• Tidak ada hasil yang ditemukan

2012 Teknik dan Praktik Pengumpulan Data Lapangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "2012 Teknik dan Praktik Pengumpulan Data Lapangan"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

Soewartoyo

Pontas Sinaga

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

2 0 1 2

(2)

TEKNIK DAN PRAKTIK

PENGUMPULAN DATA LAPANGAN

~ Edisi Revisi ~

Oleh

Soewartoyo dan Pontas Sinaga

Editor: Enny Sudarmonowati/Iroh Siti Zahroh/Anisah/Yoke Pradanatama Desain Modul: Dewi Salma Prawiradilaga

Desain Grafis: Yoke Pradanatama

© Pusbindiklat Peneliti LIPI Kompleks Cibinong Science Center (CSC)

Jl. Raya Bogor Km. 46 - Cibinong Kab. Bogor, 16916

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak

seluruh atau sebagian isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

(3)

TEKNIK DAN PRAKTIK

PENGUMPULAN DATA LAPANGAN

Edisi Revisi

Modul Diklat Jabatan Fungsional Peneliti

Tingkat Pertama

Soewartoyo

Pontas Sinaga

(4)

ii Modul DJFP. Tingkat Pertama

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, maka Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai pembina Jabatan Fungsional Peneliti (JFP) berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan (diklat) bagi pejabat fungsional peneliti secara nasional.

Pasal 20 Keputusan Bersama Kepala LIPI dan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN) Nomor 3719/D/2004 dan Nomor 60 Tahun 2004, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bersama Kepala LIPI dan Kepala BKN Nomor 412/D/2009 dan Nomor 12 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Peneliti dan Angka Kreditnya menyebutkan bahwa untuk menjamin kualitas profesionalisme dan pelaksanaan JFP, LIPI berkewajiban menyelenggarakan diklat serta menyusun kurikulumnya.

Untuk mengejawantahkan pasal tersebut, LIPI menyusun dan menetapkan Peraturan Kepala LIPI Nomor 04/H/2008 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Fungsional Peneliti Berjenjang. Peraturan tersebut menyatakan bahwa terdapat dua jenjang diklat yang wajib diikuti oleh pejabat peneliti, yaitu Diklat JFP Tingkat Pertama dan Diklat JFP Tingkat Lanjutan.

Pedoman, kurikulum, dan aspek lainnya dari penyelenggaraan Diklat Berjenjang disusun berdasarkan uraian tugas peneliti, standar kompetensi serta mengakomodasi kebutuhan lembaga penelitian dan pengembangan maupun perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(5)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI iii

bersifat standar minimal dan menjadi acuan dalam proses pembelajaran.

Penulisan modul Diklat JFP Tingkat Pertama dirintis sejak tahun 2004. Rintisan dimulai dengan diselenggarakannya

Focused Group Discussion (FGD) tentang isi dan materi yang akan disampaikan.

Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan Diklat JFP Tingkat Pertama serta penyesuaian dengan peraturan JFP terkini, maka perlu dilakukan revisi terhadap modul yang ada, salah satunya adalah modul Teknik dan Praktik Pengumpulan Data Lapangan.

Untuk penyempurnaan penulisan revisi, modul ini telah diseminarkan secara terbatas dengan mengundang narasumber Prof. Dr. Partomuan Simanjuntak (P2 Bioteknologi – LIPI) dan Dr. Rachmini Saparita (P2 Tenaga Listrik dan Mekatronika - LIPI).

Setelah penulisan modul selesai, penyuntingan bahasa dilakukan oleh ahli dari Badan Bahasa Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.

Secara paralel dilakukan proses pendaftaran

International Standard Book Number (ISBN) sehingga modul ini merupakan karya nyata yang dapat digunakan sebagai acuan baik dalam penyampaian materi Diklat JFP Tingkat Pertama maupun sebagai tambahan pengayaan bagi sivitas ilmiah lainnya. Akhirnya kepada penulis kami sampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan setinggi-tingginya, atas kerja sama dalam menyelesaikan modul ini. Harapan kami, modul ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan sumber daya manusia (SDM) peneliti dan memberikan manfaat bagi pengguna.

(6)

iv Modul DJFP. Tingkat Pertama

HALAMAN DEPAN ... i

PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

PENDAHULUAN ... 1

A. Deskripsi Mata Diklat ... 1

B. Karakteristik Akademik ... 2

C. Manfaat ... 2

D. Tujuan Pembelajaran ... 2

E. Saran-Saran Pembelajaran ... 3

SKEMA PB-SATU ... 4

PB SATU–PENGUMPULAN DATA LAPANGAN ... 5

1.1 Penelitian Lapangan ... 6

1.2 Proses Penelitian ... 8

1.3 Data Primer dan Data Sekunder ... 9

1.4 Teknik Pengumpulan Data ... 10

1.5 Pembuatan Daftar Pertanyaan ... 13

1.6 Instrumen Pengumpulan Data ... 16

1.7 Teknik Wawancara ... 19

1.8 Kegiatan Wawancara ... 23

Latihan 1 ... 26

Ringkasan ... 28

(7)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI v

SKEMA PB-DUA ... 30

PB DUA–TEKNIK SAMPLING ... 31

2.1 Konsep dan Definisi Sampling ... 31

2.2 Teknik Penarikan Sampel ... 34

2.3 Penentuan Jumlah Sampel ... 36

Latihan 2 ... 45

Ringkasan ... 46

Tindak Lanjut ... 47

PB TIGA–PANDUAN DAN PENYAJIAN HASIL SURVEI LAPANGAN ... 48

TUGAS AKHIR ... 51

KUNCI JAWABAN ... 53

RINGKASAN ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

LAMPIRAN ... 57

(8)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 1 A. DESKRIPSI MATA DIKLAT

Modul ini membahas tentang pengumpulan data lapangan dan teknik sampling. Untuk menguasai isi modul ini, Anda sebaiknya membaca kembali modul Pengantar dan Formulasi Proposal Penelitian, Rancangan Penelitian, Sumber dan Koleksi Data serta Pengolahan dan Analisis Data.

Modul Teknik dan Praktik Pengumpulan Data Lapangan terdiri atas tiga proses belajar (PB):

1. PB-Satu : Pengumpulan Data Lapangan;

2. PB-Dua : Teknik Sampling;

3. PB-Tiga : Panduan dan Penyajian Hasil Survei Lapangan

Setiap proses belajar dan/atau penggalannya diikuti oleh tugas dan/ atau latihan serta tindak lanjutnya.

(9)

2 Modul DJFP. Tingkat Pertama

B. KARAKTERISTIK AKADEMIK1

Berikut adalah karakteristik akademik peserta. 1. kandidat peneliti;

2. paling rendah berijazah S-1 segala bidang/ilmu; 3. memiliki kemampuan berbahasa Inggris dengan baik;

4. memiliki kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar;

5. mampu mengoperasikan perangkat computer (personal

computer), mengolah data (worksheet) terutama pengolah kata

(word processing).

C. MANFAAT

Dengan memahami modul Teknik dan Praktik Pengumpulan Data Lapangan akan diperoleh manfaat dan masukan yang berguna, termasuk di antaranya hal-hal berikut. 1. pemahaman metode pengumpulan data lapangan;

2. penyiapan instrumen survei lapangan;

3. pemahaman tentang penentuan populasi dan sampel; 4. pemahaman alur pengambilan sampel di lapangan.

D. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah pembelajaran diharapkan Anda mampu menguasai hal-hal berikut.

1. Kompetensi Dasar

(10)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 3 2. Indikator Keberhasilan

Setelah selesai pembelajaran diharapkan peserta mampu: a. menjabarkan proses penelitian dan teknik-teknik

pengumpulan data lapangan;

b. menjabarkan konsep dan teknik penarikan sampel; c. melaksanakan teknik penarikan sampel;

d. membuat laporan dan mempresentasikan hasil pengumpulan data lapangan.

