PENGARUH DEMOKRASI, PEMBANGUNAN MANUSIA, DAN KETENAGAKERJAAN TERHADAP KETIMPANGAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN INDONESIA TIMUR
(Studi Kasus 12 Provinsi di Indonesia Timur tahun 2009 – 2018)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh: FEBRI ANGGELO
11160840000096
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIBING
PENGARUH DEMOKRASI, PEMBANGUNAN MANUSIA, DAN KETENAGAKERJAAN TERHADAP KETIMPANGAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN INDONESIA TIMUR
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Kamis, 14 Mei 2020, telah dilakukan ujian Komprehesif atas mahaswa:
Nama : Febri Anggelo
NIM : 11160840000096
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Pengaruh Demokrasi, Pembangunan Manusia, dan
Ketenagakerjaan Terhadap Ketimpangan Distribusi
Pendapatan Indonesia Timur (Studi Kasus 12 Provinsi di
Indonesia Timur Tahun 2009-2018)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 Mei 2020
1. Dr. Lukaman, M.Si (__________________)
NIP: 196406072003027001 Penguji 1
2. Aizirman Djusan, M.Sc., Econ (_________________)
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 23 Maret 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas Mahasiswa:
Nama : Febri Anggelo
NIM : 11160840000096
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Judul : Pengaruh Demokrasi, Pembangunan Manusia, Dan Ketenagakerjaan Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan Indonesia Timur (Studi Kasus: 12 Provinsi di Indonesia Timur Tahun 2009-2018)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa di atas dinyatakan “Lulus” dan Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 Maret 2021
1. Dr. M Hartana I Putra M. Si
NIP.196806052008011023 (____________________)
Ketua
2. Rizqon Halal Syah Aji, M, Si, Ph. D
NIP. 197904052011011005 (____________________) Pembibing
3. Djaka Badranaya, ME
NIP. 197705302007011008 (____________________) Penguji Ahli
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Febri Anggelo
2. Tempat/Tanggal Lahir : Bekasi, 13 Februari 1998
3. Alamat : Kp. Raden Rt.02/Rw.01 No.13
Bekasi – Jawa Barat
4. Telepon : 0856 5929 7579
5. Email : febrianggelo3@gmail.com
II. Riwayat Hidup
1. SDN 3 Jatiranggon 2003-2009
2. SMPN 7 Bekasi 2009-2012
3. SMAN 7 Bekasi 2012-2015
4. S1 UIN SyarifHidayatullah Jakarta 2016-2021
III. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Fakultas Ekonomi dan Bisnis
2. Anggota Departemen Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Wakil Ketua Departemen Kewirausahaan Himpunan Mahaswa Jurusan Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
V. Seminar
1. Seminar “Peran Generasi Muda Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan Ekonomi Digital” diselenggarakan HMJ EP.
2. Seminar Nasional “Menjawab Peluang dan Tantangan Perkembangan Financial Technology di Indonesia” diselenggarakan HMJ EP.
vi ABSTRACT
Inequality of income distribution in Eastern Indonesia has become a serious problem since Indonesia's independence because it shows the distance between high income and low-income people. This can occur because of the low democracy and human development factors and the lack of maximum absorption of labour. The study aims to analyse the effects of democracy represented Indonesian Democracy Index and human development are represented as well as the expectancy employment represented by the Unemployment Rate to Inequality income distribution in 12 provinces in eastern Indonesia period 2009-2018. This study uses panel data analysis with the Fixed Effect Model (FEM) GLS method. The results show that inequality in income distribution can be explained by democracy, human development, and employment 77% (R2 value). Simultaneously variable Indonesian Democracy Index, life expectancy, and the Unemployment Rate has a negative and significant impact on income distribution inequality.
