• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. PENDIDIKAN

2. PENELITIAN

2.2. Penelitian dan Tridarma Perguruan Tinggi

Penyelenggaraan tridarma perguruan tinggi didasarkan kepada semangat pelaksanaan otonomi perguruan tinggi, yakni otonomi keilmuan yang melekat pada dosen dan otonomi pengelolaan keuangan yang melekat pada pengelola perguruan tinggi. Dosen secara individual memiliki kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik.

Sementara itu, setiap mahasiswa memiliki kebebasan akademik. Otonomi keilmuan merupakan prinsip dasar bagi sivitas akademika untuk dipelihara dan dikembangkan dengan berpedoman kepada kaidah dan etika ilmiah. Oleh karena itu, setiap anggota sivitas akademika baik secara perseorangan maupun bersama-sama memiliki hak dan tanggung jawab untuk mengemban dan melaksanakan otonominya itu, khususnya dalam penyelenggaraan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Ketika penyelenggaraan penelitian disinergikan dalam penyelenggaraan tridarma perguruan tinggi dan peningkatan MDM penelitian sebagai arah yang hendak dicapai, maka terdapat beberapa sudut pandang tentang ilmu pada umumnya. Berdasarkan sudut pandang itu, tridarma perguruan tinggi menjadi suatu kesatuan yang terintegrasi, dan MDM penelitian menjadi fokus perhatian.

Pertama, dalam penyelenggaraan pendidikan, ilmu (pengetahuan) dipandang sebagai

28 produk. Ilmu merupakan produk pemikiran dan penelitian (pustaka, kancah, dan laboratorium) para ahli pada bidang masing-masing, kemudian dialihkan kepada mahasiswa sebagai pelanjut para ahli tersebut. Produk itu menjadi titik tolak penelitian untuk mengembangkan unsur substansi, unsur informasi, dan unsur metodologi. Dengan cara demikian, temuan baru akan dapat diperoleh melalui penelitian akademik dan penelitian pengembangan dalam konteks kekinian dan kedisinian.

Di samping itu, ilmu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penerapan keahlian sivitas akademika dalam menunjang kemajuan masyarakat. Penerapan ilmu dapat dijadikan media untuk mengukur signifikansi ilmu bagi penyelenggaraan pendidikan dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan hal itu, dapat diperoleh umpan balik sebagai masukan bagi perumusan kebijakan di bidang kurikulum dan program studi yang dibutuhkan. Program studi yang dibutuhkan terus dikembangkan, bahkan ditingkatkan. Sementara itu, program studi yang tidak dibutuhkan sebaiknya dibubarkan.

Kedua, dalam penyelenggaraan penelitian, ilmu dipandang sebagai proses. Ilmu dikembangkan melalui cara kerja ilmiah sesuai dengan pendekatan dan model penelitian yang digunakan. Hasil penelitian dialihkan dalam penyelenggaraan pendidikan, terutama dalam kegiatan pembelajaran. Dosen akan mengalihkan bahan pengajaran berdasarkan hasil penelitian. Sementara itu, mahasiswa akan memperoleh unsur-unsur ilmu yang segar dan mutakhir. Hasil penelitian tersebut diuji kembali dalam penyelenggaraan penelitian berikutnya secara terus menerus dan berkesinambungan.

Di samping itu, penelitian dapat dijadikan sebagai cara kerja untuk memecahkan masalah kemasyarakatan secara ilmiah. Cara pemecahan masalah yang demikian tentu saja sangat tergantung kepada karakteristik dan daya ampuh masing-masing disiplin atau bidang ilmu. Oleh karena itu, penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner atau pendekatan multidisipliner. Dengan cara demikian,

29 substansi disiplin atau bidang ilmu akan berkembang, karena pada dasarnya ilmu merupakan deskripsi, eksplanasi, dan prediksi tentang kehidupan dalam arti yang luas, mencakup gejala alamiah, gejala sosial, dan gejala budaya, sebagai “buku besar” yang penuh dengan pertanda dan misteri.

