• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECAMATAN LOSARI, KABUPATEN CIREBON

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pesisir

2.8 Penelitian Terdahulu

Analisis fungsi produksi usahatani dilakukan oleh Lestari (2010),

penelitian tentang “Analisis Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Kangkung Anggota dan Non Anggota Kelompok Tani di Desa Bantarsari,

Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor”. Metode yang dilakukan dalah

kuantitatif dan deskriptif. Data yang diperoleh melalui wawancara langsung

dengan pengisisan kuesioner. Hasil pendugaan model fungsi Cobb-Douglas maka

diperoleh faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi kangkung

anggota kelompok tani adalah Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) dan luas

lahan.

Penelitian untuk memperkirakan nilai ekonomi perikanan telah dilakukan

oleh Wijaya (2006). Dalam penelitian ini, memperkirakan nilai ekonomi

pemanfaatan Waduk Cirata sebagai kawasan perikanan budidaya. Perikanan

budidaya dengan menggunakan media Keramba Jaring Apung. Metode yang

digunakan untuk memperkirakan besar nilai ekonomi adalah dengan

menggunakan Residual Rent. Nilai Residual Rent yang didapatkan dari penelitian

ini adalah sebesar Rp 193.744.882.532,77 dari total unit Keramba Jaring Apung

sebanyak 13.300 unit.

Rifqa (2010) melakukan “Analisis Dampak Ekonomi Keberadaan

Kawasan Wisata Pantai Sawarna terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal”. Hasil analisis menunjukan nilai Keynesian Income Multiplier yang di dapat adalah 0,39.

Nilai Ratio Income multiplier Tipe I yang dihasilkan adalah 1,27 sedangkan Ratio

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pembangunan yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi dan

peningkatan kesejahteraan masyarakat salah satunya dilakukan dengan cara

pemanfaatan sumberdaya pesisir. Pertumbuhan penduduk yang selalu diiringi oleh

peningkatan jumlah tingkat konsumsi masyarakat akan selalu menjadi alasan

utama pemanfaatan sumberdaya pesisir yang jauh lebih optimal.

Penelitian ini dilatar belakangi adanya potensi lahan tambak yang cukup

luas dimiliki Desa Ambulu. Potensi ini menjadikan usaha budidaya ikan bandeng

sebagai mata pencaharian utama hampir seluruh masyarakat desa. Hal ini juga

didukung oleh pernyataan Ketua Komisi II DPRD Kab. Cirebon bahwa Desa

Ambulu dapat menjadi daerah unggulan ikan bandeng yang dapat dijadikan

sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Besarnya potensi ini, ternyata belum

diiringi oleh pengelolaan sumberdaya pesisir serta pembangunan fasilitas yang

mendukung aktivitas usaha budidaya ikan bandeng tersebut. Hal ini cukup penting

dikarenakan keberlanjutan sektor budidaya ini tidak lepas dari peran sumberdaya

dan lingkungan pesisir sebagai sarana penunjang utama usaha perikanan di Desa

Ambulu. Besarnya tingkat ketergantungan usaha budidaya ikan bandeng terhadap

kondisi sumberdaya pesisir adalah cukup tinggi, karena sedikit perubahan dari

kualitas lingkungan wilayah pesisir, akan mampu mempengaruhi tingkat

produktivitas budidaya ikan bandeng.

Nilai pemanfaatan serta kontribusi sumberdaya pesisir untuk aktivitas

perikanan budidaya menjadi penting untuk diketahui nilainya sebagai acuan

pengelolaan sumberdaya pesisir yang optimal. Besarnya nilai pemanfaatan

22

tersebut. Oleh sebab itu, informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi ikan bandeng penting untuk diketahui.