Keywords: Income Distribution Inequality, Indonesia Democracy Index, Human Development, Unemployment Rate, and Fixed Effects Model (FEM) GLS.
vii ABSTRAK
Ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia Timur menjadi salah satu permasalahan yang serius sejak Indonesia merdeka karena memperlihatkan jarak antara masyarakat berpenghasilan tinggi dan berpenghasilan rendah. Hal ini dapat terjadi karena faktor demokrasi dan pembanguanan manusia yang rendah serta kurang terserapnya tenaga kerja secara maksimal. Maka penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh demokrasi yang diwakili Indeks Demokrasi Indonesia dan Angka Harapan Hidup serta ketenagakerjaan yang diwakili oleh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan di 12 provinsi di Indonesia Timur periode 2009-2018. Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan pendekatan Fixed Effect Model (FEM) metode GLS. Hasil menujukan bahwa ketimpangan distribusi pendapatan dapat dijelaskan oleh demokrasi, angka harapan hidup, dan ketenagakerjaan 77% (nilai R2). Secara simultan variabel Indeks Demokrasi Indonesia, Angka Harapan Hidup, dan Tingkat Pengangguran Terbuka memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan.
Kata Kunci: Ketimpangan Distribusi Pendapatan, Indeks Demokrasi Indonesia, Angka Harapan Hidup, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Fixed Effect Model (FEM) GLS.
viii
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmannirrahim
Asslamualikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang mana telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Demokrasi, Pembangunan Manusia, dan Ketenagakerjaan Terhadap Ketimpangan Distribusi Pendapatan (Studi Kasus: 12 Provinsi di Indonesia Timur Tahun 2009 – 2018)” dengan segala kelancaran dan kemudaha yang Allah Subhanahu Wata’ala berikan. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wa Sallam, yang telah membawa kita dari jaman kegelapan menuju terang benderang.
Skripsi ini disusun dalam rangka ikhtiar penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi di UIN SyarifHidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih sebesar-besarnya dan semoga Allah Subhanahu Wata’ala memberikan pahala serta balasan yang setimpal atas amal kebaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini diantaranya adalah:
1. Kepada keluarga penulis. Orang tua penulis selaku Donatur tetap, Bapak Suparman Toyo dan Ibu Lismawati, dan Kepada Kakak penulis selaku Sub Donatur, dan doa tiada hentinya kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi. Juga keluarga besar yang selalu mendoakan dan mendukung segala pilihan yang telah ditempuh penulis.
2. Bapak Prof.Dr.Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta jajaran.
3. Bapak Rizon Halal Syah Aji, M.Si selaku pembimbing skrispsi yang telah meluangkan waktu untik selalu membimbing, membantu, dan memotivasi
ix
penulis dalam upaya menyelesaikan skripsi. Semoga Bapak selal diberikan rahmat dan karunia oleh Allah Subhanahu Wata’ala.
4. Bapak Dr. Tb. Ace Hasan Syadzily, selaku dosen pembimbing akedemik yang telah memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis semenjak semester 1 hingg dapat menyelesaikan skripsi.
5. Bapak M. Hartana Iswandi Putra, M.Si. dan Bapak Deni Pandu, M.Sc, selaku Kepala Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan arahan yang sangat membantu penulis selama masa perkulihan hingga pengerjaan skripsi.
6. Seluruh Dosen dan Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas ilmu dan pelayanan yang selama diberikan kepada penulis.
7. Sergey Brin, Larry Page, dan Bill Gate, atas penemuanya Google Scolar dan Microsoft Office yang membantu mempermudah penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
8. Seluruh Hamba Allah yang Namanya tidak ingin disebut satu persatu, terima kasih kalian semua telah memberikan dukungan kepada penulis selama pengerjaan skripsi semoga diberikan oleh Allah Subhanahu Wata’ala balasan Surga Firdaus.
