PERSEPSI PARA GURU TENTANG
PERPAJAKAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN
ORANG PRIBADI ATAS DANA BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH
(Studi Kasus SDN & SMPN Se-Jakarta Barat)
Disusun Oleh :
FARID MUHARAM
(103082029456)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN DAN
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI ATAS DANA
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
(Studi Kasus SDN dan SMPN Se-Jakarta Barat)
Skripsi
Diajukan Kepada fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
FARID MUHARAM NIM: 103082029456
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Rini, SE, Ak, MSi
NIP. 195706171985031002 NIP. 19760315200501002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN DAN
PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI ATAS DANA
BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH
(Studi Kasus SDN dan SMPN Se-Jakarta Barat)
Skripsi
Diajukan Kepada fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
FARID MUHARAM
NIM: 103082029456
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS Rini, SE, Ak, MSi
NIP. 195706171985031002 NIP. 19760315200501002
Penguji I Penguji II
Dr. Amillin, SE, Ak. MSi Afif Sulfa, SE, Ak, Msi
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hari ini Kamis Tanggal Enam Belas Bulan April Tahun Dua Ribu Sembilan. telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Farid Muharam dengan NIM : 103082029456 dengan judul skripsi ”PERSEPSI PARA GURU TENTANG PERPAJAKAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN ORANG
PRIBADI ATAS DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH” (Studi
Kasus SDN dan SMPN Se-Jakarta Barat). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 16 April 2009
Tim Penguji Komprehensif
Dr. Amillin, SE, Ak. MSi Hepi Prayudiawan, SE, Ak, MM
Ketua Sekretaris
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA
Nama : Farid Muharam
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Oktober 1983
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Komp. Deplu Caraka Buana Blok C3 RT 01 RW 06
No. 24 Jurang Mangu Timur
Email : fuarid@yahoo.com
Telepon : 081310753594/021-92143201
Motto : Sebaik-baiknya Manusia adalah yang Bermanfaat
Untuk Manusia
PENDIDIKAN
1990 – 1996 : Tamat SD Cendrawasih, Jak-sel
1996 – 1999 : Tamat SLTP PGRI 13 Menteng, Jak-pus
1999 – 2003 : Tamat MA. Al-Ghifharri, Bogor
1999 – 2003 : Tamat Pondok Pesantren Modern Al- Ghifharri, Bogor
2003 – 2010 : Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Jurusan Akuntansi
PENGGALAMAN ORGANISASI
• Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII)
• Departemen Olahraga dan Kesenian Badan Eksekutif Mahasiswa UIN
Syarif hidayatullah Jakarta (2004 – 2005).
• Ketua Ikatan Keluarga Mesjid Al – Ghifhari (IKMAL)Tahun (2002–
ABSTRACT
The purpose of this research is to know and measure the perception of tax and witholding of personal income tax to operational of assistance funds in school. To analyze the perseption, the researcher uses statistic descriptive analyzs.
This research used random sampling in determaining samples, that is ransoming to 300 samples of teachers, the result is the following analysis:
The elemetery’s and junior’s high school teachers tend to understand the witholding personal income tax to operational of assistance funds in school.
Spreading questionnaire was done in eigth places of sub district of west Jakarta, about 300 questionnaires gave out to the teachers that was obliged to pay personal income tax from operationl of assistance funds in school. Then each question points is taste with validity and reliability test, so yielded valid result and reliable result. Each questions was analyzed with refer to answer result of respondents.
Based on the data which the writer got from the result of questionnaire which distributed to eight sub district in west Jakarta (for the sake of getting a valid result). After analyzing and processing the data by using SPSS program, the the writer get significant result that the teacher tend to understand of tax and witholding of personal income tax to operational of assistance funds in school. It can be conclude that the teacher having positive for tax and witholding personal income tax to operational of assistance funds in school.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengukur persepsi para guru terhadap perpajakan dan pemotongan pajak penghasilan orang pribadi atas dana Bantuan Operasional Sekolah. Untuk menganalisis persepsi tersebut dilakukan dengan mengunakan analisis statistik deskriptif.
Dalam penentuan sampel digunakan random sampling yang diacak untuk dijadikan sampel yang berjumlah 300 guru SDN dan SMPN dengan menghasilkan sebuah analisa yaitu:
Para guru SDN dan SMPN se-Jakarta Barat cenderung mengetahui dan memahami tentang perpajakan dan pemotongan PPh 21 orang pribadi atas honorarium yang menjadi objek pajak dari dana BOS.
Penyebaran kuesioner dilakukan dengan menyebarkan di 8 titik kecamatan di wilayah Jakarta Barat sebanyak 300 kuesioner ke para guru yang telah terkena kewajiban membayar pajak atas dana Bantuan Operasional Sekolah yang menjadi objek pajak, kemudian diuji tiap poin pertanyaan dengan uji validitas dan realibilitas dan dihasilkan dengan hasil yang valid dan realiabel, kemudian tiap poin pertanyaan dianalisa hasil dan responden menjawabnya.
Berdasarkan data yang penulis peroleh dari hasil keusioner yang disebarkan ke 8 kecamatan di Jakarta Barat, untuk mendapatkan hasil yang valid dari penelitian tersebut, setelah melakukan analisa dan pengolahan data dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil yang signifikan bahwa para guru cenderung mengerti dan memahami terhadap perpajakan dan pemotongan pajak penghasilan orang pribadi atas dana Bantuan Operasional Sekolah, dapat disimpulkan bahwa para guru memiliki persepsi terhadap perpajakan dan pemotongan pajak penghasilan orang pribadi atas dana Bantuan Operasional Sekolah.
KATA PENGANTAR
Dengan Menyebut Asma ALLAH yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Bahwa segala sesuatu ada dalam kekuasaannya, syukur yang tak terhingga
selalu terucap kepada ALLAH Subhannahu Wa ta’ala, atas segala karunia yang Ia
beri. Ia yang Maha Mengasihi dan Maha Menyayangi setiap makhluknya. Tuhan,
karuniakan aku ketulusan mencinta, menghamba, dan bersimpuh tunduk
dijalanMu. Shalawat semoga selalu tercurah untuk Rasulullah, yang cintaNya bagi
kita umatnya, dalam tertanam dijiwanya. Tuhan karuniakan aku kekuatan
mengikuti jejak RasulMu, hingga dapat kutatap wajahnya di SurgaMu.
Sudah merupakan kelaziman yang umum, bahwa setiap mahasiswa yang
akan mengakhiri atau menyelesaikan masa pendidikannya, diwajibkan untuk
menyusun skripsi sebagai syarat dalam menempuh ujian sidang kesarjanaan (S-1)
pada Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Skripsi ini berjudul ”Persepsi Para Guru Tentang Perpajakan dan
Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan
Operasional Sekolah” (Studi Kasus Guru SDN dan SMPN di wilayah Jakarta
Barat) disusun berdasarkan data yang penulis peroleh dari studi kepustakaan dan
penelitian lapangan. Selanjutnya penulis menyadari bahwa dengan selesainya
laporan ini tidak lepas dari kontribusi dan motivasi dari berbagai pihak untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. UMMI tercinta ”Hj Siti Mariam” hamba sangat mengerti dengan Surgamu
berada dibawah telapak kaki Ibumu, Perjuanganmu tiada henti tak akan
mampu membalasnya ( maafin arid ”Mi” ). APPAku tersayang ”H. M.
