• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Jumlah Sampel

Sampel yang dianggap mewakili tentu saja sesuai jumlah populasi (sensus). Jumlah sampel mendekati jumlah populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah sampel akan bertambah besar kesalahan generalisasi. Isaac dan Michael mengembangkan penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu untuk tingkat kesalahan 1 %, 5 % atau 10 % (lihat Tabel pada lampiran) dengan formula sebagai berikut.

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 37

2. N.P.Q S = ---

d2 (N-1) + גּ2.P.Q

2 dengan dk = 1, taraf kesalahan dapat 1%, 5%, 10%.

P = Q = 0.5

d = 0,05

s = jumlah sampel

Berdasarkan formula dan Tabel tersebut, katakanlah populasinya tercatat sebanyak 900 unit/orang. Jika menggunakan tingkat kesalahan 1%, maka sampel yang harus diambil adalah 382. Jika ingin menentukan kesalahan 10%, maka sampel yang diambil 251.

Berbeda dengan perhitungan di atas pendapat lain adalah Roscoe7 juga berpendapat bahwa sampel yang layak antara 30 s.d. 500, tetapi ada saran lain misalkan untuk penelitian eksperimen kelompok, maka anggota sampel masing-masing sepuluh s.d. 20. Mempertimbangkan hal tersebut dalam penentuan sampel perlu dipertimbangkan akan sifat dan jenis populasi apakah homogen atau heterogen. Jika populasi heterogen disarankan semakin banyak sampel untuk dapat mewakili.

Pertanyaaan yang sering muncul pada pembahasan teknik penarikan

contoh ini adalah:

Berapa banyak yang harus dijadikan contoh? Bagaimana cara mengambil contoh tersebut? Kedua-duanya akan dibahas satu per satu.

38 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Andaikan Anda memiliki sepiring sambel buatan ibu Anda. Berapa banyak yang Anda ambil untuk mengetahui rasa sambel tersebut? Sebagian besar orang akan berpendapat bahwa seujung jari sudah cukup untuk mengetahui rasa sambel tersebut. Tidak akan ada seorangpun yang menjawab bahwa Anda harus merasakan setengah piring untuk menyatakan rasa sambel buatan Ibu.

Bandingkan jika seorang konsumen ingin merasakan salad di restoran, sebelum menceritakan rasanya ke teman, makannya dia akan mencoba berbagai macam sayuran dan buah yang ada di salad tersebut.

Pengambilan contoh dari sebuah populasi dapat dianalogkan dengan mencicipi masakan seperti di atas. Jika data masing-masing objek bermacam-macam, dengan kata lain karakteristik objeknya berbeda-beda, maka perlu diambil contoh yang banyak untuk mewakili setiap karakteristik. Akan tetapi jika karakteristik objek pada populasi itu seragam, hampir sama, maka contoh yang sedikit sudah cukup. Misalnya, jika seorang peneliti ingin mengungkap berapa uang saku mahasiswa di sebuah perguruan tinggi, maka mungkin contoh yang di ambil harus besar karena ada mahasiswa yang uang sakunya sangat besar tetapi juga ada yang sangat kecil. Contoh besar dimaksudkan agar jangan sampai hanya sebagian kelompok saja yang terambil. Sementara itu, jika dari perguruan tinggi yang sama seorang peneliti ingin mengungkap berapa jam waktu dalam seminggu yang mahasiswa habiskan di perpustakaaan,

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 39 sedikit responden saja sudah cukup, karena setiap orang akan memberikan jawaban yang hampir sama.

Dengan demikian pertimbangan yang harus peneliti lakukan adalah keragaman populasi. Semakin beragam, maka semakin besar contoh yang dia perlukan. Pertimbangan lain yang tidak kalah penting adalah biaya pengambilan data. Ini berhubungan dengan sumber daya yang dimiliki oleh peneliti. Semakin murah biaya pengambilan data, maka semakin banyak contoh yang dapat dikumpulkan.

Sebelum Anda bicarakan cara pengambilan contohnya, perhatikan

ilustarsi berikut.

Seorang Ibu rumah tangga melewati jalan Pajajaran di Bogor dan dilihatnya banyak penjual duku Palembang di sepanjang jalan tersebut. Pada saat ingin membeli, penjual menawarkan untuk mencicipi terlebih dahulu. Puas dengan rasanya, ibu tersebut membeli dua kilogram. Sesampai di rumah, ternyata rasa duku yang dia beli tidak manis seperti yang dia rasakan di tempat penjualan tadi.