Penulis sangat menyadari bahwa didalam skripsi ini masih banyak kesalahan dan kekurangan maka penulis memohon maaf atas segala kekurangan. Dan karena itu, penulis menerima saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini, penulis menerima saran dan kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk banyak pihak serta penulis sangat mengharapkan dan menerima dengan terbuka jika ada kritik dan saran, bang yayan makan nasi cukup sekian dan terima kasih.
x
Wassalamualaikum warhmatullahi wabarakatuh
Bekasi, 03 Februari 2021
xi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIBING ... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii
LEMBAR PERYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRACT ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 6 C. Tujuan Penelitihan ... 6 D. Manfaat Penelitihan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitihan ... 8
1. Ketimpangan Ditribusi Pendapatan ... 8
2. Demokrasi ... 12
3. Pembangunan Manusia ... 23
4. Ketenagakerjaan ... 28
B. Tinjauan Kajian Terdahulu ... 37
C. Hubungan Antar Variabel ... 52
D. Kerangka Pemikiran ... 57
E. Hipotesis Penelitihan ... 57
BAB III METODELOGI PENELITIHAN ... 59
A. Ruang Lingkup Penelitihan ... 59
xii
C. Definisi Operasional Variabel ... 62
D. Metode Analisis Data ... 63
1. Model Data Panel ... 63
2. Model Estimasi ... 65
E. Pengujian Model ... 67
1. Uji Spesifikasi ... 67
2. Metode Estimasi ... 69
F. Uji Statistik ... 72
1. Uji Signifikansi Parsial (Uji t-statistik) ... 72
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F-statistik) ... 73
3. Koefisien Determinasi (R2) ... 75
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 76
A. Temuan Hasil Penelitihan ... 76
1. Penentuan Model ... 76 2. Pengujian Hipotesis ... 78 B. ANALISIS MODEL ... 85 1. Analisis Teknis ... 85 2. Analisis Ekonomi ... 97 BAB V PENUTUP ... 103 A. Kesimpulan ... 103 B. Saran ... 103 DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN ... 110
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Tinjaun Kajian Terdahulu ... 37
Tabel 3. 1 Definisi Operasional Tabel ... 62
Tabel 4. 1 Hasil Uji Chow... 77
Tabel 4. 2 Hasil Uji Hausman ... 78
Tabel 4. 3 Hasil Perhitungan Estimasi Data Panel Metode GLS ... 79
Tabel 4. 4 Uji t-statistik ... 83
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020 ... 2 Gambar 1. 2 Rasio Gini Rata-Rata Nasional dan Rasio Gini Rata-Rata ... 2 Gambar 2. 2 Kerangka Berpikir ... 57
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pooled Least Square (PLS) GLS ... 110
Lampiran 2. Fixed Effect Model (FEM) GLS ... 111
Lampiran 3. Uji Chow ... 112
Lampiran 4. UJi Hausman... 113
1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi suatu negara bertujuan untuk mencapai
kesejahteraan. Hambatan kesejahteraan adalah kemiskinan dan distribusi
pendapatan yang tidak merata. Di Indonesia, permasalahan kemiskinan dan
ketimpangan belakangan ini telah menjadi isu yang berdampak langsung bagi
penduduk Indonesia karena berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan dasar seperti
sandang, papan, dan pangan. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk
sebanyak 269,6 juta jiwa di tahun 2019 (BPS, 2020). Indonesia yang terdiri dari
bermacam golongan dengan jumlah penduduk yang besar, sehingga mengalami
permasalahan pembangunan ekonomi ialah ketimpangan. Sementara itu,
permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan ialah permasalahan serius yang
dialami oleh seluruh nagera baik di negera maju maupun negara berkembang.