Nasir dan tante Hj. Endang Suprihatin” doa tulus ikhlas dan motivasi yang
tak pernah padam, jadikan semangat dan hamparan ruhul hayat yang tak
pernah ternilai. Khususson kakak keduaku ”Fauzi Rayadi (alm)” Rest In
Peace doa arid akan slalu mengiringi, serta aa, teteh dan adikku yang slalu
Fathan, Faiza dan Fathir yang selalu memberikan keceriaan dalam
keseharianku ketika kepanatan menghampiriku selama mengerjakan
skripsi ini.
skripsi ini (terima kasih Ibu, maaf jika agak lama....).
4. Bapak Afif Sulfa, SE, Ak, Msi.selaku Ketua Jurusan Akuntansi FEIS UIN.
5. Seluruh Pengajar dan staf FEIS yang telah memberikan andil selama masa
kulliah penulis dan selama penyelesaian skripsi ini.
6. Pemerintah Daerah DKI Jakarta Barat yang telah memberikan izin dan
membantu dalam melakukan riset (penelitian) yang berkaitan dengan judul
skripsi. Terima kasih untuk informasi dan data-datanya...
7. Para Bapak - Ibu Guru SDN dan SMPN se-Jakarta Barat terima kasih atas
kesediaannya untuk meluangkan waktu dengan mengisi kuesioner. (Kalau
Bapak-Ibu benar jangan pernah takut untuk diaudit Dana Bosnya).
8. Khususson untuk sahabat yang tak pernah terlupakan berserta Keluarga
alm YASIN PUASA skripsi ini di dedikasikan untukmu brother, Bapak-
ibu,kakak-kakak dan adik almarhum kalian sudah seperti keluarga.
9. Spesial tuk Irna Yunia Madjid, thanks for everything mudah-mudahan kita
ga lama lagi untuk menempuh kehidupan yang baru.
10. Rekan–rekan seperjuangan, brothers n sisters, sahabat-sahabati dan
segenap sivitas kampus UIN, Para Santri se-indonesia khususnya
Pondokku Al-Ghifarri, teman-teman diAsrama Putra 2003-2004, geng
kos’an, Jurusan Akuntansi dari angkatan pertama hingga kini, Fakultas
Ekonomi dari baru lahir, teman-teman diorganisasi baik dalam dan luar
kampus (salam pergerakan) bangsa ini menuggu karyamu. Club
pula teman-teman senasib dalam meniti karir Lokal staff DEPLU klo
sudah dinegeri orang jangan pernah meninggalkan culture bangsa kita.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan didalam penyusunan skripsi ini,
oleh karena itu kritikan dan saran menuju penyempurnaan penulis sangat
harapkan.
Akhirnya dengan tulus hati yang paling dalam penulis berdoa semoga bantuan
dari semua pihak menjadi amal shaleh dan semoga Allah S.W.T. membalas jasa
dan amal baik kalian dengan balasan yang berlipat ganda ”amin”. Harapan
penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
penulis khususnya.
Jakarta, Januari 2010
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul... i
Lembar Pengesahan Dosen ... ii
Lembar Pegesahan Komprehensif ... iii
Daftar Riwayat Hidup... iv A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Perumusan Masalah... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak... 8
B. Fungsi Pajak dan Syarat - syarat Pemungutan Pajak... 10
C. Jenis-jenis Pajak... 13
D. Tata Cara Pemungutan Pajak ... 14
E. Tarif Pajak... 17
F. Pengertian Pajak Penghasilan Orang Pribadi... 18
G. Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi... 19
H. Pengertian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). 21 I. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)... 22
J. Sasaran Program dan Besar Bantuan ... 24
K. Waktu Penyaluran Dana... 25
M. Landasan Hukum... 26
N. Pengguanaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)... 29
O. Kebijakan Program Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009... 32
P. Sekolah Penerima Bantuan Operasional Sekolah ... 33
Q. Organisasi Pelaksana Dana Bantuan Operasional Sekolah... 34
R. Persepsi ... 36
S. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya... 37
T. Kerangkan Pemikiran... 39 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 51
1. Sejarah DKI Jakarta... 51
2. Pemerintahan... 52
3. Geografis Jakarta Barat ... 53
B. Penemuan dan Pembahasan... 55
1. Demografi Responden... 55
2. Hasil Uji dan Validitas... 58
3. Hasil Uji Realibilitas Penelitian... 60
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan... 77
B. Impliksi... 78
C. Saran Penelitian... 80
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Dana BOS Per Siswa Per Tahun 24
3.1 Skala Sikap Responden 47
3.2 Operasional Variabel Penelitian 49
4.1 Batas Wilayah Jakarta Barat 52
4.2 Kecamatan di DKI Jakarta 53
4.3 Kelurahan di Kecamatan-kecamatan di Kota Jakarta Barat 54
4.4 Karakteristik Responden (Gender dan Pendidikan) 56
4.5 Karakteristik Responden (Pengalaman Mengajar) 57
4.6 Uji Validitas Penelitian 58
4.7 Uji Realibilitas Penelitian 59
4.8 Hasil Penyebaran Kuesioner Para Guru SD dan SMPN 62
4.9 Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SDN 63
Terhadap Perpajakan
4.10 Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SDN 66
Terhadap Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
atas dana Bantuan Operasional Sekolah
4.11 Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SMPN 68
Terhadap Perpajakan
4.12 Hasil Jawaban Analisa Persepsi Para Guru SMPN 71
Terhadap Pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
atas dana Bantuan Operasional Sekolah
4.13 Jenjang Instrumen Variabel Penelitian 74
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
1 Kerangka Pemikiran 39
2 Grafik Persepsi Para Guru SDN Terhadap Perpajakan 63
3 Grafik Persepsi Para Guru SDN Terhadap Pemotongan 66
Pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana bantuan
Operasional Sekolah
4 Grafik Persepsi Para Guru SMPN Terhadap Perpajakan 69
5 Grafik Persepsi Para Guru SMPN Terhadap Pemotongan 72
pajak Penghasilan Orang Pribadi atas Dana Bantuan
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
Lampiran 1 Hasil Pengolahan Data 80
Lampiran 2 Tabel Krejcie 81
Lampiran 3 Surat Keterang Riset 82
Lampiran 4 Kuesioner 83
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan suatu masyarakat adil
dan makmur yang merata dan berkesinambungan antara materiil dan spritual.