BPS mengadakan survei ekonomi dan menyebar beberapa petugas survei ke beberapa perumahan di Bogor. Hasil yang diperoleh cukup mengagetkan karena tingkat pendapatan masyarakat di Bogor Baru (salah satu perumahan kelas A di Bogor) memiliki rata-rata yang tidak setinggi perkiraan. Setelah diselidiki ternyata, petugas di perumahan tersebut adalah petugas yang pobia terhadap anjing sehingga rumah

40 Modul DJFP. Tingkat Pertama

yang dia datangi adalah rumah-rumah yang tidak memelihara anjing dan rumah yang dilengkapi anjing umumnya lebih kaya daripada yang tidak.

Dua ilustrasi di atas adalah ilustrasi teknik pengambilan sampel yang salah, hasilnya akan berbias. Inilah risiko pengambilan kesimpulan dari data contoh. Jika cara pengambilannya tidak tepat, maka hanya satu kelompok saja yang didapatkan dan kesimpulan yang diambil tidak dapat berlaku umum.

Beberapa teknik dasar pengambilan sampel yang sering digunakan:

2.3.1 Simple Random Sampling (Contoh Acak Sederhana)

Ide dasar dari teknik ini adalah tidak ada unsur subjektivitas peneliti dalam menentukan siapa dan apa yang menjadi bagian dari contoh. Setiap objek dalam populasi yang ditentukan memiliki peluang yang sama untuk terambil. Daftar yang berisi semua anggota populasi (sampling frame) harus dimiliki oleh peneliti.

Selain dalam penelitian IPS juga pada IPA dan IPT yang menggunakan lapangan sering digunakan.

Contoh: Pada penelitian pertanian/perkebunan tanaman tebu yang memiliki luas sepuluh hektar dalam jenis tebu yang homogen. Untuk mengetahui rademen gulanya mengambil sampel tanaman secara acak. Demikian pula pada ilmu geologi jika ingin melihat jenis batuan dari suatu kawasan pegunungan dapat diambil batuan pada wilayah

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 41

tersebut. Pada dunia kedokteran misalnya ingin mengetahui kandungan penyakit melalui pengambilan setetes darah dari seorang pasien. Dari darah tersebut dapat ditemukan virus seseorang bahwa yang menyebabkan seseorang sakit, sehingga disesuaikan untuk obatnya. 2.3.2 Systematic Random Sampling (Contoh Acak

Sistematis)

Objek dalam populasi dibayangkan berada pada suatu barisan, kemudian setiap k buah objek diambil secara acak dan sistematik satu objek. Misalkan populasinya adalah pengunjung supermarket, Jelas tidak ada daftar yang memuat semua pengunjung supermarket tersebut. Kemudian misalkan peneliti memutuskan untuk mengambil satu orang dari lima orang yang masuk. Dilakukan pengacakan dulu apakah orang ke 1, 2, 3, 4 atau 5 yang terambil. Misalkan orang yang ke empat yang terpilih, selnajutnya dipilih orang urutan masuk ke 9, 14, 19, 24, dst. yang dipilih sebagai contoh.

2.3.3 Stratified Random Sampling (Contoh Acak Berlapis)

Cara ini dilakuikan untuk menjamin setiap kelompok dalam populasi itu ada wakilnya. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang dampak penyuluhan terhadap perilaku kesehatan masyarakat. Jika peneliti mengasumsikan dampak itu dipengaruhi oleh tingkat kesejahteraan

42 Modul DJFP. Tingkat Pertama

masyarakat, kalau kesejahteraaannya tinggi dampaknya juga besar. Oleh karena itu, peneliti harus dapat menangkap responden dari berbagai tingkat kesejahteraaan, misalkan gunakan kompleks perumahan. Dari setiap kompleks perumahan diambil wakil secara acak. Contoh: Penelitian pendidikan untuk sekolah menengah atas. Masing-masing jumlah murid setiap kelas harus dibuat perbandingan. Jika diperoleh misalnya 40%, 30%, dan 30% untuk kelas 1, kelas 2, dan kelas 3, maka didapat perbandingan sampel yang mewakili adalah 4:3:3.