E. SARAN-SARAN PEMBELAJARAN

1. Untuk dapat memahami modul ini, maka Anda perlu mempelajari kembali Statistika dan Metode Riset

2. Setelah pembelajaran selesai, Anda diharapkan membuat rangkuman hasil pembelajaran

3. Peserta dianjurkan untuk membentuk tim belajar dan diskusikan kesulitan belajar dengan anggota tim lain

4. Catatlah semua pertanyaan dan kesulitan yang timbul sewaktu pembelajaran dan tanyakan segera kepada fasilitator pada kegiatan tatap muka

(11)

4 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Pengumpulan Data Lapangan

Proses Penelitian

Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Data:

• Primer

• Sekunder

Penelitian Lapangan

Teknik dan Kegiatan Wawancara Pembuatan

(12)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 5

P

P

r

r

o

o

s

s

e

e

s

s

B

B

e

e

l

l

a

a

j

j

a

a

r

r

S

S

a

a

t

t

u

u

PROSES

Survei, Data, teknik pengumpulan, instrumen pengumpulan data, kuesioner, teknik wawancara

TEKNIK DAN PRAKTIK DATA LAPANGAN

MERUMUSKAN PERMASALAHAN

PEMBUATAN KUESIONER (Instrumen Penelitian)

TEKNIK SAMPLING

SURVEI LAPANGAN PENENTUAN

VARIABEL

(13)

6 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Apakah Anda masih ingat modul terdahulu seperti

Pengantar dan

Formulasi Proposal Penelitian

,

Rancangan Penelitian

,

Sumber dan Koleksi

Data

, serta

Pengolahan dan Analisis Data

? Terlepas dari bidang kajian

IPA/IPT atau IPS? Jika tidak, cobalah kaji ulang modul-modul tersebut,

karena modul ini sangat erat kaitannya dengan topik yang dibahas

dalam modul-modul tadi! Simaklah uraian berikut.

1.1 PENELITIAN LAPANGAN

Riset atau penelitian sebagai suatu kegiatan ilmiah untuk

menemukan dan pengembangan ilmu pengetahuan dapat

dibedakan menurut jenis, sifat dan kegunaan serta metodenya.

Jika dilihat dari sifat penelitiannya, maka dapat dibedakan:

penelitian eksploratif, penelitian deskriptif, penelitian

eksplanatif, dan peneiltian eksperimen.2

Apabila dilihat dari aplikasinya, penelitian dibagi

menjadi: 1. basic research (penelitian dasar), 2. applied research

(penelitian terapan), 3. penelitian pengembangan, 4. Penelitian

pengembangan teknologi, dan 5. penelitian pengambangan

industri.2 Apabila Anda perhatikan bahwa penelitian juga sering

dilihat dari jenis datanya, yaitu sebagai penelitian kuantitatif dan

penelitian kualitatif.

Kemudian penelitian dapat dipandang dari metodenya,

dibedakan atas: 1. survei, 2. ex post facto, 3. eksperimen, 4.

(14)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 7

penelitian tindakan (action research), 7. evaluasi, dan 8.

penelitian sejarah (history). Survei adalah suatu pendekatan

penelitian yang sering digunakan untuk penelitian apakah itu

penelitian deskriptif maupun verifikasi yang berhubungan

dengan pengumpulan data yang bersifat kuantitatif.

Dalam penelitian tidak lepas berbicara tentang teknik dan

pengumpulan data. Pengumpulan data lapangan perlu kiranya

diingat kembali terhadap bagaimana proses suatu penelitian dan

teknik apa yang ingin digunakan. Kemudian penelitian yang

memerlukan penelitian lapangan dengan pendekatan kuantitatif,

maka Anda mengenal teknik penelitian survei. Dalam teknik

survei yang lazim digunakan untuk mendapatkan data adalah

menggunakan instrumen kuesioner. Survei sendiri pengertiannya

dibatasi dengan survei sampel. Artinya bahwa populasi

(universe) yang ada diambil sebagian saja sebagai bagian atau

kelompok yang mewakili dari seluruh populasi. Pengertian

populasi sendiri adalah kondisi umum atau gambaran

keseluruhan yang ada, misalnya populasi penduduk Indonesia

adalah seluruh jumlah penduduk di Indonesia.

Apabila Anda ambil contoh tentang rumah tangga di

daerah tertentu, maka seluruh jumlah rumah tangga yang ada

dinyatakan sebagai populasi. Survei dilakukan dalam bentuk

sampling. Bagaimana Anda menentukan sampel dan mengetahui

apa yang menjadi populasi akan dibicarakan dalam uraian pada

(15)

8 Modul DJFP. Tingkat Pertama

peneliti harus melakukan pencacahan terhadap populasi yang

ingin didaftar.

Tujuan survei dapat diartikan sebagai pengumpulan data sederhana seperti untuk mengetahui kondisi rumah, jumlah

anggota keluarga, pemilikan tanah atau luas pekarangan. Dapat

juga yang sifatnya lebih kompleks terhadap fenomena sosial

ekonomi seperti hubungan antarvariabel sosial, sehingga metode

survei sangat baik untuk melihat secara deskriptif, eksplanatif

atau sebagai tujuan penelitian penjajakan/eksploratif.

1.2 PROSES PENELITIAN

Seperti telah disebutkan di bagian terdahulu dan ingat

pada modul-modul sebelumnya dimana langkah-langkah

kegiatan adalah mencakup dimulai dari minat sampai pada

pelaporan hasil penelitian. Dalam berbagai langkah atau proses

panjang peneliti perlu memiliki pengetahuan yang cukup untuk

menyusun rumusan permasalahan dan menggunakan tujuan

penelitian secara jelas. Oleh karena itu, diperlukan juga konsep

teori yang dimiliki atau digunakan dalam menyusun rancangan

penelitiannya. Peneliti perlu memiliki akal sehat (common

sense). Pada langkah-langkah penelitian ini yang perlu diingat

kembali secara serius adalah tentang perancangan penelitian.

Secara sederhana langkah-langkah penelitian yang menggunakan

metode survei setelah mempunyai topik penelitian yang

ditentukan, maka langkah berikutnya meliputi:

(16)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 9 menentukan konsep dan hipotesis serta melakukan reviu

kepustakaan;

pengambilan sampel yang akan diteliti;

pembuatan kuesioner;

penelitian di lapangan termasuk bagaimana cara melakukan

wawancara, dan lain-lain;

melakukan penyuntingan data;

menganalisis data;

membuat laporan.

Setelah Anda memahami terhadap proses kegiatan

penelitian, maka tahap penelitian lapangan akan menentukan

terhadap proses tercapainya penelitian secara keseluruhan.

Pengumpulan data lapangan merupakan kelanjutan proses

penelitian yang menghendaki tahapan penelitian lapangan.

Membicarakan data adalah salah satu unsur utama yang dicari

dalam suatu kegiatan penelitian. Data adalah sekumpulan

keterangan atau informasi yang di peroleh dari suatu proses

penelitian baik di lapangan maupun melalui desk review.

1.3 DATA PRIMER DAN DATA SEKUNDER

Dilihat dari cara pengumpulan data, maka dapat

dibedakan dalam dua jenis data, yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan

oleh peneliti. Menurut Winarno Surakhmad3, data primer adalah

data yang secara langsung dan segera diperoleh dari sumber data

dan dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk tujuan tertentu.

(17)

10 Modul DJFP. Tingkat Pertama

yang cukup besar. Sedangkan bagi peneliti memerlukan

kecermatan dan ketelitian untuk mendapatkan data lapangan

yang bersifat primer tersebut.

Data sekunder adalah data yang sifatnya sudah

dikumpulkan atau dilaporkan oleh pihak lain lebih dulu baik

institusi maupun perorangan. Data ini dapat berupa hasil survei

orang lain maupun pihak atau institusi lain, atau dokumen yang

telah ada maupun publikasi-publikasi yang dikeluarkan dari

pihak lain. Sebagai contoh Badan Pusat Statistik (BPS)

melakukan sensus dan survei, datanya dibukukan dan dijadikan

sebagai sumber data sekunder oleh seorang peneliti. Selain data

dari kantor statistik beberapa kantor dinas pemerintah sering

kali mempunyai dokumen yang selalu diperlukan sebagai data

sekunder.

Berkaitan dengan data primer di lapangan, maka cara mengumpulkan

data akan dibahas secara singkat di bawah ini.

1.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Masih ingat, ada berapa jenis atau teknik pengumpulan data?

