BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Penemuan dan Pembahasan
Dalam pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa penelitian ini adalah untuk menganalisis persepsi dari responden penelititan, yaitu para guru yang mengajar di Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) mengenai perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang
Pribadi (PPh 21) yang telah dipotong atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang telah mereka terima disekolah mereka masing-masing. Adapun sekolah yang akan menjadi objek penelitian adalah Sekolah Dasar Negeri (SDN) dan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) di dalam wilayah Jakarta Barat. Jumlah Sekolah Dasar Negeri (SDN) adalah sebanyak 509 sekolah dan jumlah Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) adalah sebanyak 51 sekolah.
Dalam penelitian ini penulis menentukan jumlah sampel berdasarkan Tabel Krejcie dimana dalam perhitungan ukuran sampel didasarkan atas kesalahan 5%. Jadi, sampel yang diperoleh itu mempunyai kepercayaan 95% terhadap populasi (Sugiono, 1999:64). Dari penelitian ini jumlah populasi adalah 1960 guru dari seluruh sekolah baik SDN maupun SMPN di wilayah Jakarta Barat. Berdasarkan Tabel Krijcie, jumlah sampel dari penelitian ini adalah 300.
Data yang diuji dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebarann kuesioner penelitian secara langsung kepada para responden, penyebaran kuesioner dilakukan secara kolektif kepada para pimpinan sekolah atau para guru. Untuk memudahhkan penulis dalam melakukan perhitungan maka diperoleh sampel responden dengan jumlah perbandingan responden para guru SDN dan SMPN yang seimbang yaitu 150 kuesioner, baik itu para guru SDN dan SMPN. Sehingga jumlah keseluruhan responden ialah 300.
Dari aspek gender, terdapat 177 responden guru laki-laki dan 123 responden guru perempuan, yang jika dipersentasekan keduanya bernilai
masing-masing 59 dan 41 persen. Sementara itu, dari segi tingkat pendidikan, sebanyak 99 responden telah menyelesaikan diploma 1 (D1) atau sebesar 33% dari total responden, sebanyak 81 responden telah menyelesaikan diploma 2 (D2) atau sebesar 27% dari total responden, dan 78 responden diantaranya telah menyelesaikan studi diploma 3 (D3) atau sebesar 26% dari total responden. Sementara yang telah memiliki gelar srata 1 (S1) ialah 42 responden yaitu 14% dari total responden. Pola penyebaran kuesioner, karakteristik-karakteristik dari segi gender dan tingkat pendidikan dijelaskan pada tabel 4.4
Tabel 4.4
Karakteristik Responden (gender & pendidikan)
Para guru Jumlah responden %
SDN 150 50 SMPN 150 50 Jumlah 300 100 Keterangan 1.Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 177 123 59 41 Jumlah 300 100 2.Tingkat Pendidikan a. D1 b. D2 c. D3 d. S1 99 81 78 42 33 27 26 14 Jumlah 300 100
Sumber: Data Primer Diolah
Selanjutnya dari segi pengalaman mengajar, sebanyak 54 responden atau sebesar 18% dari total yang responden memiliki pengalaman mengajar kurang dari 3 tahun. Sebanyak 69 responden atau sebesar 23% dari total responden yang memiliki pengalaman mengajar 3-6 tahun. Sebanyak 75 responden atau sebesar 25% dari total responden yang memiliki pengalaman mengajar 6-10
tahun. Sementara itu 57 responden atau sebesar 19% dari total responden yang memiliki pengalaman mengajar 10-15 tahun. Dan sebesar 15% dari total responden yaitu 45 responden memiliki pengalaman mengajar lebih dari 15 tahun.
Tabel 4.5
Karakteristik Responden (Pengalaman Mengajar)
Interval Pnegalaman Jumlah Responden %
< 3 tahun 54 18 3-6 tahun 69 23 6-10 tahun 75 25 10-15 tahun 57 19 >15 tahun 45 15 Jumlah 300 100
Sumber: Data Primer Diolah 2. Hasil Uji dan Validitas
Uji validitas menunjukan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya peneliti menggunakan kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka kuesioner yang disususnnya harus mengukur apa yang diukurnya. Setelah kuesioner tersebut tersusun dengan teruji validitasnya, maka praktek belum tentu data yang terkumpul adalah data yang valid. Banyak hal-hal lain yang akan mengurangi validitas data; misalnya apakah si pewawancara atau pemberi kertas angket pertanyaan yang mengumpulkan data betul-betul mengikuti petunjuk yang telah ditetapkan dalam keusioner. Selain itu validitas data akan ditentukan oleh keadaan
responden sewaktu diwawancarai. Bila waktu menjawab pertanyaan responden merasa bebas tanpa ada rasa malu, takut dan cemas maka data yang diberikan akan valid, namun sebailknya, jika responden menjawab pertanyaan dengan rasa takut dan malu kemungkinan responden akan memberikan jawaban yang tidak benar.