Oleh karena itu, peranan masyarakat dalam pembiayaan pembagunan harus
terus ditumbuh kembangkan dengan cara mendorong kesadaran, pemahaman
dan penghayatan bahwa pembangunan adalah hak, kewajiban dan tanggung
jawab seluruh rakyat. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu
bangsa dan negara dalam pembiayaan pembangunan tersebut adalah dengan
menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri, yaitu berupa pajak.
Pajak ini digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi
kepentingan bersama terutama dalam rangka mewujudkan kemandirian
pembangunan nasional.
Penerimaan pajak merupakan penerimaan yang paling dominan dari
seluruh penerimaan negara. Sifat dari pemungutan pajak adalah dapat
dipaksakan karena didasarkan pada undang-undang, sehingga terdapat unsur
kekuasaan untuk dapat melakukan sesuai yang diinginkan atau untuk membuat
sesuatu terjadi dengan cara yang diinginkan. Bisa dilihat bahwa pendekatan
kekuasan untuk pendekatan pajak tidak dapat diyakini keberhasilannya. Untuk
itu haruslah dijalankan secara bersama-sama dengan prinsip memberikan
pelayanan yang sesuai dengan keinginan wajib pajak sehingga dapat
Agar pendapatan negara dapat terealisasi dari sumber pendapatan
nonmigas, yaitu melalui penerimaan pajak, maka Direktorat Jendral Pajak
sebagai penerima otoritas untuk melakukan pemungutan pajak tingkat pusat,
menetapkan rencana strategis yang mengarah pada yang utama yaitu
mengamankan penerimaan yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) setiap tahun dengan cara memperkokoh sistem self
assesment dalam pemungutan pajak.
Salah satu aloksi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang
terbesar adalah sektor pendidikan. Sektor ini adalah sektor yang paling banyak
mendapat perhatian publik. Hal ini dikarenakan sektor pendidikan merupakan
sektor yang paling banyak mendapat alokasi biaya, terlebih lagi sudah
diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 49, dimana dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada
sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD). Namun pada pelaksanaannya alokasi tersebut tidak mencapai
persentase yang diharapkan.
Dunia pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas. Ruang lingkupnya
mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan.
Setiap orang pernah mendengar tentang perkataan pendidikan, dan setiap
orang waktu kecilnya pernah mengalami pendidikan, atau setiap orang, guru,
yang sebenarnya apa pendidikan itu, dan tidak setiap orang mengalami
pendidikan ataupun menjalankan sebagaimana mestinya. Pendidikan
merupakan aspek terpenting untuk dimiliki oleh setiap umat manusia. Karena
dengan pendidikan dapat menciptakan perubahan sikap yang baik pada diri
seseorang. Pendidikan mempunyai dua proses utama yaitu mengajar dan
diajar. Mengajar ditingkat pendidikan formal biasanya dilakukan dengan
seorang guru.
Tidak tercapainya anggaran untuk alokasi pendidikan dikarenakan
anggaran penerimaan itu sendiri belum maksimal dalam hal realisasi
penerimaannya terutama dalam hal penerimaan dari sektor nonmigas yaitu
sektor pajak. Untuk itu perlu kesadaran dan pemahaman dari para wajib pajak
karena dalam sistem pemungutan pajak (self assesment) yang dianut Indonesia
ini maka wajib pajak berkewajiban menghitung, memperhitungkan, menyetor,
dan melapor pajak terhutang dilakukan sendiri oleh wajib pajak (Siti Resmi,
2005:20). Dengan sistem self assesment ini dibutuhkan sukarela dari wajib
pajak dimana tingkat kepatuhan ini dapat terwujud jika terpenuhi unsur
kesadaran perpajakan dan unsur tindakan penegakan hukum.
Salah satu subjek pajak yang dinilai kurang memahami atau mengerti
perihal kewajibannya dalam hal perpajakan adalah para pegawai disektor
pendidikan, antara lain guru dan tenaga pendidikan lainnya. Karena melihat
latar belakang para guru dan tenaga pendidikan yang mayoritas bukan dari
dunia keuangan atau dunia perpajakan maka sangat wajar jika tingkat
kaitannya dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yaitu
pada sektor pendidikan dimana alokasi sektor pendidikan terutama pada
tingkat pendidikan dasar maka pemerintah mencanangkan Program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) sebagai bentuk subsidi/bantuan pemerintah dalam
rangka Wajib Belajar 9 tahun yang bermutu.
Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 tahun diukur
dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP/sederajat. Pada tahun
2008 Angka Partisipasi Kasar (APK) rata-rata telah mencapai 96,18%
sehingga program Wajib Belajar 9 tahun telah tuntas sesuai dengan waktu
yang telah ditargetkan pemerintah Indonesia dan bahkan target itu dapat
dicapai 7 tahun lebih awal dibandingkan dengan komitmen internasional yang
dideklarasikan di Dakar mengenai Education for All (EFA) tahun 2000 yang
mewajibkan semua Negara di dunia harus menuntaskan Wajib Belajar 9 tahun
paling lambat tahun 2015 nanti. (Tanpa nama, http://dispendik-
kabkediri.net/informasi-mengenai-bantuan-operasional-sekolah-th-2009/, 28
Januari 2009 ).
Dalam program bantuan operasional sekolah (BOS) terdapat pula sumber-
sumber penerimaan negara berupa pajak yang diperoleh dari honorarium,
tunjangan dan lain sebagainya yang menjadi objek pajak dari para guru dan
tenaga pendidik yang telah menerima dana tersebut. (Depdiknas dan Depag,
2006:19)
Berkaitan dengan sumber daya manusia yaitu para guru dan tenaga
sangatlah wajar jika para guru dan tenaga pendidik kurang menyadari serta
memahami perihal kewajiban perpajakannya. Dalam penulisan penelitian ini,
penulis mencoba mengkaji lebih lanjut dalam skripsi dengan judul “Persepsi
Para Guru Tentang Perpajakan Dan Pemotongan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi atas Dana Bantuan Operasional Sekolah.”(Studi Kasus
SDN dan SMPN Se- Jakarta Barat).”
B. Perumusan Masalah
Untuk menghindari melebarnya pembahasan dan selanjutnya memudahkan
dalam melakukan analisa pembahasannya maka penulis mencoba membatasi
permasalahan mengenai persepsi para guru terhadap perpajakan dalam hal
pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang telah diterima atas pembayaran hak-haknya
yang berkaitan dengan honorarium, tunjangan, dan sebagainya yang menjadi
objek pajak.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis mengemukakan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah persepsi para guru SDN dan SMPN se-Jakarta Barat
tentang perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
(PPh 21) atas honorarium yang menjadi objek pajak dari dana BOS?
2. Apakah terdapat perbedaan persepsi para guru SDN dan SMPN se-Jakarta
Pribadi (PPh 21) atas honorarium yang menjadi objek pajak dari dana
BOS secara bersama-sama ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui persepsi para guru tentang perpajakan dan pemotongan
Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas honorarium yang
menjadi objek pajak dari dana BOS.
b. Untuk mengetahui adakah perbedaan persepsi para guru SDN dan
SMPN se-Jakarta Barat tentang perpajakan dan pemotongan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas honorarium yang menjadi
objek pajak dari dana BOS secara bersama-sama.
