• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI PROVINSI JAWA TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.4. Penelitian terdahulu

Asiedu (2002) yang melakukan penelitian tentang determinan FDI pada

negara berkembang khususnya negara-negara di sub Sahara Afrika menghasilkan

bahwa tingginya tingkat pengembalian investasi (return of investment) atau

keuntungan dari investasi dan fasilitas infrastruktur yang baik mempunyai

20

tetapi mempunyai pengaruh yang tidak signifikan di negara-negara sub Sahara

Afrika. Kedua bahwa margin keuntungan (maginal benefit) dari peningkatan

keterbukaan ekonomi lebih kecil untuk negara-negara di sub Sahara Afrika. Jadi

dari penelitian ini bisa ditarik kesimpulan bahwa keberhasilan dari kebijakan-

kebijakan untuk menarik FDI di negara-negara lain belum tentu juga berhasil bila

diterapkan di Afrika.

Azam dan Lukman dalam penelitiannya tentang determinan FDI di India,

Pakistan dan Indonesia dengan pendekatan kuantitatif dan data periode tahun

1971 sampai tahun 2005 menggunakan model log regresi linier (log linier

regression) menyimpulkan bahwa di Pakistan ukuran pasar, infrastuktur,

keterbukaan ekonomi, ekspektasi investasi domestik mempunyai hubungan yang

positif dan berpengaruh signifikan terhadap FDI pada tingkat 1 persen, sedangkan

hubungan hutang luar negeri dan pajak langsung terhadap aliran FDI mempunyai

hubungan yang negatif. Namun meskipun tingkat inflasi dan konsumsi pemerintah

dalam penelitian ini tidak signifikan bukan berarti variabel tersebut tidak

mempunyai pengaruh pada aliran FDI. Untuk kasus di India hutang luar negeri

mempunyai pengaruh signifikan yang tinggi dan berhubungan negatif pada tingkat

5 persen, infrastruktur signifikan dan positif pada tingkat 1 persen, investasi

domestik berpengaruh signifikan yang tinggi dan positif pada tingkat 5 persen.

Sedangkan tingkat inflasi dan konsumsi pemerintah sama dengan kasus di

Pakistan. Sedangkan hasil penelitian untuk Indonesia mempunyai hasil yang

berbeda dengan studi empiris pada Pakistan dan India. Di Indonesia hampir semua

data yang digunakan diambil dari indikator pembangunan internasional, sementara

untuk Pakistan dan India data yang digunakan bersumber dari survei ekonomi

yang dilakukan di negara masing-masing.

Jadi dari penelitian ini bisa disimpulkan bahwa hutang luar negeri

mempunyai hubungan yang negatif dengan arus masuk FDI, fasilitas infrastruktur

berpengaruh positif dan signifikan, pada kasus Pakistan efek dari pajak langsung

berpengaruh negatif dan signifikan, sesuai dengan kenyataan bahwa perusahaan

multinasional bertujuan untuk memperoleh keuntungan lebih, sehingga bisa

diasumsikan bahwa perusahaan ini sensitif terhadap pajak dikarenakan pajak

mempunyai dampak langsung terhadap keuntungannya. Investasi domestik

memperlihatkan hubungan yang positif dan signifikan. Keterbukaan ekonomi

berpengaruh secara signifikan dan ini menunjukkan liberalisasi yang mana

kondusif dalam memengaruhi arus masuk FDI.

Untuk meningkatkan FDI di Pakistan, India dan Indonesia, otoritas

manajemen pada negara masing-masing dibutuhkan untuk menjamin stabilitas

ekonomi dan politik, perlengkapan fisik kualitas infrastruktur, menjaga tingkat

inflasi, menarik investasi domestik, membatasi hutang luar negeri, insentif

keuangan, mengurangi bea cukai, kedamaian dan keamanan, hukum dan

kebijakan pemerintah yang konsisten merupakan faktor kunci yang potensial

untuk investor dalam membuat keputusan investasi.