2.3.4Cluster Random Sampling (Contoh Acak Bergerombol)

Metode ini digunakan ketika Anda menganggap bahwa populasi terletak dalam gerombol-gerombol tertentu dimana setiap gerombol berisi objek-objek yang sangat beragam. Dalam hal yang demikian, beberapa gerombol saja sudah cukup dijadikan contoh untuk menggambarkan populasi. Beberapa gerombol yang dijadikan contoh dipilih secara acak. Misalkan saja, untuk mengetahui pendapat remaja tentang tawuran antarsekolah tidak perlu bertanya ke semua remaja di semua kota/kabupaten di Indonesia saja. Cukup beberapa kota saja, karena dalam satu kota itu pun sudah terdiri atas berbagai tipe-tipe remaja yang mengggambarkan tipe-tipe remaja di seluruh Indonesia. Misalnya, pada kluster atau area tertentu karena memiliki keragaman spesies atau batuan dapat dijadikan sebagai

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 43 wilayah sampel terhadap wilayah yang memiliki keanekaragaman tertentu baik untuk IPA, IPT, dan IPS. 2.3.5 Purpossive Sampling (Contoh Bertujuan)

Tidak semua populasi dapat dideteksi dengan jelas dimana mereka berada. Jika populasi Anda adalah pengguna rokok tertentu, bagaimana Anda dapat menggunakan tiga cara yang termudah adalah datang ke suatu tempat, jika ketemu orang yang merokok merk yang Anda inginkan dia Anda jadikan responden.

Contoh pemilihan sampel dengan beralasan banyak dilakukan karena secara substansi bahwa masalah yang diteliti sangat beralasan untuk menjelaskan bahwa sampel yang dipilaih sudah cukup untuk dijadikan contoh. Pendek kata bahwa sifat-sifat sampel sudah diketahui oleh peneliti untuk menjawab permasalahan yang ingin didalami.

Contoh ingin memahami masalah sejarah pendidikan misalnya bagaimana perkembangannya, maka sampel yang umum dipilih adalah daerah yang memiliki sejarah penyebaran pendidikan yang lama, misalnya pendidikan pertama kali dari Misi atau Zendeng maupun Pondok. Daerah-daerah seperti Sulawesi Utara, NTT, dan Jombang misalnya dapat menjadi pemilihan sampelnya.

2.3.6Snowball Sampling

Teknik ini mengambil perumpamaaan sebuah bola salju kecil yang Anda gelindingkan dari atas sebuah puncak

44 Modul DJFP. Tingkat Pertama

gunung, semakin menuju ke bawah Anda akan memperoleh bola yang semakin besar. Teknik penarikan contoh ini bekerja dengan terlebih dahulu menentukan sedikit responden. Selanjutnya Anda menentukan sedikit responden berikutnya berdasarkan informasi dari responden yang telah Anda wawancarai. Cara ini efektif untuk kasus-kasus yang melibatkan sifat tabu dalam tema survei, atau karakteristik responden tidak terlihat secara langsung. Misalnya yang menjadi responden adalah para pengguna narkoba. Agak sulit Anda mendapatkan informasi siapa saja yang akan menjadi responden, tetapi dengan bantuan responden tertentu Anda dapat lebih mudah.

Pada prinsipnya masih banyak cara-cara yang lain. Akan tetapi dalam pelaksanaan nanti, metode penarikan contoh yang dipilih mungkin adalah kombinasi dari berbagai teknik dasar. Misalkan kalau populasinya adalah seluruh masyarakat Indonesia, mungkin tahapan pengambilan contohnya, Anda sekat dulu jadi propinsi (stratified), kemudian disekat lagi jadi kabupaten, kemudian purposive untuk mendapatkan individunya. Ide utama dari teknik mana yang dipilih adalah, dapat mewakili populasi dan diperoleh dengan cara yang paling murah dan mudah.

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 45

Latihan 2

A. Pasangkanlah pertanyaan di kolom A dengan pilihan

jawaban di kolom B dengan cara menuliskan huruf di muka pilihan jawaban pada tempat yang telah disediakan.

A B

1. Jumlah semua penduduk di suatu wilayah.

2. Dalam masyarakat yang homogen lebih cocok pengambilan sampelnya tidak terlalu rumit. 3. Sampel yang baik

mempertimbangkan kepada proporsi.

a. Acak sederhana merupakan teknik pengambilan sampel kepada masyarakat.

b. Tidak ada ketentuan jumlah sampel, tetapi hendaknya dapat dipakai analisis statistik. c. Sebagai dasar untuk

menentukan sampel (sampling frame).