Dalam penelitian ini, keusioner yang ditampilkan memiliki 20 butir pertanyaan yang tiap pertanyaan diuji coba dengan menguji sebanyak 50 responden dari perwakilan guru SDN dan SMPN di Jakarta Barat :
Tabel 4.6
Uji Validitas Penelitian
Butir Pertanyaan rTabel rHitung Keterangan
X1 0,301 0,644 Valid X2 0,301 0,802 Valid X3 0,301 0,345 Valid X4 0,301 0,622 Valid X5 0,301 0,669 Valid X6 0,301 0,705 Valid X7 0,301 0,339 Valid X8 0,301 0,691 Valid X9 0,301 0,688 Valid X10 0,301 0,472 Valid X11 0,301 0,646 Valid X12 0,301 0,547 Valid X13 0,301 0,654 Valid X14 0,301 0,616 Valid X15 0,301 0,640 Valid X16 0,301 0,751 Valid X17 0,301 0,769 Valid X18 0,301 0,643 Valid X19 0,301 0,503 Valid X20 0,301 0,511 Valid
Secara statistik, angka korelasi yang diperoleh harus dibandingkan dengan angka kritik. Tabel korelasi nilai – r. Angka kritik diperoleh dengan baris N-2 maka diperoleh nilai r-tabel sebesar 0.301, ini menunjukan bahwa nilai r- tabel lebih kecil dibandingkan r- hitung, sedangkan dalam ilmu statistik bila r – hitung lebih besar dari r – tabel maka pernyataan tersebut signifikan. Hal ini berarti bahwa pertanyaan- pertanyaan tersebut memiliki nilai validitas konstrak. Dalam bahasa statistik tersebut memiliki konsistensi internal ( internal consistency)
dalam pernyataan-pernyataan tersebut.
3. Hasil Uji Realibilitas Penelitian
Tujuan realibilitas adalah untuk mengetahui konsistensi alat ukur (kuesioner). Terlihat nilai Alpha Cronbach pada tabel 4.7 adalah sebesar 0.750. Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliable) bila memiliki koefesien keandalan realibilitas sebesar 0,6 dan untuk menentukan kriteria indeks dapat dilihat pada tabel metodologi penelitian yang telah dipaparkan.
Tabel 4.7
Uji Realibilitas Penelitian
ReliabilityStatistics
Cronbach's Alpha
Cronbach'sAlphaBasedon
StandardizedItems NofItems
,750 ,750 20
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel diatas, maka hasil Alpha untuk setiap butir instrument pertanyaan pada indeks adalah sangat tinggi. Hal ini berarti
bahwa item pertanyaan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten dalam arti jika pertanyaan tersebut diajukan lagi maka akan memperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban pertama sehingga dapat dikatakan bahwa semua variabel adalah variabel, karena nilai Alpha Cronbach lebih besar dari 0,6.
4. Pembahasan dan Analisa Variabel Penelitian a. Hasil Penyebaran Kuesioner
Tabel 4. 8
Hasil Penyebaran Kuesioner Para Guru SDN dan SMPN
No Pernyataan SS S N TS STS
1. Pajak merupakan suatu
kewajiban setiap Warga Negara 46 135 110 4 5 2. Pajak digunakan untuk
membiayai berbagai keperluan Negara dengan tujuan
kesejahteraan bangsa dan negara. 63 163 74 0 0
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi langsung kepada
setiap individu oleh pemerintah. 57 152 91 0 0
4. Pajak atas penghasilan berupa gaji, honorarium, bonus, THR, dan penghasilan yang diperoleh secara teratur maupun tidak
teratur wajib dipotong pajak. 69 161 70 0 0
5. Pajak dipungut oleh pemerintah
pusat dan pemerintah daerah. 70 136 94 0 0
6. Pajak sangat memberatkan setiap
Warga Negaranya. 46 144 94 0 0
7. Setiap pemotongan pajak tidak memiliki tarif yang jelas /tidak sesuai dengan UU atau peraturan
yang berlaku. 69 110 98 23 0
8. Pemotongan dan pelaporan pajak hanya dapat dilakukan oleh
pemberi kerja saja. 70 129 89 12 0
9.
Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah seharusnya tidak
dipotong pajak penghasilan. 54 98 95 41 12 10. Dengan membayar pajak
seharusnya pemerintah memberikan kontraprestasi langsung kepada setiap
individunya. 57 113 86 34 10
11. Salah satu maksud dan tujuan program pengurangan subsidi pemerintah atas Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah dengan memindahkan alokasi konsumsi ke bentuk alokasi investasi, yaitu
di bidang pendidikan. 90 138 72 0 0 12. Dengan adanya program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) maka pemerintah menanggung semua biaya pendidikan siswa-siswi wajib
belajar 9 tahun secara gratis. 94 137 69 0 0 13. Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) digunakan untuk biaya personil (biaya untuk kesejahteraan guru, biaya pengembanagn profesi guru) dan biaya non personil (biaya penunjang kegiatan belajar mengajar, pemeliharaan, rumah
tangga sekolah, dll) 59 152 89 0 0
14. Dengan adanya dana Bantua Operasional Sekolah (BOS) maka setiap siswa mempunyai kesempatan untuk memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib
belajar 9 tahun. 69 167 64 0 0
15. Sasaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah semua sekolah setingkat SD dan SLTP baik negeri maupun swasta di
seluruh Indonesia. 66 168 66 0 0
16. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dibayarkan kepada setiap guru sebagai biaya kesejahteraan guru seharusnya
17. Saya sebagai seorang guru sangat paham mengapa setiap penghasilan yang diperoleh dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) harus dipotong pajak penghasilan terlebih
dahulu. 60 145 89 6 0
18. Pajak atas penghasilan yang berasal dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dibagikan sebagai biaya kesejahteraan guru sangatlah
memberatkan. 68 135 78 19 0
19. Saya tidak mengetahui secara pasti berapa persentase pemotongan pajak penghasilan yang diperoleh atas biaya kesejahteraan guru yang diperoleh dari dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). 97 120 80 3 0 20. Saya tidak tahu alasannya
mengapa penghasilan yang diterima setiap guru dari dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) harus dipotong pajak
penghasilan. 41 156 103 0 0
Sumber : Data Primer Diolah.
b. Persepsi Para Guru SDN Tentang Perpajakan
Pada pembahasan mengenai persepsi para guru SDN tentang perpajakan. Dianalisa dengan memberi keusioner yang berisi pertanyaan yang memiliki pernyataan pengetahuan mendasar para guru mengenai perpajakan secara umum, dimana para guru menyampaikan persepsinya mengenai perpajakan berdasarkan pertanyaan kuesioner yang diberikan. Analisa point pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi para guru terhadap perpajakannya dapat dilihat pada Tabel dan Grafik 4.9 dalam point ini terdapat 10 (sepuluh) pertanyaan yang berhubungan dengan
perpajakan secara umum dan komprehensif. Yaitu point pertanyaan nomor satu (1) hingga pertanyaan nomor sepuluh (10) dimana tiap point pertanyaan menggambarkan pendapat serta analisis para guru terhadap pengetahuannya pada perpajakan.
Persepsi para guru tentang perpajakan ketika dihitung berdasarkan hasil yang didapat dari kuesioner kemudian diolah menunjukan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SDN Tentang Perpajakan
UjiProporsi Alternatif Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Prosentase STS 3 0 0 0 0 0 0 0 7 5 0.01 TS 3 0 0 0 0 9 12 6 20 18 4.53% N 58 36 47 36 48 47 49 46 48 44 30.6% S 63 81 76 81 69 72 56 65 51 56 44.67% SS 23 33 27 33 33 22 33 33 24 27 19.2% Total 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 100%
Sumber : Data Primer Diolah.
