakan tanaman karet. 2) Menjelaskan jenis tanaman karet

yang dibudidayakan di daerah mereka

3) Mendeskripsikan kegiatan pemanfaatan tanaman karet yang dilakukan oleh masyarakat setempat. 4) Menganalisa dampak eksploitasi

tanaman karet yang tidak bijak seperti penyadapan yang lebih dari 4 kali dalam seminggu, penggunaan perangsang lateks yang berlebihan dan pembuangan limbah karet ke aliran sungai.

5) Mendeskripsikan antisipasi maupun solusi atas dampak eksploitasi tanaman karet yang tidak bijak tersebut.

6) Menjelaskan konsekuensi dari eksploitasi sumber daya alam yang salah satunya adalah tanaman karet bagi kehidupan setelahnya.

(12)

77 Lanjutan tabel 3.4

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan

8) Mengklasifikasikan pemanfaatan bagian lain dari tanaman karet selain lateksnya, seperti batang, daun dan bijinya.

9) Menghubungkan pengetahuannya yang didapat dalam pembelajaran dengan fenomena yang ada dalam kesehariannya yang berhubungan dengan pemanfaatan tanaman karet. 6.2 Mendeskripsikan kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi

1) Mendeskripsikan peranan tanaman karet bagi kehidupan ekonomi masyarakat setempat.

2) Mendeskripsikan kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi dari tanaman karet yang berbasis ecoliteracy. 3) Mendeskripsikan dampak kegiatan

ekonomi masyarakat terhadap keadaan ekologi.

4) Mendeskripsikan rancangan solusi untuk meminimalisir dampak buruk terhadap lingkungan akibat kegiatan ekonomi masyarakat dalam

memanfaatkan tanaman karet. 5) Memahami esensi dari kegiatan

ekonomi-bioregional yang menyatukan ekonomi dan ekologi yang diaplikasikan dalam

pemanfaatan tanaman karet untuk meningkatkan kesadaran ekologi atau ecoliteracy. 6.3 Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan

1) Mendeskripsikan tindakan kreatif dalam kegiatan ekonomi yang dapat diaplikasikan dengan tanaman karet. 2) Memahami bentuk gagasan kreatif

dalam tindakan ekomoni dengan memanfaatkan tanaman karet dan tetap memperhatikan keterjagaan ekologi.

3) Melakukan pemanfaatan optimal terhadap sumber daya khususnya tamanan karet agar tidak ada bagian yang terbuang percuma.

4) Menghasilkan produk dari tanaman karet yang ramah lingkungan dan berdaya guna bagi kehidupan.

Selain menentukan SK dan KD, kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

(13)

78 2) Melakukan pemilihan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan kajian teori,

kesanggupan guru, kemampuan siswa, fasilitas dan sarana yang tersedia, iklim belajar di kelas dan suasana belajar di sekolah.

3) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), merancang pembelajaran dengan menggunakakan kebun karet sebagai sumber pembelajaran yang berkaitan dengan tema yang akan disampaikan kepada siswa.

4) Menetapkan materi, bahan ajar dan skenario pembelajaran. Berikut uraian pokok-pokok materi pada tiap siklusnya.

Siklus I

KD : Mendeskripsikan pola kegiatan ekonomi penduduk, penggunaan lahan, dan pola pemukiman berdasarkan kondisi fisik permukaan bumi

Pendekatan : Saintifik (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Informasi, Menalar, Mendemonstrasikan)

Metode : Problem Based Learning (PBL) Tujuan Pembelajaran :

Pada siklus ini tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah:

1. Siswa dapat mendeskripsikan struktur alam dan lingkungannya yang cocok untuk membudidayakan tanaman karet.

2. Siswa dapat menjelaskan jenis tanaman karet yang dibudidayakan di daerah mereka.

3. Siswa dapat mendeskripsikan kegiatan pemanfaatan tanaman karet yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

4. Siswa dapat menganalisa dampak eksploitasi tanaman karet yang tidak bijak seperti penyadapan yang lebih dari 4 kali dalam seminggu, penggunaan perangsang lateks yang berlebihan dan pembuangan limbah karet ke aliran sungai.