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, di
antaranya:
a. Penulis
Dapat menyadari betapa pentingnya pajak dan mengetahui
permasalahan dan pemecahannya dalam masyarakat, khususnya Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21), tidak hanya melalui teori yang
b. Guru
Membantu memberikan pemahaman kepada guru tentang hal-hal yang
berkaitan dengan perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (PPh 21) atas dana BOS.
c. Pihak Lain
Memberikan kontribusi pada pengembangan teori terutama berkaitan
dengan perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan Orang Pribadi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pajak
Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk
mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung
dari masyarakat, guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial
ekonomi masyarakat.
Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu kewajiban Warga Negara
berupa pengabdian serta peran aktif Warga Negara dan anggota masyarakat
untuk membiayai berbagai keperluan negara yang berupa pembangunan
nasional yang pelaksanannya diatur dalam Undang-Undang dan Peraturan-
Peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.
Ada beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli yang
memberikan pengertian berbeda-beda namun pada inti dan tujuannya adalah
sama.
1. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Prof. DR. Rochmat Soemitro, SH:
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum (Siti Resmi, 2005:1).
2. Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I. Djajadiningrat:
Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke
memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut
peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak
ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara
kesejahteraan secara umum (Siti Resmi, 2005:1).
3. Definisi pajak yang dikemukakan oleh Mr. Dr. N. J. Feldmann:
Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada
penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkan secara umum), tanpa
adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup
pengeluaran-pengeluaran umum (Siti Resmi, 2005:1).
4. Definisi pajak dalam UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa:
Pajak adalah semua jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat,
termasuk bea masuk dan cukai, dan pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah menurut undang-undang dan peraturan daerah.
Kesimpulan dari beberapa definisi tersebut adalah:
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta
aturan pelaksanaannya.
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi
individual oleh pemerintah.
3. Pajak dipungut oleh pemerintah pusat maupun daerah.
4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila
dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
B. Fungsi Pajak dan Syarat-syarat Pemungutan Pajak
1. Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak, yaitu: (Siti Resmi, 2005:2)
a. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk
membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai
sumber keuangan negara, pemerintah berupaya memasukan uang
sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh
dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan pajak
melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak.
b. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
2. Syarat-syarat Pemungutan Pajak
Karena pajak merupakan peralihan kekayaan dari sektor swasta ke
sektor negara maka pemungutannya agar tidak menimbulkan berbagai
hambatan atau perlawanan, maka harus memenuhi beberapa syarat, antara
lain adalah sebagai berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan)
Tujuan dari setiap hukum adalah membuat adanya keadilan,
demikian pula dalam hukum pajak pun mempunyai tujuan yang sama
dengan tujuan hukum-hukum lainnya yaitu membuat adanya keadilan
maupun adil dalam pelaksanaannya. Salah satu jalan yang harus
ditempuh dalam mencari keadilan adalah mengusahakan agar
pemungutan pajak diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga dapat
diperoleh tekanan yang sama atas seluruh rakyat, dan keadilan inilah
yang dinamakan asas pemungutan pajak menurut falsafah hukum atau
syarat keadilan.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat yuridis)
Hukum pajak harus dapat memberikan jaminan hukum yang perlu
untuk menyatakan keadilan yang tegas, baik untuk negara maupun
untuk warganya. Bagi negara-negara hukum, maka segala sesuatu
harus diatur atau ditetapkan undang-undang termasuk pemungutan
pajak. Pemungutan pajak di Indonesia diatur juga dalam Undang-
Undang Dasar 1945, yaitu pada pasal 23 ayat 2 yang menyatakan
bahwa:
“Pengenaan dan pemungutan pajak (termasuk bea dan cukai) untuk
keperluan negara hanya boleh terjadi berdasarkan undang-undang.”
Pemungutan pajak harus memperoleh persetujuan dari rakyat
melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Di samping itu dalam
menyusun undang-undangnya pun harus diusahakan oleh pembuat
undang-undang untuk tercapainya keadilan dalam pemungutan pajak.
c. Tidak mengganggu perekonomian (syarat ekonomi)
Keseimbangan dalam kehidupan ekonomi tidak boleh terganggu
sesuai dengan fungsi kedua dari pemungutan pajak, yaitu fungsi
mengatur. Oleh karena itu kebijaksanaan pemungutan pajak harus
diusahakan supaya tidak menghambat lancarnya perekonomian, baik
dalam bidang produksi maupun perdagangan dan jangan sampai
merugikan kepentingan umum dan menghalang-halangi usaha
rakyatnya dalam menuju kebahagiaan.
d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial)
Hasil pemungutan pajak sedapat mungkin cukup untuk menutup
sebagian dari pengeluaran-pengeluaran negara sesuai dengan fungsi
pertama dari pemungutan pajak yaitu sebagai sumber keuangan negara
(budgetair). Oleh karena itu untuk melaksanakan pemungutan pajak
hendaknya tidak memakan biaya pemungutan yang besar, dan
pemungutan ini hendaknya dapat mencegah inflasi. Untuk mencapai
efisiensi pemungutan pajak serta untuk memudahkan wajib pajak
untuk menghitung dan memperhitungkan pajaknya maka harus
disertakan sistem pemungutan pajak yang sederhana dan mudah
dilaksanakan sehingga masyarakat tidak terganggu dengan
permasalahan pajak yang sulit sehingga dapat menimbulkan
inefisiensi.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Untuk mencapai efisiensi pemungutan pajak serta untuk
memudahkan warga masyarakat untuk menghitung dan
sederhana yang mudah dilaksanakan dan akan meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar pajak.
C. Jenis-jenis Pajak
1. Menurut Golongannya: (Siti Resmi, 2005:6)
1. Pajak Langsung
Yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak
Penghasilan.
2. Pajak Tidak Langsung
Yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau
dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga. Contoh: Pajak
Pertambahan Nilai.
2. Menurut Sifatnya
a. Pajak Subjektif
Yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan pada keadaan
pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan
keadaan subjeknya. Contoh: Pajak Penghasilan.
b. Pajak Objektif
Yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan
keadaan wajib pajak. Contoh: PPN dan PPnBM.
3. Menurut Lembaga Pemungutnya
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contoh: PPh,
PBB, Bea Materai, PPN dan PPnBM.
b. Pajak Daerah
Yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contoh: Pajak
Kendaraan Bermotor, Pajak Pembangunan, Dan Lain-lain.