B. Jawablah uraian berikut dengan tepat!

1. Apakah yang dimaksud dengan eligible responden? 2. Apakah yang dimaksud dengan populasi dan sampel? 3. Sebutkan instrumen penelitian yang dianggap penting? 4. Berikan penjelasan apa yang dimaksud dengan sampling

46 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Ringkasan

Dengan meneliti dari sebagian populasi, Anda mengharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi bersangkutan. Untuk dapat mencapai sasaran tersebut, maka cara-cara pengambilan sebuah sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih. Di samping itu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak (random) haruslah menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan ciri-ciri populasi dan tujuan penelitian.

Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data yang dapat mewakili dari populasi. Hal yang harus diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel dalam suatu penelitian adalah keragaman populasi. Semakin seragam populasi itu, semakin kecil sampel yang dapat diambil. Pengambilan sampel dilakukan dengan berbagai metode yang ada, metode penarikan contoh yang dipilih mungkin adalah kombinasi dari berbagai teknik dasar.

Pengambilan sampel dilakukan dengan berbagai metode yang ada, metode penarikan contoh yang dipilih mungkin adalah kombinasi dari berbagai teknik dasar. Misalkan kalau populasinya adalah seluruh masyarakat Indonesia, mungkin tahapan pengambilan contohnya, kita

sekat dulu jadi populasi (stratified), kemudian disekat lagi jadi

kabupaten, kemudian purposive untuk mendapatkan individunya. Ide

utama dari teknik mana yang dipilih adalah bisa mewakili populasi dan diperoleh dengan cara yang paling murah dan mudah.

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 47

T

Tiinnddaakk--llaannjjuutt

1. Jika Anda dapat menyelesaikan dan

menjawab seluruhnya dengan benar, maka,

Anda dianggap telah dapat menguasai PB-2

ini.

2. Jika Anda hanya dapat menyelesaiakan

Latihan kurang dari tiga soal atau kurang

dari 60%, maka Anda dianjurkan untuk

mengkaji ulang PB-2 ini. Cobalah berkonsultasi

dengan fasilitator.

3. Dalam rangka menindaklanjuti praktik

pengumpulan data, agar masing-masing

peserta sudah memahami data yang sifatnya

kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif

adalah data yang ebrbentuk angka yang

umum didapat dari pengumpulan data

melalui kuesioner. Hal ini berbeda dengan

data kualitatif, data yang berbentuk deskripsi

tentang sesuatu hal. Data ini umumnya

menjelaskan terhadap sesuatu yang diamati.

Data kualitatif sering dipakai untuk

penelitian yang bersifat kualitatif dengan

waawncara mendalam atau dengan focus

group discussion (FGD).

(Lihat juga modul Sumber dan Koleksi Data - Aswatini)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 31

P

PrroosseessBBeellaajjaarrDDuuaa

2.1 KONSEP DAN DEFENISI SAMPLING

Pengambilan sampel bertujuan untuk memperoleh keterangan mengenai populasi, dengan mengamati sebagian saja dari populasi itu. Pengambilan sampel dilakukan karena tidak mungkin mengamati seluruh anggota populasi, pengamatan terhadap semua populasi adalah pekerjaaan yang tidak praktis dan efektif. Suatu populasi yang sangat besar, misalnya penduduk Indonesia tidaklah akan mungkin satu per satu diamati sampai seluruh anggota populasi itu mendapat gilirannya. Inilah sebab pertama mengapa Anda melakukan penarikan sampel dan bukan mengamati seluruh anggota populasi. Hal yang kedua adalah dapat bersifat merusak. Misalnya kalau ada seorang peneliti di bidang kelistrikan ingin mengetahui berapa lama, rata-rata lampu pijar dapat menyala terus menerus, maka tidak efektif apabila harus menyalakan seluruh lampu pijar. Mungkin yang lebih efisien adalah, mereka mengambil beberapa lampu untuk dilakukan pengamatan. Atau

32 Modul DJFP. Tingkat Pertama

kalau Anda ingin mengetahui kualitas jeruk dari Berastagi, tidak perlu mencicipi sampai satu keranjang, cukup dengan beberapa buah jeruk saja.

