• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Temuan Hasil Penelitihan

1. Penentuan Model

Penelitihan yang dilakukan kali ini, memilih pendekatan estimasi generalized

least square (GLS) dengan model fixed effect model (FEM). Hal tersebut ditetepakan setelah melalui beberapa proses pemilihan model (uji chow dan uji

hausman) dan beberapa uji analisis asumsi klasik. Uji yang dilakukan untuk

menentukan model estimasi adalah uji chow dan uji hausman. Dimana uji chow

adalah uji yang menentukan antara common effect model dan juga random effect

model. Hasilnya adalah model yang penelitih gunakan adalah model FEM, namun pengujian asumsi klasik yang penelitih gunakan tidak lulus uji, seperti ditemukan

autokorelasi dan juga multikolenerialitas didalam tersebut. Karena hal itu penelitih

menggunakan pedekatan weight atau GLS pada model estimasi FEM, dikarena-kan

hal itu, uji hausman tidak lagi dibutuhkan karena weight atau pembobotan tidak ada

atau tidak dilakukan dalam model REM dikarenakan model REM sudah

77 juga dapat diabaikan dikarenakan model estimasi yang digunakan adalah GLS

(Sedyadi, 2014).

a. Hasil Uji Chow

Tabel 4. 1 Hasil Uji Chow

Effect Test Statistic D,f Prob.

Cross-section F 22.032625 (11,105) 0.0000

Dari hasil pengujian, didapatkan dari nilai cross-section F adalah

0.0000. Dimana:

H0 = Commont Effect Model

H1 = Fixed Effect Model

Dikarenakan nilai probalitas dari cross-section F adalah sebesar

0.0000, maka H0 ditolak (dikarenakan lebih kecil dari 0.005), tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0.005 (α = 5%). Maka sudah bisa

dipastikan model estimasi FEM adalah model yang pas untuk penelitihan

kali ini. Dikarenakan adanya autokorelasi dan multikolinearitas pada

model ini, maka penelitih menggunakan bobot/weight pada model estimasi

FEM, untuk dapat mengabaikan uji klasik. Dikarenakan pada model Sumber : Hasil Pengelolahan Data Dengan Menggunakan Eviews 10.0

78 estimasi REM tidak dapat menggunakan bobot, maka uji hausman

(pemilihan FEM atau REM) tidak perlu dilakukan.

b. Hasil Uji Hausman

Tabel 4. 2 Hasil Uji Hausman Test Summary Chi-Sq.

Statistic

Chi-Sq. d,f. Prob. Cross-Section random 12.386547 3 0.0062

Dari hasil pengujian, didapatkan nilai probalitas cross-section random

adalah 0.0012. Dimana:

H0 = Commont Effect Model

H1 = Fixed Effect Model

Dikarenakan hasil dari hausman bernilai 0.0012, dimana hasil

tersebut lebih kecil dari taraf signifikansi 0.05 (5%), maka H0 ditolak dan

H1 diterima. Maka sudah bida dipastikan model yang harus digunakan

adalah fixed effect model (FEM).

2. Pengujian Hipotesis a. Uji Statistik

Pengujian statistik dilakukan untuk mengetahui apakah model estimasi

yang penelitih gunakan sudah tepat dan pas. Pengujian statistik adalah Sumber : Hasil Pengelolahan Data Dengan Menggunakan Eviews 10.0

79 gambaran keseluruhan model secara statistik, apakah model estimasi tersebut

bagus atau tidak. Penelitih menggunakan aplikasi pengelohan data berupa

eviesw edisi ke-10. Dalam pengujian statistik dilihat beberapa aspek nilai statistik dalam model yang akan diuji, diantaranya adalah R-squared atau

koefisien determinasi (R2), uji F-statistik dan terakhir adalah uji t-statistik.

Berikut ini adalah hasil model estimasi Fixed Effect Model (FEM) dengan

pendekatan GLS.

Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel Metode GLS

Variable Coefficient Prob.

C 0.896477 0.0000 IDI? -0.000861 0.0201 AHH? -0.006181 0.0071 TPT? -0.009324 0.0000 F-stat 26.15286 0.000000 R2 0.777163 Adj R2 0.747451

(1). Koefisien Determinasi (Uji R-Squared)

Uji R-Squared atau uji koefisien determinasi adalah alat uji statistik

untuk menjelaskan seberapa mampu variabel independent (variabel

80 Sesuai dengan tabel model estimasi diatas, nilai R-squared (R2) yang

diperoleh dari model estimasi FEM pendekatan GLS adalah 0.77. Hal

ini berati bahwa 77% dari variasi ketimpangan distribusi pendapan di

Indonesia Timur pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2018 mampu

dijelaskan oleh variabel Indeks demokrasi, angka harapan hidup, dan

tingkat pengangguran terbuka sedangkan 23% dijelaskan variabel lain

diluar model penelitian ini.