D. Tata Cara Pemungutan Pajak
Tata cara pemungutan pajak terdiri dari stelsel pajak, asas pemungutan
pajak, dan sistem pemungutan pajak. (Siti Resmi, 2005:8)
1. Stelsel Pajak
1. Stelsel Nyata (riil)
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada
objek yang sesungguhnya terjadi. Oleh karena itu pemungutan
pajaknya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yaitu setelah
semua penghasilan yang sesungguhnya dalam suatu tahun pajak
diketahui. Kelebihan stelsel nyata adalah perhitungan pajak didasarkan
pada penghasilan yang sesungguhnya sehingga lebih akurat dan
realistis. Kelemahannya adalah pajak baru dapat diketahui pada akhir
1) Wajib pajak akan dibebani jumlah pembayaran pajak yang tinggi
pada akhir tahun sementara pada waktu tersebut belum tentu
tersedia jumlah kas yang memadai.
2) Semua wajib pajak akan membayar pajak pada akhir tahun
sehingga uang beredar secara makro akan terpengaruh.
2. Stelsel Anggapan (fiktif)
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada
suatu anggapan yang diatur oleh Undang-Undang. Dengan stelsel ini
berarti besarnya pajak yang terutang pada tahun berjalan sudah dapat
ditetapkan atau diketahui pada awal tahun yang bersangkutan.
Kelebihan stelsel fiktif ini adalah pajak yang dibayar selama tahun
berjalan, tanpa harus menunggu sampai akhir tahun.
3. Stelsel Campuran
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada
kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. Pada awal tahun,
besarnya pajak dihitung berdasarkan anggapan kemudian pada akhir
tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan keadaan yang
sesungguhnya. Jika besarnya pajak berdasar keadaan sesungguhnya
lebih besar dari pada besarnya pajak menurut anggapan, wajib pajak
harus membayar kekurangan tersebut. Sebaliknya, jika besarnya pajak
sesungguhnya lebih kecil dari pada besarnya pajak menurut anggapan,
dikompensasikan pada tahun-tahun berikutnya, setelah diperhitungkan
dengan utang pajak yang lain.
2. Asas Pemungutan Pajak
a. Asas Domisili (asas tempat tinggal)
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas
seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya,
baik penghasilan yang berasal dari dalam negeri maupun penghasilan
yang berasal dari luar negeri.
b. Asas Sumber
Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber di wilayahnya yang memperhatikan
tempat tinggal wajib pajak.
c. Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan
kebangsaan suatu Negara.
3. Sistem Pemungutan Pajak
a. Official Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan
aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang
terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan yang berlaku. Dalam hal ini, inisiatif dan kegiatan
meghitung serta memungut pajak sepenuhnya berada ditangan para
b. Self Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib
pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terutang setiap tahunnya
sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan yang berlaku.
Dalam hal ini, inisiatif dan kegiatan menghitung serta pelaksanaan
pemungutan pajak berada ditangan wajib pajak. Wajib pajak dianggap
mampu menghitung pajak, mampu memahami peraturan perpajakan
yang sedang berlaku, dan mempunyai kejujuran yang tinggi, serta
menyadari akan arti pentingnya membayar pajak.
c. With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh wajib pajak sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang
Perpajakan yang berlaku.
E. Tarif Pajak
Untuk mencapai kondisi adanya keadilan atau tekanan yang sama bagi
wajib pajak, maka salah satu alatnya adalah tarif. Tarif yang berlaku harus
dapat mencerminkan adanya keadilan pajak sebagai berikut: (Siti Resmi,
2005:13)
1. Tarif Pajak Proporsional
Tarif pajak proporsional yaitu tarif berupa persentase tetap terhadap
2. Tarif Pajak Meningkat (Progresif)
Tarif pajak progresif adalah tarif pajak yang persentase nya menjadi
lebih besar apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaannya semakin
besar memperhatikan kenaikan persentase tarifnya. Tarif progresif dapat
dibagi menjadi:
a. Tarif Progresif Progresif
Dalam hal ini kenaikan persentase nya semakin besar.
b. Tarif Progresif Tetap
Kenaikan persentase nya tetap.
c. Tarif Progresif Degresif
Kenaikan persentase nya semakin kecil.
3. Tarif Pajak Degresif
Tarif pajak degresif adalah persentase tarif pajak yang semakin
menurun apabila jumlah yang menjadi dasar pengenaan pajak menjadi
semakin besar.
4. Tarif Pajak Tetap
Dalam tarif pajak tetap ini adalah tarif berupa jumlah yang tetap (sama
besarnya) terhadap berapa pun jumlah yang menjadi dasar pengenaan
pajak. Oleh karena itu besarnya pajak yang terutang tetap (Waluyo dan
F. Pengertian Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)
Menurut UU No. 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, definisi
penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah
kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk
apapun.
Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21), selanjutnya disebut PPh pasal
21, merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan lain yang
dilakukan wajib pajak orang pribadi dalam negeri. (Siti Resmi, 2005:145)
Pembayaran pajak penghasilan ini dilakukan dalam tahun berjalan melalui
pemotongan oleh pihak-pihak tertentu. Pihak yang wajib melakukan
pemotongan dan pelaporan PPh 21 adalah pemberi kerja, bendaharawan
pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan. Jumlah pajak yang telah
dipotong dan disetorkan dengan benar oleh pemberi kerja dan pemotong
lainnya dapat digunakan oleh wajib pajak untuk dijadikan kredit pajak atas
G. Objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, yang menjadi objek Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21)
adalah:
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang
pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan
komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur,
uang sokongan, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan,
tunjangan khusus, tunjangan pendidikan, premi asuransi yang dibayar
pemberi kerja dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa
produksi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, bonus, premi tahunan, dan
penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.
3. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan.
4. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama, dan dalam
bentuk apapun dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri
terdiri dari:
a. Tenaga ahli yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter,
konsultan, notaris, penilai dan aktuaris.
b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
sutradara, crew film model.
d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator.
e. Penerimaan dalam bentuk natura atau kenikmatan lainnya dengan
nama apapun yang diberikan oleh bukan wajib pajak yang dikenakan
pajak penghasilan yang bersifat final dan dikenakan pajak penghasilan
berdasarkan norma perhitungan khusus (deemed profit)
H. Pengertian Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Salah satu maksud dan tujuan program pengurangan subsidi pemerintah
atas Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah memindahkan alokasi subsidi dari
bentuk subsidi untuk konsumsi ke bentuk subsidi investasi. Salah satu bentuk
investasi yang selama ini kurang mendapat perhatian adalah bidang
pendidikan, untuk itu sebagian besar alokasi subsidi Bahan Bakar Minyak
(BBM) dipindahkan ke sektor pendidikan yang kemudian disebut pemerintah
dengan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak
(PKPS-BBM).
Pasca penerapan subsidi di bidang pendidikan maka pemerintah melalui
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) menanggung semua biaya
pendidikan siswa dan siswi Wajib Belajar 9 tahun secara total atau gratis.
