• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Terdahulu

Dalam dokumen PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL (Halaman 40-112)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Basyar (2009)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh modal intelektual (Intellectual Capital/IC) yang diukur menggunakan metode Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) terhadap Return On Asset perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2007 – 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Value Added Intellectual Coeffisient (VAIC) yang terdiri dari HCE, SCE, dan CEE secara bersamaan (simultan) berpengaruh positif secara signifikan terhadap terhadap Return on Asset (ROA) perusahaan perbankan.

2. Solikhah, Rohman, dan Meiranto (2010)

Melakukuan penelitian tentang Implikasi Intellectual Capital terhadap Financial Performance, Growth and Market Value; studi empiris dengan pendekatan simplistic. Modal Intelektual terbukti berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Modal Intelektual terbukti berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan perusahaan. Modal Intelektual tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai pasar perusahaan.

3. Yudhanti dan Shanti (2011)

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh antara ukuran intellectual capital dan ukuran fundamental kinerja keuangan perusahaan. Penelitian ini juga menggunakan beberapa variabel kontrol yaitu size dan jenis industri. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis perusahaan yang secara intensif menggunakan modal intelektual yaitu industri jasa. Intellectual capital pada perusahaan jenis industri jasa menunjukkan adanya pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan.

Ukuran eksternal perusahaan digunakan pada penelitian ini untuk mengukur intellectual capital yaitu market-to-book value.

4. Ongkorahardjo, Susanto, Rachmawati (2008)

Penelitian ini menggunakan obyek kantor akuntan publik Penelitian ini berusaha menguji apakah individual capability dan the organizational climate yang merupakan komponen dari human capital memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perusahaan kantor akuntan publik baik secara individual (parsial) maupun secara simultan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, individual capability berpengaruh signifikan terhadap kinerja kantor akuntan publik. Kedua, the organizational climate berpengaruh signifikan terhadap kinerja kantor akuntan publik. Ketiga, individual capability dan the organizational

climate berpengaruh signifikan secara bersama- sama terhadap kinerja kantor akuntan publik.

5. Rachmawati (2012).

Populasi dalam penelitian ini yaitu perusahaan perbankan yang terdaftar di Bank Indonesia periode 2006-2009 dengan sampel sebanyak 68 perusahaan. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel independen yaitu Intelectual Capital (IC) dan satu variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara intellectual capital terhadap Return On Asset (ROA).

6. Ulum, Ghozali dan Chariri (2009).

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang beroperasi di Indonesia sampai dengan tahun 2006, dan secara rutin melaporkan posisi keuangannya kepada Bank Indonesia. Penelitian ini menguji pengaruh Intellectual Capital terhadap Kinerja perusahaan pada masa sekarang dan efeknya ke masa yang akan datang, kesimpulannya bahwa Intellectual Capital berpengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

7. Artinah & Muslih (2011)

Penelitian ini menggunakan variabel capital gain sebagai variabel dependennya, yang mengukur hubungan antara Intellectual Capital terhadap Capital gain pada perusahaan perbankan. Penelitian ini menemukan bahwa Intellectual Capital tidak berpengaruh signifikan terhadap capital gain.

8. Yudha & Nasir (2012).

Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang masuk dalam kelompok LQ 45, dan mengukur hubungan antara reaksi investor terhadap intellectual capital, yang hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara Human Capital, Structural Capital, dan Capital Employee terhadap reaksi investor.

9. Suhendah (2012)

Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada signifikansi antara Intellectual capital yang terdiri dari VAHU, VACA, dan STVA terhadap nilai pasar perusahaan, dimana populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2012.

Pada Tabel 2.1 disajikan penelitian terdahulu yang mengukur hubungan IC terhadap kinerja keuangan perusahaan maupun terhadap nilai perusahaan.