Ketiga, dalam penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat, ilmu dipandang sebagai metode. Ilmu ditempatkan sebagai instrumen dan cara kerja untuk memecahkan masalah kemasyarakatan secara ilmiah. Hal itu bermakna bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat merupakan wahana penerapan ilmu dan keahlian sivitas akademika dalam konteks kehidupan bermasyarakat. Unsur substansi, unsur informasi, dan unsur metodologi dari berbagai disiplin atau bidang ilmu yang sangat abstrak dapat dikonkretisasi dalam kehidupan masyarakat yang selalu mengalami perubahan dan sarat masalah yang sangat rumit dan pelik.

Di samping itu, cara pemecahan masalah melalui penelitian aksi dan penelitian kebijakan dalam penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat akan memperoleh keluaran berupa berbagai masalah penelitian, bahkan subject matter disiplin atau bidang ilmu. Hasil penelitian tersebut memperluas besaran wilayah penelitian (unsur substansi) yang dapat dijadikan subjek penelitian akademik dalam penyelenggaraan pendidikan, terutama untuk penulisan skripsi, tesis, dan disertasi.

Apabila sinergi tridarma perguruan tinggi itu dapat diorganisasikan secara efektif oleh pengelola perguruan tinggi, maka terdapat empat hal yang dapat diraih bagi pengembangan penelitian. Pertama, penyelenggaraan tridarma perguruan tinggi merupakan wahana untuk meningkatkan MDM penelitian. Kedua, penyelenggaraan pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan penelitian akademik dan penelitian pengembangan sesuai dengan kompetensi dosen dan kompetensi mahasiswa pada jenjang pendidikan yang hirarkis (Program S1, Program S2, dan Program S3). Ketiga, penyelenggaraan pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat merupakan wahana untuk menguji dan menerapkan unsur-unsur ilmu secara integratif, baik dalam kesatuan kegiatan penelitian (interdisipliner) maupun

30 dalam kesatuan besaran program penelitian (multidisipliner). Keempat, penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat merupakan wahana untuk mengembangkan penelitian kebijakan dan penelitian aksi yang melibatkan dosen, peneliti, dan mahasiswa sesuai dengan minat, kompetensi, dan kemampuan masing-masing.

2.3. Diversifikasi Penelitian

Penelitian dapat dipilah berdasarkan tujuan dan pemanfaatan hasilnya. Penelitian dalam tinjauan ini terbagi pada empat tipe, yakni penelitian akademik, penelitian pengembangan, penelitian kebijakan, dan penelitian aksi. Keempat tipe penelitian tersebut dapat dipandang sebagai suatu kontinum, mulai dari “hulu” (penelitian akademik) sampai “hilir” (penelitian aksi). Penelitian akademik merupakan ciri utama penelitian perguruan tinggi, sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi. Oleh karena itu, penelitian akademik memperoleh proporsi terbesar dalam penyelenggaraan penelitian di PT.

Penelitian akademik diselenggarakan berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan akademik, terutama dalam penyelenggaraan pendidikan akademik, yakni Program S1, Program S2, dan Program S3. Penelitian akademik lebih diarahkan untuk menemukan dan merumuskan unsur substansi, unsur informasi, dan unsur metodologi baru yang tercakup dalam suatu disiplin. Oleh karena itu, salah satu kriteria masalah penelitian memiliki potensi untuk dikembangkan sehingga dapat diperoleh temuan baru dalam konteks pengembangan ilmu. Penelitian yang demikian dapat dilakukan oleh dosen secara individual atau kolektif dan oleh mahasiswa melalui penulisan skripsi, tesis, dan disertasi.

Penelitian pengembangan diselenggarakan berkenaan dengan penerapan ilmu bagi perumusan model atau sistem yang berskala lokal, regional, dan nasional. Tipe penelitian ini dapat dilakukan oleh dosen dan peneliti PT secara tunggal atau berupa

31 kerja sama dengan penyelenggara penelitian lain. Atau yang difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Dikti. Produk penelitian itu dapat berupa model konservasi atau model pengembangan, atau perumusan sistem yang bersifat inovatif. Dengan penelitian ini ilmu dapat melahirkan “anak emas” yang bermanfaat dan memberi kemudahan bagi kehidupan masyarakat, yakni teknologi sosial, berupa perangkat lunak.