5. Siswa dapat mendeskripsikan antisipasi maupun solusi atas dampak eksploitasi tanaman karet yang tidak bijak tersebut.

6. Siswa dapat menjelaskan konsekuensi dari eksploitasi sumber daya alam yang salah satunya adalah tanaman karet bagi kehidupan setelahnya.

7. Siswa dapat memaparkan ide-ide mereka untuk menjaga lingkungan dengan memanfaatkan tanaman karet.

(14)

79 tanaman karet selain lateksnya, seperti batang, daun dan bijinya.

9. Siswa dapat menghubungkan pengetahuannya yang didapat dalam pembelajaran dengan fenomena yang ada dalam kesehariannya yang berhubungan dengan pemanfaatan tanaman karet.

Proses Pembelajaran :

Tahap-tahap pembelajaran yang akan dilakukan adalah:

1. Guru membawa sumber dan media tanaman karet ke dalam kelas dan meminta siswa memaparkan segala hal yang mereka ketahui tentang tanaman karet yang disediakan dalam pembelajaran tersebut.

2. Guru meminta siswa memaparkan peranan tanaman karet dalam upaya pemenuhan kebutuhan mereka.

3. Guru mengajak siswa untuk sama-sama mendeskripsikan jenis lahan yang cocok untuk pembudidayaan tanaman karet

4. Guru mengajak siswa untuk memaparkan aktifitas pemanfaatannya tanaman karet yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

5. Guru mulai membuka pemahaman siswa mengenai pentingnya ecoliteracy sebagai dasar dalam melakukan pemanfaatan alam khususnya tanaman karet untuk memenuhi kebutuhan mereka.

6. Guru juga memaparkan dampak buruk yang mungkin atau bahkan sudah terjadi di sekitar siswa akibat pemanfaatan yang tidak bijak terhadap alam khususnya tanaman karet. Dan memaparkan peranan tindakan berbasis ecoliteracy dalam meminimalisir dampak tersebut. 7. Guru membagi siswa dalam 4 kelompok kemudian memberikan

permasalahan yang harus mereka selesaikan dalam kelompok untuk mengamati bebagai kerusakan alam di sekitar lingkungan sekolah yang terjadi akibat eksploitasi sumber daya alam dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

8. Guru memberikan lembar kerja siswa berupa permasalahan yang harus dipecahkan dalam format observasi lapangan. Lembar kerja akan meminta siswa menemukan berbagai kerusakan alam akibat eksploitasi yang berlebihan dan meminta siswa membuat rancangan solusi yang dapat mereka lakukan dengan memanfaatkan tanaman karet akan kerusakan alam tersebut.

9. Siswa kemudian diminta untuk melaporkan dan mengkomunikasikan temuan mereka di lapangan.

(15)

80 memperbaiki struktur alam yang telah rusak akibat pemanfaatan manusia seperti mereboisasi lahan bekas ladang berpindah, memperkuat struktur tanah agar tidak terjadi longsor dan meningkatkan daya serap tanah untuk menghindari banjir. Jelas bahwa dengan memanfaatkan tanaman karet secara bijaksana, siswa dapat meningkatkan pemahaman mereka akan kesadaran ekologi atau ecoliteracy.

11.Guru menugaskan siswa untuk membawa bibit tanaman karet pada pertemuan selanjutnya untuk dapat dimanfaatkan sebagai tanaman untuk reboisasi bekas ladang berpindah masyarakat setempat.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pada siklus I. Pada siklus ini segala kelemahan di siklus I dicoba untuk diperbaiki agar hasil yang ingin dapat tercapai, yakni ecoliteracy siswa dapat meningkat melalui pembelajaran dengan sumber pembelajaran ini. Berpijak pada hasil refleksi tersebut, berikut dirancang materi,bahan ajar dan skenario pembelajaran pada siklus II, sebagai berikut:

KD : Mendeskripsikan kegiatan ekonomi yang meliputi kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi

Pendekatan : Saintifik (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Informasi, Menalar, Mendemonstrasikan)

Metode : Inkuiri (Inquiri) Tujuan Pembelajaran :

Pada siklus ini tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah:

1. Siswa dapat mendeskripsikan peranan tanaman karet bagi kehidupan ekonomi masyarakat setempat.

2. Siswa dapat mendeskripsikan kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi dari tanaman karet yang berbasis ecoliteracy.