Tabel 2.1 Penelitian-Penelitian Empiris Tentang Intellectual Capital

Dikembangkan oleh

Variabel Sampel Hasil Penelitian

Basyar (2009) VAIC – ROA Perusahaan Perbankan di BEI (2007-2009)

a. VAIC berpengaruh positif signifikan terhadap ROA

a. IC berpengaruh positif terhadap Kinerja keuangan

b. IC tidak berpengaruh positif terhadap Nilai pasar perusahaan.

a. IC berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan

a. Organizational Climate berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan b. Individual Capability memiliki

pengaruh terbesar terhadap kinerja keuangan perusahaan

Rachmawati (2012) Intellectual Capital, ROA

Perusahaan Perbankan di BEI (2006-2009)

a. IC berpengaruh signifikan terhadap ROA

a. IC berpengaruh positif terhadap ROA b. IC berpengaruh positif terhadap

a. IC tidak berpengaruh terhadap Capital Gain

b. Human Capital Effeciency tidak berpengaruh terhadap capital gain c. Structural Capital tidak berpengaruh

positif terhadap Capital gain

d. Capital Employee tidak berpengaruh terhadap Capital gain

b. Capital Employee berpengaruh positif terhadap reaksi investor

c. Human capital dan Structural capital tidak berpengaruh terhadap reaksi investor b. Physical capital tidak berpengaruh

positif terhadap nilai pasar perusahaan c. Human Capital tidak berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan d. Structural capital tidak berpengaruh

positif terhadap nilai perusahaan

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual

Modal Intelektual (intellectual capital) yang merupakan salah satu dari aset tidak berwujud, dikarenakan tidak tercantum di dalam laporan keuangan, sering diabaikan didalam menilai perusahaan. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran knowledge asset (aset pengetahuan) tersebut adalah Intellectual Capital (IC). Intellectual capital seringkali menjadi faktor penentu utama perolehan laba suatu perusahaan dan dianggap sebagai suatu kekuatan dalam mencapai kesuksesan dalam dunia bisnis.

Variabel independen intellectual capital (IC) diukur dengan menggunakan VAICTM. Adapun komponen VAICTM meliputi value added capital employee (VACA), yaitu kalkulasi dari kemampuan mengelola modal perusahaan, value added human capital (VAHU), yaitu kalkulasi dari kemampuan sumber daya manusia perusahaan, dan structural capital value added (STVA), yaitu kalkulasi untuk kemampuan organisasi dalam perusahaan.

Ketiga variabel independen tersebut akan dimediasi oleh sebuah variabel lainnya, yaitu kinerja keuangan, yang dalam penelitian ini adalah Return on Assets (ROA). Variabel dependen yang digunakan didalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diintepretasikan oleh discounted free cash flow, yaitu merupakan Net Present Value dari free cash flow to firm (FCFF) yang diproyeksikan.

Tan et al. (2007) dan Chen et al. (2005) menemukan bahwa secara statistik seluruh komponen VAIC (VAHU, VACA, dan STVA) signifikan berpengaruh untuk menjelaskan kinerja keuangan perusahaan dan nilai buku perusahaan.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual atau disebut juga sebagai kerangka teoritis dibangun berdasarkan teori yang telah ada, penelitian ini mengadopsi penelitian Chen et al.

(2005) dengan melakukan modifikasi terhadap variabel dependennya yaitu nilai intrinsik perusahaan yang dihitung berdasarkan FCFF yang didiskontokan pada discount rate tertentu.

3.2. Hipotesis

Berdasarkan rumusan permasalahan dan kerangka konseptual yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. H1 : Human Capital yang disebut juga VAHU, berpengaruh signifikan terhadap Kinerja keuangan perusahaan.

2. H2 : Capital Employee, yang disebut juga VACA, berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

3. H3 : Structural Capital yang disebut juga STVA, berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan.

4. H4 : Human Capital yang disebut juga VAHU, berpengaruh signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan

5. H5 : Capital Employee yang disebut juga VACA, berpengaruh signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan

6. H6 : Structural Capital yang disebut juga STVA, berpengaruh signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan

7. H7 : Kinerja keuangan yang disebut juga ROA, berpengaruh signifikan terhadap nilai intrinsik perusahaan

!

