• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penempatan Lampu Jalan

Dalam dokumen BAB II DASAR TEORI 2.1 PENGERTIAN (Halaman 32-38)

- Untuk jalan kolektor dan lokal;

- Efesiensi cukup tinggi tetapi berumur pendek; - Efesiensi rendah,

umur panjangan dan ukuran lampu kecil;

Lampu gas

- Untuk jalan kolektor, lokal, persimpangan, penyeberangan, terongan, tempat peristirahatan (rest area)

- Efisiensi sangat tinggi, umur cukup panjang, ukuran

- Efisiensi tinggi, umur sangat panjang, ukuran lampu kecil, sehingga mudah pengontrolan cahayanya;

Sumber: Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan 1990

a. Jenis lampu penerangan jalan berdasarkan sumber cahaya

Gambar 2.21 Lampu Penerang Jalan Jenis Merkuri

Gambar 2.22 Lampu Penerang Jalan Jenis Sodium

3. Penempatan Lampu Jalan  

38 Penempatan lampu penerangan jalan ditinjau dari segi kebutuhan dan tipikal jalannya. Untuk penempatan lampu penerangan jalan ditunjukan pada Gambar 2.23.

Gambar 2.23 Gambar penempatan Lampu berdasarkan Kondisi Jalan

Pada Gambar 2.24 dijelaskan tipe lampu penerang jalan menggunakan lengan tunggal, sedangkan pada Gambar 2.25 dijelaskan lampu

penerang jalan menggunakan lengan

ganda.

Gambar 2.24 Tiang Lampu Lengan Tunggal

Gambar 2.25 Tiang Lampu Lengan Ganda  

 

   

 

   

   

   

39

Gambar 2.26 Lampu Penerang

Sumber: Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan, 1991

Pada Gambar 2.26 dijelaskan tinggi tiang lampu, jarak interval antar tiang, sudut inklinasi dan proyeksi cahaya lampu.

Dimana:

H = Tinggi tiang lampu

L = Lebar badan jalan, termasuk median bila ada E = Jarak interval antar tiang lampu

S1 + S2 = Proyeksi kerucut cahaya lampu S1 = Jarak tiang lampu ke tepi perkerasan

S2 = Jarak dari tepi perkerasan ke titik penyinaran terjauh i = Sudut inklinasi pencahayaan atau penerangan

Tabel 2.24 Besaran Tinggi, Jarak Tiang dan Sudut Inklinasi Lampu

URAIAN BESARAN

1 Tinggi tiang lampu (H)

Tinggi tiang rata-rata digunakan - Lampu menara

Tinggi tiang menara rata-rata digunakan 2 Jarak interval tiang lampu (e)

3.0 H – 3.5 H

- Minimum jarak interval tiang

3 Jarak tiang lampu ke tepi perkerasan (S1) Minimum 0,7 m 4 Jarak dari tepi perkerasan ke titik penerangan terjauh

(S2) Minimum L/2

5 Sudut inklinasi (i) 20 0 – 30 0

Sumber: Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan 1991

Tabel 2.25 Penempatan Lampu Penerangan Jalan

Tempat Pengaturan letak

Jalan satu arah

- dikiri atau kanan jalan

- dikiri dan kanan jalan berselang seling - dikiri dan kanan jalan berhadapan - dibagian tengan/median jalan Jalan dua arah

- dibagian tengah median jalan

- kombinasi antara dikiri dan dikanan berhadapan dengan bagian tengah median jalan

Perismpangan

- dapat menggunakan lampu menara dengan beberapa lampu, umumnya ditempatkan di pulau-pulau, di median jalan di luar daerah persimpangan dalam rumija atau ruswaja Sumber: Spesifikasi Lampu Penerangan Jalan Perkotaan 1991  

40 2.4.2 Bangunan Pengaman Tepi Jalan (Guardrail)

Bangunan pengaman tepi yang baik adalah :

 Bangunan pengaman tepi yang merupakan suatu struktur yang kokoh terpadu. Kendaraan tidak dapat memecahkannya / mematahkan menjebolkanya.

 Bangunan pengaman tepi hendaklah dapat mengurangi kecepatan kendaraan yang menabraknya dengan wajar tanpa mendatangkan kecelakaan pada manusia.

 Bangunan pengaman tepi hendaklah dapat mengarahkan kembali kendaraan ke jalur lalu lintas dengan baik.

Bangunan pengaman tepi jalan dapat dibagi atas 3 tipe : o Bangunan pengaman tepi rigid

o Bangunan pengaman tepi semi rigid o Bangunan pengaman fleksibel 2.4.2.1 Bangunan pengaman Tepi Rigid

Bangunan pengaman tepi jalan kaku (rigid) adalah bangunan tepi jalan yang dibuat dari beton. Tipe yang terkenal, adalah bangunan pengaman tepi kaku (Rigid barriers) dari New Jersey. Bangunan pengaman tepi kaku ini dipakai pada sisi jalan yang hanya dapat menampung sudut tabrakan kendaraan dengan bangunan pengaman tepi jalan kecil.