3. Siswa dapat mendeskripsikan dampak kegiatan ekonomi masyarakat terhadap keadaan ekologi.

4. Siswa dapat mendeskripsikan rancangan solusi untuk meminimalisir dampak buruk terhadap lingkungan akibat kegiatan ekonomi masyarakat dalam memanfaatkan tanaman karet.

(16)

81 pemanfaatan tanaman karet untuk meningkatkan kesadaran ekologi atau ecoliteracy.

Proses Pembelajaran :

Tahap-tahap pembelajaran yang akan dilakukan adalah:

1. Merujuk pada pembelajaran sebelumnya, guru meminta siswa mengingat kembali peranan tanaman karet dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat.

2. Guru memotivasi siswa untuk menghubungkan peranan taman karet tersebut dengan kegiatan ekonomi yang terjadi dalam memanfaatkan tanaman karet yang berbasis kesadaran lingkungan atau ecoliteracy. 3. Guru membagi siswa dalam 4 kelompok, memberikan permasalah

yang mengharuskan siswa mencari jawabannya dengan berinkuiri ke kebun karet milik warga setempat dengan mengembangkan 5 keterampilan dalam pendekatan saintifik.

4. Guru mengarahkan siswa untuk mengumpulkan biji karet yang mereka temui di tempat observasi yang nantinya akan dimanfaatkan pada siklus berikutnya.

5. Dengan alat dan bahan yang telah disiapkan guru, siswa bersama anggota kelompoknya menyusun laporan hasil observasi mereka yang tujuannya memecahkan permasalahan yang di siapkan guru di awal dalam bentuk poster.

6. Dari pengamatan di lapangan siswa akan menemukan bahwa segala hal yang masyarakat lakukan dalam kegiatan ekonominya masih sangat jauh dari kepedulian menjaga regenerasi dan stabilitas alam yang mereka eksploitasi. Di sini perlu penguatan guru akan pentingnya mendasari segala tindakan pemanfaatan dengan ecoliteracy agar keadaan ekologi tetap terjaga dan dapat terus dimanfaatkan oleh generasi berikutnya.

7. Diakhir pembelajaran guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan atas temuan-temuan siswa di lapangan menjadikan ecoliteracy sebagai solusi berbagai ketidaksesuaian pemanfaatan alam yang dilakukan masyarakat sekitar dalam upaya pemenuhan kebutuhannya. 8. Pada tahap penguatan guru kembali menanamkan akan pentingnya

(17)

82

Siklus III

Sebagaimana siklus II, siklus III ini juga dilakukan untuk memperbaiki segala kekurangan yang ditemui pada siklus sebelumnya. Segala kekurangan dan kelemahan diminimalisir agar tujuan dapat tercapai dengan baik. Refleksi dan evaluasi pada siklus sebelumnya dijadikan acuan rancangan tindakan pada siklus ini. Dengan tetap mengacu pada hasil refleksi dan evaluasi pada siklus sebelumnya, berikut adalah rancangan tindakan yang mungkin akan dapat digunakan untuk memperbaiki siklus sebelumnya dan dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.

KD : Mengungkapkan gagasan kreatif dalam tindakan ekonomi untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan

Pendekatan : Saintifik (Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Informasi, Menalar, Mendemonstrasikan)

Metode : Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) Tujuan Pembelajaran :

Pada siklus ini tujuan pembelajaran yang ingin dicapai adalah:

1. Siswa dapat mendeskripsikan tindakan kreatif dalam kegiatan ekonomi yang dapat diaplikasikan dengan tanaman karet.

2. Siswa dapat memahami bentuk gagasan kreatif dalam tindakan ekomoni dengan memanfaatkan tanaman karet dan tetap memperhatikan keterjagaan ekologi.

3. Siswa dapat melakukan pemanfaatan optimal terhadap sumber daya khususnya tamanan karet agar tidak ada bagian yang terbuang percuma.

4. Siswa dapat menghasilkan produk dari tanaman karet yang ramah lingkungan dan berdaya guna bagi kehidupan.

Proses Pembelajaran :

Tahap-tahap pembelajaran yang akan dilakukan adalah:

1. Apersepsi (pengetahuan prasyarat), guru meminta siswa untuk memaparkan produk apa saja yang dapat dihasilkan oleh tanaman karet dan mengeksplor pengetahuan siswa untuk memikirkan alternatif pemanfaatan lain dari tanaman karet selain lateksnya.