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan studi empiris korelasional yang dilakukan untuk membuktikan adanya hubungan antara intellectual capital yang diukur dengan VAICTM dengan kinerja keuangan yang diukur dengan ROA, serta pengaruhnya terhadap nilai intrinsik perusahaan yang diukur dengan metode discounted free cash flow. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis yang diajukan terkait dengan pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

4.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dan secara rutin melaporkan posisi keuangannya kepada bursa efek Indonesia. Total populasi perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah sebanyak tiga puluh satu perusahaan. Dalam penelitian ini digunakan metode sensus, artinya seluruh populasi dijadikan sebagai objek penelitian. Adapun kriteria populasi sasaran yang akan digunakan adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012

2. Mengeluarkan laporan keuangan tahunan lengkap selama tahun 2010-2012 3. Memiliki data yang lengkap yang berhubungan dengan variabel-variabel yang

digunakan dalam penelitian. Daftar perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Daftar Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI (2012)

No Perusahaan Perbankan Kode

1 Bank Agroniaga Tbk. AGRO

2 Bank Artha Graha Internasional Tbk. INPC

3 Bank Bukopin Tbk. BBKP

13 Bank Internasional Indonesia Tbk. BNII 14 BPD Jawa Barat dan Banten Tbk. BJBR

20 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. BBNI 21 Bank Nusantara Parahyangan Tbk. BBNP

22 Bank OCBC NISP Tbk. NISP

23 Bank Pan Indonesia Tbk. PNBN

24 Bank Permata Tbk. BNLI

25 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. BBRI

26 Bank Sinarmas Tbk. BSIM

27 Bank of India Indonesia Tbk. BSWD 28 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. BBTN 29 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. BTPN 30 Bank Victoria International Tbk. BVIC 31 Bank Windu Kentjana International Tbk. MCOR Sumber : www.idx.co.id

Homogenitas karyawan pada perusahaan perbankan cukup tinggi.

Homogenitas yang dimaksud adalah bahwa seluruh karyawan memiliki tingkat pengetahuan yang tidak terlalu beragam (heterogen), sehingga perlakuan terhadap human capital-nya menjadi lebih objektif.

Perlakuan human capital dalam hal ini terkait dengan gaji, pelatihan, kesempatan jenjang karir, dan sebagainya.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan sektor perbankan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 , yang beralamat di Jakarta Stock Exchange Building, jalan Jendral Sudirman Kav. 52-53, 12190.

4.3. Jenis dan Prosedur Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan keuangan masing-masing perusahaan , yang disampaikan kepada BEI. Laporan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan periode Desember 2010, 2011, dan 2012. Laporan keuangan tersebut diperoleh melalui website resmi BEI. Data penelitian adalah cross section selama periode tahun 2010-2012.

4.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 4.4.1. Variabel Independen

Intellectual Capital yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kinerja IC yang diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh physical capital (VACA), human capital (VAHU), dan structural capital (STVA). Kombinasi dari ketiga value added tersebut disimbolkan dengan nama VAIC yang dikembangkan oleh Pulic (1998).

Formulasi dan tahapan perhitungan VAIC adalah sebagai berikut:

Tahap Pertama: Menghitung Value Added (VA).

VA dihitung sebagai selisih antara output dan input (Pulic, 1999). Value added disebut juga value created efficiency yang merupakan nilai tambah yang timbul akibat pengaruh intangible assets yang dalam hal ini diproyeksikan oleh intellectual capital.

VA = OUT - IN Dimana:

OUT = Output ; Total penjualan dan pendapatan lain

IN = Input; Beban penjualan dan biaya lain (selain biaya karyawan)

Tahap Kedua : Menghitung Value Added Capital Employeed (VACA).

