Kusumaningtyas (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Aspek Gramatikal Pengacuan pada Karangan Siswa Kelas X.3 SMA Negeri 1 Slogohimo Wonogiri menghasilkan bahwa dapat diketahui (1) bentuk pengacuan pronominal persona mencakup pengacuan endofora dan eksofora. 204 pengacuan pronominal persona I tunggal (terdiri atas 93 bentuk bebas aku dan 42 bentuk bebas saya), 2 bentuk terikat lekat kiri ku- dan 67 bentuk terikat lekat kanan –ku), 79 pengacuan pronominal persona I jamak (terdiri atas 56 satuan lingual kami, 12 satuan lingual kami semua, dan 11 satuan lingual kita), 6 pengacuan pronominal persona II tunggal (terdiri atas 5 satuan lingual kamu, dan 1 satuan lingual terikat lekat kanan –mu), 3 pengacuan pronominal persona II jamak kalian, 1 pengacuan pronominal persona III tunggal dia, dan 2 pengacuan pronominal persona III jamak mereka. (2) bentuk pengacuan demonstratif juga mencakup pengacuan endofora dan eksofora. Terdiri atas 114 pengacuan demonstratif waktu yang mengacu pada waktu netral (pagi, siang, sore, malal, dan pukul), 1 pengacuan
commit to user
demonstratif waktu yang mengacu pada kini (kini), dan 1 pengacuan demonstratif waktu yang mengacu pada waktu yang akan datang (besok). Pada karangan siswa kelas X.3 SMA N 1 Slogohimo Wonogiri tidak ditemukan pengacuan demonstratif tempat. Dan (3) bentuk pengacuan komparatif pada karangan siswa kelas X.3 SMA N 1 Slogohimo Wonogiri terdapat 3 bentuk pengacuan komparatif (seperti, seakan).
Handayani (2009) dalam skripsinya yang berjudul Aspek Leksikal Album Dekade Karya Chrisye menghasilkan penggunaan aspek leksikal (kolokasi) yang paling banyak muncul pada setiap lagunya. Kolokasi yang digunakan cenderung digunakan dalam suatu ranah tertentu dalam mendukung banyak tema yang bertemakan cinta sehingga membutuhkan kata-kata yang mendukung makna tersebut. Pada album dekade ini tdak hanya kolokasi yang digunakan, melainkan juga terdapat penggunaan repetis yang memiliki fungsi yang berbeda-beda pada masing-masing lagunya. Pada lagu “kangen”, repetisi yang digunakan memiliki fungsi untuk menyatakan makna kata rindu yang memiliki arti yang berbeda-beda. Adapun pada lagu “Sakura dalam Pelukan”, “Anggrek Bulan”, dan “Dara Manisku”, repetisi yang digunakan untuk menekankan makna suatu kata yang dipentingkan. Repetisi untuk menunjukkan tempat terjadinya kejadian terdapat pada lagu “Kisah Kasih di Sekolah” dan “Kr. Pasar Gambir & Stambul Anak Jambang”. Aspek leksikal yang lainnya berupa sinonim, penggunaan antonim, hiponim, dan ekuivalensi yang dimanfaatkan untuk kepaduan wacana.
Siregar (2009) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Sarana Kohesi Pada Tajuk Rencana dalam Harian Sinar Indonesia Baru menghasilkan penggunaan konjungsi adservatif, klausal, koordinatif, dan subordinatif. Adapun terdapat penggunaan referensi yang merujuk pada pronominal persona, yaitu dia, kita, mereka, dan-, nya. Referensi persona kita dalam setiap wacana mengacu pada satu acuan, yaitu masyarakat Sumatera Utara. Pronomina penunjuk umum itu dan ini pada umumnya mengacu pada konteks waktu dan kejadian dan pronominal penanya apa dan siapa yang mengacu pada konteks individu sebagai pelaku.
commit to user
Simanjuntak (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pemarkah Kohesi sebagai Penyelaras Wacana: Kajian Terhadap Kumpulan Cerita Pendek Harian Kompas menghasilkan bahwa dapat diketahui dalam mewujudkan wacana yang koheren, penulis cenderung menggunakan pronominal persona ketiga dia (7%), ia (28%), -nya (48%), beliau (3%), dan mereka (14%). Pemarkah referensi dalam wacana tersebut mencapai (45%). Penggunaan referensi pronominal persona ketiga –nya menduduki posisi terbanyak. Pemarkah demonstratif itu cenderung bersifat eksoforis, dan terdapat pula penggunaan referensi komparatif seperti. Adapun pemarkah relasi konjungtif menduduki posisi kedua terbanyak (35%). Terdapat banyak penggunaan kata dan yang berfungsi menghubungkan antarparagraf, kalimat, dan klausal. Konjugsi adversatif yang dominan digunakan adalah kata tetapi mencapai (47%), konjungsi klausal yang digunakan kata karena, dan terdapat konjungsi temporal, yakni kata sejak.