Dengan beberapa ilustrasi tersebut di atas, maka pengambilan sampel terhadap anggota populasi adalah sesuatu yang praktis dan efektif dilakukan.

Cara untuk mendapatkan sampel dari populasi tersebut Anda menamakan teknik sampling. Ada dikenal dua pendekatan atau teknik penentuan sampel, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling adalah suatu teknik yang menganggap bahwa semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik seperti ini kemudian disebut teknik random atau acak. Metode atau cara penentuannya dapat melalui undian, menentukan dengan instrumen teknik random.

Seperti telah disebutkan bahwa dalam teknik random semua anggota memiliki peluang sama, maka jika Anda memiliki seratus anggota populasi, maka satu anggota memiliki peluang 1/100 dalam acak pertama dan seterusnya berapa kali Anda akan menentukan sampel dari seratus tersebut. Pada acak pertama katakanlah sudah terpilih A, maka A tadi harus dikembalikan pada penarikan kedua agar memiliki lagi angka probabilitas setiap anggota 1/100 tersebut. Hanya jika A tertarik kembali harus dianggap tidak sah dikembalikan lagi.

Teknik lain adalah nonprobability sampling adalah pemilihan sampel dengan sengaja karena alasan-alasan tertentu.

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 33 Alasan itu dapat saja alasan subtantif kadang juga alasan teknis seperti mengurangi biaya atau kendala lain.

2.1.1 Populasi

Populasi ialah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan pula antara populasi sampling dengan populasi sasaran. Misalnya, apabila Anda mengambil rumah tangga sebagai sampel dan yang diteliti hanya anggota rumah tangga yang bekerja sebagai petani, maka seluruh rumah tangga dalam wilayah penelitian disebut populasi sampling. Sedangkan seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut populasi sasaran. Contoh lain apabila peneliti akan mengadakan survei terhadap kualitas pohon kayu jati yang ditanam pemerintah (Perhutani) di kawasan bukit tertentu, maka seluruh pohon jati di kawasan tersebut menjadi populasi. Demikian halnya jika seorang peneliti kualitas tanah sawah di lahan gambut di Kalimantan Timur, maka seluruh area gambut di wilayah tersebut menjadi area populasi.

2.1.2 Unsur Sampling

Unsur-unsur yang diambil sebagai sampel disebut unsur

sampling. Unsur sampling diambil dengan menggunakan

kerangka sampling (sampling frame) 2.1.3 Kerangka Sampling

Kerangka sampling ialah daftar dari semua unsur sampling dalam populasi sampling. Kerangka sampling dapat berupa daftar mengenai jumlah penduduk, jumlah bangunan, dan

34 Modul DJFP. Tingkat Pertama

seluruh jumlah pohon jati, area tanah gambut menurut kawasan administratif atau kewilayahan misalnya semua daftar anggota keluarga pada desa tertentu.

2.2 TEKNIK PENARIKAN SAMPEL

Pada bagian awal Anda sudah menyinggung populasi dan sampel. Jika suatu penelitian telah menentukan dengan jelas apa dan siapa populasi yang akan menjadi minat penelitian tersebut dan alat ukur telah disiapkan, maka pertanyaaan yang muncul berikutnya adalah apa dan siapa yang harus diukur. Apakah semua anggota populasi harus diamati? Apakah Anda harus mengamati seluruh eksekutif muda di Jakarta untuk membuat kesimpulan bagaimana perilaku seksual mereka?

Pengukuran terhadap semua anggota populasi dikenal sebagai kegiatan sensus, sedangkan pengukuran hanya sebahagian saja, yaitu Sampel disebut sebagai Survei. Dalam banyak kasus, peneliti tidak mungkin mengamati seluruh anggota populasi karena beberapa hal:

2.2.1 Sumber daya yang dimiliki peneliti terbatas

Sumber daya yang dimaksud dapat berupa dana, waktu, dan tenaga. Berapa banyak dana yang harus dikeluarkan untuk mengamati seluruh anggota populasi? Jika untuk mengamati perilaku seorang eksekutif muda perlu satu jam, berapa waktu yang diperlukan untuk mengamati seluruh eksekutif muda di sebuah kota besar?