VACA adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap unit dari CE terhadap value added organisasi. VACA merupakan kemampuan perusahaan dalam menggunakan modalnya.

VACA = VA/CE Dimana :

VACA = Value Added Capital Employee VA = Value Added

CE = Capital Employee, dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)

Tahap Ketiga:

Menghitung Value Added Human Capital (VAHU).

VAHU menunjukkan berapa banyak value added dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan pengaruh yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam human capital terhadap value added organisasi.

VAHU = VA/HCVAHU = VA/HC Dimana:

VAHU = Value Added Human Capital VA = value added

HC = Human Capital: beban karyawan (gaji, biaya pelatihan)

Tahap Keempat:

Menghitung Structural capital Value Added (STVA).

Rasio ini mengukur jumlah structural capital yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari value added dan merupakan indikasi sejauh mana structural capital dalam menciptakan nilai tambah

STVA = SC/VA= SC/VA Dimana:

STVA = Structural Capital Value Added.

SC = Structural Capital : VA – HC VA = value added

Tahap Kelima:

Menghitung Value Added Intellectual Coefficient (VAIC).

VAIC merupakan penjumlahan dari 3 komponen sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU, dan STVA.MU V

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan metode discounted free cash flow. Metode ini merupakan estimasi terhadap nilai perusahaan dengan melakukan proyeksi terhadap net income selama tiga tahun ke depan dan kemudian melakukan proses diskonto.

Versi umum nilai perusahaan dari pendekatan FCFF adalah sebagai berikut :

Nilai perusahaan = ( !!!(!!!"##)!"!!! !

!!! ) + ( (!!!"##)!" !!)

Untuk menentukan nilai FCFF, dapat dihitung sebagai berikut :

FCFF = EBIT(1-tax) + depresiasi – capital expenditure – !working capital

4.4.3. Variabel Intervening

Variabel intervening adalah kinerja keuangan yang direfleksikan oleh Return on Assets (ROA) , kinerja keuangan menggunakan ROA lebih dipilih daripada ROE adalah karena total ekuitas yang merupakan denominator ROE adalah salah satu komponen dari VACA. ROA dikalkulasi dengan formula:

ROA = Laba bersih / Total Aset

Keseluruhan variabel dan definisi operasional yang digunakan di dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Definisi, Pengukuran dan Skala Ukur Variabel

Variabel Definisi Pengukuran Variabel Skala Ukur

Return on

Assets (Y1) Perbandingan antara laba bersih dengan total aset, merefleksikan efisiensi dalam pemanfaatan total aset

Laba bersih / Total Aset Rasio

Nilai

VAHU (X1) Menunjukkan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja

Nilai tambah (VA) /

Beban Karyawan (HC) Rasio

VACA (X2) Indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital.

4.5 Teknik Analisis Data

4.5.1 Analisis Jalur (Path Analysis)

Di dalam penelitian ini, analisis yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis), yang merupakan sebuah metode untuk melakukan analisis efek langsung (direct effect) dan efek tidak langsung (indirect effect) dari variabel-variabel yang diukur (Ghozali, 2009).

Analisis jalur digunakan untuk menguji hubungan teoritis antar variabel, bukan untuk menentukan hubungan kausalitas antar variabel. Semua variabel di dalam penelitian ini baik independen maupun dependen merupakan variabel-variabel yang dapat diukur secara langsung, sehingga analisis jalur merupakan metoda yang tepat.