Dibawah kepemimpinan presiden ketujuh Indonesia, Presiden Joko Widodo
secara aktif berupaya memerangi ketimpangan distribusi pendapatan. Diakui
Presiden Jokowi bahwa ketimpangan pendapatan telah menjadi tantangan yang
dihadapi oleh Indonesia sejak kemerdekaan, sehingga pemerintah mengeluarkan
Economic Equality Policy (KPE) yang bertujuan untuk mengurangi ketimpangan yang terjadi di Indonesia (Firman, 2017). Distribusi pendapatan yang tidak merata
2 akan berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia. Ketimpangan distribusi
pendapatan di Indonesia diukur dengan koefisien Gini, nilai koefisien satu untuk
menggambarkan ketimpangan sempurna sedangkan nilai koefisien nol untuk
menggambarkan kesetaraan yang sempurna di suatu daerah. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS), derajat ketimpangan distribusi pendapatan bervariasi dari satu
provinsi ke provinsi lain di Indonesia. Perkembangan statistik ketimpangan
pendapatan di Indonesia ditunjukan pada Gambar 1.1 berikut ini:
Sumber: BPS (2020)
BPS (2020) merilis data ketimpangan ditribusi pendapatan yang diukur
dengan koefisien gini dari 34 provinsi di Indonesia. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa rata-rata koefisien gini di 12 Provinsi di Indonesia Timur memiliki Gambar 1. 1 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020
Gambar 1. 2 Rasio Gini Rata Nasional dan Rasio Gini Rata-RataGambar 1. 3 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020
Gambar 1. 4 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020 Gambar 1. 5 Rasio Gini Rata Nasional dan Rasio Gini Rata-RataGambar 1. 6 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020
Gambar 1. 7 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020
Gambar 1. 8 Rasio Gini Rata Nasional dan Rasio Gini Rata-RataGambar 1. 9 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020
Gambar 1. 10 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020 Gambar 1. 11 Rasio Gini Rata Nasional dan Rasio Gini Rata-RataGambar 1. 12 Rasio Gini Seluruh Provinsi di Indonesia Tahun 2020
3 ketimpangan distribusi yang tinggi dibandingkan nilai koefisien gini rata-rata
Nasional.
12 Propinsi di Indonesia Timur
Sumber: BPS (2020)
Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.2, dalam tiga tahun terakhir dari
tahun 2018 hingga 2020 rata-rata koefisien gini dari 12 provinsi di Indonesia Timur
lebih tinggi dari rata-rata koefisien gini nasional, sehingga terjadi jarak antara
ketimpangan rata-rata 12 provinsi di Indonesia Timur dengan ketimpangan rata–
rata nasional pada tahun 2019. Kenaikan nilai koefisien gini di 12 provinsi di
Indonesia Timur disebabakan kondisi politik yang tidak stabil, ditambah lagi
dengan penurunan kualitas sumber daya manusia yang berpengaruh ke pasar tenaga
kerja. Maka tahun 2020 nilai rata-rata koefisien gini 12 provinsi di Indonesia Timur
lebih besar dari nilai rata-rata nasional yaitu sebesar 0,384.
Gambar 1. 2 Rasio Gini Rata-Rata Nasional dan Rasio Gini Rata-Rata 12 Provinsi di Indonesia Timur
4 Menurut Bappenas (2019), salah satu faktor yang menyebabkan ketimpangan
distribusi pendapatan ialah kurangnya perbaikan Indeks Demokrasi di Indonesia
yang memperhambat percepatan Sustainable Development Goals (SDGs) yang
salah satu misinya dalam poin 10 yang bertujuan mengurangi ketimpangan dalam
dan antar negara (BPS, 2014). Amartya Sen peraih nobel ekonomi 1998
menunujukan bahwa kemiskinan dan ketimpangan di Asia dan Afrika adalah buah
kelalaian negara yang menafikan demokrasi dalam memutar roda perekonomianya
(Cahyono, 2014). Demokrasi yang menjadi salah satu hal pokok yang diperlukan
suatu wilayah mengelolah sistem pemerintahanya untuk meningkatkan
kesejahterahan dimasa yang akan datang.
Faktor lain yang mempengarui ketimpangan distribusi pendapatan adalah
kondisi indeks pembangunan manusia. IPM yang tidak merata antar daerah
menyebabkan daerah yang IPM-nya lebih tinggi akan memiliki kualitas manusia
yang baik sehingga dapat menunjang pembangunan dan sebaliknya. Peningkatan
IPM pada suatu daerah yang tidak diiringi dengan peningkatan IPM di daerah
lainnya akan memicu terjadinya peningkatan ketimpangan distribusi pendapatan
(Brata, 2002). Terdapat tiga indikator yang menjadi komposisi sebagai
perbandingan pengukuran IPM yakni, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan dan
standar kehidupan dimana ketiga indikator ini saling mempengaruhi satu sama lain.