(18)

83 3. Guru mengajak siswa untuk mempraktikkan salah satu dari alternatif

pemanfaatan tanaman karet tersebut. 4. Guru membagi siswa dalam 4 kelompok.

5. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan biji karet yang sudah guru tugaskan untuk dikupas, direndam dan direbus pada pertemuan sebelumnya.

6. Guru memberikan lembar kerja dan menugasi siswa secara berkelompok untuk bekerjasama menghasilkan produk dari biji karet tersebut.

7. Dengan lembar kerja tersebut siswa diminta untuk memperhatikan dan mencatat segala proses dan hambatan yang dilalui dalam membuat produk tersebut.

8. Guru memantau kerjaan siswa dan membantu menyelesaikan hal-hal sulit yang di hadapi siswa dalam proses pembuatan produk.

9. Saat produk selesai, guru mengarahkan siswa untuk melakukan penyajian untuk kemudian dipasarkan pada warga sekolah

10. Guru memberikan penguatan akan pentingnya menerapkan ekomoni-bioregional, salah satu bentuk penerapan ecoliteracy di mana dalam melakukan kegiatan ekonomi tetap memperhatikan dan menjaga keadaan ekologi di sekitar.

11. Masih dalam pelaksanaan penguat guru juga meminta siswa untuk membuat surat cinta sebagai bentuk kecintaan mereka terhadap alamnya.

12. Guru memotivasi siswa untuk menjadikan ekonomi-bioregional sebagai acuan dalam tindakan berekonomi siswa dan menjadikan ecoliteracy sebagai dasar tindakan mereka demi keterjagaan alam lingkungan mereka.

5) Menyusun alat evaluasi berupa tes untuk mengetahui respon dan hasil belajar siswa pada tiap siklusnya.

6) Menyusun observasi pelaksanaan yang meliputi aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran.

7) Menyusun evaluasi pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pelaksanaan tindakan.

8) Menyusun rencana pengolahan data, baik kualitatif maupun kuantitaf.

3. Tahap Pelaksanaan Tindakan

(19)

84 pembelajaran dengan menggunakan kebun karet sebagai sumber pembelajaran untuk memahami pemanfaatan karet untuk kebutuhan hidup siswa dan masyarakat setempat khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pada tahap inilah, perencanaan yang telah disusun sebelumnya itu dilaksanakan. Adapun pelaksanaannya dilakukan sesuai RPP yang telah disusun bersama antara peneliti dan guru mitra. Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam tiga siklus atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan yang dalam tiap siklus terdiri dari tindakan utama dan penguatan dalam beberapa kali pertemuan dengan alokasi waktu 7-8 jam pelajaran atau bisa lebih menyesuaikan dengan kondisi pembelajaran. Tindakan juga dilakukan dalam tiga tahap yakni kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir sebagaimana yang telah dirancang di RPP. Dalam tahap ini peneliti dan guru mitra sama-sama melaksanakan tugasnya, peneliti yang dalam hal ini menyampaikan pembelajaran dan guru mitra yang berperan sebagai observer mencatat dan mengamati berbagai kondisi dan temuan yang diamatinya di kelas.

4. Tahap Observasi

Observasi dilakukan pada setiap tindakan dan pada akhir pertemuan di setiap siklusnya. Adapun hal-hal yang diobservasi meliputi kualitas tentang. 1) Perhatian siswa dalam mengikuti sajian bahan ajar dari awal hingga akhir

pertemuan.

2) Pemahaman siswa terhadap tujuan dan manfaat materi bahan ajar yang disajikan dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran. 3) Ingatan siswa terkait materi sebelumnya yang berhubungan dengan materi

bahan ajar yang sedang dipelajari.

4) Persepsi terhadap pokok-pokok penting dari materi bahan ajar yang disampaikan.

5) Kesulitan atau hambatan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran atau dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan.