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat secara tidak langsung akan

meningkatkan permintaan untuk komoditas ikan konsumsi. Perikanan budidaya

memiliki kecenderungan sifat lebih mudah mengatur jumlah produksi

dibandingkan dengan perikanan tangkap, oleh sebab itu peningkatan jumlah

penduduk yang sulit dihindari secara tidak langsung akan meningkatkan aktivitas

pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk kegiatan budidaya. Peningkatan aktivitas

tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi aktivitas unit usaha untuk memenuhi

kebutuhan petani tambak, sehingga akan memberikan dampak ekonomi terhadap

masyarakat lokal. Selama proses budidaya berlangsung, petani tambak akan

mengeluarkan biaya operasional tambak yang terdiri dari biaya pembelian benih

dan pakan, biaya pengelolaan tambak dan biaya lainnya. Biaya-biaya yang

dikeluarkan oleh petani tambak dapat memberikan dampak secara langsung, tidak

langsung maupun lanjutan (induced) terhadap perekonomian daerah setempat.

Biaya-biaya tersebut kemudian akan dianalisis dengan menggunakan analisis

multiplier.

Aktivitas budidaya ikan bandeng diperkirakan telah menjadi sektor yang

cukup mempengaruhi perekonomian Desa Ambulu terutama dalam hal

penyerapan tenaga kerja dan perkembangan unit usaha terkait tambak. Penelitian

ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai besarnya nilai manfaat

ekonomi pemanfaatan sumberdaya pesisir sebagai kawasan budidaya ikan

bandeng, serta dampak ekonomi yang ditimbulkan dari aktivitas budidaya

pengelolaan kawasan pesisir Desa Ambulu yang lebih baik di masa yang akan

24

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian

Dampak Ekonomi bagi Masyarakat Sekitar Analisis Regresi Langsung (direct) Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Dampak Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir sebagai Budidaya Ikan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Produksi Ikan Bandeng

Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir sebagai Kawasan Budidaya Ikan Bandeng

Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon

Tidak Langsung (indirect) Lanjutan (induced) Residual Rent

Nilai Dampak Ekonomi

Analisis Multiplier Analisis

Deskriptif

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir untuk Budidaya Ikan Bandeng

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten

Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja

(purposive) dengan mempertimbangkan bahwa belum adanya penelitian mengenai

nilai dan dampak ekonomi dari aktivitas perikanan budidaya ikan bandeng di desa

tersebut, selain itu desa tersebut mempunyai potensi lahan tambak yang cukup

besar untuk dikembangkan. Lokasi penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

Penelitian ini terbagi ke dalam beberapa tahap. Tahapan yang pertama

yaitu pra penelitian. Pra penelitian merupakan proses pengamatan masalah di

lapangan, perumusan masalah, pengembangan kerangka berpikir, hingga

penyusunan proposal. Tahapan ini dilaksanakan selama dua bulan, dimulai pada

bulan akhir Januari hingga Februari 2011. Tahapan pra penelitian akan

dilanjutkan dengan proses pengambilan data. Pengambilan data dilaksanakan

kurang lebih selama dua minggu, yaitu pada minggu kedua bulan April sampai

minggu keempat bulan April 2011. Tahapan selanjutnya adalah proses pengolahan

dan analisis data serta penyusunan skripsi. Tahapan ini dilaksanakan sampai

dengan minggu pertama bulan Agustus 2011.

4.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei.

Pengertian survei dibatasi pada pengertian survei sample dimana informasi

dikumpulkan dari sebagian populasi untuk mewakili seluruh populasi. Dalam

penelitian survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan

26

4.3 Jenis dan Sumber data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data cross

section, yaitu data aktivitas yang terkait dengan budidaya ikan bandeng yang

terjadi dalam waktu satu tahun berjalan. Menurut sumber mendapatkannya, data-

data tersebut terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh

dengan cara wawancara langsung kepada petani tambak, pemilik unit usaha, serta

tenaga kerja lokal yang beroperasi di kawasan pesisir Desa Ambulu dengan

bantuan kuesioner. Data primer yang diperlukan diantaranya :

1. Karakteristik petani tambak yang meliputi umur, tingkat pendidikan, status

usaha, lama usaha dan teknologi budidaya.

2. Biaya operasional serta investasi petani tambak dalam waktu satu tahun.

3. Struktur biaya pemilik unit usaha dan tenaga kerja lokal.

Sedangkan data sekunder yang diperlukan meliputi keadaan umum lokasi

usaha tambak, kondisi alam daerah penelitian serta data produksi dan konsumsi

produk perikanan. Keseluruhan data sekunder diperoleh melalui studi literatur.

