• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Six Sigma

2.3.5 Penentuan kapabilitas proses

2.3.5.1 Penentuan kapabilitas proses untuk data atribut

Data atribut merupakan data kualitatif yang dihitung menggunakan daftar pencacahan atau tally untuk keperluan pencatatan dan analisis. Data atribut

bersifat diskrit. Jika suatu catatan hanya merupakan suatu ringkasan atau klasifikasi yang berkaitan dengan sekumpulan persyaratan yang telah ditetapkan.

Teknik penentuan kapabilitas proses untuk data atribut adalah sebagai berikut :

a. Menentukan proses yang ingin diukur.

b. Menentukan banyaknya unit yang dikerjakanpada proses tersebut c. Menghitung jumlah unit yang gagal.

d. Menentukan banyaknya CTQ yang dapat mengakibatkan kegagalan. e. Menghitung banyaknya DPMO, dengan formula sebagai berikut :

000 . 000 . 1 _ _ _ _    CTQ diperoleh yang unit Banyaknya cacat Banyaknya DPMO ….(2.5) (Sumber : Gaspersz,2002)

2.3.6 Perbaikan Proses Six Sigma

Pada proses Six Sigma terdapat perbaikan yang mendasar agar metode tersebut dapat bekerja dengan baik dan terencana. DMAIC merupakan proses untuk peninkatan terus menerus menuju target Six Sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta (systematic, scientific and fast based). Proses DMAIC menghilangkan langkah-langkah proses yang tidak produktif, sering berfokus pada pengukuran-pengukran barudan menerapkan teknologi untuk peningkatan kualitas menuju target Six Sigma. Sehingga DMAIC merupakan kunci keberhasilan Six Sigma

Mengaplikasikan metode DMAIC untuk mengurangi cacat akan menghasilkan :

 Kepuasan customer yang lebih besar 

 Peningkatan profitabilitas dan pertumbuhan top – line  Keamanan kerja

2.3.6.1Define (D)

Merupakan langkah operasional awal dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini fokus pada identifikasi produk dan atau proses yang akan diperbaiki. Langkah – langkah yang dilakukan adalah :

1. Pemilihan obyek penelitian Six Sigma.

Pemilihan obyek penelitian Six Sigma terbaik didasarkan pada identifikasi obyek pnelitian yang sesuai dengan kebutuhan, kapabilitas dan tujuan organisasi sekarang. Obyek penelitian Six Sigma yang terpilih harus mampu memenuhi kategori :

 Memberikan hasil-hasil dan manfaat bisnis  Kelayakan

 Memberikan dampak yang positif pada organisasi 2. Menentukan tujuan obyek penelitian Six Sigma

Pernyataan tujuan untuk setiap obyek penelitian six sigma yang benar adalah apabila mengikuti prinsip akronim SMART sebagai berikut :

Specific (spesifik)

Measurable (terukur) Achievable (terjangkau) Realistic (realistis)  Time bound (terikat waktu)

2.3.6.2Measure (M)

Pada tahap ini yang akan dilakukan adalah mendefinisikan Critical to Quality proses internal dan identifikasi defect serta pengukuran banyaknya defect yang terjadi berkaitan denagn Critical to Quality spesifik kemudian menghitung baseline kerja.

2.3.6.3Analyze (A)

Analyze merupakan langkah operasi ketiga dalam program peningkatan Six Sigma. Dalam hal ini perlu dilakukan beberapa hal sebagai berikut :

a. Menganalisa kapabilitas (capability) dari proses.

Process capability merupakan suatu ukuran kerja yang menunjukkan proses mampu menghasilkan sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan oleh manajemen berdasarkan kebutuhan dan ekspektasi pelanggan.

b. Mengidentifikasi sumber-sumber penyebab kecacatan/kegagalan.

Untuk mengidentifikasi sumber-sumber penyebab kegagalan, dapat menggunakan fishbone diagram (cause and effect diagram). Dengan analisa cause and effect, manajemen dapat memulai dengan akibat sebuah masalah, atau dalam beberapa kasus, merupakan akibat atau hasil yang diinginkan dan membuat daftar terstruktur dari penyebab potensial.