Maka Indeks Pembangunan Manusia yang digunakan dalam penelitihan ini adalah
5 Notoatmodjo (Notoadmodjo, 2007) mutu manusia dilihat dari sisi kesehatannya.
Karena menurut beliau kesehatan adalah salah satu faktor yang memperngarui
kualitas sumber daya manusia, dengan kata lain kesehatan adalah salah satu
indikator yang dapat mempengaruhi kualitas manusia.
Faktor lain yang mempengarui ketimpangan distribusi pendapatan bisa
meluas apabila penduduk Indonesia yang telah memasuki usia Angkatan kerja tidak
produktif dan menganggur. Pengangguran sendiri dapat diartikan apabila sejumlah
Angkatan kerja baik yang sedang mencari pekerjaan, yang tidak sedang mencari
pekerjaan, yang sedang mempersiapkan usaha maupun yang sudah bekerja namun
bekerja belum dimulai. Permasalahan mengenai pengangguran juga menjadi
masalah serius karena apabila penduduk yang telah memasuki usia angkatann kerja
tidak produktif atau menganggur bisa berdampak pada kesejahteraan penduduk
tersebut dalam memenuhi kebutuhan sehari – harinya dan apabila tidak diatasi
secara terus menerus maka akan berdampat pada kesenjangan pendapatan yang
akan berdampak terhadap ketimpangan distribusi pendapatan di suatu daerah.
Berdasarkan dari penjelasan diatas, disini penelitih tertarik untuk
melakukan penelitihan ketimpangan distribusi pendapatan yang terjadi di 12 provinsi Indonesia Timur dengan judul “PENGARUH DEMOKRASI,
PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KETENAGAKERJAAN TERHADAP KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN INDONESIA TIMUR”.
6 B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukan maka penelitih menalaah beberapa
rumusan masalah, diataranya:
1. Bagaimana pengaruh indeks demokrasi Indonesia terhadap ketimpangan
distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur pada tahun 2009 – 2018?
2. Bagaimana pengaruh angka harapan hidup terhadap ketimpangan distribusi
pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur pada tahun 2009 – 2018?
3. Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap ketimpangan
distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur pada tahun 2009 – 2018?
4. Bagaimana pengaruh indeks demokrasi Indonesia, angka harapan hidup, dan
tingkat pengangguran secara bersama-sama terhadap ketimpangan distribusi
pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur pada tahun 2009 – 2018?
C. Tujuan Penelitian
Adapun dari tujuan penelitihan ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh indeks demokrasi Indonesia terhadap
ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur pada tahun
2009 – 2018.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh angka harapan hidup terhadap
ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur pada tahun
7 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terbuka
terhadap ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur
pada tahun 2009 – 2018.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh indeks demokrasi Indonesia, angka
harapan hidup, dan tingkat pengangguran terbuka secara bersama-sama
terhadap ketimpangan distribusi pendapatan 12 provinsi di Indonesia Timur
pada tahun 2009 – 2018.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mempunyai beberapa manfaat baik bagi
penulis maupun pihak-pihak yang terkait. Adapun manfaat yang dapat diambil
adalah:
1. Sebagai sumber masukan yang bermanfaat bagi pengambil kebijakan,
terutama yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan ketimpangan distribusi pendapatan.
2. Sebagai tambahan refrensi dan juga informasi bagi penelitihan-penelitihan
yang terkait dengan ketimpangan distribusi pendapatan pada suatu daerah
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitihan 1. Ketimpangan Ditribusi Pendapatan
Terdapat berbagai macam definisi dari ketimpangan distribusi pendapatan,
dan sebagain besar dikaitkan dengan aspek ekonomi. Definisi dari ketimpangan
distribusi pendapatan adalah keadaan dimana hasil dari pembangunan suatu negara
belum dapat dinikmati oleh rakyatnya secara merata atau keseluruhan.
Ketimpangan distribusi pendapatan sering kali diartikan ketidakmakmuran
pendapatan diseluruh kalangan masyrakat baik itu dalam bentuk kepemilikan
masyrakat individu maupun kepemilikian faktor – faktor produksi (Todaro, 2000).