1.4.1 Jenis Teknik Pengumpulan

Banyak jenis teknik pengumpulan data yang dijumpai dari

semua buku tentang penelitian. Winarno Surachmad

(18)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 11

1.4.1.1 Teknik observasi langsung merupakan teknik

pengumpulan data dimana peneliti melakukan

pengamatan tanpa alat artinya langsung terhadap gejala

keadaan yang sebenarnya. Dengan kata lain, peneliti

langsung ikut dalam kehidupan terhadap objek yang

diteliti;

1.4.1.2 Teknik observasi tidak langsung merupakan

pengumpulan data dimana peneliti melakukan

pengamatan terhadap objek penelitian dengan

memanfaatkan alat baik alat yang sudah tersedia maupun

yang diciptakan;

1.4.1.3 Teknik komunikasi langsung. Peneliti biasanya melakukan wawancara secara langsung terhadap objek

suatu penelitian. Disini peneliti atau pewawancara

bertanya secara tatap muka (inter personal) dengan

melakukan wawancara berpedoman dari kuesioner yang

telah disusun. Dapat saja pewawancara bertanya sesuai

dengan alur pertanyaan yang tersusun pada kuesioner;

1.4.1.4 Teknik komunikasi tidak langsung. Peneliti mengumpulkan data dengan jalan memanfaatkan alat

seperti memanfaatkan kuesioner, tetapi hanya melalui

cara angket.

1.4.2 Pengumpulan Data dalam Penelitian Lapangan

Ada empat hal yang perlu dibicarakan dalam teknik

pengumpulan data, yaitu:4

(19)

12 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi/

pengamatan langsung kepada suatu objek. Misalnya

dalam hal observasi terhadap objek sarana pendidikan di

suatu sekolah, objek yang diamati seperti jumlah murid

dalam sekolah tertentu, jumlah kelas, jumlah peserta

rapat pada kesempatan tertentu.

1.4.2.2 Polling/Jajak Pendapat

Biasanya pertanyaan yang disampaikan sangat terbatas

bahkan hanya satu atau dua pertanyaan yang perlu

dijawab. Tujuannya biasanya juga tertentu untuk

memperoleh opini umum (lihat jajak pendapat yang

dilakukan oleh media cetak).

1.4.2.3 Angket

Pertanyaan disampaikan dalam bentuk tertulis dan

responden diharapkan untuk menjawab sendiri. Sebagai

contoh jika Anda ingin memperoleh data dengan

melakukan penyebaran kuesioner dengan cara mengirim

daftar pertanyaan, maka yang ditanya diharapkan

mengisi sendiri.

Kelebihan : Biaya kecil, Ruang lingkup wilayah

luas.

Kekurangan : Derajat pengembalian kecil, derajat

kesalahan jawaban besar.

1.4.2.4 Schedule (kuesioner)

Dalam teknik ini informasi dikumpulkan dari responden

(20)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 13

pewawancara (interviewer) dengan menggunakan daftar

pertanyaan kemudian pewawancara mengisikan jawaban

yang diberikan responden ditempat daftar yang

disediakan.5

Kelebihan : Kesalahannya kecil dan pengembalian

kuesioner secara maksimal.

Kekurangan : Biaya dan tenaga besar, dilakukan oleh

pewawancara yang sudah terlatih

Penggunaan teknik wawancara atau schedule tersebut tergantung

dari maksud dan tujuan suatu penelitian. Di samping itu juga

perlu mempertimbangkan tingkat pendidikan, sosial, dan

ekonomi dari masyarakat yang menjadi objek penelitian.

1.5 PEMBUATAN DAFTAR PERTANYAAN

Dalam membuat daftar pertanyaan perlu memperhatikan:

1.5.1 Jenis Pertanyaan dalam Kuesioner

Pada dasarnya dalam membuat daftar pertanyaan dikenal

jenis pertanyaan dalam kuesioner ada tiga bentuk

(21)

14 Modul DJFP. Tingkat Pertama 1.5.1.1 Pertanyaan Tertutup

Kemungkinan jawaban dari suatu pertanyaan sudah

tersedia, cara bertanya juga disampaikan beberapa

alternatif jawaban yang sudah tersedia, kemudian

responden akan menjawab sendiri sesuai alternatif yang

ada.

Contoh:

Berapa umur Bapak/Ibu sekarang?

a. kurang dari 15 tahun

b. antara 15-20 tahun

c. antara 21-24 dst

Dalam pertanyaan di atas jawaban yang sesuai supaya

dilingkari.

1.5.1.2 Pertanyaan Terbuka

Responden bebas memberikan jawaban karena dalam

pertanyaan sengaja tidak diberikan alternatif jawabannya.

Contoh:

Menurut Bapak/Ibu, apa yang menjadi masalah utama bagi orang tua siswa dalam pendidikan? ………

1.5.1.3 Pertanyaan Kombinasi Antara Terbuka dan Tertutup.

Contoh:

Apakah Bapak/Ibu pernah meninggalkan tempat tinggal

selama satu tahun lebih?

a. Pernah

(22)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 15 Jika pernah (jika jawaban a dipilih) ke mana tujuan

(23)

16 Modul DJFP. Tingkat Pertama 1.5.1.4 Pertanyaan Semiterbuka

Umumnya pertanyaan ini sudah disusun alternatif

jawaban tetapi juga masih disediakan kemungkinan

jawaban.

Contoh:

Alat KB apakah yang Ibu pakai

a. IUD

b. PIL

c. Kondom

d. Sterilisasi

e. Lainnya sebutkan ...

1.5.2 Tata Cara Menyusun Daftar Pertanyaan 1.5.2.1 Hindari adanya dua pengertian

1.5.2.2 Menggunakan kata-kata sederhana mudah dimengerti

oleh responden/masyarakat

Contoh:

Pertanyaan tentang umur/usia responden: Berapa (kah)

umur Bapak/Ibu/Saudara pada saat ini?

1.5.2.3 Pertanyaan khusus yang berlaku di wilayah penelitian,

biasanya pertanyaan tentang peristiwa yang terjadi pada

wilayah tertentu.

Contoh:

Pada tahun berapa saja terjadi gunung Merapi meletus

yang Bapak ketahui?

1.5.2.4 Hindari pertanyaan yang mengandung sugesti atau sudah

(24)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 17

Contoh:

Misalnya jika waktu istirahat apakah saudara belajar atau

bermain?

Dalam menyusun pertanyaan dikelompokkan sesuai

dengan tujuan penelitian dimulai dengan identitas umum seperti

nama, umur, jenis kelamin. Keterangan anggota rumah tangga

umumnya dipertanyakan di depan. Ini sekaligus untuk memilih

responden. Pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya pribadi dan

mungkin sensitif seperti penghasilan, alasan memilih jodoh,

alasan memilih partai, dan sebagainya ada di belakang.

1.6 INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Bagaimana dengan pengumpulan data? Cobalah buka lagi modul terkait

jika Anda lupa! Bandingkan dengan uraian di bawah ini.

Prinsip penelitian adalah melakukan pengukuran dan

memperoleh hasil yang baik atau valid dan realible. Pengertian

valid adalah kaitannya dengan hasil, jika seorang peneliti

memperoleh kesamaan antara objek dan data yang dikumpulkan

atau dengan ilustrasi jika diperoleh data berwarna merah, maka

hasilnya juga merah sesuai dengan objek. Sedangkan reliable

artinya ada kesamaan hasil dalam waktu maupun ruang yang

berbeda. Alat ukur dengan menggunakan adalah contoh

instrumen yang tidak reliable/konsisten.

Valid dalam alat ukur adalah terkait dengan instrumen

(25)

18 Modul DJFP. Tingkat Pertama

mengukur apa yang seharusnya diukur. Contoh yang baik dalam

ilmu alam, misalnya untuk mengetahui panjang digunakan alat

ukur meteran, untuk mengukur berat diperlukan instrumen

timbangan berat, untuk melihat suhu dipergunakan termometer.

Instrumen tersebut sudah lama teruji kevaliditasnya untuk

memperoleh hasil yang tepat (jitu). Walaupun demikian kadang

dalam realita juga terjadi hasilnya dapat meragukan. Hal ini

biasanya disebabkan alat ukurnya sudah rusak atau penelitinya

kurang memiliki kecermatan dan kurang terampil dalam

menggunkan alat ukur.