Menurut Ghozali (2009) dan Yamin (2009), analisis jalur memiliki beberapa asumsi-asumsi, antara lain :

1. Hubungan antara variabel adalah linear, adaptif dan bersifat normal.

2. Sistim aliran kausal hanya satu arah.

3. Variabel endogen berada dalam skala interval dan rasio

4. Observed variables, artinya variabel yang diteliti dapat diobservasi secara langsung.

5. Model penelitian didasarkan oleh teori dan konsep yang relevan.

4.5.2. Diagram Jalur

Diagram jalur yang disusun dalam penelitian ini adalah menggambarkan hubungan VAHU (X1), VACA (X2), dan STVA (X3), serta VAIC (X4) dengan kinerja keuangan (Y1) dan nilai perusahaan (Y2)

Gambar 4.1 Diagram Jalur Penelitian Keterangan :

Y1 = Variabel endogen ROA

Y2 = Variabel endogen Nilai intrinsik perusahaan X1 = Variabel eksogen VAHU

X2 = Variabel eksogen VACA X3 = Variabel eksogen STVA

!X1Y1 = koefisien jalur X1 ke Y1

!X2Y1 = koefisien jalur X2 ke Y1

!X3Y1 = koefisien jalur X3 ke Y1

!X1Y2 = koefisien jalur X1 ke Y2

!X2Y2 = koefisien jalur X2 ke Y2

!X3Y2 = koefisien jalur X3 ke Y2

!Y1Y2 = koefisien jalur Y1 ke Y2

Model penelitian ini sebagaimana disajikan dalam Gambar 4.1 terbagi atas dua substruktur, sebagai berikut :

1. Sub struktur pertama, menganalisa pengaruh VAHU, VACA, dan STVA terhadap ROA.

2. Sub struktur kedua, menganalisa pengaruh VAHU, VACA, STVA, dan ROA dan nilai intrinsik perusahaan.

4.5.2.1. Estimasi Analisis Jalur substruktur pertama

Untuk memperhitungkan berapa besarnya hubungan langsung maupun tidak langsung substruktur pertama dapat diperhatikan Tabel 4.3

Tabel 4.3 Pengaruh Langung, Tidak Langsung Substruktur Pertama

Variabel Bebas

Return on Assets (ROA)

Langsung Tidak Langsung Total

VAHU terhadap ROA X1Y1 - X1Y1

VACA terhadap ROA X2Y1 - X2Y1

STVA terhadap ROA X3Y1 - X3Y1

4.5.2.2. Estimasi Analisis Jalur substruktur kedua

Untuk memperhitungkan berapa besarnya hubungan langsung maupun tidak langsung substruktur kedua dapat diperhatikan Tabel 4.4

Tabel 4.4 Pengaruh Langung, Tidak Langsung Substruktur Kedua

Variabel Bebas

Nilai Perusahaan

Langsung Tidak Langsung Total VAHU terhadap Nilai

Apabila hubungan tidak langsung lebih besar dibandingkan dengan hubungan langsung, maka diindikasikan bahwa terdapat pengaruh mediasi.

4.6. Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum melakukan pengolahan data, uji asumsi klasik dilakukan untuk menentukan ketepatan model. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

4.6.1. Uji Normalitas

Untuk menghindari terjadinya bias, data yang akan digunakan harus terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik harus memiliki data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2010). Apabila tidak memenuhi asumsi ini, maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel yang kecil. Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan one sample kolmogorov-smirnov test dan analisis grafik histogram serta P-P plot. Menurut Ghozali (2010), jika dalam uji one sample kolmogorov-smirnov test variabel yang mempunyai asymp.

Sig (2-tailed) di bawah tingkat signifikansi sebesar 0.05 maka diartikan bahwa variabel tersebut memiliki distribusi tidak normal.

4.6.2. Uji Multikolinaeritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang dipilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (VIF=1/tolerance).

Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10. Model regresi yang baik tidak terdapat masalah multikolinearitas atau adanya hubungan kolerasi di antara variabel-variabel independennya (Ghozali, 2009)

4.6.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual dalam satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu melihat grafik plot antara variabel terikat yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika tidak terjadi heteroskedastisitas maka pada grafik scatterplot tidak terjadi pola tertentu, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol.

