• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Terhadap Pelaku Usaha Telepon Seluler

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Penelitian Terhadap Pelaku Usaha Telepon Seluler

Penelitian terhadap pelaku usaha telepon seluler juga dilakukan, dengan menyebarkan kuisioner sebanyak 83 sampel dari 83 pelaku usaha telepon seluler

yang ada di World Trade Centre (WTC) Surabaya. Hasil penelitian terhadap pelaku

usaha telepon seluler di World Trade Centre (WTC) Surabaya ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Jumlah dan Persentase Jawaban Kuisioner Untuk Pelaku Usaha Telepon Seluler di World Trade Centre Surabaya

No. Pilihan J awaban Pesentase J awaban ∑ %

A B C D E A B C D E 1 38 31 14 45,8 37,3 16,9 83 100 2 2 11 15 12 43 2,4 13,2 18,1 14,4 51,8 83 100 3 35 34 50,7 49,3 83 100 4 31 1 2 91,2 2,9 5,9 83 100 5 8 26 23,5 76,5 83 100 6 33 9 26 1 47,8 13 37,7 1,4 83 100 7 27 7 11 60 15,5 24,4 83 100 8 20 11 12 2 44,4 24,4 26,6 4,4 83 100

(Sumber : Hasil Penelitian, 2011)

Penelitian ini dilakukan juga di Plaza Marina Surabaya, dengan menyebarkan kuisioner seperti di WTC Surabaya sebanyak 99 sampel dari 99 pelaku usaha telepon seluler. Penyebaran kuisioner di kedua lokasi penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui pola alir e-waste telepon seluler di Surabaya.

Tabel 4.5 Jumlah dan Persentase Jawaban Kuisioner Untuk Pelaku Usaha Telepon Seluler di Plaza Marina Surabaya

No. Pilihan J awaban Persentase J awaban ∑ %

A B C D E A B C D E 1 75 22 2 75,7 22,2 2 99 100 2 7 7 12 28 45 7 7 12 28,3 45,4 99 100 3 27 10 60 27,8 10,3 61,8 99 100 4 65 5 92,8 7,1 99 100 5 3 67 4,3 95,7 99 100 6 80 11 5 1 82,5 11,3 5,1 1 99 100 7 16 2 6 66,6 8,3 25 99 100 8 1 12 10 1 4,2 50 41,6 4,2 99 100

(Sumber : Hasil Penelitian, 2011)

Setelah melakukan penyebaran kuisioner di kedua lokasi penelitian terhadap

pelaku usaha telepon seluler, agar mempermudah untuk mengetahui pola alir e-waste

telepon seluler di Surabaya dilakukan rekapitulasi dengan menjumlahkan data-data yang telah didapat dari kedua lokasi tersebut.

Hasil rekapitulasi dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Jumlah dan Persentase Jawaban Kuisioner Untuk Pelaku Usaha Telepon Seluler di World Trade Centre Surabaya dan Plaz Marina Surabaya

No. Pilihan J awaban Persentase J awaban ∑ %

A B C D E A B C D E 1 113 53 16 62,1 29,1 8,8 182 100 2 9 18 27 40 88 4,9 9,9 14,8 22 48,3 182 100 3 62 10 94 37,3 6 56,6 182 100 4 96 6 2 92,3 5,8 1,9 182 100 5 11 93 10,6 89,4 182 100 6 113 20 31 2 68,1 12 18,7 1,2 182 100 7 43 9 17 62,3 13 24,6 182 100

Dalam perhitungan data kali ini, beberapa pertanyaan tidak mencapai jumlah sampel yang telah ditentukan sebelumnya, hal ini terjadi karena tergantung dari jenis pertanyaan dalam kuisioner yang telah disebarkan. Untuk soal nomer 3 dan nomer 6 digunakan sampel dari jumlah jawaban A dan B pada soal nomer 1. Soal nomer 4 dan nomer 5 menggunakan jumlah sampel dari jumlah jawaban B dan C pada soal nomer 3, sedangkan pada nomer 7 dan nomer 8 menggunakan sampel dari jumlah jawaban B dan C pada soal nomer 1.

Dari hasil survey terhadap 182 pelaku usaha telepon seluler di World Trade Centre (WTC) dan Plaza Marina Surabaya, menunjukkan bahwa sebagian besar responden merupakan pedagang telepon seluler (62%), pedagang dan jasa reparasi hanya sebesar 29%, sisanya 9% merupakan jasa reparasi saja (Gambar 4.9).

Hal ini menunjukkan bahwa usaha jual beli ponsel lebih menguntungkan daripada usaha reparasi. Kenyataan ini berkaitan dengan cepatnya penggantian ponsel dalam masyarakat yang perkembangan yang pesat fitur-fitur baru dan menarik (Triwiswara dan Damanhuri, 2009).

Menurut para pedagang di kedua lokasi penelitian menyebutkan banyak konsumen yang mengganti ponsel mereka meskipun masih berfungsi normal.