Dalam ilmu sosial ada instrumen yang baku misalnya

untuk mengukur kualitas SDM menggunakan tingkat

pengetahuan atau pendidikan, kesehatan, dan produktivitas

(pendapatan). Akan tetapi banyak pula dalam bidang ilmu

pengetahuan kemanusiaan yang belum memiliki standar atau

baku. Oleh karena itu peneliti harus mempunyai kesepakatan dan

rasionalitas untuk menentukan sendiri instrumen sebagai alat

ukur terhadap apa yang ingin diukur. Dalam praktik penelitian

melalui survei pengukuran tersebut dijelaskan melalui

pertanyaan dalam pengumpulan data.

Dengan demikian instrumen yang valid dan reliable

merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian

yang yang valid dan reliable. Terkait dengan instrumen

pengumpulan data pada metode survei agar diperoleh hasil yang

optimal, instrumen yang diperlukan di sini adalah alat yang akan

(26)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 19 Instrumen dalam hal ini dikelompokkan dalam:

1.6.1 Daftar pertanyaan adalah bentuk susunan pertanyaan yang

akan ditanyakan kepada responden, biasanya daftar

pertanyaan berisi tentang identifikasi responden secara

sosiodemografi dan pertanyaan lain yang sesuai dengan

tujuan penelitian.

1.6.2 Pedoman wawancara adalah sebagai petunjuk

pewawancara bagaimana menanyakan kepada responden.

Dengan berpegangan kepada batasan, defenisi, dan konsep

yang dilakukan dalam pertanyaan yang ingin dicapai.

Misalnya definisi apa tentang usia apakah dibulatkan

kebawah atau ke atas, apa yang disebut pekerjaan.

1.6.3 Petunjuk pengisian kuesioner, biasanya tidak dipisahkan

dengan kuesioner tetapi ada juga yang memisahkannya,

seperti setelah pertanyaan 5 langsung ke pertanyaan mana?

Sebelum membahas bagaimana cara membuat daftar

pertanyaan, Anda perlu mengerti isi suatu pertanyaan.

Pertanyaan yang bersifat fakta, artinya bahwa pertanyaan

yang diajukan untuk memperoleh data kenyataan yang

sifatnya betul-betul dapat dinyatakan dan dapat dibuktikan

langsung. Misalnya umur, tingkat pendidikan, agama, jenis

kelamin, dan lain-lain.

Pertanyaan tentang pendapat dan sikap, pertanyaan ini

sebetulnya tergantung dari pendapat responden. Misalnya

bagaimana responden akan mengambarkan perasaan atau

(27)

20 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Pertanyaan tentang informasi. Mungkin di sini responden

diminta untuk menjelaskan sejauh mana apa yang

diketahui tentang peristiwa.

Sebagai catatan dalam pengumpulan data yang terkait

dengan keterangan pendapat seseorang harus dijawab oleh

responden sendiri. Hal ini disebabkan suatu pandangan atau

persepsi memiliki sifat individual berbeda dengan sifat jawaban

yang dapat dilihat atau dibuktikan keterangan tersebut secara

empirik.

1.7 TEKNIK WAWANCARA

Dalam pengumpulan data primer yakni data yang

diperoleh secara langsung oleh peneliti pada umumnya

diperlukan wawancara antara responden dan pewawancara.

Irawati Singarimbun, dkk6 menyatakan bahwa wawancara

merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi, sehingga

beberapa faktor turut berpengaruh terhadap hasil wawancara.

Beberapa faktor tersebut di antaranya pewawancara, responden,

topik penelitian yang ada dalam daftar pertanyaan. Keuntungan

dari pada daftar pertanyaan (kuesioner) yang diwawancarakan

secara langsung dibandingkan dengan angket antara lain: 1.

peneliti (pewawancara) dapat bertatap muka langsung,

ketidakpahamanan dapat dikurangi; 2. Jawaban yang tidak

diketahui dan dimengerti dapat dijelaskan; 3. Pewawancara

dapat melakukan observasi di lingkungan rumah maupun di

(28)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 21

1.7.1 Tahap Persiapan

Sebelum pewawancara melakukan wawancara, peneliti

perlu melakukan langkah-langkah persiapan, di antaranya

adalah

menentukan metode sampling yang akan dilakukan;

menetapkan persyaratan responden (eligible

respondent);

menentukan pengganti responden;

menyiapkan daftar pertanyaan (kuesioner) dan

pengangkatan pewawancara jika diperlukan.

1.7.2 Jika Pewawancara Dipilih

Dalam hal tertentu peneliti memerlukan pewawancara

untuk membantu pengumpulan data. Hal ini dapat terjadi

karena banyaknya jumlah responden yang harus

diwawancara dan luasnya sampel yang dipilih.

Kemungkinan lain adalah peneliti sendiri tidak familier

terhadap bahasa setempat dengan baik, maka peneliti dapat

menggunakan tenaga pewawancara. Oleh karena itu

langkah yang perlu dilakukan adalah bagaimana

memberikan bekal keterampilan dan pengetahuan kepada

si pewawancara terhadap isi kuesioner yang akan dilakukan

untuk wawancara tersebut. Kegiatan ini disebut sebagai

tahap pelatihan pewawancara. Hal-hal yang diperlukan

dalam pelatihan wawancara adalah

Penjelasan maksud dan tujuan penelitian dilakukan

(29)

22 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Penjelasan masing-masing pertanyaan yang ada dalam

kuesioner

Penjelasan bagaimana cara melakukan pencatatan

dengan alat tulis tertentu

Jika dimungkinkan dilengkapi dengan pedoman

wawancara, yaitu suatu penjelasan dan cara mengisi

kuesioner. Isinya meliputi pengertian dan definisi

konsep terhadap bahasa yang digunakan dalam

wawancara. Di samping itu prosedur melakukan

wawancara yang meliputi berapa kali wawancara

mengunjungi responden, kapan daftar pertanyaaan

harus dikumpulkan kepada siapa harus memutuskan

jika terjadi persoalan dan lain-lain.

1.7.3 Pedoman Berwawancara 1.7.3.1 Penampilan dan sikap

Dalam melakukan wawancara, pewawancara

hendaknya berpakaian sederhana dan rapi;

Dapat membuat suasana dialog yang menyenangkan

dan menghindari ketegangan, dibuat serileks

mungkin agar tidak terjadi keterpaksaan untuk

menjawab karena pewawancara adalah pihak yang

meminta jawaban dari pertanyaan, maka

pewawancara sabar dalam memperoleh jawaban dan

sanggup untuk menunggu sampai jawaban itu selesai.

Hindari sikap pewawancara sebagai cara interogasi

(30)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 23 1.7.3.2 Menguasai isi dan memahami bahasa

Maksud setiap petanyaan yang ada dalam kuesioner

harus dimengerti dengan baik, tidak menjadi sesuatu

pemahaman yang membingungkan. Mengetahui

sistematika tata urutan pertanyaan dengan baik.

Menghindari merubah kalimat yang dapat

membingungkan responden atau merubah aturan

terhadap pertanyaan itu sendiri.

1.7.3.3 Pencatatan dengan benar dan tandai dengan tepat.

Dalam mencatat jawaban dari responden harus tepat

mengisikannya. Kadang diperlukan interpretasi terhadap

jawaban yang panjang, tuliskan dengan singkat dan dapat

dimengerti. Apalagi dalam pertanyaan terbuka yang

memerlukan jawaban pendapat biasanya cukup panjang

kalimat. Tentukan ruang yang cukup untuk menulis

jawaban dapat pada ruang-ruang yang kosong pada

kuesioner.

1.7.3.4 Pemeriksaan isi dan jawaban

Jika sudah terisi dan selesai wawancara pewawancara

diharuskan untuk meneliti terhadap isian kuesioner.

Apakah isian sudah sesuai, konsisten, dan ada pertanyaan

yang belum diisi. Ini penting sebelum dikembalikan

kepada supervisor lapangan agar tidak menjadi kesulitan

jika kuesioner tersebut dibawa ke kantor misalnya.

(31)

24 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Wawancara yang dibahas di sini jika peneliti melakukan

pengumpulan data berkomunikasi secara langsung untuk

mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.