4.7 Goodness of Fit

Kegunaan uji kesesuaian ini adalah untuk menentukan seberapa tepat frekuensi yang teramati cocok dengan frekuensi yang diharapkan. Untuk melihat goodness of fit dari hipotesis tersebut maka perlu dilakukan uji sebagai berikut yaitu :

4.7.1 Koefisien Determinasi (R2)

Pengukuran terhadap koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap perubahan variabel

dependennya. Seberapa besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.

4.7.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji tingkat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Dalam uji F kesimpulan yang diambil adalah dengan melihat signifikansi (∝) dengan hipotesis :

(∝) > 5% : H0 diterima, H1 ditolak (∝) < 5% : H0 ditolak, H1 diterima

Jika F-hitung < F-tabel, maka hipotesis ditolak, sebaliknya jika F-hitung > F-tabel maka hipotesis diterima.

4.7.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Jika t-hitung koefisien regresi lebih kecil dari t-tabel, maka variabel independen secara individu tersebut tidak mempengaruhi terhadap variabel dependen, artinya hipotesis ditolak.

Sebaliknya jika t-hitung lebih besar daripada t-tabel, maka variabel independen secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen, artinya hipotesis diterima.

!

!

!

!

!

!

!!

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Perusahaan industri perbankan memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan industri sektor lainnya, perbedaan yang dimaksud antara lain :

a. Hutang

Perusahaan pada umumnya mempergunakan modal yang berasal dari ekuitas maupun hutang sebagai sarana melakukan produksi, hasil dari produksi tersebut akan memberi laba pada perusahaan sedangkan perusahaan perbankan umumnya memperoleh keuntungan melalui selisih (spread) antara beban bunga yang dibayarkan kepada debitur dengan beban bunga yang diterima dari kreditur. Sehingga pada laporan laba rugi tahunan perbankan, beban bunga merupakan beban yang tertinggi dibanding dengan beban lainnya.

Ilustrasi di bawah ini mencoba menjelaskan perbedaan di atas : Pada perusahaan manufaktur pengolahan baja, bahan baku (raw material) adalah baja mentah diolah menjadi produk yang dapat dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi, sementara pada perusahaan perbankan bahan baku (raw material) adalah hutang yang “dijual” kembali dengan harga yang lebih tinggi.

b. Regulasi Pemerintah

Seluruh lembaga keuangan, termasuk Bank dibatasi oleh regulasi yang sangat ketat oleh pemerintah. Pengawasan yang ketat oleh pemerintah dapat berupa pengawasan terhadap rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) dan investasi-investasi yang dilakukan oleh Bank, hampir seluruh investasi yang dilakukan mendapat pengawasan dari pemerintah. Peraturan pemerintah “mengekang” cara investasi dilakukan, dimana investasi dilakukan, dan berapa banyak modal yang diinvestasikan, seluruhnya mendapat perhatian dari pemerintah.

Dalam kepentingan penilaian, perubahan regulasi mengakibatkan rentannya tingkat resiko dalam penentuan growth perusahaan, perubahan peraturan pemerintah menjadi salah satu pertimbangan yang penting dalam menentukan nilai perusahaan.

c. Tingkat Leverage Keuangan

Sebagaimana telah disebutkan bahwa perusahaan perbankan menggunakan hutang sebagai sumber modalnya, sehingga menyebabkan tingkat leverage perusahaan perbankan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan sektor non-perbankan. Tingginya tingkat leverage pada perusahaan perbankan mengakibatkan tingginya beban biaya yang ditanggung oleh perusahaan, baik biaya tetap operasi maupun biaya finansial. Jadi, beban atau biaya tetap sebenarnya merupakan risiko yang harus ditanggung perusahaan dalam pelaksanaan keputusan-keputusan keuangan.

Dalam perusahaan perbankan, akibat tingginya tingkat leverage,

Dalam perusahaan perbankan, akibat tingginya tingkat leverage,

Dalam dokumen PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL (Halaman 40-112)

Dokumen terkait