Distribusi Pendapatan juga menggambarkan bagaimana pembagian hasil
pembangunan agregat suatu negara di lingkungan masyrakat dapat distribusikan
secara merata sehingga tidak terjadi ketimpangan (Dumairy, 1996). Saat bekerja
seorang tenaga kerja menerima pengahasilan secara individu. Tingkat pendapatan
yang diterima oleh tenaga kerja merefleksikan produktifitas mereka, yang semakin
produktif dalam bekerja maka akan memeperoleh kesempatan pendapatan yang
lebih tinggi. Menurut (Todaro & Smith, 2006) terdapat dua kelompok besar dalam
membedakan ukuran distribusi pendapatan yaitu distribusi pendapatan individu dan
9 yang paling umum digunakan oleh para pengamat ekonomi karena menggambarkan
dengan jelas bagaimana pendapatan secara individu dan kejadian ketimpangan
antar individu. Masalah ketimpangan dalam distribusi pendapatan dapat ditinjau
dari tiga segi berikut ini:
a. Distribusi pendapatan diantara golongan pendapatan (Size Distribution of
Income) atau ketimpangan relative.
b. Distribusi pendapatan di antara daerah (Regional Income Disparities).
Ketimpangan antar daerah terjadi karena adanya perbedaan sumber daya
alam dan belum merata penyebaran dari hasil sumber daya alam tersebut
secara keseluruhan.
c. Distribusi pendapatan di antara daerah perkotaan dan perdesaan (Urban
Rural Income Dsiparaties). Menurut Word Bank, pembangunan ekonomi di Indonesia memperliatkan urban bias yang tercermin dari pembangunan
daerah perkotaan yang mana telah mentransformasikan sektor-sektor
pertanian ke sektor industri tanpa melakuakn penyesuaian terlebih dahulu
sehingga berisiko menyebabkan ketimpangan semakin meningkat.
Pada tahap awal ketimpangan pendapatan antara sektor industri modern
dengan sektor pertanian mengalami peningkatan dengan cepat namun sebelum
kemudian mengalami penyusutan. Ketimpangan pendapatan cenderung lebih tinggi
pada daerah dengan sektor industri modern daripada suatu daerah yang
10 mengungkap bahwa ketimpangan dalam pendapatan ditahap awal cenderung
semakin meningkat karena adanya perekonomian yang mengalami penurunan yang
cukup besar dalam pendistribusian pendapatan, kemudian setelah tahap
pembangunan berikutnya ketimpangan pendapatan cenderung menurun karena
distribusi pendapatan sudah lebih merata.
Permasalahan dalam pembangunan antar derah ini diakibatkan adanya
sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografis yang berbeda di setip daerah
sehingga proses pembangunan di setiap daerah juga mengalami perbedaan yang
kemudian menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam pembangunan antar daerah
(Hutabarat, 2014). Menurut (Sukirno, 2006) distribusi pendapatan terdapat dua
yaitu distribusi pendapatan relatif yang merupakan perbandingan antara total
pendapatan yang sudah diterima oleh sekelompok penerima pendapatan tersebut,
sedangkan distribusi pendapatan mutlak merupakan persentase masyarakat yang
mendapatkan pendapatan yang mencapai pendapatan yang tertentu ataupun kurang
dari padanya. Pemetaan dalam distribusi pendapatandalam distribusi pendapatan
ada tiga kategori yaitu pembagian distribusi pendapatan antar golongan masyarakat
pebagian distribusi pendapatan antardaerah desa dan kota, serta pembagian distribui
pendapatan antar wilayah kabupaten/kota (Dumairy, 1996).
Distribusi pendapatan pada dasarnya merupakan tolak ukur kemiskinan
relatif yang perlu diperhatikan karena merupakan aspek kemiskinan. Oleh karena
11 𝑖=1
selama ini menggunakan data pengeluaran. Ukuran yang biasa digunakan untuk
merefleksikan ketimpangan pendapatan antara lain Indeks Gini (Gini Rasio),
ukuran dari Bank Dunia, Indeks Theil dan Indeks-L. Namun dalam penelitihan ini
penulis menggunakan koefesien gini atau indeks gini (gini rasio) sebagai refleksi
dari ketimpangan distribusi pendapatan.