Untuk itu dalam mekanismenya pemerintah membagi biaya yang diperlukan
rata-rata siswa setiap tahun dalam proses belajar yang kemudian disebut Biaya
Bantuan Pendidikan (BSP) kedalam dua jenis yaitu Bantuan Satuan
Pendidikan Investasi dan Bantuan Satuan Pendidikan Operasional. (Depdiknas
Bantuan Satuan Pendidikan Investasi adalah biaya yang dikeluarkan per
siswa setiap tahunnya untuk menyediakan sumber daya yang tidak habis pakai
yang digunakan dalam waktu lebih dari satu tahun, misalnya untuk pengadaan
tanah, bangunan, buku, alat peraga. Sedangkan Bantuan Satuan Pendidikan
Operasional adalah biaya yang dikeluarkan per siswa dalam satu tahun untuk
menyediakan sumber daya pendidikan habis pakai yang digunakan satu tahun
atau kurang dari masa tersebut. Bantuan Satuan Pendidikan Operasional
mencakup biaya personil dan non personil. Adapun biaya personil meliputi:
1. Biaya untuk kesejahteraan (honor kelebihan jam mengajar (KJM), guru
tidak tetap (GTT), pegawai tidak tetap (PTT), uang lembur)
2. Pengembangan profesi guru (Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) guru,
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala
Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS), Kelompok
Kerja Guru (KKG), dll)
Sedangkan biaya non personil meliputi:
1. Biaya penunjang Kegiatan Belajar Mengajar (KMB)
2. Evaluasi/penilaian
3. Perawatan/pemeliharaan
4. Daya dan Jasa
5. Pembinaan kesiswaan
I. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk
membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan
bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang
lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan Wajib Belajar 9 tahun.
(Depdiknas dan Depag, 2009:4)
Menurut Prof.Suyanto, Phd, tujuan program Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) dibagi kedalam 2 tujuan, yaitu:
1. Tujuan Umum
Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bertujuan untuk
meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam
rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.
2. Tujuan Khusus
a. Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari
beban biaya operasi sekolah, baik di sekolah negeri maupun sekolah
swasta.
b. Menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap
biaya operasi sekolah, kecuali pada Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI) dan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
c. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah
swasta.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari program Bantuan Operasional
sehingga setiap siswa dapat menikmati pendidikan yang sama antara yang satu
dengan yang lainnya sehingga tidak ada siswa miskin yang putus sekolah
karena tidak mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh sekolah.
J. Sasaran Program dan Besar Bantuan
Sasaran program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah semua
sekolah setingkat SD dan SMP baik negeri maupun swasta diseluruh provinsi
di Indonesia. Program kejar Paket A, Paket B tidak termasuk sasaran dari
program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) ini. Selain itu, Madrasah Diniah
Takmiliyah (suplemen) juga tidak berhak memperoleh Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), karena siswanya telah terdaftar di sekolah reguler yang telah
menerima Bantuan Operasional Pendidikan (BOS).
Mulai tahun pelajaran 2007/2008 (mulai bulan Juli 2007), SMP Terbuka
(regular dan mandiri) dan Madrasah Diniyah Formal yang menyelenggarakan
Program Wajib Belajar 9 tahun termasuk dalam sasaran program Bantuan
Operasional Sekolah (BOS).
Besar dana Bantuan Operasional Sekolah yang diterima oleh sekolah
Tabel 2.1
Tahun Anggaran 2009, dana Bantuan Operasional Pendidikan (BOS) akan
diberikan selama 12 bulan untuk periode Januari sampai Desember 2009, yaitu
semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dan semester 1 tahun pelajaran
2009/2010. Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode
Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember. Penyaluran
diharapkan dilakukan di bulan pertama setiap triwulan.
L. Jenis Biaya Pendidikan
Sebagaimana tertuang dalam PP No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan
Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
1. Biaya Satuan Pendidikan
Biaya satuan pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada
tingkat satuan pendidikan. Biaya ini terdiri dari:
a. Biaya investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), dan modal kerja tetap.
b. Biaya operasi, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia.
1) Biaya Personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan
serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji.
2) Biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan
pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air,
jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dll.
c. Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan
kepada peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu
membiayai pendidikannya.
d. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik yang berprestasi.
2. Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan adalah biaya
penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan oleh pemerintah,
pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, atau
3. Biaya Pribadi Peserta Didik adalah biaya personal yang meliputi biaya
pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.
M. Landasan Hukum
Landasan hukum dalam pelaksanaan program bantuan Operasional
Sekolah (BOS) tahun 2009 meliputi semua peraturan perundang-undangan
yang berlaku, antara lain sebagai berikut:
1. Pasal 4 ayat (1) Undang Undang dasar 1945
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 1965 tentang Pembentukan Badan
Pemeriksa Keuangan.
3. Undang-Undang No. 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang no. 43 Tahun 1999.
4. Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelesaian Negera yang
Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
5. Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 tentang Bendaharawan Wajib
Memungut Pajak Penghasilan.
6. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
7. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
8. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
9. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
11. Peraturan Pemerintah No. 47 tentang Wajib Belajar.
12. Peraturan pemerintah No. 48 tentang Pendanaan Pendidikan.
13. Peraturan Pemerintah No. 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan.
14. Peraturan pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah
dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom.
15. Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
16. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan
Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan
Pemberantasan Buta Aksara.
17. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 078/M/2008 tentang
Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) 145 Judul Buku Teks Pelajaran
yang Hak Ciptanya Dibeli oleh Departemen Pendidikan Nasional.
18. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no. 036/U/1995 tentang
Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar.
19. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 044/U/2002 tentang Dewan
Pendidikan dan Komite Sekolah.
20. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 060/U/2002 tentang
Pedoman Pendirian Sekolah.
21. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 11 Tahun 2005 tentang Buku
22. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 46 Tahun 2007 tentang
Penetapan Buku teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat-syarat Kelayakan
untuk Digunakan Dalam Proses Pembelajaran.
23. Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2008
tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran yang Memenuhi Syarat Kelayakan
Untuk Digunakan Dalam proses Pembelajaran.
24. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 28 Tahun 2008 tentang
Perubahan Peraturan menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2008
tentang Harga Eceran Tertinggi Buku Teks Pelajaran Yang Hak Ciptanya
Dibeli Oleh Departemen Pendidikan Nasional.
25. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 34 Tahun
2008 tentang Penetapan Buku Teks Pelajaran Yang Memenuhi Syarat
Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran (SD: PKn, IPA,
IPS, Matematika, Bahasa Indonesia dan SMP: IPA, IPS, Matematika,
Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris).
26. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 tahun
2008 tentang Penetapan Buku, teks Pelajaran Yang Memenuhi Syarat
Kelayakan untuk Digunakan dalam Proses Pembelajaran.