(2). Uji Signifikansi Simultan (Uji F-statistic)

Uji F-statistik adalah alat uji untuk melihat apakah ketiga variabel

bebas mempunyai pengaruh positif dan signifikan secara bersama-sama

terhadap variabel terikatnya. Bisa dikatakan, uji F-satistik adalah

pengujian terhadap model yang telah penelitih buat. Jika secara

serentak signifikan, maka model yang penelitih buat adalah model yang

baik, sebaliknya jika serentak tidak signifikan maka model yang

penelitih buat tidak baik untuk dipakai.

81 H0: Adanya pengaruh antara variabel x secara

bersama-sama terhadap variabel y.

H1: Tidak adanya pengaruh antara variabel x secara

bersama- sama terhadap variabel.

Jika nilai probalitas F-statistik lebih kecil dibandingkan nilai

alpha (signifikansi = 5%), maka H0 diterima ataupun hipotesis awal

penelitih diterima, dengan kata lain model dapat diterima secara

serentak tiga variabel yang penelitih gunakan dapat mempengarui

variabel terikat-nya. Namun bilai nanti nilai probalitas F-statistiknya

lebih besar dibandingkan nilai alpha. Maka H0 ditolak, dengan kata lain

model tidak dapat diterima. Dalam penelitihan ini, nilai alpha

signifikansi adalah 5% (0.005), sementara nilai probalitas F-statistiknya

adalah 0.0000. Dapat dikatakan nilai F-statistik lebih kecil

dibandingkan dengan nilai alpha, maka dapat disimpulkan model yang

penelitih gunakan adalah baik (secara simultan dapat mempengarui

variabel y).

82 Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel (Indeks Demokrasi

Indonesia, Angka Harapan Hidup, dan Tingkat Pengangguran Terbuka)

berpengaruh secara parsial terhadap variabel depedennya

(Ketimpangan Distribusi Pendapatan). Uji t-statistik dilakukan dengan

cara membandingkan nilai probalitas t-statistik terhadap tingkat

signifikansi α = 5% melihat apakah hipotesisnya diterima atau ditolak.

Adapun hipotesis dalam penelitihan ini adalah sebagai berikut:

1) H0: Tidak ada pengaruh Indeks Demokrasi Indonesia secara

parsial terhadap Ketimpangan Pendapatan di 12 provinsi

Indonesia Timur tahun 2009-2018.

H1: Ada pengaruh Indeks Demokrasi Indonesia secara parsial

terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan di 12 provinsi

Indonesia Timur tahun 2009-2018.

2) H0; Tidak ada pengaruh Angka Harapan Hidup secara parsial

terhadap Ketimpangan Pendapatan di 12 provinsi Indonesia Timur

83 H1: Ada pengaruh Angka Harapan Hidup secara parsial terhadap

Ketimpangan Distribusi Pendapatan di 12 provinsi Indonesia

Timur tahun 2009-2018.

3) H0: Tidak ada pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka secara

parsial terhadap Ketimpangan Pendapatan di 12 provinsi Indonesia

Timur tahun 2009-2018

H1: Ada pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka secara parsial

terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan di 12 provinsi

Indonesia Timur tahun 2009-2018

Tabel 4. 4 Uji t-statistik

Berdasarkan hipotesis diatas, maka pembuktian dari

penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut:

a) Nilai probalitas t-statistik pada variabel Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) adalah 0,0201 < 0,05 (α = 5%) yang artinya H1

diterima H0 ditolak.

Variable Coefficient Prob.

C 0.896477 0.0000

IDI? -0.000861 0.0201

AHH? -0.006181 0.0071

TPT? -0.009324 0.0000

84 b) Nilai probalitas t-statistik pada variabel Angka Harapan Hidup (AHH) adalah 0,0071 < 0,05 (α = 5%) yang artinya H1 diterima

H0 ditolak.

c) Nilai probalitas t-statistik pada variabel Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah 0,0000 < 0,05 (α = 5%) yang artinya H1

diterima H0 ditolak.

Dapat disimpulkan bahwa semua variabel yaitu indeks

demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, tingkat partisipasi

angkatan kerja masing-masing memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap ketimpangan distribusi pendapatan dibuktikan dengan uji

85 B. ANALISIS MODEL

Dokumen terkait