Indeks Gini adalah suatu koefisien yang berkisaran atara nol (kemerataan
sempurna) hingga satu (ketimpangan sempurna), di mana semakin besar
koefisienya atau mendekati satu maka dapat dinyatakan distribusi pendapatan
semakin timpang begitu pula sebaliknya apabila koefisien gininya semakin kecil
dan mendekati nol dapat dinyatakan distribusi pendapatan semakin merata. Indeks
gini adalah salah satu ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur
ketimpangan pendapatan secara menyeluruh. Indeks gini dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
IG = 1 - ∑𝑛 𝑓𝑝𝑖 ∗ (𝐹𝑐𝑖 + 𝐹𝑐𝑖−1)
IG: Indeks Gini (Gini Ratio)
fpi : Frekuensi penduduk dalam kelas pengeluaran ke-i
Fci : Frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke-i
Fci-1 : Frekuensi kumulatif dari total pengeluaran dalam kelas pengeluaran ke (i-1)
Indeks gini ini merupakan ukuran statistik yang secara ilmiah dengan
12 pendapatan (Yithazki, 2002) mengungkapan kelebihan utama indeks gini sebagai
berikut:
1. Sebagai ukuran statistik untuk variabelitas, indeks gini bisa digunakan untuk
menghitung pendapatan negatif, ini adalah salah satu yang tidak dimiliki
oleh Sebagian alat ukur lainya.
2. Indeks gini memiliki dasar teori yang kuat. Sebagai indeks normatif, indeks
gini bisa merepresentasikan teori kemiskinan relatif. Indeks gini juga bisa
diturunkan sebagai ukuran ketimpangan berdasarkan aksioma keadian
sosial.
3. Indeks gini juga bisa digambarkan secara geometris sehingga lebih muda
untuk diamati dan dianalisis.
2. Demokrasi
Pada dasarnya demokrasi dapat dikatakan sebagai pengaturan institusional
keputusan politik dihasilkan dari kemmampuan tiap individu untuk dapat
menentukan pilihanya sendiri (Schumpeter, 1974). Maka kesimpulanya menurut
(Schmitter & Karl, 1991) Demokrasi adalah sistem pemerintahaan dimana
pemerintah dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka diwilayah
publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi
dan kerjasama dengan para wakil mereka yang terpilih.
13 orang sepakat bahwa kata kunci demokrasi adalah rakyat. Pengalaman Panjang
Indoensia menjadi negara Demokrasi membuktikan klaim bahwa sebagai negara
Demokrasi sudah menjadi komitmen kolektif diantara elit bangs aini, nyatanya
Ketika di praktikan menjadi berbeda dari satu rezim ke rezimlainya. Menurut (Held,
2007) Demokrasi yang dimaknai sebagai pemerintahan oleh rakyat mengandung
muatan bernama kesetaraan politik. Demokrasi tidak hanya mewakili satu dari nilai
lainya seperti kebebasan, kesetaraan, dan keadilan, tetapi juga menghubungkan dan
menegahi bebagai permasalahan yang saling bertentangan. Demokrasi menurut
Held tidak hanya soal bebas dan setara, tetapi bagaimana meletakan dasar yang
tepat dalam mempertahankan dialog public, suatu kondisi dimana berbagai isu-isu
substanntif mendapat lebih banyka kesempatan untuk dipertimbangkan,
didiskusikan, dan diselesaikan. Menurut (Dahl , 1971) mengidentifikasi kriteria
untuk demokrasi yaitu:
1. Keputusan pemerintah dalam membuat kebijakan diambil secara
konsitituional oleh orang-orang yang terpilih dalam pemilu;
2. Pemilu yang diadakan secara berkala, bebas dan adil;
3. Pemilu adalah orang dewasa yang mempunyai hak memilih dalam
pemilu;
4. Hak untuk memperoleh jabatan public;
5. Mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang tidak dikuasai oleh
14 6. Mendapatkan informasi dari sumber-sumber yang tidak dikuasai oleh
pemerintah maupun golongan tertentu;
7. Kebebasan untuk berkumpul dan berorganisasi;
Menurut (Amartya Sen, 1999) Demokrasi adalah nilai universal, suatu
konsep yang dapat dan harusnya diterapkan oleh semua negara didunia ini.