Diantaranya dengan cara pengumpulan data dari pemerintah daerah setempat,

Badan Pusat Statistik, Kementerian Kelautan dan Perikanan, buku, internet, dan

literatur-literatur lain yang mendukung.

4.4 Metode Pengambilan Contoh

Pengambilan contoh pada penelitian ini dilakukan untuk mencari

informasi yang berkaitan dengan tujuan-tujuan penelitian. Pengambilan contoh

untuk petani tambak dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling

disesuaikan dengan kriteria tertentu. Jumlah responden petani tambak yang

diambil adalah sebanyak 48 petani tambak.

Metode pengambilan contoh untuk unit usaha dan dan tenaga kerja lokal

dilakukan dengan teknik purposive sampling dan judgement sampling, dimana

responden dipilih dan disesuaikan dengan kriteria tertentu, yaitu berdasarkan

keterwakilan dari jenis usaha budidaya ikan bandeng yang banyak di jalani oleh

masyarakat Desa Ambulu. Keuntungan dari teknik ini adalah penelitian dapat

dilaksanakan dengan cepat, mudah dan murah, serta relevan dengan tujuan

penelitian. Responden terpilih untuk unit usaha terkait dengan aktivitas budidaya

ikan bandeng adalah sebanyak 14 unit usaha dan untuk tenaga kerja sebanyak 9

orang. Pemilihan contoh 14 unit usaha didasarkan pada peran unit usaha tersebut

dalam memenuhi kebutuhan petani tambak masyarakat Desa Ambulu. Responden

unit usaha dan tenaga kerja lokal di lokasi penelitian memiliki karakteristik yang

relatif homogen.

4.5 Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan

kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan

perangkat lunak (software) Minitab 14 dan Microsoft Office Excel 2007.

4.5.1 Identifikasi Karakteristik Petani tambak, Unit Usaha Terkait, dan Tenaga Kerja lokal

Identifikasi karakteristik responden petani tambak, unit usaha, dan tenaga

kerja lokal di Desa Ambulu dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif

dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang status sekelompok manusia, suatu

28

pada masa sekarang. Analisis deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi dan

gambaran secara sitematis, aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis deskriptif dilakukan dengan

bantuan program aplikasi komputer Microsoft Office Excel 2007.

4.5.2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Ikan Bandeng

Analisis yang biasa dilakukan terkait dengan produksi bertujuan untuk

mengetahui bagaimana sumberdaya yang terbatas seperti tanah, tenaga kerja dan

modal dapat dikelola dengan baik agar produksi maksimum dapat dicapai,

Soekartawi (1994). Hubungan antara antara input yang digunakan dan output

yang dihasilkan dapat dilihat dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi,

sehingga dapat dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi.

4.5.2.1 Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi produksi adalah hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan dan

variabel-variabel yang menjelaskan. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan

untuk mengetahui hubungan antara input dan output serta mengetahui skala usaha

budidaya ikan bandeng yang aktual terjadi saat penelitian berlangsung. Pada

model ini koefisien pangkatnya menunjukan besarnya elastisitas produksi masing-

masing input dan besarnya tersebut menunjukan tingkat besaran kondisi skala

usaha (return to scale).

Kondisi Return to Scale (RTS) merupakan respon dari perubahan output

jika terjadi perubahan dari penggunaan input secara proporsional. Menurut

Soekartawi (1994) skala usaha perlu diketahui untuk mengetahui apakah kegiatan

decreasing return to scale. Jika jumlah elastisitas produksi dari fungsi Cobb-

Douglas dilambangkan dengan ∑bi, maka kondisi usaha budidaya ikan bandeng

dapat dibedakan menjadi :

1. Increasing Return to Scale, bila ∑bi > 1. Artinya bahwa proporsi penambahan

input produksi akan menghasilkan tambahan output produksi yang

proporsional lebih besar.

2. Constant Return to Scale, bila ∑bi = 1. Artinya bahwa proporsi penambahan

input produksi akan proporsional dengan penambahan output produksi yang

diperoleh.

3. Decreasing Return to Scale, bila ∑bi < 1. Artinya proporsi penambahan input

produksi melebihi proporsi penambahan output produksi.