(20)

85

5. Refleksi

Hasil dari pelaksanaan observasi dan evaluasi tersebut kemudian dianalisis. Hasil analisisnya menjadi dasar dalam menyusun refleksi dalam upaya perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Dalam melakukan refleksi juga diadakan pembahasan dan diskusi bersama guru mitra yang juga mengobservasi aktivitas pembelajaran. Persoalan pokok dalam refleksi ini adalah: 1) Peranan dan hasil dari pelaksanaan tindakan dalam tiap siklusnya.

2) Kesesuaian antara tindakan yang dilaksanakan dengan hasil yang diharapkan. 3) Relevansi peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran.

4) Menjadikan refleksi pada siklus ini untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

D. Analisa, Validasi dan Interpretasi Data

1. Analisa Data

Dalam penelitian data dianalisis secara kualitatif dengan pemeriksaan keabsahan data, kemudian disusul dengan penafsiran dan pemaknaan data secara kualitatif, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi hasil dan program, evaluasi atau perbaikan. Serta beberapa perhitungan kuantitatif sederhana untuk menganalisis hasil tes pemahaman konsep ecoliteracy siswa dengan cara berikut: a. Penilaian Kompetensi Ecoliteracy Siswa

Penilaian dilakukan dengan rumus:

Keterangan:

X = Nilai kompetensi ecoliteracy siswa

Σn = Jumlah skor

n = Jumlah indikator observasi

Kategori nilai kompetensi siswa yang digunakan yaitu:

 Skor < 70 = Kurang

 Skor 70 – 75 = Sedang

 Skor 76 – 89 = Baik

 Skor 90 – 100 = Sangat Baik b. Nilai Rata-Rata Kelas

(21)

86

Keterangan:

X = Nilai rata-rata kelas

ΣN = Jumlah nilai total kelas n = Jumlah siswa

c. Persentase Daya Serap Siswa

Keterangan:

DS = Daya serap

ΣN = Jumlah nilai total kelas n = Jumlah siswa

Ni = Nilai Ideal = 100

Dengan kategori daya serap sebagai berikut: Tabel 3.5 Kategori Daya Serap

No. Persentase Daya Serap Kategori

1 2 3 4 5

0 - 39 % 40 - 59 % 60 - 74 % 75 - 84 % 85 - 100 %

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

(Sumber: Depdikbud, 2006)

d. Persentase Ketuntasa Belajar Siswa

Menurut Mulyasa (2003, hlm. 102) untuk mengukur ketuntasan hasil belajar, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

ΣS ≤ 75 = Jumlah siswa yang mendapat nilah lebih atau sama dengan 75

n = Jumlah siswa

(22)

87 Tabel 3.6

Kriteria Ketuntasan

No. Persentase Ketuntasan Kategori

1 2 3 4 5

0 - 39 % 40 - 59 % 60 - 74 % 75 - 84 % 85 - 100 %

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

(Sumber: Depdikbud, 2006)

2. Validasi Data

Untuk menjamin keilmiahan penelitian ini, berbagai cara dilakukan, misalnya dengan menjaga keterpercayaan data melalui uji keabsahan data. Uji keabsahan data penelitian ini dilakukan dengan berdasar pada kriteria derajat kredibilitas.

Pengujian derajat kredibilitas pada penelitian ini dilakukan dengan memperpanjang durasi pengamatan, mengupayakan ketekunan dan ketelitian dalam pengamatan. Perpanjangan durasi pengamatan dilakukan dengan mengobservasi secara cermat dan berulang-ulang untuk setiap kajian yang diobservasi. Dalam hal pengamatan terhadap kompetensi ecoliteracy, derajat kredibilitas ini dilakukan dengan memperpanjang pengamatan guru akan tiap ranah dari kompetensi ecoliteracy ini tidak hanya sebatas pada saat pembelajaran, namun dalam keseharian selama tindakan pada siklus yang berjalan belum berakhir. Selain itu, peneliti dan observer juga harus lebih teliti dan tekun mengamati dan melakukan penilaian pada siswa dalam tiap proses pembelajaran agar hasil dari pengamatan tersebut akurat menggambarkan penguasaan kompetensi pada diri siswa.