27. Surat Edaran Dirjen Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia No.
SE-02/PJ/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban
Perpajakan Sehubungan dengan Penggunaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS) oleh Bendaharawan dan Penaggung Jawab Pengelolaan
N. Penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Menurut Prof. Suyanto, Phd, ada 2 penggunaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), yaitu:
1. Untuk membeli buku teks pelajaran (BOS Buku)
Sebagian dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) harus untuk
membeli buku yang hak ciptanya telah dibeli oleh pemerintah sebanyak
jumlah siswa. Harga buku harus mengikuti Harga Eceran Tertinggi (HET)
yang ditetapkan oleh Depdiknas.
a. SD: buku IPS (kelas 4, 5 dan 6) dan PKN (kelas 1 s/d 6)
b. SMP: buku PKN (kelas 7 s/d 9) dan IPA (kelas 7 s/d 9)
Pembelian dapat dilakukan bertahap, akan tetapi harus terpenuhi
seluruhnya sebelum tahun ajaran baru.
2. Untuk operasional sekolah (BOS Tunai)
a. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru:
biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran,
dan pendaftaran ulang, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung
dengan kegiatan tersebut (misalnya untuk foto kopi, konsumsi panitia,
dan uang lembur dalam rangka penerimaan siswa baru)
b. Pembelian buku referensi untuk dikoleksi di perpustakaan sekolah
c. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remidial, pembelajaran pengayaan,
olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah
diluar jam pelajaran, biaya transportasi dan akomodasi siswa/guru
dalam rangka mengikuti lomba)
d. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan
hasil belajar siswa (misalnya untuk foto kopi, honor koreksi ujian dan
honor guru dalam rangka penyusunan rapor siswa)
e. Pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil,
spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris,
langganan koran/majalah pendidikan, minuman dan makanan ringan
untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah.
f. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon, termasuk
untuk pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah.
Khusus di sekolah yang tidak ada jaringan listrik, dan jika sekolah
tersebut memerlukan listrik untuk proses belajar mengajar di sekolah,
maka diperkenankan untuk membeli Genzet.
g. Pembiayaan perawatan sekolah: pengecatan, perbaikan atap bocor,
perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi
sekolah dan perawatan fasilitas sekolah lainnya.
h. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga
kependidikan honorer. Untuk sekolah SD diperbolehkan untuk
membayar honor tenaga yang membantu administrasi sekolah.
i. Pengembangan profesi guru: pelatihan, KKG/MGMP dan
j. Pemberian bantuan biaya transportasi bagi siswa miskin yang
mengahadapi masalah transport dari dan ke sekolah. Jika dinilai lebih
ekonomis, dapat juga untuk membeli alat transporasi sederhana yang
akan menjadi barang inventaris sekolah (misalnya sepeda, perahu
penyeberangan, dll)
k. Pembiayaan pengelolaan BOS: alat tulis kantor (ATK), penggandaan,
surat menyurat, intensif bagi satu orang penyusunan laporan BOS dan
biaya transportasi dalam rangka mengambil dana BOS di Bank/PT
Pos.
l. Pembelian personal komputer untuk kegiatan belajar siswa: maksimum
1 set untuk SD dan 2 set untuk SMP dalam satu tahun anggaran.
m. Bila seluruh komponen 1 s/d 12 diatas telah terpenuhi pendanaannya
dari BOS dan masih terdapat sisa dana, maka sisa dana BOS tersebut
dapat digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran,
mesin ketik dan mebeler sekolah.
O. Kebijakan Program Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009
Kebijakan dasar pelaksanaan program Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) tahun 2009 adalah sebagai berikut:
1. Biaya satuan BOS , termasuk BOS buku, untuk tiap siswa/tahun mulai
di kabupaten Rp 397.000, SMP di kota Rp 575.000, dan SMP di kabupaten
Rp 570.000
2. Dengan kenaikan kesejahteraan guru PNS dan kenaikan BOS sejak Januari
2009, semua SD dan SMP negeri harus membebaskan siswa dari biaya
operasional sekolah, kecuali RSBI dan SBI.
3. Pemda wajib megendalikan pungutan biaya operasional di SD dan SMP
swasta sehingga siswa miskin bebas dari pungutan tersebut dan tidak ada
pungutan berlebihan kepada siswa mampu.
4. Pemda wajib menyosialisasikan dan melaksanakan kebijakan BOS tahun
2009 serta menyanksi kepada pihak yang melanggar.
5. Pemda wajib memenuhi kekurangan biaya operasional dari APBD bila
BOS dari Depdiknas belum mencukupi.
P. Sekolah Penerima Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Dalam buku panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), sekolah
penerima BOS antara lain:
1. Semua sekolah SD/SDLB/SMP/SMPLB/SMPT negeri wajib menerima
dana BOS. Bila sekolah tersebut menolak BOS, maka sekolah dilarang
memungut biaya dari peserta didik , orang tua atau wali peserta didik.
2. Semua sekolah swasta yang telah memiliki izin operasional yang tidak
dikembangkan menjadi bertaraf internasional atau berbasis keunggulan
3. Bagi sekolah yang menolak BOS harus melalui persetujuan orang tua
siswa melalui komite sekolah dan tetap menjamin kelangsungan
pendidikan siswa miskin di sekolah tersebut.
4. Seluruh sekolah yang menerima BOS harus mengikuti pedoman BOS
yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
5. Sekolah negeri kategori RSBI dan SBI diperboleh memungut dana dari
orang tua siswa yang mampu dengan persetujuan Komite Sekolah. Pemda
harus ikut mengendalikan dan mengawasi pungutan yang dilakukan oleh
sekolah tersebut agar tercipta prinsip pengelolaan dana secara transparan
dan akuntabel.
6. Sekolah negeri yang sebagian kelasnya sudah menerapkan sistem sekolah
bertaraf RSBI atau SBI tetap diperbolehkan memungut dana dari orang tua
siswa yang mampu dengan persetujuan Komite Sekolah, serta
menggratiskan siswa miskin.