Misalnya, pada saat pewawancara melakukan kunjungan ke

rumah atau tempat dimana wawancara dilakukan, maka

beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh petugas:

Pilih waktu yang tepat dan tidak mengganggu kesibukan,

lebih baik aturlah atau janjikan lebih dulu akan lebih baik;

Seandainya menemui rumah atau penghuni yang kosong

usahakan bertanya kepada penghuni terdekatnya untuk

menanyakan kapan responden ada di rumah;

Pada waktu diwawancara usahakan responden tidak

terpengaruh terhadap pendapat orang lain, atau usahakan

bahwa jawaban memang milik responden sendiri;

Sebelum memulai wawancara pewawancara perlu

memperkenalkan diri lebih dahulu dan memberitahukan

bahwa maksud dilakukan penelitian tersebut. Oleh karenanya

pewawancara dengan pendekatan persahabatan agar tidak

menimbulkan kecurigaan pewawancara dapat menunjukkan

surat tugas atau indentitas diri;

Dalam wawancara hendaknya dimulai dari pertanyaan

identitas seperti nama, usia, jumlah rumah tangga dan

pekerjaan. Kemudian pada pertanyaan selanjutnya

pertanyaaan yang dianggap cukup memerlukan perhitungan

dan memori lebih untuk mengingat-ingat seperti penghasilan

(32)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 25 Jika sudah selesai periksalah lagi apakah sudah yakin bahwa

pertanyaan di kuesioner sudah ditanyakan semuanya. Jika

sudah hendaknya berpamitan dengan sopan dan jangan

meninggalkan kesan yang kurang baik berikan ucapan terima

kasih atas segala bantuannya.

Perlu diingatkan dalam penelitian dengan cara

wawancara langsung berdasarkan kepada kuesioner (skedul)

peneliti dapat melakukan probing, yaitu cara wawancara kepada

responden untuk pendalaman dengan tujuan menggali informasi

yang tuntas terhadap pertanyaan inti dari daftar pertanyaan. Ini

umumnya digunakan peneliti dari pendekatan kualitatif untuk

menjelaskan pertanyaan mengapa bukan menjawab pertanyaan

(33)

26 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Tugas 1 (Tim)

Kelas membentuk kelompok, satu kelompok paling sedikit beranggotakan

delapan orang. Setiap kelompok membentuk pengurus kelompok (ketua, sekretaris, dan anggota). Tugas masing-masing kelompok adalah:

1. menyusun topik penelitian yang akan dilakukan (judul). 2. menentukan perumusan masalah.

3. menentukan hipotesis atau jenis variabel yang akan dipakai dalam penelitian.

4. membuat pertanyaan sesuai dengan topik dan variabel. 5. menyusun daftar pertanyaan sesuai dengan pertanyaan.

Peralatan:

- white board, - spidol, dan - kertas.

Mekanisme dalam diskusi kelompok:

(34)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 27

Latihan 1

A.

Gunakan kertas terpisah untuk menjawab pertanyaan berikut.

Padankanlah pertanyaan pada kolom A dengan pilihan jawaban di kolom B. (Pertanyaan ini dapat paralel berhubungan dan juga dapat bersifat bertolak belakang)

A B

1. Populasi merupakan keterangan sejumlah objek penelitian yang dilakukan sebelum menentukan sampel.

2. Data kuantitatif memberikan gambaran terhadap fakta yang dapat dilakukan dengan observasi.

3. Angket merupakan teknik pegumpulan data kuantitatif.

4. Survei dapat dilakukan dengan melakukan penelitian secara langsung dan wawancara.

5. pengumpulan data lapangan akan dilakukan sesuai dengan waktu yang tersedia oleh peneliti.

a. Data diperoleh dengan cara wawancara atas perjanjian antara peneliti dan responden.

b. Untuk memperoleh keterangan responden tentang aspirasi dan persepsi peneliti perlu menggunakan wawancara.

c. Untuk memperoleh hasil penelitian yang representatif peneliti tidak usah memperdulikan banyaknya rumah tangga untuk melakukan wawancara.

d. Kuesioner yang digunakan untuk menggali data dapat dilakukan pengiriman atau responden bebas mengisi pertanyaan yang tersedia. e. Untuk penelitian yang bersifat

kuantitatif empirik peneliti tidak dapat menggunakan data sekunder yang sudah publish.

B. Jawablah pertanyaan di bawah dengan melingkari salah satu jawaban yang dianggap benar.

1. Data dan sumber data yang menggunakan dokumen dari

pelaporan instansi dapat digolongkan:

a. Data asli

b. Data primer

(35)

28 Modul DJFP. Tingkat Pertama

2. Teknik pengumpulan data dengan wawancara langsung

disebut teknik:

a. Observasi

b. Skedul

c. Angket

C. Jawablah uraian berikut dengan tepat

1. Sebutkan sedikitnya empat hal yang perlu dilakukan bagi

pewawancara ketika harus berwawancara?

2. Sebutkan keuntungan dan kerugiannya melakukan teknik

(36)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 29

Ringkasan

Dalam proses penelitian yang bertema sosial dan

melakukan objek manusia, maka pengumpulan data lapangan

menjadi utama. Untuk mendapatkan data lapangan yang akurat,

maka beberapa kriteria untuk mendapatkan data perlu

diperhatikan. Peneliti di lapangan pada dasarnya bukan

penerima dan penagih pajak. Peneliti lapangan harus

menempatkan dirinya sebagai pencari dan peminta data. Dalam

pengumpulan data lapangan peneliti akan dihadapkan terhadap

dua jenis data yang bersifat primer dan sekunder.

Pengumpulan data primer, peneliti perlu mempersiapkan

diri untuk memperoleh data yang valid dan akurat. Untuk

menghindari kebohongan dan keengganan responden untuk

proses menjawab pertanyaan peneliti perlu menyiapkan daftar

(37)

30 Modul DJFP. Tingkat Pertama

T

T

i

i

n

n

d

d

a

a

k

k

-

-

l

l

a

a

n

n

j

j

u

u

t

t

1.

Jika

Anda

dapat

menyelesaikan

Latihan 1 dan

menjawab seluruhnya

dengan benar, maka Anda dianggap

telah dapat menguasai

PB-Satu

ini.

Selamat.

Anda

diperkenankan

melanjutkan ke

PB-Dua

.

2.

Jika

Anda

hanya

dapat

menyelesaiakan Latihan 1 kurang dari

sepuluh

soal, Anda dianjurkan untuk

mengkaji ulang

PB-Satu

ini. Cobalah

berkonsultasi dengan fasilitator.

(38)

30 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Teknik Sampling

Konsep dan Definisi Sampling

Teknik Penarikan Sampel

(39)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 31

P

P

r

r

o

o

s

s

e

e

s

s

B

B

e

e

l

l

a

a

j

j

a

a

r

r

D

D

u

u

a

a

2.1 KONSEP DAN DEFENISI SAMPLING

Pengambilan sampel bertujuan untuk memperoleh

keterangan mengenai populasi, dengan mengamati sebagian saja

dari populasi itu. Pengambilan sampel dilakukan karena tidak

mungkin mengamati seluruh anggota populasi, pengamatan

terhadap semua populasi adalah pekerjaaan yang tidak praktis

dan efektif. Suatu populasi yang sangat besar, misalnya

penduduk Indonesia tidaklah akan mungkin satu per satu

diamati sampai seluruh anggota populasi itu mendapat

gilirannya. Inilah sebab pertama mengapa Anda melakukan

penarikan sampel dan bukan mengamati seluruh anggota

populasi. Hal yang kedua adalah dapat bersifat merusak.

Misalnya kalau ada seorang peneliti di bidang kelistrikan ingin

mengetahui berapa lama, rata-rata lampu pijar dapat menyala

terus menerus, maka tidak efektif apabila harus menyalakan

seluruh lampu pijar. Mungkin yang lebih efisien adalah, mereka

(40)

32 Modul DJFP. Tingkat Pertama

kalau Anda ingin mengetahui kualitas jeruk dari Berastagi, tidak

perlu mencicipi sampai satu keranjang, cukup dengan beberapa

buah jeruk saja.

Dengan beberapa ilustrasi tersebut di atas, maka

pengambilan sampel terhadap anggota populasi adalah sesuatu

yang praktis dan efektif dilakukan.

Cara untuk mendapatkan sampel dari populasi tersebut

Anda menamakan teknik sampling. Ada dikenal dua pendekatan

atau teknik penentuan sampel, yaitu probability sampling dan

nonprobability sampling. Probability sampling adalah suatu

teknik yang menganggap bahwa semua anggota populasi

memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel. Teknik

seperti ini kemudian disebut teknik random atau acak. Metode

atau cara penentuannya dapat melalui undian, menentukan

dengan instrumen teknik random.

