• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kriteria Penyusunan Prioritas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

3.4 Penentuan Kriteria Penyusunan Prioritas

Penentuan prioritas alokasi dana antar ruas dilakukan sesuai peran ruas jalan di wilayah tersebut. Ruas jalan dengan peran lebih besar akan menjadi prioritas utama untuk ditangani. Dengan demikian permasalahan yang akan diselesaikan dalam studi ini adalah bagaimana menyusun sebuah kriteria yang dapat mewakili tingkat kepentingan ruas jalan nasional di wilayah studi.

Untuk menyelesaikan penelitian ini diperlukan sejumlah kriteria yang dijadikan sebagai kandidat variabel dalam hal ini harus memenuhi syarat antara lain: a. Diusahakan dapat dimulai dengan variabel yang kuantitatif, sehingga

obyektifitas penilaian variabel dapat dipertahankan.

c. Mampu mewakili karakteristik jalan yang penting sebagai gambaran yang layak mengenai tingkat kepentingan ruas yang akan ditangani.

Dalam hal penanganan jalan, maka idealnya kriteria tersebut diturunkan dari tujuan penyelenggaraan jalan itu sendiri. Dengan memperhatikan beberapa pertimbangan teknis dan konsep penganggaran dalam APBN serta tujuan dari penyelengaraan jalan dapat dispesifikasikan beberapa kriteria yang mampu memenuhi tujuan tersebut, yakni:

1. Kriteria mengenai aksesibilitas ke seluruh wilayah untuk melaksanakan kegiatan ekonomi.

2. Kriteria mengenai mobilitas wilayah. 3. Kriteria fungsi arus dari ruas jalan. 4. Kriteria kondisi ruas jalan.

5. Kriteria mengenai biaya pemeliharaan jalan.

Tabel 3.2 Kriteria dan Variabel Penyusunan Prioritas

No Kriteria Kandidat Variabel

1 Fungsi aksesibilitas 1a. Ruas jalan terhadap tingkat aksesibilitas wilayah 1b. Rute alternatif

2 Fungsi mobilitas 2a. Pengaruh panjang ruas 2b. Waktu perjalanan 3 Fungsi arus ruas jalan 3a. Kapasitas ruas jalan

3b. Volume lalu lintas harian rata-rata 4 Kondisi ruas jalan 4a. Kondisi perkerasan

4b. Kondisi bangunan pelengkap 5 Efektifitas biaya

pemeliharaan

Berikut penjelasan dari kelima kriteria yang dipakai:

1. Kriteria aksesibilitas merupakan skoring dari kinerja ruas jalan terhadap kriteria fungsi akses dari ruas jalan dimana variabel kriterianya menyatakan panjang segmen ruas jalan yang bersangkutan dengan total luas wilayah pelayanannya (luas wilayah kabupaten/kota dimana ruas jalan tersebut berada) dengan satuan km/km2. Didalam transportasi aksesibilitas adalah ukuran kemudahan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga dikatakan kalau aksesibilitas tinggi adalah bila alternatif rute menuju suatu tempat banyak sehingga dapat dicapai dengan mudah dari beberapa tujuan. Ukuran yang biasa digunakan dalam analisis lalu lintas adalah:

Aksesibilitasi= ∑ Peluangj x f(Cij) (3.1) j

Dimana:

i = indeks zona asal j = indeks zona tujuan f(Cij) = fungsi biaya perjalanan

Persamaan tersebut diatas bisa dibuat untuk pengguna kendaraan pribadi maupun pengguna kendaraan umum. Secara lebih mudah aksesibilitas bisa dihitung atas dasar panjang jalan per kilometer persegi, semakin panjang berarti semakin tinggi aksesibilitasnya.

2. Kriteria mobilitas adalah pergerakan dalam berlalu lintas yang biasanya dikaitkan dengan kecepatan dan hambatan. Dalam hal ini mobilitas juga berarti kemudahan pergerakan dari kendaraan dan moda angkutan umum untuk bisa mencapai tempat kerja, tempat mengikuti pendidikan, tempat belanja, rekreasi, tempat perpindahan antar moda/terminal dan tata guna lainnya. Jadi penilaian terhadap mobilitas pada akhirnya adalah waktu perjalanan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sektor infrastruktur merupakan salah satu sektor vital untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang pada dasarnya merupakan sektor antara yang menghubungkan berbagai macam aktivitas ekonomi. Pembangunan prasarana jalan, sebagai salah satu sub sektor infrastruktur, memiliki fungsi mobilitas untuk memacu daerah yang telah berkembang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam menentukan kelancaran proses pelaksanaan pembangunan

pada suatu wilayah. Peranan transportasi di sektor ekonomi antara lain menunjang serta mendukung mobilitas manusia, barang serta jasa, ikut mendukung pola distribusi nasional serta mendukung pengembangan wilayah.