Grafik Tabel 4.9
Persepsi Para Guru SDN Tentang Perpajakan
PersepsiParaGuru SDN
100 80 60 40 20 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Perpajaka n STS TS N S SS
Berdasarkan gambaran diagram diatas terlihat jelas bahwa kebanyakan para guru SDN mengajukan opsi Setuju dengan persentase
44.67% atas pendapatnya dalam hal ketentuan perpajakan secara umum yang telah disepakati oleh pemerintah. Begitu besar perhatian para guru SDN Jakarta Barat dalam mencermati perpajakan yang diikuti dengan peran serta pemerintah dalam mensosialisasikan program wajib pajak pada setiap warga negara Indonseia khususnya pada dunia pendidikan. Maka dari hasil ini diharapkan pemerintah dapat lebih serius lagi untuk menggalakan program sosialisasi perpajakan dengan pengetahuan perpajakan kepada seluruh warga negaranya akan kepentingan perpajakan terutama untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Himbauan pada pemerintah kepada setiap warga negaranya akan sadar pada perpajakannya terutama pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang diterima dari penghasilannya ataupun tunjangan yang berupa honorarium yang menjadi objek pajak. Memang diketahui bersama adalah membayar pajak penghasilan merupakan kewajiban bagi warga negara yang telah mencapai PKP (Penghasilan Kena Pajak) harus membayarkan pajak penghasilannya kepada negara. Dengan membayar pajak kita telah turut serta dalam usaha membangun negara Indonesia ini kearah lebih maju, karena pajak merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang paling dominan dari seluruh penerimaan negara. Sifat umum dari perpajakan dapat didasarkan pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuatan untuk dapat melakukan sesuai dengan cara yang diinginkan. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional.
c. Persepsi Para Guru SDN tentang Pemotongan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
Pada pembahasan mengenai persepsi para guru SDN tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dianalisa dengan memberi keusioner yang berisi pertanyaan yang memiliki pernyataan pengetahuan mendasar para guru SDN mengenai pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum, dimana para guru SDN menyampaikan persepsinya mengenai pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) berdasarkan pertanyaan kuesioner yang diberikan.
Analisa point pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi para guru SDN tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat dilihat pada Tabel dan Grafik 4.10 dalam point ini terdapat 10 (sepuluh) pertanyaan yang berhubungan dengan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum dan komprehensif. Yaitu point pertanyaan nomor sebelas (11) hingga pertanyaan nomor duapuluh (20) dimana tiap point pertanyaan menggambarkan pendapat serta analisis para guru terhadap pengetahuannya pada pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Persepsi para guru tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ketika dihitung berdasarkan hasil yang didapat dari kuesioner kemudian diolah menunjukan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.10
Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SDN Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi ( PPh 21 ) Atas Dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
UjiProporsi Alternatif Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Prosentase STS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TS 0 0 0 0 0 6 3 9 2 0 1.3% N 36 35 45 32 33 51 45 39 42 51 27.2% S 69 69 75 85 84 72 72 68 60 78 48.8% SS 45 46 30 33 33 21 30 34 46 21 22.6% Total 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 100%
Sumber : Data Primer Diolah.
Grafik Tabel 4.10
Diagram Persepsi Para guru SDN Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan PPh 21 Atas Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
PersepsiParaGuruSDN
100 80 TS 60 N 40 S 20 SS 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 PPh21AtasDa na BOS
Berdasarkan gambaran diagram diatas terlihat jelas bahwa kebanyakan para guru SDN mengajukan opsi Setuju dengan persentase 48.8% atas pendapatnya dalam hal ketentuan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) secara umum yang telah disepakati oleh pemerintah. Begitu besar perhatian para guru SDN Jakarta Barat dalam mencermati pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diikuti dengan peran serta pemerintah dalam mensosialisasikan program wajib pajak pada setiap warga negara Indonseia khususnya pada dunia pendidikan. Maka dari hasil ini diharapkan pemerintah dapat lebih serius lagi untuk menggalakan program sosialisasi perpajakan dengan pengetahuan perpajakan kepada seluruh warga negaranya akan kepentingan perpajakan terutama untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Himbauan pada pemerintah kepada setiap warga negaranya akan sadar pada perpajakannya terutama pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang diterima dari penghasilannya ataupun tunjangan yang berupa honorarium yang menjadi objek pajak. Memang diketahui bersama adalah membayar pajak penghasilan merupakan kewajiban bagi warga negara yang telah mencapai PKP (Penghasilan Kena Pajak) harus membayarkan pajak penghasilannya kepada negara. Dengan membayar pajak kita telah turut serta dalam usaha membangun negara Indonesia ini kearah lebih maju, karena pajak merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang paling dominan dari seluruh penerimaan negara. Sifat umum dari perpajakan dapat didasarkan pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuatan untuk dapat melakukan sesuai dengan cara yang diinginkan. Pajak digunakan untuk
membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional.
