• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berikut ini beberapa pencapaian dalam penelitian terdahulu yang telah dilakukan dan memiliki kesamaan aspek dengan penelitian ini, diantaranya adalah :

1. Park, Naesun, Ieda, Hitoshi and Yoon, Hyuk Ryul. 2003. The Feasibility Study On The New Transit System Implementation To The Congested Area In Seoul. Journal of the Eastern Asia Society for Transportation Studies. Vol.5. 3169-3178.

Menjelaskan bahwa dalam menerapkan suatu sistem transit baru terlebih dahulu harus dilakukan suatu uji terhadap kelayakan sistem tersebut. Di dalam

penelitian ini dijelaskan dalam melakukan studi kelayakan suatu sistem transit, langkah yang harus diambil terlebih dahulu adalah menentukan sebuah rute yang memiliki perkiraan tingkat permintaan paling baik terhadap sistem tersebut. Kemudian selanjutnya melakukan suatu prediksi permintaan terhadap transportasi dan pembagian zona transportasi berdasarkan data OD yang telah ada. Selanjutnya dilakukan survey SP (Stated Preference) untuk dapat memperkirakan berbagai parameter pemilihan moda terhadap perilaku masing-masing individu. Kemudian dilakukan sistem penyeleksian terhadap pemilihan moda transit baru dengan memeriksa dari sudut pandang keberlanjutan ekonomi dan finansial. Untuk indeks analisis kelayakan digunakan Net Present Value (NPV), B/C ratio (Rasio Biaya/Keuntungan), dan tingkat pengembalian (IRR).

2. Baek, Joo Hyun, et al. 2007. The Economic Feasibility Study for Introduction of Urban Transit Maglev Train. Proceeding of the Eastern Asia Society for Transportation Studies. Vol. 6.

Menjelaskan bahwa sebelum melakukan analisis kelayakan ekonomi, terlebih dahulu perlu dihitung Benefit-Cost Ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur faktor-faktor kuantitatif dan kualitatif karena kadang-kadang manfaat dan biaya tidak dapat diukur secara eksklusif dalam hal finansial. Langkah kedua adalah melakukan perhitungan terhadap nilai dari Net Present Value (NPV), dimana ini merupakan suatu metode standar untuk penilaian finansial suatu proyek jangka panjang. Selanjutnya langkah ketiga adalah perlu dilakukan perhitungan terhadap nilai Internal Rate of Return (IRR). Internal

Rate of Retun (IRR) adalah suatu metode penganggaran modal yang biasa digunakan oleh suatu perusahaan untuk memutuskan apakah mereka harus membuat investasi jangka panjang terhadap suatu proyek. Sebuah proyek adalah proposisi investasi yang baik jika nilai IRR lebih besar dari tingkat pengembalian yang dapat diterima oleh investasi alternatif (investasi dalam proyek-proyek lain, membeli obligasi, atau menempatkan uang di rekening bank). Periode analisis biasanya 30 tahun di industri kereta api umum dan 20 tahun di angkutan kereta perkotaan maglev dalam kerangka teknologi baru. Dalam studi ini, kelayakan ekonomi konservatif dianalisis dalam waktu 10 tahun periode analisis.

3. Abubakar, Iskandar. 1997. Financing Jakarta’s Mass Transit System. Proceeding of the Eastern Asia Society for Transportation Studies. Vol. 1. 263-275.

Menjelaskan mengenai finansial dari suatu proyek sistem transit massal. Disini dijabarkan bahwa biaya dari proyek ini terdiri atas Construction Cost (Biaya Pembangunan), Land and Replacement Cost (Biaya tanah dan Ganti Rugi), serta Biaya Operasi dan maintenance, sedangkan Pengembalian dari proyek ini diharapkan diperoleh dari Pendapatan langsung yang dalam hal ini berasal dari pendapatan farebox (tiket), membiarkan konsesi dalam stasiun dan menyewa ruang iklan dalam stasiun, kemudian ada juga pengembalian yang diperoleh dari Pengembangan Properti yang dalam hal ini Pendapatan tidak langsung untuk MRT dapat diperoleh dari penjualan Hak Pengembangan Properti (PDR). Disini juga dijelaskan bahwa struktur kepemilikan dari proyek

ini menggunakan bentuk kemitraan pemerintah dan swasta, atau yang sering disebut PPP (Public Private Partnership) dikarenakan Konsep generik dari PPP memanfaatkan potensi kontribusi sektor swasta dapat membuat proyek melalui pengaksesan keterampilan sektor swasta dalam cara yang lebih efektif dibandingkan melalui pendekatan pekerjaan umum yang normal.

4. Parekh, Jwalant A., Raval, N. G. and Dodiya, Drupad. 2013. Overview Of Monorail Rapid Transit System. Journal Of Information, Knowledge And Research In Computer Engineering. Vol. 02. Issue-02. ISSN 0975-6760. 285-291.