Q. Organisasi Pelaksana Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Pengelolaan program BOS untuk SD dan SMP di tingkat pusat dikelola
oleh masing-masing direktorat. Direktorat Pembinaan TK/SD bertanggung
jawab terhadap program BOS untuk SD/SDLB, sedangkan Direktorat
Pembinaan SMP bertanggung jawab terhadap program BOS untuk
SMP/SMPLB/SMPT. Pengelolaan program BOS di tingkat provinsi dan
1. Tim Pengarah
a. Tingkat Nasional
1) Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
2) Ketua Bappenas
3) Menteri Pendidikan Nasional
4) Menteri Agama
5) Menteri Keuangan
6) Menteri dalam Negeri
b. Tingkat Provinsi
1) Gubernur
2) Ketua Bappeda Provinsi
c. Tingkat Kabupaten/Kota
1) Bupati/Walikota
2) Ketua Bappeda Kabupaten/Kota
2. Tim Manajemen BOS Pusat
a. Penanggung jawab umum
b. Penanggung jawab BOS SD/SDLB
c. Penanggung jawab BOS SMP/SMPLB/SMPT
d. Tim pelaksana BOS SD/SDLB
e. Tim pelaksana BOS SMP/SMPLB/SMPT
f. Tugas dan tanggung jawab tim manajemen BOS pusat
3. Tim Manajemen BOS Provinsi
b. Tim Pelaksana BOS
c. Tugas dan tanggung jawab tim manajemen BOS provinsi
4. Tim Manajemen BOS Tingkat Kabupaten/Kota
a. Penanggung jawab
b. Tim Pelaksana BOS
c. Tugas dan tanggung jawab tim manajemen BOS kabupaten/kota
5. Tingkat Sekolah
a. Penanggung jawab
b. Anggota
c. Tugas dan tanggung jawab sekolah
R. Persepsi
Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang alami bagi setiap
individu didalam memahami informasi tentang linkungan baik melalui
penglihatan, pendengaran, penerimaan, dan penghayatan perasaan
(Kartono,1990). Menurur Zarkasi (1986) dalam Zamroni (2006). Persepsi
dalam arti sempit ialah penglihatan, yakni bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu, sedangkan dalam arti luas pandangan atau pengertian, yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Kata persepsi
berasal dari “perception” yang berarti penglihatan, tanggapan, daya
memahami, atau menanggapi sesuatu (Eschol dan Sadily, 2000:424). Dalam
langsung dari sesuatu atau proses seseorang dalam mengetahui beberapa hal
melalui panca inderanya (Depdiknas, 2003:863)
Para ahli mengemukakan pendapat secara definitif yang berbeda satu sama
lainnya. Alisuf Sabri berpendapat bahwa persepsi adalah proses individu dapat
mengenali proyek dan fakta obyektif dengan menggunakan alat individu
(Sabri, 1993:45). Persepsi seseorang terhadap sesuatu obyek tidak berdiri
sendiri akan tetapi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik berasal dari dalam
maupun dari luar dirinya. Adapun menurut singgih Singgih Dirgaganansa,
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya adalah: Pertama, motif
merupakan faktor inernal yang dapat merangsang perhatian, adanya motif
dapat menyebabkan munculnya keinginan individu melakukan sesuatu dan
sebaliknya. Kedua, kesedian dan harapan. Hal ini akan menentukan pesan
mana yang akan dipilih untuk diterima selanjutnya sebagaimana pesan yang
dipilih itu akan ditata dan diinterpretasikan. Ketiga, intensitas rangsangan.
Kuat dan lemahnya rangsangan yang diterima akan sangat berpengaruh bagi
individu. Keempat, pengulangan. Suatu rangsangan yang muncul atau terjadi
secara berulang-ulang akan menarik perhatian sebelum mencapai titik jenuh
(Dirgaganansa, 1993:7).
Menurut Bimo Walgito (1999) dalam Hakim (2005), faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi, yaitu: Pertama, stimulus yang cukup kuat. Kedua,
fisiologis dan psikologis. Jika sistem fisiologi terganggu maka akan
berpengaruh dalam persepsi orang, sedangkan segi psikologis mencakup
berpengaruh bagi seseorang dalam mempersepsikan. Ketiga, lingkungan.
Situasi yang melatarbelakangi stimulus juga mempengaruhi persepsi.
Persepsi pada akhirnya menjadi masalah penting yang sebisa mungkin
diharapkan dapat “dibentuk” oleh obyek yang dipersepsikan. Bila dalam
kenyataannya ditemukan suatu persepsi negatif dan positif terhadap obyek
yang dipersepsikan, maka jika persepsi tersebut negatif dapat diambil
kesimpulan bahwa obyek yang dipersepsikan memberikan stimulus kondisi
yang meyimpang dari yang seharusnya dipenuhi oleh obyek persepsi tersebut.
Begitu juga sebaliknya dengan persepsi positif (Abdullah dan Selamat,
2002:24).
S. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya.
Adapun penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Sukamto dengan judul
“Persepsi dan Tingkat Kesadaran Masyarakat Terhadap Pembayaran Pajak
Penghasilan Orang Pribadi dan Zakat Profesi (Studi Kasus Masyarakat
Kecamatan Ciputat)” dan hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa:
1. Masyarakat Ciputat sangat sadar dalam membayar pajak dan juga zakat
profesi. Hal ini dibuktikan dengan persepsi yang diukur melalui kuesioner
dari 20 pertanyaan yang diajukan kebanyakan rata-rata masyarakat Ciputat
setuju untuk membayar keduanya dan sangat sadar dalam membayar Pajak
Penghasilan dan zakat profesi, baik sadar dilihat dari sisi hukum maupun
2. Dari hasil analisa berdasarkan kuesioner masyarakat Ciputat cenderung
lebih setuju membayar zakat ketimbang pajak penghasilan karena menurut
masyarakat efek langsung membayar zakat lebih terasa khususnya
pengentasan kemiskinan.
3. Analisa masyarakat Ciputat sangat siap untuk membayar keduanya yakni
pajak penghasilan dan zakat profesi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan
penelitian dimana masyarakat Ciputat sadar dalam hal tersebut.
4. Tingkat kesadaran masyarakat Ciputat ternyata sangat besar dalam hal
pembayaran pajak penghasilan.
Adapun perbedaan dengan penelitian ini dari penelitian sebelumnya adalah
bahwa penelitian ini menggunakan objek penelitian para guru atas persepsi
perpajakannya terhadap Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang dipotong atas
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang telah diterimanya disekolah
mereka masing-masing.
Beberapa referensi jurnal terkait dengan penelitian ini :
a. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Independensi
Penampilan Akuntan Publik Dalam Persepsi Akuntan Pendidik.
(Arya Permana, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
b. Persepsi Mahasiswa Akuntansi Terhadap Etika Penyusunan
Laporan Keuangan.(Yulianti, Universitas Indonesia).
c. Persepsi Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNAIR Jurusan
Akuntasnsi Terhadap Profesi Akuntan Pendidik. (Drs.Lindawati
d. Persepsi Akuntan Pendidik, Akuntan Publik, dan Mahasiswa
Akuntansi Terhadap Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. (Jaka
Winarna,. Universitas Sebelas Maret Surakarta).
e. My amount is little, but my support is sincere.”From Wikipedia,
the free encyclopedia, Yizhao Lang, Augustus 24, 2009
T. Kerangka Pemikiran
Persepsi Para Guru SD &
SMP tentang Perpajakan PPh 21atas Dana BOS
U. Hipotesis
Dengan melihat permasalahan disertai dengan konsep-konsep
pemikirannya, disusun hipotesis tentang hubungan antar variabel sebagai
berikut:
1. Tidak dapat diketahui persepsi para guru SDN (X1) dan SMPN (X2) se-
Jakarta Barat tentang perpajakan dan pemotongan Pajak Penghasilan
Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
secara bersama-sama (Y).
2. Tidak terdapat perbedaan yang yang signifikan antara persepsi para guru
SDN (X1) dan SMPN (X2) se-Jakarta Barat tentang pemotongan Pajak
Penghasilan Orang Pribadi (PPh 21) atas dana Bantuan Operasional