d. Persepsi Para Guru SMPN Tentang Perpajakan
Pada pembahasan mengenai persepsi para guru SMPN tentang perpajakan. Dianalisa dengan memberi keusioner yang berisi pertanyaan yang memiliki pernyataan pengetahuan mendasar para guru mengenai perpajakan secara umum, dimana para guru menyampaikan persepsinya mengenai perpajakan berdasarkan pertanyaan kuesioner yang diberikan.
Analisa point pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi para guru SMPN tentang perpajakannya dapat dilihat pada Tabel dan Grafik 4.1 dalam point ini terdapat 10 (sepuluh) pertanyaan yang berhubungan dengan perpajakan secara umum dan komprehensif. Yaitu point pertanyaan nomor satu (1) hingga pertanyaan nomor sepuluh (10) dimana tiap point pertanyaan menggambarkan pendapat serta analisis para guru tentang pengetahuannya pada perpajakan.
Persepsi para guru tentang perpajakan ketika dihitung berdasarkan hasil yang didapat dari kuesioner kemudian diolah menunjukan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.11
Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SMPN Tentang Perpajakan UjiProporsi Alternatif Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Prosentase STS 2 0 0 0 0 0 0 0 5 5 0.8% TS 1 0 0 0 0 7 11 6 21 16 4.13% N 52 38 44 34 46 47 49 43 47 42 29.47% S 72 82 76 80 67 72 54 64 47 57 44.73% SS 23 30 30 36 37 24 36 37 30 30 20.87% Total 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 100%
Grafik Tabel 4.11
Persepsi Para Guru SMPN Tentang Perpajakan
PersepsiPara GuruSMPN
100 80 STS 60 TS N 40 S 20 SS 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Perpajakan
Sumber : Data Primer Diolah.
Berdasarkan gambaran diagram diatas terlihat jelas bahwa kebanyakan para guru SMPN mengajukan opsi Setuju dengan persentase 44.73% atas pendapatnya dalam hal ketentuan perpajakan secara umum yang telah disepakati oleh pemerintah. Begitu besar perhatian para guru SMPN Jakarta Barat dalam mencermati perpajakan yang diikuti dengan peran serta pemerintah dalam mensosialisasikan program wajib pajak pada setiap warga negara Indonseia khususnya pada dunia pendidikan. Maka dari hasil ini diharapkan pemerintah dapat lebih serius lagi untuk menggalakan program sosialisasi perpajakan dengan pengetahuan perpajakan kepada seluruh warga negaranya akan kepentingan perpajakan terutama untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Himbauan pada pemerintah kepada setiap warga negaranya akan sadar pada perpajakannya terutama pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang diterima dari
penghasilannya ataupun tunjangan yang berupa honorarium yang menjadi objek pajak. Memang diketahui bersama adalah membayar pajak penghasilan merupakan kewajiban bagi warga negara yang telah mencapai PKP (Penghasilan Kena Pajak) harus membayarkan pajak penghasilannya kepada negara. Dengan membayar pajak kita telah turut serta dalam usaha membangun negara Indonesia ini kearah lebih maju, karena pajak merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang paling dominan dari seluruh penerimaan negara. Sifat umum dari perpajakan dapat didasarkan pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuatan untuk dapat melakukan sesuai dengan cara yang diinginkan. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional.
e. Persepsi para guru SMPN tentang pemotongan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS).
Pada pembahasan mengenai persepsi para guru SMPN tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dianalisa dengan memberi keusioner yang berisi pertanyaan yang memiliki pernyataan pengetahuan mendasar para guru SMPN mengenai pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum, dimana para guru SMPN menyampaikan persepsinya mengenai pemotongan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) berdasarkan pertanyaan kuesioner yang diberikan.