Seperti telah disebutkan bahwa dalam teknik random

semua anggota memiliki peluang sama, maka jika Anda memiliki

seratus anggota populasi, maka satu anggota memiliki peluang

1/100 dalam acak pertama dan seterusnya berapa kali Anda akan

menentukan sampel dari seratus tersebut. Pada acak pertama

katakanlah sudah terpilih A, maka A tadi harus dikembalikan

pada penarikan kedua agar memiliki lagi angka probabilitas

setiap anggota 1/100 tersebut. Hanya jika A tertarik kembali

harus dianggap tidak sah dikembalikan lagi.

Teknik lain adalah nonprobability sampling adalah

(41)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 33 Alasan itu dapat saja alasan subtantif kadang juga alasan teknis

seperti mengurangi biaya atau kendala lain.

2.1.1 Populasi

Populasi ialah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang

ciri-cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan pula

antara populasi sampling dengan populasi sasaran.

Misalnya, apabila Anda mengambil rumah tangga sebagai

sampel dan yang diteliti hanya anggota rumah tangga yang

bekerja sebagai petani, maka seluruh rumah tangga dalam

wilayah penelitian disebut populasi sampling. Sedangkan

seluruh petani dalam wilayah penelitian disebut populasi

sasaran. Contoh lain apabila peneliti akan mengadakan

survei terhadap kualitas pohon kayu jati yang ditanam

pemerintah (Perhutani) di kawasan bukit tertentu, maka

seluruh pohon jati di kawasan tersebut menjadi populasi.

Demikian halnya jika seorang peneliti kualitas tanah sawah

di lahan gambut di Kalimantan Timur, maka seluruh area

gambut di wilayah tersebut menjadi area populasi.

2.1.2 Unsur Sampling

Unsur-unsur yang diambil sebagai sampel disebut unsur

sampling. Unsur sampling diambil dengan menggunakan

kerangka sampling (sampling frame)

2.1.3 Kerangka Sampling

Kerangka sampling ialah daftar dari semua unsur sampling

dalam populasi sampling. Kerangka sampling dapat berupa

(42)

34 Modul DJFP. Tingkat Pertama

seluruh jumlah pohon jati, area tanah gambut menurut

kawasan administratif atau kewilayahan misalnya semua

daftar anggota keluarga pada desa tertentu.

2.2 TEKNIK PENARIKAN SAMPEL

Pada bagian awal Anda sudah menyinggung populasi dan

sampel. Jika suatu penelitian telah menentukan dengan jelas apa

dan siapa populasi yang akan menjadi minat penelitian tersebut

dan alat ukur telah disiapkan, maka pertanyaaan yang muncul

berikutnya adalah apa dan siapa yang harus diukur. Apakah

semua anggota populasi harus diamati? Apakah Anda harus

mengamati seluruh eksekutif muda di Jakarta untuk membuat

kesimpulan bagaimana perilaku seksual mereka?

Pengukuran terhadap semua anggota populasi dikenal

sebagai kegiatan sensus, sedangkan pengukuran hanya

sebahagian saja, yaitu Sampel disebut sebagai Survei. Dalam

banyak kasus, peneliti tidak mungkin mengamati seluruh

anggota populasi karena beberapa hal:

2.2.1 Sumber daya yang dimiliki peneliti terbatas

Sumber daya yang dimaksud dapat berupa dana, waktu,

dan tenaga. Berapa banyak dana yang harus dikeluarkan

untuk mengamati seluruh anggota populasi? Jika untuk

mengamati perilaku seorang eksekutif muda perlu satu jam,

berapa waktu yang diperlukan untuk mengamati seluruh

eksekutif muda di sebuah kota besar?

(43)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 35 Ada populasi tertentu yang tidak mungkin dapat diamati

(atau diwawancarai dengan kuesioner) semua anggota

populasinya. Jika populasi dari sebuah penelitian adalah

mahasiswa di sebuah perguruan tinggi, maka masih

dimungkinkan untuk mendapat data dari semua

mahasisawa tersebut. Terutama jika peubah yang

diperlukan sudah ada database-nya. Akan tetapi bagaimana

Anda dapat mengumpulkan data semua anggota populasi

jika populasinya adalah, misalkan pengguna produk

tertentu yang tersebar luas. Apakah Anda harus mencari

semua orang yang pernah menggunakan produk itu? Kapan

Anda dapat selesai mengumpulkan data, jika setiap hari ada

saja pengguna baru? dalam kasus terakhir jelas bahwa data

populasi tidak mungkin pernah dapat Anda peroleh.

2.2.3 Sebagian pengamatan bersifat merusak

Bayangkan jika untuk mengetahui rasa duku yang dijual di

pinggir jalan seorang pembeli mencoba semuanya. Atau

bayangkan pula untuk memeriksa apakah volume coca-cola

memenuhi standar harus memeriksa semua botol. Jelas

pada ilustrasi tersebut tidak mungkin melakukan sensus,

pemeriksaaan harus dilakukan pada sebagian saja.

Dengan alasan di atas, akhirnya beberapa penelitian

hanya akan berjalan dengan mendapatkan data dari sebagian

anggota populasi, yaitu sampel. Pengambilan sampel sebagai

sumber data bukan semata-mata karena alasan di atas, tetapi

(44)

36 Modul DJFP. Tingkat Pertama

berdasar sebagian data saja. Kalau dengan sebagian pengamatan

dapat membuat kesimpulan dengan benar, untuk apa mengamati

semuanya? Bukankah untuk mengetahui rasa jeruk yang dijual di

pinggir jalan, pembeli tidak pernah mencoba semua jeruk yang

dipajang.

Jadi intinya adalah dapatkah Anda mendapatkan

sebagian anggota populasi yang dapat dijadikan landasan

pembuatan kesimpulan bagi semua anggota populasi. Dalam

bahasa lain, dapatkah Anda mendapatkan contoh yang mewakili

populasi?

Sebagai pertimbangan yang lain, tidak dapat dijamin

bahwa hasil sensus lebih baik daripada survei. Jika sebuah

penelitian menggunakan sensus yang berarti harus mengamati

semua, maka ketelitian petugas yang melakukan pengamatan

dapat menurun. Kelelahan mungkin menjadi salah satu faktor

penting dari mutu data yang dimiliki.

2.3 PENENTUAN JUMLAH SAMPEL

Sampel yang dianggap mewakili tentu saja sesuai jumlah

populasi (sensus). Jumlah sampel mendekati jumlah populasi,

maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan

sebaliknya semakin kecil jumlah sampel akan bertambah besar

kesalahan generalisasi. Isaac dan Michael mengembangkan

penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu untuk tingkat

kesalahan 1 %, 5 % atau 10 % (lihat Tabel pada lampiran) dengan

(45)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 37

גּ2. N.P.Q

S = --- d2 (N-1) + גּ2.P.Q

2 dengan dk = 1, taraf kesalahan dapat 1%, 5%, 10%.

P = Q = 0.5

d = 0,05

s = jumlah sampel

Berdasarkan formula dan Tabel tersebut, katakanlah

populasinya tercatat sebanyak 900 unit/orang. Jika

menggunakan tingkat kesalahan 1%, maka sampel yang harus

diambil adalah 382. Jika ingin menentukan kesalahan 10%, maka

sampel yang diambil 251.

Berbeda dengan perhitungan di atas pendapat lain adalah

Roscoe7 juga berpendapat bahwa sampel yang layak antara 30

s.d. 500, tetapi ada saran lain misalkan untuk penelitian

eksperimen kelompok, maka anggota sampel masing-masing

sepuluh s.d. 20. Mempertimbangkan hal tersebut dalam

penentuan sampel perlu dipertimbangkan akan sifat dan jenis

populasi apakah homogen atau heterogen. Jika populasi

heterogen disarankan semakin banyak sampel untuk dapat

mewakili.

Pertanyaaan yang sering muncul pada pembahasan teknik penarikan

contoh ini adalah:

Berapa banyak yang harus dijadikan contoh?

Bagaimana cara mengambil contoh tersebut?