Penelitian kebijakan diselenggarakan berkenaan dengan penilaian dan pengukuran terhadap derajat keberhasilan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan.

Berkenaan dengan hal itu, dapat disusun empat paket penelitian kebijakan, yakni penelitian bahan kebijakan, penelitian koherensi kebijakan, penelitian pelaksanaan kebijakan, dan penelitian hasil kebijakan. Tipe penelitian ini dapat diselenggarakan oleh PT terhadap kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan PT yang bersangkutan (internal), atau melalui kerja sama dengan instansi pembuat kebijakan bidang kehidupan tertentu (eksternal), baik pada level kebijakan pembangunan dan kebijakan sektoral maupun kebijakan teknis, dalam hal ini yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. Atau bekerjasama dengan penyelenggara penelitian pemerintah dan dunia bisnis, terutama badan penelitian dan pengembangan departemen teknis.

Penelitian aksi atau action research diselenggarakan berkenaan dengan pendampingan, pemberdayaan, dan advokasi masyarakat yang terpinggirkan dan tertindas. PT berpeluang untuk menyelenggarakan penelitian tipe ini yang disinergikan dengan penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat. Tipe penelitian ini dapat diselenggarakan berkenaan dengan pengembangan masyarakat dalam percontohan;

dan satuan pendidikan agama dan keagamaan (madrasah dan pesantren).

Manakala keempat tipe penelitian di atas dapat dilaksanakan dan diperoleh mutu yang tinggi, maka akan dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu serta dapat menunjang kemajuan masyarakat dan memperkaya kebudayaan nasional. Dengan demikian PT dapat menempatkan dirinya sebagai pusat pengembangan sumber daya

32 manusia dan pilar utama dalam pengembangan ilmu. Bahkan PT dapat menyandang predikat sebagai agen perubahan sosial.

33 3. PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Kegiatan Program Pengabdian kepada Masyarakat (PPM) merupakan kegiatan penting bagi suatu pendidikan tinggi. Oleh karena itu, kegiatan ini tercantum sebagai salah satu unsur Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Implementasi dan pelaksanaan kegiatan ini dilakukan oleh dosen di bawah koordinasi Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat.

Salah satu unsur Tri Dharma, kegiatan pengabdian masyarakat mesti dilaksanakan secara terintegrasi dan tidak terlepas dari unsur unsur Tri Dharma lainnya, yaitu pendidikan dan penelitian. Gambaran keterkaitan antara ketiga unsur tersebut adalah sbb:

Gambar 1. Bagan Keterkaitan Yang Harus Terjadi Dalam Pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi

Disamping itu mengingat fungsi perguruan tinggi sebagai salah satu komponen penting dalam pembangunan bangsa, maka pelaksanaannya kegiatan pengabdian masyarakat harus menganut asas kelembagaan, kerjasama, kesinambungan, edukasi, pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan daerah. Sejalan dengan hal-hal tersebut

PENDIDIKAN

PENELITIAN

PENELITIAN PENGABDIAN MASYARAKAT

Bahan dan materi Ide dan Inspirasi

Aplikasi, keterampilan

34 di atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, mengidentifikasi perlunya perubahan paradigma dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat oleh peguruan tinggi yang diantaranya adalah sbb:

Tabel 6. Perubahan Paradigma dalam Pengabdian pada Masyarakat Pardigma Lama Paradigma Baru

• Hanya fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat

berpenghasilan rendah

• Layanan mengerahkan seluruh sumberdaya PT.

• Kegiatan dilaksanakan tanpa ada konstribusi dari masyarakat

• Didominasi kegiatan penyuluhan, pelatihan, pendidikan, dan kegiatan sosial.

• Pendanan kecil, terbatas, dan tidak untuk

investasi

• Insentif kum/kredit untuk kenaikan

pangkat/jabatan sangat kecil

• Sedikit ruang bagi publikasi jurnal ilmiah

• Dibedakan secara jelas dari kegiatan

bisnis/proyek.

• Dibedakan secara jelas antara kegiatan PPM dosen dan mahasiswa.

• Terbuka bagi seluruh lapisan masyarakat yang memerlukan

• Layanan berupa semua kepakaran entitas PT.