(23)

88

3. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan upaya yang dilakukan dalam menginterpretasikan hasil temuan-temuan penelitian berdasarkan kerangka teoritik yang telah dipilih dengan mengacu kepada norma-norma praktis yang disepakati atau berdasarkan intuisi guru mengenai situasi pembelajaran yang baik. Dalam hal ini, interpretasi data dilakukan terhadap koleksi data yang didasarkan pada teori-teori yang relevan yang menggambarkan proses pembelajaran yang baik. Pada bagian interpretasi data inilah akan dimaparkan jawaban dari masalah penelitian. Dari hasil interpretasi ini diharapkan dapat memperoleh makna sebagai bahan perbaikan untuk kegiatan selanjutnya.

E. Indikator Keberhasilan

Indikator merupakan suatu patokan atau acuan yang digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu kegiatan atau program. Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, maka keberhasilan tindakan dikatakan berhasil apabila ada perubahan ke arah perbaikan, baik yang terkait dengan sikap, kesadaran ekologi siswa maupun pembelajaran. Terkait dengan itu, maka indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

1. Membandingkan tingkat keberhasilan tindakan pada siklus pertama dengan siklus berikutnya dengan refleksi awal timbulnya permasalahan sebelum diberikan tindakan. Dikatakan berhasil apabila:

a. Siswa memiliki pemahaman yang utuh akan pentingnya menjadikan ecoliteracy sebagai dasar dari segala tindakannya dalam melakukan

pemanfaatan terhadap alam.

b. Siswa memiliki kesadaran bahwa alam memiliki peranan yang penting dalam keberlangsungan hidup mereka, oleh sebab itu mereka harus memiliki kesadaran ekologi agar dapat terus menjaga keadaan alamnya dengan sebaik mungkin.

c. Siswa sudah melakukan segala tindakan pemanfaatan alam dengan bijaksana dan ecoliteracy sebagai dasar tindakan mereka.

(24)

89 2. Indikator keberhasilan ditentukan kriteria sebagai berikut:

a. Pemahaman konsep ecoliteracy siswa  75. b. Nilai rata-rata kelas  75

(25)

153

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas tentang “Peningkatan Ecoliteracy Siswa dalam Pemanfaatan Kebun Karet Sebagai Sumber

Pembelajaran IPS Melalui Pendekatan Saintifik” yang dilaksanakan di SMP Negeri 2 Beduai dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Desain pembelajaran dirancang dengan empat unsur pokok yakni pemilihan kompetensi (kompetensi ecoliteracy) yang dikembangkan oleh Center for Ecoliteracy, terdiri dari: (1) Head (Cognitive), (2) Heart

(Emotional), (3) Hands (Active) dan (4) Spirit (Connectional). Kompetensi

(26)

154 2. Implementasi pembelajaran dilakukan berdasarkan desain yang telah

dirancancang. Hasilnya penerapannya adalaha bahwa pada siklus I, siswa menyadari bahwa pemanfaatan alam yang mereka lakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan juga memerlukan balikan berupa perawatan agar ada regenerasi sumber daya alam supaya ada keberlanjutan dalam pemanfatannya (sustainable), karena jika tidak demikian. Pemanfaatan yang dilakukan akan berdampak pada rusaknya kondisi alam di sekitar siswa. Dalam siklus ini siswa memikirkan peranan tanaman karet dalam mengantisipasi dan solusi untuk mengurangi atau memperkecil dampak tersebut. Pada siklus II, siswa diajak untuk memahami kegiatan ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan karet. Siswa mencari tahu jenis tanah dan tanaman karet yang cocok dikembangkan di daerah tersebut, juga usia sadap, intensitas penyadapan dan perawatan yang harus mereka lakukan dalam memanfaatkan karet sebagai sumber pemenuhan kebutuhan mereka. Disini kesadaran siswa dipupuk untuk bijaksana dan menjadikan ecoliteracy sebagai dasar dalam pemanfaatan tamaman karet. Pada siklus

III, siswa dikenalkan dengan bentuk ekonomi bioregional yakni bentuk tindakan ekonomi dengan tetap memperhatikan keadaan ekologi di daerahnya. Pada siklus ini siswa tidak hanya dilatih untuk bertindak berlandaaskan ecoliteracy tetapi juga dilatih untuk memliki kererampilan dalm mengoptimalkan potensi pangan di daerahnya. Pembelajaran ini juga menggugah kreatifitas dan jiwa enterpreneur siswa dalam optimalisasi pemanfaatan karet.