(46)

38 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Andaikan Anda memiliki sepiring sambel buatan ibu

Anda. Berapa banyak yang Anda ambil untuk mengetahui rasa

sambel tersebut? Sebagian besar orang akan berpendapat bahwa

seujung jari sudah cukup untuk mengetahui rasa sambel

tersebut. Tidak akan ada seorangpun yang menjawab bahwa

Anda harus merasakan setengah piring untuk menyatakan rasa

sambel buatan Ibu.

Bandingkan jika seorang konsumen ingin merasakan

salad di restoran, sebelum menceritakan rasanya ke teman,

makannya dia akan mencoba berbagai macam sayuran dan buah

yang ada di salad tersebut.

Pengambilan contoh dari sebuah populasi dapat

dianalogkan dengan mencicipi masakan seperti di atas. Jika data

masing-masing objek bermacam-macam, dengan kata lain

karakteristik objeknya berbeda-beda, maka perlu diambil contoh

yang banyak untuk mewakili setiap karakteristik. Akan tetapi jika

karakteristik objek pada populasi itu seragam, hampir sama,

maka contoh yang sedikit sudah cukup. Misalnya, jika seorang

peneliti ingin mengungkap berapa uang saku mahasiswa di

sebuah perguruan tinggi, maka mungkin contoh yang di ambil

harus besar karena ada mahasiswa yang uang sakunya sangat

besar tetapi juga ada yang sangat kecil. Contoh besar

dimaksudkan agar jangan sampai hanya sebagian kelompok saja

yang terambil. Sementara itu, jika dari perguruan tinggi yang

sama seorang peneliti ingin mengungkap berapa jam waktu

(47)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 39 sedikit responden saja sudah cukup, karena setiap orang akan

memberikan jawaban yang hampir sama.

Dengan demikian pertimbangan yang harus peneliti

lakukan adalah keragaman populasi. Semakin beragam, maka

semakin besar contoh yang dia perlukan. Pertimbangan lain yang

tidak kalah penting adalah biaya pengambilan data. Ini

berhubungan dengan sumber daya yang dimiliki oleh peneliti.

Semakin murah biaya pengambilan data, maka semakin banyak

contoh yang dapat dikumpulkan.

Sebelum

Anda

bicarakan cara pengambilan contohnya, perhatikan

ilustarsi berikut.

Seorang Ibu rumah tangga melewati jalan Pajajaran di Bogor

dan dilihatnya banyak penjual duku Palembang di sepanjang

jalan tersebut. Pada saat ingin membeli, penjual menawarkan

untuk mencicipi terlebih dahulu. Puas dengan rasanya, ibu

tersebut membeli dua kilogram. Sesampai di rumah, ternyata

rasa duku yang dia beli tidak manis seperti yang dia rasakan

di tempat penjualan tadi.

BPS mengadakan survei ekonomi dan menyebar beberapa

petugas survei ke beberapa perumahan di Bogor. Hasil yang

diperoleh cukup mengagetkan karena tingkat pendapatan

masyarakat di Bogor Baru (salah satu perumahan kelas A di

Bogor) memiliki rata-rata yang tidak setinggi perkiraan.

Setelah diselidiki ternyata, petugas di perumahan tersebut

(48)

40 Modul DJFP. Tingkat Pertama

yang dia datangi adalah rumah-rumah yang tidak

memelihara anjing dan rumah yang dilengkapi anjing

umumnya lebih kaya daripada yang tidak.

Dua ilustrasi di atas adalah ilustrasi teknik pengambilan sampel

yang salah, hasilnya akan berbias. Inilah risiko pengambilan

kesimpulan dari data contoh. Jika cara pengambilannya tidak

tepat, maka hanya satu kelompok saja yang didapatkan dan

kesimpulan yang diambil tidak dapat berlaku umum.

Beberapa teknik dasar pengambilan sampel yang sering

digunakan:

2.3.1 Simple Random Sampling (Contoh Acak Sederhana)

Ide dasar dari teknik ini adalah tidak ada unsur

subjektivitas peneliti dalam menentukan siapa dan apa

yang menjadi bagian dari contoh. Setiap objek dalam

populasi yang ditentukan memiliki peluang yang sama

untuk terambil. Daftar yang berisi semua anggota populasi

(sampling frame) harus dimiliki oleh peneliti.

Selain dalam penelitian IPS juga pada IPA dan IPT yang

menggunakan lapangan sering digunakan.

Contoh: Pada penelitian pertanian/perkebunan tanaman

tebu yang memiliki luas sepuluh hektar dalam jenis tebu

yang homogen. Untuk mengetahui rademen gulanya

mengambil sampel tanaman secara acak. Demikian pula

pada ilmu geologi jika ingin melihat jenis batuan dari suatu

(49)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 41

tersebut. Pada dunia kedokteran misalnya ingin

mengetahui kandungan penyakit melalui pengambilan

setetes darah dari seorang pasien. Dari darah tersebut

dapat ditemukan virus seseorang bahwa yang menyebabkan

seseorang sakit, sehingga disesuaikan untuk obatnya.

2.3.2 Systematic Random Sampling (Contoh Acak Sistematis)

Objek dalam populasi dibayangkan berada pada suatu

barisan, kemudian setiap k buah objek diambil secara acak

dan sistematik satu objek. Misalkan populasinya adalah

pengunjung supermarket, Jelas tidak ada daftar yang

memuat semua pengunjung supermarket tersebut.

Kemudian misalkan peneliti memutuskan untuk

mengambil satu orang dari lima orang yang masuk.

Dilakukan pengacakan dulu apakah orang ke 1, 2, 3, 4 atau

5 yang terambil. Misalkan orang yang ke empat yang

terpilih, selnajutnya dipilih orang urutan masuk ke 9, 14,

19, 24, dst. yang dipilih sebagai contoh.

2.3.3 Stratified Random Sampling (Contoh Acak Berlapis)

Cara ini dilakuikan untuk menjamin setiap kelompok dalam

populasi itu ada wakilnya. Misalnya akan dilakukan

penelitian tentang dampak penyuluhan terhadap perilaku

kesehatan masyarakat. Jika peneliti mengasumsikan

(50)

42 Modul DJFP. Tingkat Pertama

masyarakat, kalau kesejahteraaannya tinggi dampaknya

juga besar. Oleh karena itu, peneliti harus dapat

menangkap responden dari berbagai tingkat

kesejahteraaan, misalkan gunakan kompleks perumahan.

Dari setiap kompleks perumahan diambil wakil secara acak.

Contoh: Penelitian pendidikan untuk sekolah menengah

atas. Masing-masing jumlah murid setiap kelas harus

dibuat perbandingan. Jika diperoleh misalnya 40%, 30%,

dan 30% untuk kelas 1, kelas 2, dan kelas 3, maka didapat

perbandingan sampel yang mewakili adalah 4:3:3.

2.3.4Cluster Random Sampling (Contoh Acak Bergerombol)

Metode ini digunakan ketika Anda menganggap bahwa

populasi terletak dalam gerombol-gerombol tertentu

dimana setiap gerombol berisi objek-objek yang sangat

beragam. Dalam hal yang demikian, beberapa gerombol

saja sudah cukup dijadikan contoh untuk menggambarkan

populasi. Beberapa gerombol yang dijadikan contoh dipilih

secara acak. Misalkan saja, untuk mengetahui pendapat

remaja tentang tawuran antarsekolah tidak perlu bertanya

ke semua remaja di semua kota/kabupaten di Indonesia

saja. Cukup beberapa kota saja, karena dalam satu kota itu

pun sudah terdiri atas berbagai tipe-tipe remaja yang

mengggambarkan tipe-tipe remaja di seluruh Indonesia.

Misalnya, pada kluster atau area tertentu karena memiliki

(51)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 43 wilayah sampel terhadap wilayah yang memiliki

keanekaragaman tertentu baik untuk IPA, IPT, dan IPS.

2.3.5 Purpossive Sampling (Contoh Bertujuan)

Tidak semua populasi dapat dideteksi dengan jelas dimana

mereka berada. Jika populasi Anda adalah pengguna rokok

tertentu, bagaimana Anda dapat menggunakan tiga cara

yang termudah adalah datang ke suatu tempat, jika ketemu

orang yang merokok merk yang Anda inginkan dia Anda

jadikan responden.

Contoh pemilihan sampel dengan beralasan banyak

dilakukan karena secara substansi bahwa masalah yang

diteliti sangat beralasan untuk menjelaskan bahwa sampel

yang dipilaih sudah cukup untuk dijadikan contoh. Pendek

kata bahwa sifat-sifat sampel sudah diketahui oleh peneliti

untuk menjawab permasalahan yang ingin didalami.