• Dapat berupa kegiatan sosial, investasi, ataupun income generating bagi PT

• Berbagai kegiatan yg konstruktif, terukur dg indikator yg jelasdan progresif

• Melibatkan/mendasarkan pada produk hasil riset dan membentuk siklus transfer teknologi antara PT dan masyarakat

• Membangun sinergisme kepakaran

• Membuka peluang publikasi dalam jurnal ilmiah.

• Memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran secara berkelanjutan

• Mengintergarisikan kegiatan PPM dosen dan mahasiswa secara terstruktur.

3.1.TUJUAN

Tujuan dari penerbitan buku pedoman ini adalah untuk memberikan panduan

35 dan kesempatan kepada dosen ULM dari berbagai bidang disiplin ilmu dalam lingkungan ULM untuk dapat mengusulkan dan melaksanakan kegiatan PPM yang berkualitas sesuai yang ditetapkan melalui sumber pendanaan dari DIKTI..

3.2. Model dan Metode Pelaksanaan 3.2.1. Model Kegiatan

Model kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat DIPA ULM terdiri dari yaitu:

MODEL A : Penyuluhan, yaitu model kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan hanya untuk kegiatan penyuluhan kepada khalayak sasaran.

MODEL B : Pendampingan, yaitu model kegioatan Pengabdian kepada Masyarakat yang dilakukan untuk kegiatan penyuluhan disertai dengan kegiatan pendampingan selama periode tertentu yang dilakukan oleh dosen, atau mahasiswa dalam bentuk kegiatan akademis seperti PL, PKL, PBL atau sebagai pembantu pelaksana biasa.

MODEL C : KKN-Tematik atau disebut juga sebagai KKN-Pengabdian adalah model kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang mengikit-sertakan minimal 5 orang mahasiswa yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di wilayah yang bersangkutan selama 2 bulan dengan mengikuti persyaratan dan ketentuan pelaksanaan KKN yang ditetapkan.

3.2.2. Sedangkan untuk metode pelaksanaan kegiatan PPM DIPA ULM adalah sebagai berikut:

Metode I. Presentasi yaitu metode kegiatan PPM berupa pemaparan dengan membagikan materi seperti hand out, leaflet dll.

Metode II. Peragaan, yaitu metode kegiatan PPM yang dilakukan melalui presentasi dan demonstrasi dengan menggunakan alat dan bahan peraga yang diperlukan.

36 Metode III. Peragaan + pembagian bahan/alat yaitu metode kegiatan PPM yang

dilakukan melalui presentasi, peragaan dan pemberan bahan/alat kepada khalayak sasaran.

Metode IV. Pembuatan percontohan yaitu metode kegiatan PPM yang dilakukan melalui presentasi, peragaan, pemberian alat/ bahan kepada khalayak sasaran dan pembuatan percontohan di lapangan seperti pembuatan demplot, bahan pameran dan sarana percontohan lainnya.

3.3. Besaran Dana Kegiatan

Besaran dana yang akan dibiayai disesuaikan dengan Jenis dan model kegiatan yang dilakukan berkisar antara 2.5 juta – 8 juta, seperti tabel berikut:

Metode Pelaksanaan

I. Pembuatan Percontohan I. Peragaan + Pemberian

bahan /alat III. Peragaan saja IV. Presentasi

A (Penyuluhan)

B

(Pendampingan)

C (KKN–Tematik) Model Kegiatan

3.4. Prioritas Lokasi

Lokasi kegiatan PPM ULM tahun 2010 diprioritaskan untuk dilaksanakan di wilayah binaan ULM. Sesuai dengan hasil identifikasi tim wilayah binaan ULM, profile potensi dan permasalahan pembangunan, pengembangan, dan pemberdayaan masyarakat kecamatan dalam wilayah Kalimantan.

3.5. Dosen yang Dapat Mengajukan Proposal

Kegiatan PPM ini diusulkan oleh kelompok dosen terdiri dari maksimal 5 orang.