2.4.2.2 Bangunan pengaman Tepi Semi Rigid

Bangunan pengaman tepi semi kaku (semi rigid bariers). Tipe ini terbuat dari besi baja yang dapat berbentuk kotak (box beam) atau berbentuk W (W beam). Bangunan pengaman tepi ini memungkinkan adanya sudut tabrakan dengan kendaraan cukup besar den menghasilkan percepatan menjadi rendah, disamping itu dapat mengurangi kerusakan kendaraan. Jarak antar patok pada bangunan pengaman tepi (Guardrail) maksimal adalah 4 meter dapat dilihat pada Gambar 2.27.

Gambar 2.27 Guardrail Tidak Ditanamkan (ujung diatas permukaan tanah) Sumber: Petunjuk Spesifikasi Bangunan Pengaman Tepi Jalan

 

 

   

 

   

   

   

41

Gambar 2.28 Guardrail Tidak Ditanamkan (ujung diatas permukaan tanah) Sumber: Petunjuk Spesifikasi Bangunan Pengaman Tepi Jalan

2.4.2.3 Bangunan Pengaman Tepi Feksibel

Bangunan pengaman tepi fleksibel adalah bangunan pengaman tepi yang memungkinkan adanya sudut tabrakan dengan kendaraan cukup besar dan menghasilkan tingkat percepatan menjadi rendah. Di samping itu dapat mengurangi kerusakan kendaraan.

Pengakhiran bangunan pengaman tepi harus direncanakan sebaik-baiknya. Pengakhiran bangunan pengaman tepi dapat dibuat secara ditanamkan dan tidak ditanamkan. Pengakhiran yang ditanamkan tidak dengan baik dapat menyebabkan kendaraan yang menabraknya akan naik dan terguling. Pengakhiran yang tidak ditanamkan tanpa konstruksi yang baik dapat menyebabkan kendaraan yang menabraknya akan tertusuk atau terbelah, dan dapat membahayakan manusia dalam kendaraan itu. Pengakhiran untuk bangunan pengaman tepi dari baja (steel semi rigid guard rails) haruslah dapat memenuhi kriteria sebagai berikut :

 Anker guard rail pada pengakhirannya harus dibuat/ditanamkan dengan baik sehingga dapat menahan tabrakan kendaran dan dapat mengarahkannya dengan baik ke jalur lalu lintas.

Dapat menahan tabrakan kendaraan dengan baik.

Dapat memperkecil resiko tabrakan kendaraan.

 Tidak dapat menyebabkan kendaraan yang menabraknya terlontar kejalur lalu lintas.

Dapat mengurangi kerusakan kendaraan.

Dapat lebih ekonomis dan secara visual cukup baik.

2.4.2.4 Penentuan Lokasi Pemasangan Guardrail

Penentuan atau pemasangan bangunan pengaman tepi jalan harus diperhatikan dengan baik, jika tidak diperhatikan dengan baik maka akan menjadi suatu gangguan bagi kapasitas jalan. Berikut ini adalah tata cara atau beberapa hal yang disarankan dalam pemasangan bangunan pengaman tepi jalan (guardrail) :

 

 

   

 

   

   

   

42 1. Pemasangan bangunan tepi jalan dilaksanakan apabila tidak dapat memindahkan atau meniadakan rintangan yang berbahaya bagi keselamatan lalu lintas.

2. Pemasangan bangunan pengaman tepi dilaksanakan di jembatan-jembatan sempit, yang mana arus lalu lintas yang melintasi jembatan tersebut sangat diprioritaskan.

3. Pemasangan bangunan tepi jalan harus dipasangkan pada tikungan tajam, yang mana kecepatan kendaraan berkurang menjadi 20 km/jam.

4. Pemasangan harus diperhatikan berdasarkan bentuk bangunan pada awal dan ujungnya, seperti pada awalnya haus ditanam dan pada ujungnya tidak ditanam.

5. Pemasangan bangunan tepi jalan dilakukan pada pelebaran bahu jalan, dataran tinggi dan lereng-lereng pada area tepi jalan, yang mana kecuraman lerengnya lebiuh besar dari 2 m.

Perencanaan pengakhiran bangunan tepi jalan harus direncanakan dengan sebaik baiknya, pengakhiran yang tidak ditanamkan dengan baik akan mengakibatkan kendaraan yang menabrak guardrail tersebut akan terguling dan makan mengalami kecelakaan yang sangat fatal bisa dilihat pada Gambar 2.29 dan Gambar 2.30.

Gambar 2.29 Guardrail Dengan Pengakhiran Yang Ditanamkan Sumber: Petunjuk Spesifikasi Bangunan Pengaman Tepi Jalan

Gambar 2.30 Tampak Muka Guardrail

Sumber: Petunjuk Spesifikasi Bangunan Pengaman Tepi Jalan

2.4.3 Rambu Jalan

Penempatan rambu diatur sesuai dengan ketentuan tata cara pemasangan rambu dan marka jalan perkotaan menurut Direktorat Jendral Bina Marga No. 01/P/BNKT/1990. rambu jalan didefinisikan sebagai  

 

   

 

   

   

   

43 bagian dari perlengkapan jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan diantaranya sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.

Adapun macam-macam rambu dapat dilihat pada uraian dibawah ini:

Dalam dokumen BAB II DASAR TEORI 2.1 PENGERTIAN (Halaman 32-38)

Dokumen terkait