Kurniati, et.al (2007) dalam penelitiannya tentang faktor-faktor

determinan masuknya aliran modal FDI di Asia dan Indonesia serta menguji

22

menggunakan series data tahun 1992 sampai dengan 2006 menyimpulkan bahwa

determinan emerging Asia, khususnya Indonesia memperkuat hasil survey yang

telah dilakukan oleh lembaga-lembaga internasional seperti World Economic

Forum, JICA dan lain-lain mengenai motif dari investor asing menanamkan

modalnya di Asia dan Indonesia, dimana investor menaruh perhatian besar

terhadap potensi pasar, masalah efisiensi terkait dengan tenaga kerja dan

infrastruktur serta stabilitas finansial yang tercermin dari stabilitas nilai tukar serta

adanya insentif investasi yang dapat tercermin dari terlibatnya home dan host

country dalam perjanjian investasi bilateral ataupun regional.

Dalam penelitian tersebut untuk kasus Indonesia, kestabilan politik

menjadi faktor yang sangat dipertimbangkan oleh investor disamping faktor-

faktor yang telah disebutkan diatas. Oleh karena itu untuk dapat lebih

meningkatkan daya tarik investor asing agar menanamkan modalnya di Indonesia,

maka pemerintah Indonesia harus meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya,

menjaga stabilitas politik dan keuangan serta memacu penyediaan sarana

infrastruktur (transportasi, listrik, komunikasi), sehingga peningkatan investasi

asing yang masuk akan meningkatkan manfaat yang diperoleh Indonesia sebagai

host country untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih sustainable.

Demikian juga investor sebagai home country akan memperoleh manfaat ekonomi

dari perluasan usaha dan profit usaha. Sedangkan upah buruh tidak signifikan

pengaruhnya terhadap aliran modal FDI ke Indonesia. Diperkirakan bahwa

investor sudah cenderung mempertimbangkan produktivitas tenaga kerja, dengan

pendidikan agar dapat menyediakan tenaga kerja yang memiliki produktivitas

yang tinggi.

Selanjutnya, model gravity yang digunakan dalam penelitian ini

menunjukkan adanya pengaruh positif dari setiap peningkatan FDI ke China

terhadap masuknya investasi ke Indonesia. Hasil ini menunjukkan kesesuaian

dengan teori production networking, dimana tumbuhnya investasi di China

menyebabkan peningkatan produksi dan negara-negara yang melakukan ekspor

bahan baku ke China.

Sutarsono (2010), melakukan penelitian menggunakan data time series

triwulanan dari tahun 1990-2010 tentang determinantforeign direct investment di

Indonesia menyimpulkan bahwa dalam jangka pendek determinan domestik tidak

signifikan terhadap aliran FDI, tetapi variabel lag, PDB, infrastruktur dan nilai

tukar berkorelasi positif terhadap FDI sedangkan ekspor dan keterbukaan ekonomi

berkorelasi negatif. Dalam jangka panjang aliran FDI secara positif dan signifikan

dipengaruhi oleh PDB, infrastruktur, keterbukaan ekonomi dan nilai tukar,

sedangkan ekspor dan krisis ekonomi berpengaruh negatif terhadap FDI.

Sodik dan Nuryadin (2008), yang melakukan penelitian dengan judul

determinan investasi di daerah : studi kasus provinsi di Indonesia periode tahun

1993 sampai dengan 2003 dengan menggunakan metode panel dinamik. Hasil dari

penelitian tersebut menunjukkan bahwa indikator market size yaitu laju PDRB

berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi di daerah tetapi dengan arah

24

menarik bagi investor. Indikator infrastruktur yaitu daya listrik terpasang tidak

berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi di daerah.

Indikator ketenagakerjaan yaitu angkatan kerja dan upah, hanya angkatan

kerja saja yang berpengaruh terhadap pilihan lokasi berinvestasi meskipun dengan

arah yang negatif. Untuk variabel upah tidak berpengaruh terhadap pilihan lokasi

berinvestasi, ini dikarenakan investor sekarang ini sudah tidak lagi

mempertimbangkan upah yang murah, tetapi lebih ke hal efisiensi biaya produksi

dan optimalisasi produktivitas sumberdaya yang ada. Adapun indikator

keterbukaan ekonomi (openness) yaitu ekspor berpengaruh positif dan signifikan

terhadap pilihan lokasi berinvestasi di daerah.