Adapun kriteria dosen yang dapat mengajukan proposal, sebagai ketua pelaksana

37 kegiatan adalah sbb:

1. Dosen tetap (PNS) Universitas Universitas Lambung Mangkurat, dengan jabatan fungsional tertinggi Lektor Kepala.

- Tidak sedang memangku jabatan struktural setara eselon 2b atau lebih tinggi baik di dalam maupun diluar Universitas Lambung Mangkurat.

- Tidak sedang ditugaskan/bertugas pada instansi di luar Universitas Lambung Mangkurat

- Tidak sedang mengikuti pendidikan pascasarjana

- Tidak sedang menjadi Ketua Pelaksana kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat yang didanai oleh DP2M DIKTI.

- Bersedia menjadi dosen pembimbing lapangan KKN (dalam hal kegiatan yang dilaksanakan dengan model KKN-tematik).

2. Dalam hal topik kegiatan yang bersifat lintas bidang ilmu/fakultas, kelompok dosen tersebut harus melibatkan dosen-dosen dari bidang ilmu/fakultas terkait sebagai anggota.

a. KETERKAITAN TEMA / JUDUL KEGIATAN PPM DENGAN PENELITIAN

Keterkaitan tema/judul kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diajukan merupakan aplikasi dari kegiatan penelitian yang pernah dilakukan dengan melampirkan halaman pengesahan kegiatan penelitian tersebut.

b. KETERKAITAN TEMA / JUDUL KEGIATAN PPM DENGAN PENDIDIKAN

Keterkaitan tema/judul kegiatan pengabdian kepada masyarakat merupakan penerapan disiplin ilmu yang dimiliki oleh ketua pelaksana pengusul, bila tema/judul yang diajukan merupakan lintas ilmu, harus melampirkan

5

38 keterangan/piagam yang berkaitan dengan tema/judul yang diajukan

3.6. Partisipasi Mahasiswa dalam Kegiatan

Partisipasi mahasiswa dalam kegiatan pengabdian masyarakat dapat dilakukan dalam berbagai bentuk sebagai pembantu pelaksana kegiatan dengan jumlah 1-2 orang mahasiswa/kegiatan. Partisipasi mahasiswa dimaksud agar dibuat secara formal terstruktur seperti Praktek Lapang (PL) atau KKL (Kuliah Kerja Lapang). Dalam hal kegiatan dilaksanakan dengan menggunakan model KKN-tematik, jumlah mahasiswa peserta minimal 5 orang dan pelaksanaanya mengikuti ketentuan dan berkoordinasi dengan pusat KKN LPM ULM.

Persyaratan partisipasi mahasiswa adalah sbb:

1) Mahasiswa dimaksud telah memenuhi persyaratan akademik yang ditetapkan oleh fakultas dan jurusan.

2) Mendapat persetujuan dari dosen pembimbing akademik, ketua jurusan, atau pejabat yang berwenang dalam lingkungan fakultas.

3) Evaluasi, monitoring, pelaporan dan penilaian kegiatan KKL dan PL dilaksanakan langsung oleh masing-masing fakultas/jurusan.

4) Evaluasi, monitoring, pelaporan dan penilaian kegiatan untuk kegiatan KKN tematik dilakukan oleh dosen ketua pelaksana kegiatan yang sekaligus merangkap sebagai Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) berkoordinasi dengan Pusat KKN LPM Universitas Lambung Mangkurat.

Kegiatan pengabdian masyarakat yang menggunakan model KKN-tematik, uraikan tugas dan pekerjaan yang dilaksanakan oleh mahasiswa selama masa KKN yang ditetapkan ( 2 bulan). Apabila mahasiswanya telah siap, Lengkapi dan lampirkan Formulir Keikutsertaan Mahasiswa.

3.7. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat sumber dana DIPA ULM adalah sbb:

a. Penyerahan Proposal : Maret- Mei

b. Seleksi Proposal : Mei

39 c. Pengumuman dan pendanaan : Juni

c. Pelaksanaan Kegiatan : Juli-Oktober

d. Pelaporan : Nopember

3.8. Proses Pengusulan Kegiatan

Proses pengusulan kegiatan dilakukan sebagai berikut:

1. Untuk kegiatan yang diusulkan berupa kegiatan KKN-Pengabdian, Proses pengusulan diawali dengan pendaftaran (registrasi) dengan menggunakan formulir (lampiran 5) dan melampirkan surat kesediaan dari Camat atau Kepala desa tempat pelaksanaan kegiatan (Lampiran 6) selanjutnya bagi usulan yang dinyatakan lolos diminta untuk menyiapkan proposal lengkap.