(27)

155 (hands) yang tepat dalam memanfaatkan karet dalam upaya pemenuhan kebutuhannya.

3. Pembelajaran ini merefleksi bahwa, alam sangat potensial dimanfaatkan sebagai sumber belajar untuk membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Sumber belajar tidaklah harus yang bersifat global dan berteknologi tinggi, tetapi segala hal yang dekat dengan kehidupan siswa dapat lebih efektif membantu mempermudah siswa dalam perolehan pengetahuan. Hal tersebut juga menjadi motivasi dan inspirasi guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan potensi alam yang ada di sekitar siswa, yang sangat dekat dan mudah didapat sebagai sumber dan media pembelajarn untuk membantu menyampaian bahan ajar dalam pembelajaran. Selain itu, rendahnya ketertarikan dan keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat diatasi dengan penggunaan pendekatan dan metode yang memaksimalkan peran serta siswa didalamnya. Pendekatan saintifik menjadi rekomendasi untuk memaksimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran agar tidak pasif dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

(28)

156 Selain itu, ada beberapa indikator yang hingga siklus diputuskan berakhir dan peningkatan ecoliteracy telah terjadi, namun indikator tersebut belum tercapai. Hal ini dapat dijadikan rekomendasi bagi peneliti selanjutnya dengan mengatasi berbagai kendala agar pencapaian semakin maksimal.

B. Implikasi dan Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan dan simpulan yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Siswa harus lebih meningkatkan kesadaran agar lingkungan yang ada saat ini dapat terus dilestarikan dan dirasakan kebermanfaatannya bagi generasi berikutnya.

b. Siswa harus memiliki minat dan semangat yang kuat dalam pembelajaran agar esensi dari pembelajaran dapat diserap secara utuh. 2. Bagi Guru

a. Guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan alam dan lingkungan sekitar sebagai sumber dan media pembelajaran mengingat terbatasnya jangkauan perhatian pemerintah dalam menyediakan sarana prasarana belajar pada sekolah-sekolah di daerah pedalaman.

b. Guru harus memiliki keuletan, kemauan dan kreatifitas untuk merancang pembelajaran dengan media, model maupun pendekatan yang inovatif demi tercapainya suatu pembelajaran bermakna bagi siswa. Serta dapat lebih memanfaatkan potensi daerah yang dekat dengan siswa sebagai media dan sumber pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Sekolah diharapkan turut berperan dalam upaya peningkatan motivasi belajar siswa dan turut serta menggalakkan kesadaran lingkungan pada siswa dan seluruh warga sekolah.

4. Bagi Pembelajaran IPS

(29)

157 sehingga fokus IPS akan lebih kontekstual dan bernilai guna langsung bagi kehidupan siswa.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Gambar

Tabel 3.2 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Tabel 3.3 Rentangan Skala Penilaian Kompetensi
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan Kelas  (Sumber: Wiriaaatmadja, 2005, hlm. 66)
Tabel 3.4 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator
+3

Referensi

Dokumen terkait

Thus, starting with a bivariate function which is a tensor- product of finitely supported totally positive refinable functions, the new functions are obtained by using the

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan motivasi belajar siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dan

1 Tahun 1979 pada ketentuan KEDUA titik 1 sub 1.8 yang berbunyi: ”Pengankatan dan pemberhentian Pejabat-pejabat sebagai dimaksud dalam pasal 75 ayat (2) Keputusan Menteri Dalam

Lampiran i Data Penelitian Sebelum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keberadaan kandang ternak, angka kepadatan lalat serta personal higiene dengan kejadian diare pada balita.. Jenis

Konsep Guru D alam Pandangan Ki Hajar D ewantara D ilihat D ari Perspektif Pendidikan Islam Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu!.

Sebagai pengalaman dalam melaksanakan penelitian serta menambah pengetahuan mengenai penyakit diare terutama pada balita, mengenai hubungan keberadaan kandang ternak,

Jenis data dalam penelitian ini adalah berupa tekstual atau konsep-konsep. Karena dalam penelitian ini Sebagaimana telah disebutkan di atas termasuk kedalam jenis