Sarwedi (2002), melakukan penelitian tentang investasi asing langsung di

Indonesia dan faktor yang memengaruhinya, menggunakan perhitungan kuadrat

terkecil sederhana Ordinary Least Square (OLS) dengan mengaplikasikan model

koreksi kesalahan (error correction model) dan uji kausalitas Granger. Hasil

perhitungan menunjukkan bahwa variabel ekonomi (GDP, growth, wage dan

ekspor) mempunyai hubungan positif dengan FDI, sedangkan variabel

nonekonomi yaitu stabilitas ekonomi mempunyai hubungan negatif.

Phytaloka (2010), melakukan penelitian dengan judul analisis faktor-faktor

yang memengaruhi penanaman modal asing dan peluang investasi : studi kasus

Kota Cimahi, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model

analisis regresi linier berganda OLS dan analisis shift share. Hasil dari penelitian

ini adalah variabel PDRB, tenaga kerja dan dummy peraturan berpengaruh

2.5. Kerangka Pemikiran

Sebagaimana telah dijelaskan pada latar belakang bahwa penanaman

modal asing (PMA) merupakan modal pembangunan dan salah satu sumber

pembiayaan pembangunan yang cukup penting bagi Indonesia khususnya Provinsi

Jawa Timur. Dalam perkembangannya aliran penanaman modal asing yang masuk

dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti determinan domestik, krisis ekonomi dan

regulasi. Dalam penelitian ini digunakan determinan domestik utama yang secara

teoritis berkaitan erat dengan aliran penanaman modal asing yaitu Produk

Domestik Bruto (PDRB), keterbukaa ekonomi, inflasi dan upah minimum

provinsi.

Provinsi Jawa Timur dipilih karena nilai investasi masih terbilang rendah

dibandingkan dengan investasi asing yang masuk di provinsi-provinsi lain di

Pulau Jawa. Digunakan determinan domestik sebagai variabel karena secara

teknis variabel tersebut dapat digunakan oleh pemerintah Provinsi Jawa Timur

dalam pengambilan kebijakan untuk menarik investor asing.

Secara skematis kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan dalam

26

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

2.6. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini variabel penanaman modal asing di Provinsi Jawa

Timur merupakan variabel dependen atau variabel yang dipengaruhi. Sedangkan

PDRB, keterbukaan ekonomi, inflasi dan upah minimum provinsi merupakan

variabel yang memengaruhi atau variabel independen. Berdasarkan teori dan

penelitian terdahulu hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah bahwa Rendahnya

Penanaman Modal Asing di Provinsi Jawa Timur

Determinan Domestik

PDRB Inflasi

Gambaran Perkembangan PMA di Provinsi Jawa Timur Keterbukaan

ekonomi

Upah Minimum

PDRB dan keterbukaan ekonomi berpengaruh positif terhadap penanaman modal

asing, sedangkan inflasi dan upah minimum provinsi mempunyai hubungan

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time

series) yang diperoleh dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah, antara lain

berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur, Badan Koordinasi

Penanaman Modal Provinsi Jawa Timur dan Bank Indonesia serta beberapa situs

website yang mendukung dan berhubungan dengan penelitian ini. Data-data yang

digunakan adalah data penanaman modal asing yang disetujui pemerintah Provinsi

Jawa Timur, PDRB Provinsi Jawa Timur atas dasar harga berlaku, keterbukaan

ekonomi, inflasi dan upah minimum provinsi.

Tabel 3.1. Variabel-Variabel yang Digunakan dalam Penelitian

Variabel Satuan Sumber Simbol

Penanaman Modal Asing yang disetujui

000 USD Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Provinsi Jawa Timur

PMA

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Timur atas dasar harga berlaku

Juta Rp Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur

PDRB

Keterbukaan ekonomi dengan

proxy rasio jumlah ekspor dan impor terhadap PDRB

persen Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur

OPEN

Inflasi persen Badan Pusat Statistik

(BPS) Provinsi Jawa Timur

INF

Upah Minimum Provinsi Rupiah Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data tahunan periode

1996 sampai dengan periode 2010. Tabel 3.1 menjelaskan tentang variabel-

variabel yang digunakan dalam penelitian ini beserta satuan, sumber dan

simbolnya.

3.2. Metode Analisis Data

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi Penanaman Modal Asing (PMA) di Provinsi Jawa Timur.