2. Untuk kegiatan lain yang diusulkan dapat langsung membuat proposal kegiatan dengan melampirkan surat rekomendasi Camat atau Kepala desa tempat pelaksanaan kegiatan.

3.9. Penyusunan Proposal

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat sumber dana Dipa ULM diperlukan penyusunan proposal kegiatan sebanyak 2 eksemplar. Penyusunan proposal dilakukan dengan mengikuti format sbb:

a. Halaman judul (kulit muka) dan penjilidan

1. Secara umum memuat judul kegiatan, Nama dosen pengusul dan anggotanya ; fakultas dan tahun pelaksanaan. Contoh halaman judul dapat dilihat pada Lampiran 3.

2. Warna kulit muka sesuai dengan bendera fakultas

2. Ukuran kertas A4

3. Jenis huruf Arial

4. Proposal dijilid menggunakan kertas cover bersambung (tidak memakai lakban)

7

40 b. Halaman Pengesahan

1. Memuat informasi umum tentang kegiatan yang dilaksanakan meliputi, judul kegiatan; Data akademik ketua pelaksana; jumlah personalia kegiatan termasuk dosen dan mahasiswa; jangka waktu kegiatan; jenis kegiatan; biaya yang diperlukan dsb. Contoh halaman pengesahan dapat dilihat pada Lampiran 3)

2. Halaman pengesahan ditandatangani oleh 3 (tiga) orang, yaitu: Ketua Pelaksana, Ketua Unit Pengabdian Fakultas, dan Dekan Fakultas.

Dalam hal kegiatan bersifat lintas bidang ilmu yang melibatkan dosen dan/atau mahasiswa dari berbagai fakultas, tanda-tangan pengesahan dilakukan Ketua Unit Pengabdian dan Dekan Fakultas dimana ketua pelaksana kegiatan berasal.

c. Isi

Isi proposal meliputi 8 komponen sebagai berikut:

1. Judul kegiatan

Judul kegiatan dibuat singkat dan spesifik, dan menggambarkan isi kegiatan yang akan dilakukan.

2. Analisis Situasi

Analisis situasi terdiri dari::

2.1 Uraian secara kuantitatif potret, profile, dan permasalahan yang menjadi fokus kegiatan,

2.2. Uraian kondisi dan jumlah khalayak sasaran atau wilayah yang akan dilibatkan dalam kegiatan.

2.3. Uraian kesiapan pelaksana dalam melaksanakan kegiatan yang diusulkan.

2.4. Uraian tentang kondisi dan potensi wilayah dari segi fisik, sosial , dan ekonomi maupun lingkungan yang relevan dengan kegiatan yang diusulkan.

41 (Evaluasi penilaian terhadap proposal akan dilakukan berdasarkan

komponen ini)

3. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Identifikasi dan rumuskan masalah secara konkrit dan jelas sbb:

3.1. Menjelaskan, asumsi dan lingkup yang menjadi batasan kegiatan.

3.2. Menjelaskan keterkaitan topik/ permasalahan kegiatan yang diusulkan dengan kegiatan pendidikan/pengajaran yang dilakukan pengusul 3.3. Menjelaskan keterkaitan topik/ permasalahan kegiatan yang diusulkan

dengan kegiatan penelitian yang dilakukan pengusul atau diperoleh melalui studi kepustakaan.

3.4. Bila ada, jelaskan pula keterkaitan kegiatan dengan program pemerintah, program/ permintaan dari masyarakat dll.

Lampirkan dokumen atau surat permintaannya sebagai bukti.

4. Kerangka Pemecahan Masalah

Uraian kerangka pemecahan masalah, yaitu berupa alur fikir ilmiah yang bersifat teoritis maupun empirik untuk memecahkan masalah seperti diuraikan pada analisis masalah. Apabila ada, gambarkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang mungkin dilakukan. Penyusunan kerangka pemecahan masalah harus mengacu pada informasi ilmiah yang diuraikan pada Tinjauan Pustaka.

