• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Penelitian Terkait dengan Tanaman Ketumbar

Penelitian sebelumnya telah dilakukan pada tumbuhan ketumbar mulai dari biji, daun, akar, dan batang. Berikut penelitian mengenai khasiat dari tumbuhan ketumbar yang dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Penelitian Mengenai Khasiat dari Tumbuhan Ketumbar Bagian yang digunakan Bahan Uji Khasiat Rujukan

Biji Ekstrak Diuretik Aissaoui dkk., 2008

Daun Ekstrak Antidiare Nithya, 2015

Biji Ekstrak Analgetik Paarakh dan Rupesh, 2016

Biji Serbuk Antijamur Zeb dkk., 2018

Daun Ekstrak Antioksidan Tansos, 2019 Pengujian aktivitas diuretik menggunakan ekstrak kental biji ketumbar dengan infus secara intravena berlanjut pada tikus yang telah dianastesi dengan pembanding obat furosemida. Kesimpulan didapat bahwa efek diuresis dari paling kecil ke paling besar yaitu ekstrak kental biji ketumbar dengan konsentrasi 40 mg/kg,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

9

ekstrak kental biji ketumbar dengan konsentrasi 100 mg/kg, dan furosemide 10 mg/kg (Aissaoui dkk., 2008).

Pengujian aktivitas antidiare menggunakan ekstrak kental daun ketumbar pada tikus albino wistar diinduksi menggunakan minyak jarak dengan pembanding loperamide. Kesimpulan didapat bahwa efek antidiare dari terendah ke tertinggi yaitu ekstrak kental daun ketumbar 150 mg/kg sebesar 58,53%, loperamide 3 mg/kg sebesar 75,03% dan ekstrak kental daun ketumbar 300 mg/kg sebesar 82,09%, (Nithya, 2015).

Aktivitas analgetik dari ekstrak metanol buah ketumbar 75% dengan metode Eddy hot plate dan metode tail flick dengan pembanding paracetamol 100 mg/kg

diketahui bahwa metode Eddy hot plate menunjukan bahwa dosis 100 mg/kg lebih efektif daripada dosis 200 mg/kg, 400 mg/kg dan paracetamol 100 mg/kg sedangkan pada metode tail flick dosis 400 mg/kg lebih efektif daripada dosis 100 mg/kg, 200 mg/kg dan paracetamol 100 mg/kg (Paarakh dkk., 2016).

Dampak pemberian suplemen bubuk bawang putih dan ketumbar dosis 2 g/hari terhadap indeks massa tubuh, profil lipid, dan tekanan darah pasien hyperlipidemia didapat bahwa bubuk bawang putih tanpa kombinasi menunjukkan kemanjuran tertinggi terhadap indeks massa tubuh, kolesterol total, kolestrol baik dan kolestrol jahat, bubuk ketumbar menurunkan kadar kolestrol total, trigliserida, dan indeks massa tubuh sedangkan campuran biji bawang putih dan ketumbar lebih efektif dalam mengurangi tingkat trigliserida subjek (Zeb dkk., 2018).

Pengujian aktivitas antioksidan dari ekstrak kental etanol daun ketumbar, ekstrak etil asetat dan ekstrak kental n-heksan menunjukan bahwa ekstrak kental etanol lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etil etil asetat dan ekstrak kental n-heksan (Tansos, 2019).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

10 2.3 Mineral

Mineral merupakan konstituen anorganik penting dalam tubuh. Namun terdapat perbedaan yang tergantung pada konsentrasinya. Mineral digolongkan ke dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari, sedangkan mineral mikro dibutuhkan kurang dari 100 mg sehari. Jumlah mineral mikro dalam tubuh kurang dari 15 mg. Yang termasuk mineral makro adalah natrium, kalium, kalsium, fosfor, magnesium dan sulfur. Adapun yang termasuk mineral mikro adalah besi, seng, boron, kromium, iodin, dan tembaga (Almatsier, 2002; Groeber, 2009).

2.3.1 Besi

Besi merupakan transpor oksigen dalam molekul hemoglobin. Selain itu terdapat juga dalam mioglobin yang berfungsi untuk menyediakan oksigen bagi otot. Berfungsi sebagai bagian dari beberapa sistem enzim, produksi energi, maupun sistem imun (Barasi, 2009). Besi memproduksi hemoglobin yang berfungsi dalam pengangkutan oksigen dari paru–paru ke jaringan tubuh, pengangkutan elektron dalam sel dan sintesis enzim (Mulyaningsih, 2009).