Memberikan gambaran tentang perkembangan penanaman modal asing periode

1996-2010 kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur sehingga dapat dijadikan

sebagai acuan pengambilan kebijakan untuk mendorong peningkatan Penanaman

Modal Asing (PMA) sebagai salah satu modal dalam melaksanakan pembangunan

yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi.

Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda.

Metode analisis data yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Untuk

memudahkan dalam melakukan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian

ini, maka data tersebut dimasukkan ke dalam Microsoft Exel dan diolah dengan

menggunakan Eviews 6.0.

3.2.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis penggambaran dari apa yang akan

30

Analisis ini digunakan untuk menggambarkan keberadaan penanaman modal

asing di Provinsi Jawa Timur. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif yang

digunakan menekankan pada aspek perkembangan aliran penanaman modal asing

serta aliran penanaman modal asing per sektor.

3.2.2. Metode Regresi Linier Berganda

Analisis regresi merupakan suatu alat analisis untuk mengetahui pengaruh

variabel bebas terhadap variabel tak bebas yang dinyatakan dalam koefisien

regresi. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya dapat ditentukan dan bersifat

menerangkan variabel tak bebas yang nilainya tergantung kepada variabel bebas.

Dalam analisis regresi diketahui dua bentuk model yaitu model persamaan tunggal

dan model persamaan simultan. Pada model persamaan tunggal ada satu variabel

tak bebas Y yang diterangkan oleh satu atau beberapa variabel X. Sementara

dalam persamaan simultan suatu variabel Y tidak hanya ditentukan oleh variabel

X tetapi beberapa variabel X juga ditentukan oleh variabel Y atau ada dua variabel

Y1 dan Y2 yang dipengaruhi secara bersama-sama oleh suatu variabel X. Adapun

dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi dengan model persamaan

tunggal yaitu analisis regresi linier berganda.

Ordinary Least Square (OLS) merupakan salah satu metode yang sering

digunakan karena kemudahannya dalam mengolah data. Gujarati (1993)

menyatakan bahwa ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi dalam model ini

1. Semua penaksir tak bias linier atau penaksir OLS mempunyai varians

minimum.

2. Varians tiap unsur disturbance ei tergantung (conditional) pada nilai yang

dipilih dari variabel yang menjelaskan adalah suatu angka konstan yang

sama dengan yang merupakan asumsi homoskedastisitas yaitu varians

yang sama.

3. Tidak ada autokorelasi artinya tidak ada korelasi antara anggota

serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data

deret waktu) atau seperti dalam data cross sectional.

4. Variabel yang menjelaskan adalah non stokastik yaitu terdiri dari angka-

angka yang tetap (fixed) dan ei didistribusikan secara normal.

5. Tidak ada multikolinearitas antara variabel yang menjelaskan X.

Jika asumsi ini terpenuhi maka penaksiran OLS koefisien regresi menjadi

BLUE (Best Linier Unbiassed Estimator). Salah satu regresi dalam OLS adalah

regresi berganda. Analisis regresi linier berganda menunjukkan hubungan sebab

akibat antara variabel X (variable eksogen) yang merupakan penyebab dari

variabel Y (variable endogen) yang merupakan akibat. Analisis regresi linier

berganda digunakan untuk menguraikan pengaruh varibel-variabel yang

menjelaskan (eksogen) yang mempengaruhi varibel bebasnya (endogen). Regresi

linier berganda tidak hanya melihat keterkaitan antar variabel-variabel namun juga

32

3.2.3. Model Umum Analisis Regresi Linier Berganda

Gujarati (1993), model umum analisis regresi linier berganda dapat

dituliskan sebagai berikut :

(3.1.) Dimana :

Y : Variabel endogen atau variabel tak bebas

i : Periode

: Intersep atau nilai Y saat X = 0

: Variabel eksogen atau variabel bebas

: Parameter dari

: Error term atau derajat kesalahan

3.2.4. Model Analisis Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan dalam menganalisis faktor-

faktor yang mempengaruhi PMA di Provinsi Jawa Timur adalah PDRB dan nilai

tukar rupiah terhadap dolar Amerika. PDRB digunakan karena PDRB

menggambarkan besarnya pangsa pasar, nilai tukar menggambarkan kestabilan

moneter suatu Negara/wilayah. Sehingga model analisis regresi linier berganda

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(3.2) Dimana :

PMA : Penanaman Modal Asing (000 USD)

OPEN : Keterbukaan ekonomi (persen)

INF : Inflasi (persen)

UMP : Upah minimum provinsi (Rupiah)

: Error term atau derajat kesalahan

3.3. Pengujian Kriteria Ekonomi dan Statistik

Pengujian dapat dilakukan dengan kriteria ekonomi dan statistik.