5. Tinjauan Pustaka

Uraikan dengan jelas kajian pustaka yang menimbulkan gagasan dan dasar ilmiah kegiatan yang akan dilakukan. Tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan dan bahan penerapan lain yang diperoleh dari kajian, penelitian sendiri atau pustaka. Tinjauan pustaka merupakan landasan fundamental dalam melakukan kegiatan pengabdian masyarakat yang diusulkan. Sumber

7

4

42 kepustakaan yang menjadi dasar usulan kegiatan harus memadai, minimal 5 (lima) buah sumber, dan 2 (dua) sumber diantaranya ”harus up to date”, yaitu dipublikasikan dalam 5 tahun terakhir.

6. Tujuan dan Manfaat

a) Rumuskan tujuan kegiatan yang akan dicapai secara spesifik, yang pada dasarnya merupakan kondisi baru yang diharapkan terwujud dengan dilaksanakannya kegiatan yang diusulkan. Rumusan tujuan harus jelas dan dapat diukur.

b) Rumuskan manfaat bagi khalayak sasaran, yaitu berupa kondisi teknis, ekonomi, atau sosial kemasyarakat yang akan dirasakan/didapatkan oleh khalayak sasaran, setelah kegiatan dimaksud dilaksanakan dan mencapai tujuan yang ditetapkan.

7. Khalayak Sasaran

Khalayak sasaran kegiatan pengabdian masyarakat adalah sebagai berikut:

a) Kelompok masyarakat atau perwakilan profesi/ organisasi sosial kemasyarakat dengan jumlah minimal 15 orang.

b) Usaha mikro (UM) dalam satu kawasan tertentu dengan jumlah minimal 10 orang

c) Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bersifat padat karya, yaitu banyak memperkerjakan penduduk setempat (>15 orang) atau pengusaha sejenis (>10 orang).

d) Untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat yang menggunakan model KKN-tematik, khalayak sasarannya adalah masyarakat dalam satu wilayah desa/kelurahan yang ditetapkan.

Penetapan khalayak sasaran dilakukan berdasarkan azas manfaat dan diprioritaskan kepada peserta yang diharapkan mampu berfungsi dengan agen perubahan dalam masyarakat (agent of change).

9. Metode Kegiatan

8

43 Sebut dan uraikan berbagai metode yang akan digunakan untuk mencapai tujuan kegiatan yang ditetapkan. Lampirkan uraian lengkap semua hal yang akan diterapkan dan akan disampaikan kepada khalayak sasaran, seperti: bahan/materi ajar, cara kerja, prosedur, resep, gambar, design, foto, deskripsi tanaman, dll. sedemikian rupa sehingga hal-hal tersebut dapat menunjukkan kemampuan, penguasaan, dan kesiapan pelaksana dalam melaksanakan kegiatan yang diusulkan.

10. Rancangan Evaluasi

Uraikan bagaimana dan kapan evaluasi akan dilakukan, apa saja kriteria, indikator pencapaian tujuan dan tolok ukur yang digunakan untuk menyatakan keberhasilan dari kegiatan yang dilakukan. Sebutkan dan jelaskan pula evaluasi dan penilaian yang akan dilakukan kepada mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan.

11. Waktu dan rencana jadwal kegiatan.

Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dalam waktu minimal 4 bulan termasuk persiapan dan pelaporan. Selama periode tersebut, pertemuan dengan khalayak sasaran ditetapkan minimal sebanyak 3 kali, yang dilakukan dalam frekuensi maksimal 1 kali/minggu. Untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat yang menggunakan model KKN-tematik, mahasiswa harus berada di lokasi kegiatan

Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan dalam waktu minimal 4 bulan termasuk persiapan dan pelaporan. Selama periode tersebut, pertemuan dengan khalayak sasaran ditetapkan minimal sebanyak 3 kali, yang dilakukan dalam frekuensi maksimal 1 kali/minggu. Untuk pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat yang menggunakan model KKN-tematik, mahasiswa harus berada di lokasi kegiatan

Dokumen terkait