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 35 Ada populasi tertentu yang tidak mungkin dapat diamati (atau diwawancarai dengan kuesioner) semua anggota populasinya. Jika populasi dari sebuah penelitian adalah mahasiswa di sebuah perguruan tinggi, maka masih dimungkinkan untuk mendapat data dari semua mahasisawa tersebut. Terutama jika peubah yang diperlukan sudah ada database-nya. Akan tetapi bagaimana Anda dapat mengumpulkan data semua anggota populasi jika populasinya adalah, misalkan pengguna produk tertentu yang tersebar luas. Apakah Anda harus mencari semua orang yang pernah menggunakan produk itu? Kapan Anda dapat selesai mengumpulkan data, jika setiap hari ada saja pengguna baru? dalam kasus terakhir jelas bahwa data populasi tidak mungkin pernah dapat Anda peroleh.

2.2.3 Sebagian pengamatan bersifat merusak

Bayangkan jika untuk mengetahui rasa duku yang dijual di pinggir jalan seorang pembeli mencoba semuanya. Atau bayangkan pula untuk memeriksa apakah volume coca-cola memenuhi standar harus memeriksa semua botol. Jelas pada ilustrasi tersebut tidak mungkin melakukan sensus, pemeriksaaan harus dilakukan pada sebagian saja.

Dengan alasan di atas, akhirnya beberapa penelitian hanya akan berjalan dengan mendapatkan data dari sebagian anggota populasi, yaitu sampel. Pengambilan sampel sebagai sumber data bukan semata-mata karena alasan di atas, tetapi karena adanya kemungkinan membuat kesimpulan hanya

36 Modul DJFP. Tingkat Pertama

berdasar sebagian data saja. Kalau dengan sebagian pengamatan dapat membuat kesimpulan dengan benar, untuk apa mengamati semuanya? Bukankah untuk mengetahui rasa jeruk yang dijual di pinggir jalan, pembeli tidak pernah mencoba semua jeruk yang dipajang.

Jadi intinya adalah dapatkah Anda mendapatkan sebagian anggota populasi yang dapat dijadikan landasan pembuatan kesimpulan bagi semua anggota populasi. Dalam bahasa lain, dapatkah Anda mendapatkan contoh yang mewakili populasi?

Sebagai pertimbangan yang lain, tidak dapat dijamin bahwa hasil sensus lebih baik daripada survei. Jika sebuah penelitian menggunakan sensus yang berarti harus mengamati semua, maka ketelitian petugas yang melakukan pengamatan dapat menurun. Kelelahan mungkin menjadi salah satu faktor penting dari mutu data yang dimiliki.

2.3 PENENTUAN JUMLAH SAMPEL

Sampel yang dianggap mewakili tentu saja sesuai jumlah populasi (sensus). Jumlah sampel mendekati jumlah populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil jumlah sampel akan bertambah besar kesalahan generalisasi. Isaac dan Michael mengembangkan penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu untuk tingkat kesalahan 1 %, 5 % atau 10 % (lihat Tabel pada lampiran) dengan formula sebagai berikut.

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 37

2. N.P.Q S = ---

d2 (N-1) + גּ2.P.Q

2 dengan dk = 1, taraf kesalahan dapat 1%, 5%, 10%.

P = Q = 0.5

d = 0,05

s = jumlah sampel

Berdasarkan formula dan Tabel tersebut, katakanlah populasinya tercatat sebanyak 900 unit/orang. Jika menggunakan tingkat kesalahan 1%, maka sampel yang harus diambil adalah 382. Jika ingin menentukan kesalahan 10%, maka sampel yang diambil 251.

Berbeda dengan perhitungan di atas pendapat lain adalah Roscoe7 juga berpendapat bahwa sampel yang layak antara 30 s.d. 500, tetapi ada saran lain misalkan untuk penelitian eksperimen kelompok, maka anggota sampel masing-masing sepuluh s.d. 20. Mempertimbangkan hal tersebut dalam penentuan sampel perlu dipertimbangkan akan sifat dan jenis populasi apakah homogen atau heterogen. Jika populasi heterogen disarankan semakin banyak sampel untuk dapat mewakili.

Pertanyaaan yang sering muncul pada pembahasan teknik penarikan

contoh ini adalah:

Berapa banyak yang harus dijadikan contoh? Bagaimana cara mengambil contoh tersebut? Kedua-duanya akan dibahas satu per satu.

38 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Dokumen terkait