Pengujian kriteria ekonomi dilakukan untuk melihat besaran dan tanda parameter

yang akan diestimasi, apakah sesuai dengan teori atau tidak. Sedangkan pengujian

statistik dimaksudkan untuk mengetahui apakah model yang digunakan

merupakan model yang tepat untuk menggambarkan hubungan antar variabel.

Selain itu untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan diantara

variabel-variabel dependen dengan variabel independen.

3.3.1. Uji t

Uji t digunakan untuk melihat apakah masing-masing variabel bebas

(variable eksogen) secara parsial berpengaruh pada variabel tak bebasnya

(variable endogen). Selain itu juga untuk melihat keabsahan dari hipotesis dan

membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik signifikan atau

tidak.

Hipotesis : : = 0

34

Statistik uji yang dilakukan dalam uji t adalah sebagai berikut :

(3.4) Hasil t-hitung dibandingkan dengan t-tabel .

Dimana :

b : Koefisien regresi parsial sampel

B : Koefisien regresi parsial populasi

Sb : Simpangan baku koefisien dugaan

Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji-t adalah sebagai berikut :

1. Apabila nilai t-hitung lebih besar dari nilai , maka tolak H0. Hal

ini berarti bahwa variabel yang digunakan berpengaruh nyata terhadap

variabel tak bebas (variable endogen).

2. Apabila nilai t-hitung lebih kecil dari nilai , maka terima H0. Hal

ini berarti variabel yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel tak bebas (variabel eksogen).

3.3.2. Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat apakah variabel-variabel bebas (variable

eksogen) secara serempak berpengaruh nyata pada variabel terikatnya (variable

endogen). Apabila uji F lebih kecil dari taraf nyata artinya H0 diterima, hal ini

menandakan bahwa ada minimal satu variabel yang berpengaruh secara signifikan

atau berpengaruh nyata pada keragaman variabel terikatnya.

Mekanisme untuk menguji hipotesis dari parameter dugaan secara serentak

Hipotesis : : : minimal ada satu Untuk i = 1, 2, 3, …, k

= dugaan parameter

Statistik uji yang dilakukan dalam uji-F adalah sebagai berikut :

(3.5) Keterangan :

Hasil dari F-hitung dibandingkan dengan F-tabel (F-tabel = , dimana :

R2 = Koefisien determinasi

n = Banyaknya data

K = Jumlah koefisien regresi dugaan

Kriteria uji yang digunakan dalam pengujian model penduga adalah

sebagai berikut :

1. Apabila nilai F-hitung lebih besar dari , maka tolak H0.

Maksudnya adalah terdapat minimal parameter dugaan yang tidak nol dan

berpengaruh nyata terhadap keragaman variabel tak bebas.

2. Apabila nilai F-hitung lebih kecil dari , maka terima H0. Hal ini

berarti secara bersamaan variabel yang digunakan tidak bisa menjelaskan

secara nyata keragamaan dari variabel tak bebas.

3.3.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi R2 (R2 adjusted) digunakan untuk melihat sejauh

36

R2 mengukur tingkat keberhasilan model regresi yang digunakan dalam

memprediksi nilai variabel terikatnya. Menurut Gujarati (1993) terdapat dua sifat

R2 yaitu :

1. Merupakan besaran non negatif.

2. Batasnya adalah antara 0 dan 1. Jika R2 bernilai 1 berarti suatu kecocokan

sempurna, sedangkan jika R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara

variabel terikat dengan variabel bebasnya.