Fungsi dengan menggunakan variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel

yang menjelaskan (X). Menurut Soekartawi (1994), kaidah-kaidah pada regresi

juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas, persamaan matematik

fungsi Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut :

Y = aX1b1X2b2...Xib3..Xnb5ε

dimana :

Y = Variabel yang dijelaskan

Xi...,Xn = Variabel yang menjelaskan

a = Intercept

b1...,b5 = Koefisien regresi yang akan diduga

ε = Galat atau error

Untuk mempermudah pendugaan terhadap persamaan maka persamaan

30

persamaan tersebut. Variabel yang digunakan untuk menduga fungsi produksi

ikan bandeng adalah produksi ikan bandeng (Y), luas tambak (X1), benih

penebaran (X2), penggunaan pupuk (X3), penggunaan obat (D1), penggunaan

pakan tambahan (D2). Dengan fungsi Cobb-Douglas ditransformasikan ke dalam

bentuk persamaan linier berganda sebagai berikut :

Ln Y = Ln a + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 D4 + b5 D5 + ε

dimana :

Y = Hasil produksi ikan bandeng (Kg)

a = Intercept

b1...,b5 = Koefisien regresi yang akan diduga

X1 = Luas tambak (m2)

X2 = Benih penebaran (ekor)

X3 = Penggunaan pupuk (Kg)

D4 = 1, untuk menggunakan obat dan 0 tidak menggunakan obat

D5 = 1,untuk menggunakan pakan tambahan dan 0 tidak menggunakan

ε = Galat atau error

4.5.2.2 Uji Kriteria Ekonometrika

Pengujian dengan menggunakan kriteria ekonometrika dilakukan untuk

mengetahui apabila terjadi pelanggaran asumsi yang digunakan dalam metode

OLS. Hal-hal yang dilihat dalam kriteria ekonometrika antara lain adalah

a. Uji Multikolinieritas (Multicolinearity)

Model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi masalah

multikolinearitas, yaitu terjadinya korelasi yang kuat antar variabel-variabel

bebas. Multikolinearitas terjadi akibat adanya korelasi yang tinggi di antara

peubah bebasnya. Masalah multikolineritas dapat dilihat dari nilai VIF dengan

persamaan :

I VIF =

I – R2

R2 adalah koefisien determinasi dari regresi variabel bebas ke-j dengan variabel bebas lainnya. Nilai VIF yang lebih besar dari 10 menunjukkan adanya

masalah kolinearitas pada peubah tersebut. Multikolinearitas dapat menyebabkan

adanya pelanggaran terhadap asumsi OLS adalah exact multicolinearity

(multikolinearitas sempurna). Jika dalam suatu model terdapat multikolinearitas

yang sempurna maka akan diperoleh nilai R2 yang tinggi tetapi tidak ada koefisien variabel bebas yang signifikan.

b. Normalitas

Salah satu cara mengecek normalitas adalah dengan probabilitas normal.

Melalui probability plot of RESI 1 ini masing-masing nilai pengamatan

dipasangkan dengan nilai harapan distribusi normal. Normalitas terpenuhi apabila

titik-titik data terkumpul disekitar garis lurus, selanjutnya dilakukan analisis

dengan Kolmogorov Smirnov (KS).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat

ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan yang lain.Model regresi

32

residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut

homoskedastisitas. Pengujian dilakukan dengan melihat plot antara residu dengan

prediksinya. Jika bentuk tebaran plot tersebut menyebar secara acak dan tidak

membentuk suatu pola, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Autokorelasi merupakan gangguan pada fungsi regresi yang berupa

korelasi diantara faktor gangguan. Ada beberapa prosedur atau cara untuk

mengetahui adanya autokorelasi pada suatu model regresi. Uji Durbin-Watson

(Uji D-W) merupakan salah satu cara mendeteksi apakah tidak ada autokorelasi

yang paling sering digunakan. Uji ini dapat digunakan untuk sembarang sampel,

baik besar ataupun kecil, tetapi D-W hanya berhasil baik apabila autokorelasinya

berbentuk autokorelasi linier orde pertama, artinya faktor pengganggu et

berpengaruh kepada faktor pengganggu et-1. Untuk melihat ada tidaknya

autokorelasi, dapat digunakan ketentuan sebagai berikut (Firdaus, 2004)