Menurut Gasperzs (2002), setelah akar-akar penyebab dari masalah yang diteukan, dimasukkan ke dalam cause and effect diagram yang telah dikategorikan sumber-sumber penyebab berdasarkan prinsip 7M, yaitu :

a. Man Power (tenaga manusia)

c. Methods (metode kerja) d. Matherial (bahan baku) e. Public (media)

f. Motivation (motivasi) g. Money (uang)

2.3.6.4Improvw (I)

Memberikan usulan metode perbaikan kepada perusahaan berdasarkan analisa penyebab defect. Antara lain dengan memodifikasi proses internal sehingga banyaknya defect brada dalam batas-batas toleransi yanf ditetapkan.

2.3.6.5Control (C)

Tahap ini merupakan tahap operasional terakhir dalam penelitian peningkatan kualitas Six Sigma, sehingga tujuannya adalah mengontrol usaha perbaikan agar sesuai dengan tujuan. Menetapkan suatu mekanisme kontrol atau proses-proses yang dimodifikasi untuk menguji bahwa variable-variabel dibawah kontrol tetap stabil dalam batas-batas yang ditetapkan.

Dalam hal ini peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sikses dalam meningkatkan proses di standarisasikan dan disebarluaskan, prosedur-prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standard, serta kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari tim Six Sigma kepada pemilik atau penaggung jawab proses. Yang berarti praktek Six Sigma berakhir pada tahap ini.

Tujuan dari standarisasi adalah menstandarisasikan sistem kualitas Six Sigma yang telah terbukti menjadi yang terbaik dalam bisnis kelas dunia. Hasil yang memuaskan dari proyek Six Sigma harus distandarisasikan dan selanjutnya dilakukan peningkatan terus meneus pada jenis-jenis maslah yang lain melalui proyek Six Sigma yang lain mengikuti konsep DMIAC.

Standarisasi dimaksudkan untuk mencegah masalah yang sama atau praktek-praktek lama terulang kembali. Terdapat dua alasan melakukan standarisasi, yaitu:

1. Apabila tindakan peningkatan kualitas atau solusi masalah itu tidak distandarisasikan, terdapat kemungkinan bahwa setelah periode waktu tertentu, manajemen dan karyawan akan kembali menggunakan cara-cara kerja lam sehingga memunculkan kembali masalah yang sudah pernah diselesaikan itu.

2. Apabila tindakan peningkatan kualitas atau solusi masalah itu tidak distandarisasikan atau didokumentasikan, maka terdapat kemungkinan setalah periode waktu tertentu dan apabila terjadi pergantian manajemen dan karyawan, orang-orang baru akan menggunakan cara-cara kerja yang akan memunculkan kembali masalah yang sudah pernah diselesaikan oleh karyawan terdahulu itu.

Siklus DMAIC pada proyek Six Sigma digambarkan pada gambar berikut ini :

Gambar 2.1 Siklus DMAIC

Proyek selanjutnya

Define

Pemilihan proyek six sigma

Mendefinisikan peran dan tanggung jawab dari orang yang terlibat proyek six sigma

Mendefinisikan kebutuhan pelatihan six sigma

Mendefinisikan proses kunci

Mendefinisikan kebutuhan spesifik pelanggan

Pernyataan tujuan six sigma

Measure

Menentukan CTQ

Mengembangkan rencana pengumpulan data melalui pengukuran yang dapat

dilakukan pada tingkat proses / output atau outcome

Mengukur kinerja sekarang (current baseline)

Analyze

Mengukur stabilitas dan kapabilitas proses

Menetapkan target-target kinerja dari CTQ yang dilibatkan dalam proyek six sigma

Mengidentifikasikan sumber-sumber dan akar penyebab masalah

Mengkonversikan banyak kegagalan ke dalam biaya kegagalan (COPQ)

Improve

Menetapkan suatu tindakan (action plan) untuk

melaksanakan peningkatan kualitas six sigma

Control

Hasil-hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan

Praktek-praktek terbaik yang sukses dalam peningkatan proses distandarisasikan dan disebarluaskan

Prosedur-prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standar

Dokumen terkait