Disini dijelaskan sedikit gambaran beberapa jenis monorel yang telah dipakai di dunia. Chongqing Monorail merupakan Sistem monorel ALWEG jenis pertama China secara resmi dibuka pada tanggal 18 Juni 2005 di Chongqing, Cina. Monorel ini mampu membawa penumpang hingga 30.000 penumpang/jam pada jam-jam sibuk. Kemudian ada Kozhikode Monorail yang digunakan di Kota Kozhikode yang merupakan ibukota tradisional Utara Kerala dan kota yang paling penting dari wilayah Malabar. Yang paling canggih adalah Sistem Komunikasi Berbasis Pengendali Kereta (CBTC), umumnya sesuai dengan IEE 1474 dan ATS (Pengawasan Kereta Otomatis) telah diusulkan untuk Kozhikode Monorail Project. Tokyo Monorail, Monorel ini telah beroperasi tanpa cacat sejak tahun 1964 ketika dibuka dalam waktu untuk Olimpiade tahun itu. Monorel ini juga merupakan monorel dengan catatan jalur tersibuk di dunia. Ini merupakan contoh terbaik dari kemampuan beradaptasi monorel untuk Lingkungan Sekitarnya. Selanjutnya ada Mumbai

Monorail, monorel ini terdiri dari 4 rangkaian gerbong dengan kapasitas kereta maksimum 568, dan memiliki kecepatan desain 80 Km/jam. Monorail Mumbai ini memiliki jam operasional sekitar 500-2400 jam. Dalam jurnal ini juga dijelaskan karakteristik-karakteristik dari sistem monorel dimana dikatakan bahwa monorel paling cocok untuk jarak 6-50 Km. Monorel dapat berfungsi sebagai penghubung dari daerah sub perkotaan ke daerah CBD.

5. Lubis, Harun Al-Rasyid Sorah, et al. 2003. Future Feasibility Study Procedure for Indonesia Railway. Proceeding of the Eastern Asia Society for Transportation Studies. Vol. 4. 57-72.

Menjelaskan mengenai kerangka metodologi penilaian suatu kelayakan, dimana langkah-langkah dalam analisis kelayakan dimulai dari yang pertama sekali adalah penetapan Stakeholder yang terlibat dalam analisis kelayakan proyek ini, kemudian dilakukan penetapan pilihan alternatif yang tersedia dalam studi kelayakan ini, Dalam hal ini perlu dipastikan bahwa pilihan alternatif dapat dibandingkan satu sama lain untuk setiap aspek. Selanjutnya adalah penentuan kriteria yang harus mempertimbangkan pengaruh hasilnya, baik jangka panjang strategis dan atau pengaruh kecil dan sementara. Pada dasarnya, kriteria dapat berupa kuantitatif atau kualitatif. Kemudian dilakukan penilaian dampak/metode pengukuran, dimana dijelaskan disini bahwa untuk kriteria yang berhubungan dengan biaya, harga pasar langsung mungkin layak untuk digunakan, tetapi untuk kriteria yang tidak memiliki 'pasar' perlu ditemukan metode pengukuran, misalnya dengan menggunakan kuasi pasar dan lain sebagainya. Tahap berikutnya adalah penentuan Nilai Utilitas, dimana ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan, terkait dengan skala

pengukuran, normalisasi, arah penilaian dan metode pengukuran. Kemudian dilakukan penentuan Kriteria Pembobotan terhadap berbagai aspek yang dianalisis untuk setiap alternatif pilihan. Dalam hal ini, masing-masing aspek tersebut dibagi dalam kriteria lebih detail, seperti aspek ekonomi / finansial dibagi ke IRR dan biaya per penumpang-km, dan lain-lain. Kemudian tahapan terakhir dari analisis kelayakan adalah melakukan Uji Sensitivitas, misalnya dengan mengubah skenario (atau mengubah dampak atau manfaat nilai, dan lain-lain), setelah itu, hasil dari skenario tersebut kembali dibandingkan dengan hasil semula untuk mengevaluasi seberapa besar pengaruh perubahan mereka bisa diantisipasi.

6. Budhiarta R. M., I Nyoman, dkk. 2014. Analisis Kelayakan Finansial Pengoperasian Bus Trans Sarbagita Koridor VI. The 17th FSTPT International Symposium, Jember University. Vol. 2. No. 1. ISSN 2356-0509. 207-222.

Dijelaskan bahwa dalam penelitian ini kriteria investasi ditentukan berdasarkan nilai dari 3 kriteria yaitu NPV, BCR, dan IRR. Analisis finansial dilakukan untuk meninjau kelayakan proyek dari sisi penanam modal (investor) yaitu sejauh mana keuntungan yang diperoleh atas investasi yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa dalam memprediksi pendapatan juga perlu diketahui rata-rata pertumbuhan demand (permintaan). Analisis sensitivitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan 3 kondisi yang dapat menguji pengaruh dari parameter yang akan merubah suatu

keputusan yaitu : kondisi dimana benefit turun 20 %, kondisi dimana cost naik 20 %, dan yang terakhir kondisi dimana cost naik 20 % dan benefit turun 20 %. 7. Raju, Sudhakar. 2008. Project NPV, Positive Externalities, Social

Cost-Benefit Analysis-The Kansas City Light Rail Project. Journal Of Public Transportation. Vol. 11. No. 4. 59-88.

Disini dijelaskan bahwa yang termasuk dalam analisis biaya-keuntungan sosial (Social Cost-Benefit Analysis) diuraikan menjadi beberapa aspek pembiayaan berikut, yaitu biaya eksternal penumpang suatu moda transportasi yang didalamnya terdiri atas aspek-aspek seperti Polusi udara, penggunaan bahan bakar dan polusi air, kebisingan, kemacetan, kecelakaan, biaya jasa jalan raya, biaya parkir, serta ketidakefisiensian biaya dan pajak pengguna jalan raya. Selanjutnya yang juga masih termasuk dalam aspek Social Cost-Benefit Analysis adalah dampak penggunaan lahan dari perjalanan, dimana kategori biaya ini terdiri dari aspek lingkungan, aspek estetika dan budaya, aspek biaya-biaya sosial, aspek biaya pelayanan publik (kota), dan aspek Transportasi (mengakibatkan pengurangan akses).

Dokumen terkait