Tabel 3. Uji Autokorelasi (Firdaus, 2004)

D-W Kesimpulan Kurang dari 1,10 1,10 dan 1,54 1,55 dan 2,46 2,46 dan 2,90 Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Tidak ada autokorelasi Tanpa kesimpulan Ada autokorelasi

4.5.3 Estimasi Nilai Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir untuk Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng

Pendekatan produktifitas memandang sumberdaya alam sebagai input dari

produk akhir yang kemudian digunakan oleh masyarakat luas. Menurut

ekologi-ekonomi dalam konteks metode pendekatan produktifitas di awali dengan

melakukan identifikasi input sumberdaya, output (produksi sumberdaya) dan

residual sumberdaya dari sebuah proyek.

Penelitian ini menggunakan pendekatan residual rent untuk menghitung

nilai ekonomi dari kegiatan budidaya ikan bandeng. Residual rent didefinisikan

sebagai selisih antara biaya dari faktor produksi yang digunakan dalam suatu

pemanfaatan sumberdaya dengan nilai total hasil panen usaha tersebut. Residual

rent dapat juga dipandang sebagai kontribusi dari ekosistem alami atau faktor

pendapatan guna memperoleh nilai ekonomi total dari suatu pemanfaatan

sumberdaya.

Perhitungan yang dilakukan pada penelitian ini hanya untuk melihat nilai

residual rent selama satu tahun. Dalam hal ini tidak dilakukan perhitungan

terhadap nilai daya dukung optimal lingkungan terhadap jumlah tambak dan nilai

residual rent.

4.5.4 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Budidaya Ikan Bandeng terhadap Masyarakat Lokal

Dampak ekonomi ini diukur dengan menggunakan efek pengganda

(multiplier) dari arus uang yang terjadi. Dampak ekonomi aktivitas budidaya ikan

bandeng terhadap masyarakat lokal dapat diukur dengan dua tipe pengganda,

yaitu:

1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa

besar pengeluaran petani tambak berdampak pada peningkatan pendapatan

34

2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak

langsung yang dirasakan dari pengeluaran petani tambak yang berdampak

terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak

langsung (indirect) dan lanjutan (induced). Ratio Income Multiplier Tipe I

menggambarkan nilai dampak tidak langsung dari pengeluaran petani tambak,

sedangkan Ratio Income Multiplier Tipe II merupakan ukuran dari dampak

lanjutan. Secara matematis dirumuskan :

Keynesian Local Income Multiplier Ratio Income Multiplier, Tipe I

Ratio Income Multiplier, Tipe II

dimana :

E : tambahan pengeluran petani tambak (Rupiah)

D : pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rupiah) N : pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rupiah) U : pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rupiah)

Selanjutnya hasil analisis multiplier ini dapat digunakan sebagai acuan

atau rekomendasi untuk kebijakan pengelolaan dan pengembangan kawasan

pesisir Desa Ambulu. Perhitungan nilai multiplier dilakukan dengan bantuan

program aplikasi komputer Microsoft Excel 2007.

Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah secara kualitatif dan

kuantitatif. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat

Tabel 4. Matriks Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Sumber Data Metode

Analisis Data

1 Mengidentifikasi karakteristik

petani tambak, unit usaha dan tenaga kerja lokal di Desa Ambulu Kecamatan Losari

Data primer berupa wawancara menggunakan kuesioner dan data

sekunder dari pihak-pihak terkait

Analisis deskriptif

2 Mengkaji faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ikan bandeng

Data primer (wawancara menggunakan kuesioner)

Analisis regresi

3 Mengestimasi nilai ekonomi

pemanfaatan sumberdaya

pesisir untuk budidaya ikan bandeng

Data sekunder dan data primer (wawancara menggunakan kuesioner)

Residual Rent

4 Analisis dampak ekonomi

aktivitas budidaya ikan

bandeng terhadap masyarakat lokal

Data primer berupa wawancara dengan menggunakan kuesioner

Analisis

Multiplier

4.6 Batasan Penelitian

1) Siklus produksi adalah waktu yang dibutuhkan dalam satu kali masa

penebaran sampai masa panen. Satu siklus produksi dalam usaha budidaya

ikan bandeng ini adalah 4-5 bulan.