Tularsih (2007) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Wacana Rubrik Opini Majalah Respon Edisi Januari-Desember 2005 (Kajian Keutuhan Wacana) menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, yaitu wacana pada rubrik Opini Majalah Respon edisi Januari sampai Desember 2005 telah menggunakan kohesi gramatikal yang berupa pengacuan, penggantian, penghilangan, dan perangkaian, namun terdapat ketidaktepatan dalam penggunaan kohesi gramatikal yang berupa pengacuan, misalnya kata ganti orang tunggal yang mengacu pada orang yang jumlahnya jamak, atau sebaliknya. Kedua, wacana ini juga menggunakan kohesi leksikal berupa pengulangan, padan kata, lawan kata, sanding kata, hubungan atas-bawah, dan kesepadanan. Ketiga, dalam wacana ini belum koheren karena ada salah satu aspek kekoherensian yang tidak terpenuhi dalam wacana tersebut, yakni koherensi antarkalimat dalam satu paragraf, koherensi antara paragraf yang satu dan paragraf yang lain, dan koherensi antara paragraf dan judul wacana.
Alarcon dan Morales (2011) dalam jurnalnya yang berjudul Kohesi Gramatikal dalam Esai Argumentatif Siswa dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Digunakan 64 esai yang memenuhi syarat sebagai korpus penelitian dari 104 esai yang ada. Dalam penelitiannya menghasilkan bahwa penggunaan referensi memiliki frekuensi tertinggi yaitu 90,67 % dari total perangkat kohesif
commit to user
dengan nilai rata 53,37. Konjungsi terjadi 326 kali, yaitu 9,08% dengan rata-rata skor 5,34, sementara substitusi adalah jenis yang paling sedikit digunakan perangkat kohesif yang hanya 0,25 %. Berdasarkan analisis kualitatif , ditemukan bahwa jenis kohesif tertentu membantu siswa dalam proses argumentasi. Penggunaan konjungsi 'tapi' paling sering digunakan berlawanan bersama oleh siswa yang mungkin menandakan bahwa pengetahuan mereka pada penggunaan jenis perangkat kohesif terbatas. Ada kasus di mana siswa dapat menggunakan konsesif seperti "belum” atau “namun" untuk menetapkan klaim kuat. Oleh karena itu, analisis kualitatif mendukung konsep bentuk dan fungsi.
Wu (2010) dalam jurnalnya yang berjudul Kohesi Leksikal dalam bahasa Inggris Lisan menghasilkan beberapa kesimpulan. Pertama, kohesi leksikal terkait dengan kualitas bahasa Inggris lisan. Dalam analisisnya, hasil penandaan menampilkan bahwa Kualitas Tinggi Wacana (HQDs) berbeda dari Kualitas Rendah Wacana (LQDs) baik secara kuantitatif dan kualitatif dalam menggunakan kohesi. Adapun semakin tinggi kualitas wacana, ikatan kohesif lebih bekerja . Kedua, frekuensi kolokasi membuktikan bukti positif berkorelasi dengan kualitas berbicara. Ada perbedaan signifikan antara HQDs dan LQDs kompetensi kolokasi mereka. Dibandingkan dengan LQDs, HQDs menampilkan pilihan dan produksi kolokasi dalam berbicara. Ketiga, meskipun tidak ada perbedaan yang signifikan dalam menggunakan kata benda umum antara keduanya, HQDs dapat menggunakan kata benda umum dengan lebih akurat dan kompleks. Keempat, perangkat kohesif utama yang digunakan adalah pengulangan, sedangkan perangkat lain jarang digunakan dalam bahasa Inggris lisan karena keterbatasan kosa kata dan ketakutan untuk membuat kesalahan. Mereka cenderung sering menggunakan pengulangan dan kata benda umum, sinonim, dan antonim.
Alasan peneliti memilih beberapa penelitian yang telah dipaparkan di atas sebagai penelitian yang relevan dikarenakan kelima penelitian tersebut memiliki keterkaitan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Keterkaitan tersebut terdapat pada variabel yang digunakan, yaitu kohesi gramatikal dan leksikal. Selain itu, keterkaitan tersebut persamaan penelitian dilakukan oleh beberapa
commit to user
peneliti di atas, yaitu sama-sama menganalisis wacana tertulis dan sama-sama menggunakan deskriptif kualitatif. Adapun yang membedakan, yaitu penelitian ini mendeskripsikan penggunaan kohesi gramatikal dan leksikal dalam surat kabar yang nantinya dapat diimplementasikan dalam materi ajar teks eksposisi pada Sekolah Menengah Pertama.