Gambar 4.9 Jenis Usaha Responden 62% 29%

9%

Pedagang

Pedagang dan Jasa Reparasi

Jasa Reparasi

Berdasarkan umur usaha dari pelaku usaha ponsel, mayoritas responden membuka usaha mereka >5 tahun yang lalu dengan persentase 48%, menurut para pedagang hal ini disebabkan karena usaha ponsel mulai menunjukkan kemajuan yang pesat sejak tahun 2004 seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat. Hasil persentase lainnya dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10 Umur Usaha Responden 5% 10% 15% 22% 48% <6 Bulan 6-12 Bulan 1-3 Tahun 3-5 Tahun >5 Tahun

Dalam usaha jual beli telepon seluler, ponsel dibagi menjadi dua macam yaitu ponsel baru dan ponsel second, begitu pula yang diperjual belikan di WTC dan Plaza Marina Surabaya. Kebanyakan pelaku usaha di kedua tempat tersebut melakukan jual beli ponsel baru (57%), sebesar 37% melakukan jual beli ponsel baru dan ponsel

second, dan sisanya sebesar 6% melakukan jual beli ponsel second (Gambar 4.11). Hal ini terjadi karena harga ponsel baru yang ditawarkan oleh dealer atau distributor resmi dengan para pelaku usaha telepon seluler di kedua lokasi tersebut sangat bersaing, ada pelaku usaha bersedia memberikan tambahan fitur apabila konsumen membeli di tempatnya.

Sering terjadi pula harga ponsel baru yang ditawarkan oleh para pelaku usaha telepon seluler lebih murah dibandingkan di dealer atau distributor resmi.

Gambar 4.11 Jenis Barang yang Diperjual belikan 37%

6% 57%

Baru Second

Baru dan Second

Pada Gambar 4.12 para pelaku usaha mendapatkan ponsel second sebagian besar dari masyarakat pengguna ponsel di Surabaya yang mendatangi konter mereka

(92%), 6% ponsel second mereka dapatkan dari pedagang lain di lokasi yang sama, sisanya sebanyak 2% melakukan hunting ponsel second di luar Surabaya seperti Sidoarjo.

Gambar 4.12 Sumber Barang Second

92% 6% 2%

Masyarakat Pedagang Lain Luar Surabaya

Pada Gambar 4.13 ditunjukkan persentase kondisi ponsel second yang

diterima oleh pelaku usaha telepon seluler di kedua lokasi penelitian. Mayoritas responden menerima ponsel second yang hanya layak pakai saja (90%), sedangkan yang menerima segala kondisi rusak maupun hanya rusak ringan sebesar 10% responden saja.

Gambar 4.13 Kondisi Ponsel Second yang Diterima 10%

0%

90%

Segala Kondisi

Rusak yang Masih Dapat Diperbaiki

Hanya yang Layak Pakai

Pada Gambar 4.14 ditunjukkan persentase perlakuan responden terhadap ponsel yang tidak laku. Mayoritas pelaku usaha akan menjual murah ponsel tersebut (68%). Hanya 19% yang menjual ke pedagang lain karena menurut pendapat mereka, pedagang lain pun enggan untuk menjual barang yang kurang diminati pengguna telepon seluler. Sebesar 12% responden memilih untuk menyimpannya saja karena merasa yakin bahwa barang tersebut akan laku dalam waktu singkat. Sisanya 1% memilih membuang ponsel yang tidak laku karena sudah tidak mungkin lagi ada peminatnya.

Gambar 4.14 Perlakuan Responden Terhadap Barang yang Tidak Laku 68% 12% 19% 1% Dijual Murah Disimpan

Dijual Ke Pedagang Lain Dibuang

Berdasarkan hasil kuisioner, mayoritas pelaku usaha sering mendapatkan keluhan dari pengguna telepon seluler mengenai kerusakan pada software, keluhannya berupa tiba-tiba ponsel tidak dapat beroperasi lagi dikarenakan ada software yang terkena virus (62%), diikuti komponen internal seperti IC CPU, IC RF, IC Flash sebesar 25%, dan komponen eksternal seperti LCD, speaker, keypad, dan mic sebesar 13%.

Komponen Eksternal dan Internal sangat berbahaya bagi lingkungan, hal ini ditunjukkan dengan salah satu penemuan penting kajian dampak telepon seluler terhadap lingkungan yang dilaksanakan oleh Nokia dan pihak-pihak yang terlibat adalah bahwa Printed Wiring Board (PWB), Integrated Circuit (ICs), dan Liquid Crystal Display (LCD) merupakan komponen yang memiliki dampak tertinggi terhadap lingkungan (NOKIA,2005).

Gambar 4.15 Komponen HP yang Paling Sering rusak 62% 13% 25% Software Komponen Eksternal Komponen Internal

Proses perbaikan ponsel menghasilkan sampah komponen yang rusak atau tidak terpakai (Triwiswara dan Damanhuri, 2009). Sebagian besar sampah tersebut ikut tercampur dan terbuang bersama sampah domestik.

Mayoritas pelaku usaha reparasi ponsel membuang sampah tersebut bersamaan dengan sampah domestik ke dalam keranjang sampah mereka (34%), sebesar 32% menyerahkannya kepada konsumen, tetapi pada kenyataannya di dalam kuisioner pengguna telepon seluler sebelumnya menyatakan bahwa mayoritas pengguna telepon seluler menolak membawa sisa reparasi tersebut dan memilih menyerahkannya kepada tukang servis, dan 30% responden memilih untuk menyimpannya untuk digunakan kembali dengan sistem kanibal. Sisanya sebesar 4% memilih untuk menjualnya kepada pengepul untuk menambah penghasilan mereka. Persentase dapat dilihat pada Gambar 4.16.

Gambar 4.16 Perlakuan Terhadap Sisa Kegiatan Reparasi 30% 34% 32% 4% Disimpan Dibuang Diserahkan Kepada Konsumen Dijual Ke Pengepul

Dokumen terkait