Analisa point pertanyaan yang berhubungan dengan persepsi para guru SMPN tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dapat dilihat pada Tabel dan Grafik 4.12 dalam point ini terdapat 10 (sepuluh) pertanyaan yang berhubungan dengan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum dan komprehensif. Yaitu point pertanyaan nomor sebelas (11) hingga pertanyaan nomor dua puluh (20) dimana tiap point pertanyaan menggambarkan pendapat serta analisis para guru terhadap pengetahuannya pada pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Persepsi para guru tentang pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ketika dihitung berdasarkan hasil yang didapat dari kuesioner kemudian diolah menunjukan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.12
Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SMPN Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) Atas Dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS)
Alternatif UjiProporsi
Jawaban 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Prosentase
STS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TS 0 0 0 0 0 6 3 10 1 0 1.3% N 36 34 44 32 33 48 44 39 38 52 26.67% S 69 68 77 82 84 74 73 67 60 78 48.8% SS 45 48 29 36 33 22 30 34 51 20 23.2% Total 150 150 150 150 150 150 150 150 150 150 100%
Grafik Tabel 4.12
Persepsi Para Guru SMPN Tentang Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) Atas Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
PersepsiParaGuruSMPN
100 80 TS 60 N 40 S 20 SS 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 PPh21AtasDa na BOS
Berdasarkan gambaran diagram diatas terlihat jelas bahwa kebanyakan para guru SMPN mengajukan opsi Setuju dengan persentase 48.8% atas pendapatnya dalam hal ketentuan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) secara umum yang telah disepakati oleh pemerintah. Begitu besar perhatian para guru SMPN Jakarta Barat dalam mencermati pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diikuti dengan peran serta pemerintah dalam mensosialisasikan program wajib pajak pada setiap warga negara Indonseia khususnya pada dunia pendidikan. Maka dari hasil ini diharapkan pemerintah dapat lebih serius lagi untuk menggalakan program sosialisasi perpajakan dengan pengetahuan perpajakan kepada seluruh warga negaranya akan kepentingan perpajakan terutama untuk kesejahteraan bangsa dan negara. Himbauan pada
pemerintah kepada setiap warga negaranya akan sadar pada perpajakannya terutama pajak penghasilan orang pribadi (PPh 21) yang diterima dari penghasilannya ataupun tunjangan yang berupa honorarium yang menjadi objek pajak. Memang diketahui bersama adalah membayar pajak penghasilan merupakan kewajiban bagi warga negara yang telah mencapai PKP (Penghasilan Kena Pajak) harus membayarkan pajak penghasilannya kepada negara. Dengan membayar pajak kita telah turut serta dalam usaha membangun negara Indonesia ini kearah lebih maju, karena pajak merupakan sumber penerimaan keuangan negara yang paling dominan dari seluruh penerimaan negara. Sifat umum dari perpajakan dapat didasarkan pada undang-undang, sehingga terdapat unsur kekuatan untuk dapat melakukan sesuai dengan cara yang diinginkan. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian pembangunan nasional.
Untuk mendapatkan hasil akhir dari penelitian ini, bagaimana menganalisa hubungan persepsi para guru SDN dan SMPN di Jakarta Barat tentang Perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas dana Bantuan Operasional Sekolah akan diterangkan dengan metode deskriptif kuantitatif. Dimana variabel yang diuji untuk menganalisa ini adalah dengan menghubungkan skala sikap dan point pertanyaan yang berhubungan dengan keduanya yaitu : Perpajakan dan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas dana Bantuan Operasional Sekolah yang telah mereka terima disekolahnya masing-masing dan keduanya sebagai variabel. Hasil pengelompokan
tersebut dapat dilihat dari tabel yang dibuat dan digunakan untuk melihat keeratan hubungan skala sikap dengan point pertanyaan.
Untuk sampai pada tujuan akhir dari penelitian ini, akan diambil kesimpulan dari hasil analisa berdasarkan prosentasi yang dihitung berdasarkan tingkat jenjang point pertanyaan yaitu :
Tabel 4.13
Jenjang Instrumen Variabel Penelitian Point
Pertanyaan Instrumen Variabel
Point 01 s-d 10 Persepi Para Guru Tentang Perpajakan
Point 11 s-d 20 Persepsi Para Guru Tentang Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan Operasional Sekolah
Sumber : Data Primer Diolah.
Tiap point pertanyaan mempunyai tingkat skala dalam point pertanyaan, sehingga akan memudahkan peneliti untuk mengukur seberapa besar hasil analisa yang didapat, berikut kesimpulan atau hasil perhitungan berdasarkan