R2 = = 1 - = 1 – ∑ ∑

a

atau (3.6) = 1 -

(3.7) Dimana :

ESS = Jumlah kuadrat yang dijelaskan (explained sum square)

TSS = Jumlah kuadrat total (total sum square)

= Varians residual

= Varians sampel dari Y

Salah satu masalah jika menggunakan ukuran R-squared untuk menilai

baik buruknya suatu model adalah mendapatkan nilai yang terus naik seiring

dengan pertambahan variabel bebas ke dalam model sehingga adjusted R-squared

secara umum memberikan penalty atau hukuman terhadap penambahan variabel

squared tidak akan pernah melebihi nilai R-squared bahkan bisa turun jika

ditambahkan variabel bebas yang tidak perlu. Bahkan model yang memiliki

kecocokan rendah (goodness of fit), adjusted R-squared dapat memiliki nilai

negative. Nilai Adjusted R-squared dapat dihitung sebagai berikut :

(3.8)

k adalah banyaknya parameter dalam model termasuk faktor intersep.

3.3.4. Uji Kriteria Ekonometrika 1. Uji Normalitas

Kenormalan sisaan diperlukan agar dihasilkan nilai estimasi parameter

yang tidak bias, efisien dan konsisten. Selain itu, pengujian parameter dalam

analisis regresi menggunakan nilai kritis distribusi t dan F yang keduanya berasal

dari distribusi normal. Pemeriksaan kenormalan sisaan dapat dlakukan melalui

Plot Persentil-Persentil (P-P Plot), jika nilai sisaan membentuk garis lurus maka

sisaan berdistribusi normal.

Pengujian asumsi kenormalan secara formal dapat dilakukan dengan uji

Kolmogorov-Smirnov yang merupakan suatu uji mengenai tingkat kesesuaian

antara distribusi serangkaian nilai sisaan dengan distribusi normal. Hipotesis yang

digunakan adalah :

H0 : distribusi sisaan mengikuti distribusi normal

38

Statistik uji :

D = maksimum F0(Xi) – Sn(Xi) dengan i = 1, 2, 3, …, n.

F0(X) merupakan distribusi frekuensi kumulatif teoritis mengikuti distribusi

normal, sedangkan Sn(X) merupakan distribusi frekuensi kumulatif sisaan yang

diamati sesuai jumlah sampel.

Pada pengujian dengan tingkat kepercayaan sebesar (1-α) persen dapat diambil keputusan menerima H0 jika D < Dtabel dan menolak H0 jika D ≥ Dtabel.

Dtabel merupakan nilai kritis dari tabel Kolmogorov-Smirnov. Selain itu

pengambilan keputusan dapat didasarkan pada nilai p-value yaitu jika p-value≥ α

maka H0 diterima, sedangkan jika p-value < α maka H0 ditolak.

2. Autokorelasi

Secara harfiah autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota

observasi dengan observasi lain yang berlainan waktu atau disebut juga serial

correlation. Menurut Gujarati (1993), dalam model regresi akan terjadi

autokorelasi apabila terjadi bentuk fungsi yang tidak tepat, peubah penting

dihilangkan dari model, terjadi interpolasi data. Untuk mendeteksi ada tidaknya

autokorelasi first degree dapat digunakan nilai Durbin-Watson (DW) dari hasil

regresi, namun untuk melihat autokorelasi pada tingkat yang lebih tinggi

digunakan Uji Breuch Godfrey Serrial Corelation Lagrange LM Test.

Autokorelasi akan menyebabkan diantaranya sebagai berikut :

a. Dugaan parameter tidak bias.

c. Ragam galat tidak jelas.

d. Terjadi pendugaan kurang tepat pada ragam galat (standar error

underestimated), sehingga Sb underestimated. Oleh karena itu, t

overestimate cenderung lebih besar dari yang sebenarnya.

H0 = β = 0 (tidak terdapat serial autokorelasi)

H1 = β≠ 0 (terdapat serial autokorelasi)

Kriteria uji yang digunakan untuk melihat adanya autokorelasi adalah sebagai

berikut :

1. Apabila nilai obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata yang digunakan,

maka model persamaan yang digunakan tidak mengalami masalah

autokorelasi.

2. Apabila nilai obs*R-squared lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan,

maka model persamaan yang digunakan mengalami masalah autokorelasi.

Solusi dari masalah autokorelasi yaitu dengan menghilangkan variabel yang

sebenarnya tidak berpengaruh terhadap variabel bebas. Jika terjadi kesalahan

dalam spesifikasi model, hal ini dapat diatasi dengan mentransformasi model,

misalnya dari model linier menjadi non linier atau sebaliknya.

3. Heterokedastisitas

Seringkali pada data yang dianalisis ditemukan masalah varians residual

Dokumen terkait