2) Faktor produksi adalah segala sesuatu yang dapat mempengaruhi output

(produksi ikan bandeng). Faktor produksi yang diduga dapat mempengaruhi

produksi ikan bandeng adalah jumlah tambak (unit), benih penebaran

(ekor/musim), pupuk (kg/musim), penggunaan obat, dan pakan tambahan

(kg/musim).

3) Produksi adalah berat total ikan bandeng yang dihasilkan dalam satu musim

36

4) Osla adalah benih ikan bandeng yang digunakan oleh petani tambak Desa

Ambulu untuk disebar dalam petakan tambak. Osla merupakan ikan bandeng

yang telah mengalami masa pendederan selama dua minggu dengan ukuran 2-

4 cm.

5) Petani Tambak adalah orang yang bekerja sebagai pembudidaya ikan bandeng

di Desa Ambulu.

6) Nilai ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya pesisir dinilai dari harga pasar

usaha perikanan budidaya ikan bandeng yang berlaku saat penelitian

berlangsung.

7) Residual Rent adalah selisih antara harga total produksi dengan biaya total

faktor produksi, dinyatakan dalam rupiah.

8) Nilai Residual Rent yang diestimasi didalam penelitian ini adalah nilai

pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk usaha budidaya ikan bandeng di Desa

Ambulu selama satu tahun.

9) Unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menjadi responden adalah masyarakat

lokal di Desa Ambulu yang bergerak di sektor budidaya ikan bandeng.

10) Analisis dampak ekonomi dilihat dalam skala kecil, yaitu dampak terhadap

masyarakat lokal Desa Ambulu.

11) Analisis dampak ekonomi dilihat dari sisi arus uang yang terjadi di sekitar

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN OBYEK PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara administratif Desa Ambulu merupakan salah satu desa yang

terletak di Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon dan merupakan salah satu desa

pesisir di Pantai Utara Jawa. Jarak pusat pemerintahan desa dengan beberapa

pusat pemerintahan lainnya yaitu :

Ibukota Kecamatan : 3 Km

Ibukota Kabupaten Cirebon : 46 Km

Ibukota Provinsi jawa Barat : 175 Km

Ibukota Negara RI : 312 Km

Secara administratif Desa Ambulu terdiri dari 5 dusun. Desa juga

berbatasan dengan beberapa wilayah. Berikut adalah batas-batas Desa Ambulu:

Sebelah Utara : Laut Jawa

Sebelah Barat : Desa Malakasari, Kecamatan Gebang

Sebelah Selatan : Desa Kalisari, Kecamatan Losari

Sebelah Timur : Desa Kalisari, Kecamatan Losari

Desa Ambulu termasuk daerah berdataran rendah dengan suhu rata-rata

250C – 270C. Iklim di pesisir Desa Ambulu tidak dapat dilepaskan dari sistem iklim Indonesia. Iklim di Wilayah Indonesia dipengaruhi oleh angin muson yang

mengakibatkan dua musim yaitu musim barat dan musim timur4. Musim barat terjadi pada bulan Desember sampai bulan Februari sedangkan angin musim timur

mencapai puncaknya pada bulan Juni sampai Agustus.

38

Informasi mengenai waktu angin musim menjadi penting karena

mempengaruhi terjadinya gelombang laut. Tinggi rendahnya gelombang laut akan

menjadi perhatian tersendiri bagi petani tambak karena terkait dengan keadaan

tambak mereka. Petani tambak di Desa Ambulu sering mengalami kerugian

karena lahan tambak mereka terkena banjir rob, yang disebabkan oleh tingginya

gelombang laut yang terjadi5.

5.2 Kondisi Sosial Ekonomi Lokasi Penelitian

Desa Ambulu memiliki luas wilayah sebesar 1.210.527 hektar terdiri dari

lahan persawahan 337,229 hektar, lahan pemukiman 19.705 hektar dan luas area

Dokumen terkait