Besi dapat ditemukan pada daging, ikan, telur, dan hati. Hati merupakan sumber yang kaya akan besi. Hemoglobin dan mioglobin dalam makanan tersebut menyediakan besi hem, yang diabsorbsi dengan baik. Besi non–hem terutama terkandung dalam makanan nabati seperti serealia, legum (polong–polongan), dan sayuran–sayuran (Barasi, 2009).

Kekurangan besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunkan kebugaran tubuh, menurunkan kemampuan kerja, menurunkan kekebalan tubuh, dan gangguan penyembuhan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

11

luka. Kelebihan besi jarang terjadi pada makanan, tetapi dapat disebabkan oleh suplemen besi. Gejalanya adalah muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, dan pingsan (Almatsier, 2002).

Menurut Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1998 menetapkan angka kecukupan besi per hari Indonesia adalah bayi (3–5 mg), usia 1–9 tahun (8–10 mg), usia 10–60 tahun (15 mg) baik pria maupun wanita, ibu hamil (5 mg), ibu menyusui (10 mg) (Almatsier, 2002).

2.3.2 Kalium

Kalium merupakan ion intraseluler utama, sebagian besar berikatan dengan protein dan fosfat. Memiliki peran esensial bagi keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam–basa, penjalaran impuls saraf, dan kontraksi otot. Diregulasi oleh aktifitas hormon ekskresi ginjal (Barasi, 2009).

Kebutuhan kalium ditaksir sebanyak 2000 mg sehari. Kekurangan kalium dapat terjadi karena kebanyakan kehilangan melalui saluran cerna dan ginjal.

Kehilangan banyak melalui saluran cerna dapat terjadi karena muntah–muntah, diare kronis dan kebanyakan menggunakan laksan. Kekurangan kalium menyebabkan lemah, lesu, kehilangan nafsu makan dan konstipasi. Kelebihan kalium akut dapat terjadi bila konsumsi melalui saluran cerna atau tidak melalui saluran cerna melebihi 12 g/m2 permukaan tubuh sehari (18 g untuk orang dewasa) tanpa diimbangi oleh kenaikan ekskresi (Almatsier, 2002).

Kalium terdistribusi luas dalam makanan terutama yang berasal dari tumbuhan, sumber yang kaya kalium antara lain pisang, buah kiwi, alpukat, kentang, bayam, serealia serta susu dan produk olahannya dapat berguna sebagai sumber kalium jika dikonsumsi secara teratur. Makanan olahan sering kali mengandung kalium yang rendah (Barasi, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

12 2.3.3 Natrium

Natrium merupakan kation ekstraseluler utama, juga ditemukan dalam tulang, memiliki peran dalam keseimbangan air, konduksi saraf, dan transport aktif melintasi membran sel. Diregulasi oleh beberapa hormon, termasuk golongan angiotensin dan aldosteron, serta oleh ekskresi ginjal (Barasi, 2009).

Taksiran kebutuhan natrium sehari untuk orang dewasa sebanyak 500 mg.

Kekurangan natrium menyebabkan kejang, dan kehilangan nafsu makan.

Kekurangan natrium dapat terjadi sesudah muntah, diare, keringat berlebihan.

Kelebihan natrium dapat menimbulkan keracunan yang dalam keadaan akut menyebabkan edema dan hipertensi (Almatsier, 2002).

2.3.4 Seng

Seng merupakan mineral mikro yang terdapat dalam semua sel tubuh makhluk hidup, termasuk tubuh manusia. Seng dapat menstimulasi aktivitas 100 macam enzim dan terlibat sebagai kofaktor pada 200 jenis enzim lainnya.

Kekurangan asupan seng menyebabkan rendahnya sistem imunitas (kekebalan) tubuh. Seng juga berperan membantu memelihara fungsi indra penciuman pengecap, dibutuhkan dalam biosintesis asam deoksiribonukleat dan diduga sebagai aktivator enzim kolagen sintetase, yaitu suatu enzim yang berperan dalam biosintesis kolagen dan meningkatkan perbaikan jaringan. Kelebihan asupan seng dalam tubuh (>100 mg/hari), juga berbahaya karena dapat menyebabkan toksisitas, seperti penurunan sistem imunitas, anemia, kekurangan Cu dalam tubuh, dan pengurangan kadar high density lipoprotein (HDL) kolesterol di dalam peredaran darah (Mulyaningsih, 2009).

Menurut Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 1998 menetapkan angka kecukupan zink per hari Indonesia adalah bayi (3–5 mg), usia 1–9 tahun (8–10 mg),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

13

usia 10–60 tahun (15 mg) baik pria maupun wanita, ibu hamil (20 mg), ibu menyusui (25 mg) (Almatsier, 2002)

Dokumen terkait