Contoh ingin memahami masalah sejarah pendidikan

misalnya bagaimana perkembangannya, maka sampel yang

umum dipilih adalah daerah yang memiliki sejarah

penyebaran pendidikan yang lama, misalnya pendidikan

pertama kali dari Misi atau Zendeng maupun Pondok.

Daerah-daerah seperti Sulawesi Utara, NTT, dan Jombang

misalnya dapat menjadi pemilihan sampelnya.

2.3.6Snowball Sampling

Teknik ini mengambil perumpamaaan sebuah bola salju

(52)

44 Modul DJFP. Tingkat Pertama

gunung, semakin menuju ke bawah Anda akan memperoleh

bola yang semakin besar. Teknik penarikan contoh ini

bekerja dengan terlebih dahulu menentukan sedikit

responden. Selanjutnya Anda menentukan sedikit

responden berikutnya berdasarkan informasi dari

responden yang telah Anda wawancarai. Cara ini efektif

untuk kasus-kasus yang melibatkan sifat tabu dalam tema

survei, atau karakteristik responden tidak terlihat secara

langsung. Misalnya yang menjadi responden adalah para

pengguna narkoba. Agak sulit Anda mendapatkan

informasi siapa saja yang akan menjadi responden, tetapi

dengan bantuan responden tertentu Anda dapat lebih

mudah.

Pada prinsipnya masih banyak cara-cara yang lain. Akan

tetapi dalam pelaksanaan nanti, metode penarikan contoh yang

dipilih mungkin adalah kombinasi dari berbagai teknik dasar.

Misalkan kalau populasinya adalah seluruh masyarakat

Indonesia, mungkin tahapan pengambilan contohnya, Anda

sekat dulu jadi propinsi (stratified), kemudian disekat lagi jadi

kabupaten, kemudian purposive untuk mendapatkan

individunya. Ide utama dari teknik mana yang dipilih adalah,

dapat mewakili populasi dan diperoleh dengan cara yang paling

murah dan mudah.

(53)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 45

Latihan 2

A. Pasangkanlah pertanyaan di kolom A dengan pilihan

jawaban di kolom B dengan cara menuliskan huruf di muka

pilihan jawaban pada tempat yang telah disediakan.

A B

1. Jumlah semua penduduk di suatu wilayah.

2. Dalam masyarakat yang homogen lebih cocok pengambilan sampelnya tidak terlalu rumit.

3. Sampel yang baik mempertimbangkan kepada proporsi.

a. Acak sederhana merupakan teknik pengambilan sampel kepada masyarakat.

b. Tidak ada ketentuan jumlah sampel, tetapi hendaknya dapat dipakai analisis statistik.

c. Sebagai dasar untuk menentukan sampel (sampling frame).

B. Jawablah uraian berikut dengan tepat!

1. Apakah yang dimaksud dengan eligible responden?

2. Apakah yang dimaksud dengan populasi dan sampel?

3. Sebutkan instrumen penelitian yang dianggap penting?

(54)

46 Modul DJFP. Tingkat Pertama

Ringkasan

Dengan meneliti dari sebagian populasi, Anda mengharapkan

bahwa hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi

bersangkutan. Untuk dapat mencapai sasaran tersebut, maka cara-cara

pengambilan sebuah sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu.

Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan

elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk

dipilih. Di samping itu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak

(random) haruslah menggunakan metode yang tepat dan sesuai dengan ciri-ciri populasi dan tujuan penelitian.

Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel yang harus

diambil untuk mendapatkan data yang dapat mewakili dari populasi.

Hal yang harus diperhatikan dalam menentukan besarnya sampel

dalam suatu penelitian adalah keragaman populasi. Semakin seragam

populasi itu, semakin kecil sampel yang dapat diambil. Pengambilan

sampel dilakukan dengan berbagai metode yang ada, metode penarikan

contoh yang dipilih mungkin adalah kombinasi dari berbagai teknik

dasar.

Pengambilan sampel dilakukan dengan berbagai metode yang

ada, metode penarikan contoh yang dipilih mungkin adalah kombinasi

dari berbagai teknik dasar. Misalkan kalau populasinya adalah seluruh

masyarakat Indonesia, mungkin tahapan pengambilan contohnya, kita

sekat dulu jadi populasi (stratified), kemudian disekat lagi jadi

kabupaten, kemudian purposive untuk mendapatkan individunya. Ide

utama dari teknik mana yang dipilih adalah bisa mewakili populasi dan

(55)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 47

T

T

i

i

n

n

d

d

a

a

k

k

-

-

l

l

a

a

n

n

j

j

u

u

t

t

1.

Jika

Anda

dapat

menyelesaikan

dan

menjawab seluruhnya dengan benar, maka,

Anda dianggap telah dapat menguasai PB-2

ini.

2.

Jika Anda hanya dapat menyelesaiakan

Latihan

kurang dari

tiga soal atau kurang

dari 60%, maka Anda dianjurkan untuk

mengkaji ulang PB-2 ini. Cobalah berkonsultasi

dengan fasilitator.

3.

Dalam

rangka

menindaklanjuti

praktik

pengumpulan data, agar masing-masing

peserta sudah memahami data yang sifatnya

kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif

adalah data yang ebrbentuk angka yang

umum didapat dari pengumpulan data

melalui kuesioner. Hal ini berbeda dengan

data kualitatif, data yang berbentuk deskripsi

tentang sesuatu hal. Data ini umumnya

menjelaskan terhadap sesuatu yang diamati.

Data

kualitatif

sering

dipakai

untuk

penelitian yang bersifat kualitatif dengan

waawncara mendalam atau dengan

focus

group discussion

(FGD).

(Lihat juga modul

Sumber dan Koleksi Data

- Aswatini)

(56)

Pusbindiklat Peneliti - LIPI 31

P

P

r

r

o

o

s

s

e

e

s

s

B

B

e

e

l

l

a

a

j

j

a

a

r

r

D

D

u

u

a

a

2.1 KONSEP DAN DEFENISI SAMPLING

Pengambilan sampel bertujuan untuk memperoleh

keterangan mengenai populasi, dengan mengamati sebagian saja

dari populasi itu. Pengambilan sampel dilakukan karena tidak

mungkin mengamati seluruh anggota populasi, pengamatan

terhadap semua populasi adalah pekerjaaan yang tidak praktis

dan efektif. Suatu populasi yang sangat besar, misalnya

penduduk Indonesia tidaklah akan mungkin satu per satu

diamati sampai seluruh anggota populasi itu mendapat

gilirannya. Inilah sebab pertama mengapa Anda melakukan

penarikan sampel dan bukan mengamati seluruh anggota

populasi. Hal yang kedua adalah dapat bersifat merusak.

Misalnya kalau ada seorang peneliti di bidang kelistrikan ingin

mengetahui berapa lama, rata-rata lampu pijar dapat menyala

terus menerus, maka tidak efektif apabila harus menyalakan

seluruh lampu pijar. Mungkin yang lebih efisien adalah, mereka

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil

Ini berarti tercapainya keberhasilan yang sangat baik dalam pendampingan yang dilaksanakan melalui pelatihan penerapan strategi pemecahan masalah OSN kepada

Bekasi Timur Kota Bekasi, ditangkap oleh saksi Agus Triyono bersama dengan saksi Koko Rizqi dan saksi Popianto serta saksi Puji Joko Bintoro yang mendapat

(2008) bahwa jumlah lemak tubuh mengalami peningkatan rata- rata sebesar 1,99 kg atau 1,13% dari bobot badan pada sapi Madura dan PO yang dipelihara secara intensif dengan

Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak  bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat

menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan bibit IV dengan komposisi lumpur yang berasal dari lumpur selokan tahu 50%, lumpur RPH 25 % dan lumpur sungai Badung 25 %

Hal tersebut yang menjadi pertimbangan penulis untuk mengembangkan sistem registrasi KRS yang memanfaatkan teknologi wireless yaitu teknologi J2ME, untuk memudahkan mahasiswa

Pengumuman lelang Pendaftaran Penjelasan Penawaran Pembukaan penawaran Pengumuman pemenang Penyiapan Dokumen Lelang Penyiapan penawaran Evaluasi & klarifikasi Persiapan