3. Kriteria arus lalu lintas merupakan skoring dari kinerja ruas jalan terhadap fungsi arus dari ruas jalan dimana variabel kriterianya dinyatakan dalam kapasitas dan LHR. Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam

(kend/jam), atau dengan mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan satuan mobil penumpang per jam atau (smp)/jam. Pada saat arus rendah kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak ada gangguan dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas jalan, kecepatan akan semakin turun sampai suatu saat tidak bisa lagi arus/volume lalu lintas bertambah, di sinilah kapasitas terjadi. Setelah itu arus akan berkurang terus dalam kondisi arus yang dipaksakan sampai suatu saat kondisi macet total, arus tidak bergerak dan kepadatan tinggi. Faktor yang memengaruhi kapasitas jalan kota adalah lebar jalur atau lajur, ada tidaknya pemisah/median jalan, hambatan bahu/kerb jalan, gradient jalan, di daerah perkotaan atau luar kota, ukuran kota. Rumus kapasitas di wilayah perkotaan ditunjukkan berikut ini:

C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS (3.2) Dimana: C = Kapasitas (smp/jam)

Co = Kapasitas dasar (smp/jam), biasanya digunakan angka 2300 smp/jam

FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan

FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya untuk jalan tak terbagi)

FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota

Sementara kapasitas jalan antar kota dipengaruhi oleh lebar jalan, arah lalu lintas dan gesekan samping.

C = Co x FCW X FCSP X FCSF (3.3) Dimana:

C = Kapasitas (smp/jam) Co = Kapasitas dasar

FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan FCSP = Faktor penyesuaian arah lalu lintas FCSF = Faktor penyesuaian gesekan samping

Penentuan bobot berdasarkan LHR adalah ruas jalan yang memiliki nilai LHR lebih tinggi akan lebih diprioritaskan daripada ruas jalan yang memiliki LHR lebih rendah. Prioritas mengutamakan jumlah manfaat penggunaan jalan yang lebih tinggi sehingga ruas jalan mantap akan lebih banyak dirasakan oleh pengguna jalan. Data LHR yang digunakan adalah data tahun 2009 dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional I dan penentuan skor yang dimulai dari skor 1 (sangat rendah prioritasnya karena nilai LHR rendah) sampai dengan skor 9 (paling diprioritaskan karena nilai LHR tinggi).

4. Kriteria kondisi merupakan skoring dari kinerja ruas jalan terhadap kondisi perkerasan ruas jalan tersebut yang dinyatakan persentase. Penanganan jalan dapat dilakukan dengan baik setelah kerusakan-kerusakan yang timbul pada perkerasan tersebut dievaluasi penyebab dan akibat dari kerusakan tersebut. Besarnya pengaruh suatu kerusakan dan langkah penanganan selanjutnya sangat tergantung dari evaluasi yang dilakukan. Ada empat jenis kondisi ruas jalan yang ditinjau, dibedakan atas rusak berat, rusak ringan, sedang dan baik. Setiap ruas jalan yang ditinjau dihitung persentase rusak berat, rusak ringan, sedang maupun kondisi baik. Besarnya persentase masing-masing kondisi inilah yang digunakan untuk menghitung bobot total masing-masing ruas jalan. Pengisian dilakukan dengan asumsi bahwa kondisi jalan yang semakin buruk akan menjadi semakin prioritas. Data kondisi jalan yang digunakan pada penelitian ini adalah data kondisi jalan tahun 2010.

4. Kriteria biaya merupakan skoring dari kinerja ruas jalan terhadap efektifitas biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk pemeliharaan jalan dalam satuan rupiah. Asumsi biaya yang digunakan adalah komposisi rencana biaya tahun 2010 yaitu rencana biaya pemeliharaan berkala sebesar Rp. 1,6 M/km. Berdasarkan data-data tersebut maka dihitung nilai biaya penanganan untuk tiap ruas jalan agar kondisi jalan pada ruas tersebut dapat mencapai kondisi baik. Biaya penanganan jalan tersebut merupakan dasar penentuan prioritas kriteria biaya penanganan yang

dimulai dari skor 1 (sangat rendah prioritasnya karena biaya penanganan tinggi) sampai dengan skor 9 (paling diprioritaskan karena biaya penanganan rendah). Penanganan jalan dengan nilai biaya lebih kecil akan lebih prioritas dibandingkan dengan biaya penanganan yang lebih besar. Hal ini berhubungan dengan dana yang terbatas sehingga dengan prioritas tersebut jumlah ruas jalan yang akan memiliki kondisi baik akan lebih banyak dan lebih merata serta tidak terpusat pada beberapa jalan dengan biaya besar saja.

Penggabungan kelima kriteria tersebut diatas ditujukan agar keputusan untuk menangani 22 ruas jalan pada daerah penelitian diperoleh dari kerangka penilaian yang lebih komplit. Dalam penelitian ini kandidat variabel yang diusulkan akan diseleksi lebih lanjut terkait juga dengan kemudahan dalam penyediaan data dan keterkaitannya. Dalam penyusunan kebutuhan penanganan jalan untuk semua ruas jalan nasional secara umum terdapat ketentuan:

a. Untuk mencapai target 100% jalan mantap konstruksi, maka:

a. Ruas jalan yang saat ini berada dalam kondisi baik ditangani dengan pemeliharaan rutin.

b. Ruas jalan yang saat ini berada dalam kondisi sedang ditangani dengan pemeliharaan berkala.

c. Ruas jalan yang saat ini berada dalam kondisi rusak ditangani dengan peningkatan struktur perkerasan jalan.

2. Untuk mencapai target 100% jalan mantap layanan lalulintas, maka ruas jalan yang saat ini macet ditangani dengan peningkatan kapasitas atau pelebaran jalan. 3. Untuk kebutuhan pembangunan jalan baru akan lebih ditentukan oleh tingkat

aksesibilitas dan mobilitas wilayah bersangkutan.

Dokumen terkait