Nilai-nilai utama dalam demokrasi meliputi:
1. Pentingnya hakikat kehidupan manusia (instrinsic importance in human
life), sehingga sebagai manusia yang utuh, warga negara dapat menjalankan partisipasi politik dengan bebas.
2. Berperan dalam menggerakan politik (instrumental role in generation
political incentives), sehingga pemerintah bertanggung jawab
memberikan ruang terhadap peran warga negara dalam kehidupan
politik.
3. Peran kontruktif dalam merumuskan nilai-nilai (constructive function in
the formulation of values), bahwa ssetiap bangsa dapat membangun kesepahaman mengenai kebutuhan, hak dan kewajiban.
2.1 Demokrasi Ekonomi
Demokrasi*Ekonomi*dapat*diartikan*sebagai*kedaulatan*ekonomi*yang
berada*ditangan*rakyat. Konsep dasar ekonomi demokrasi oleh Ikatan Sarjana
Ekonomi Indeonesia (ISEI) pada tahun 1990 yang diformulasikan secara garis besar
15 (2) Penjabaran demokokrasi eknomi dalam format program-program
pelaksanaanya.
Landasan konstusional demokrasi ekonomi adalah pasal 33 UUD 1945 dan
landasan idiologinya adalah Pancasila. Namun walaupun belum ada penjabaran
kongkrit mengenai demokrasi ekonomi, namun menurut GBHN/TAP MPR IV
1978 dampak positif Demokrasi Ekonomi yaitu:
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama atas nama kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai
oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat.
4. Sumber-sumber kekayaan dan keuangan negara digunakan untuk
pemufakatan Lembaga-lembaga perwakilan rakyat, serta pengawasan
terhadap kebijaksanaanya ada pada Lembaga perwakilan rakyat juga,
5. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang
dikehendaki serta mempunyai ha katas pekerjaan dan penghidupan yang
layak.
6. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan masyarakat
7. Potensi, inisiatif, dan daya kreasi setiap warga negara diperkembangkan
16 8. Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara
Demokrasi ekonomi menghindari terjadinya sistem ekonomi liberalism,
etatisme, dan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok atau monopoli.
sistem ekonomi liberalism harus dihindari karena menimbulkan eksploitasi dan
penghisapan terhadap sesama manusia. Sistem etatisme dimana ekonomi dikuasai
oleh negara juga harus dihindari, karena etatisme dapat mematikan usaha-usaha
di luar sektor negara seperti usaha swasta, koperasi, dan usaha kecil.
Pelaksanaan demokrasi ekonomi baru mencapai tujuannya, bila pemerintah
benar-benar menjalankan demokrasi politik yang merupakan prasyarat bagi
berjalannya demokrasi ekonomi. Lebih lanjut, diperlukan adanya kesejajaran
antara sistem politik dan sistem ekonomi yang dianut dan menjadi landasan bagi
sistem ekonomi nasional. Tanpa adanya kesejajaran antara sistem politik dan
sistem ekonomi, maka penjabaran nilai-nilai demokrasi ekonomi dalam
keseluruhan sistem perekonomian nasional hanya merupakan sebuah mitos
belaka.
2.2 Keterkaitan antara Sistem Politik dan Sistem Ekonomi
Dalam sejarah perpolitikan di Indonesia, sistem politik nasional cenderung
berada di antara dua kutub sistem politik yaitu antara kutub libelism dan kutub
sosialism. Sejalan dengan pergerakan arah sistem politik nasional, sistem ekonomi
nasional juga bergerak di antara dua kutub sistem ekonomi, yaitu antara kutub
17 Pada periode ekonomi terpimpin, sistem ekonomi nasional cenderung
mengarah ke sistem ekonomi terpusat. Setelah berakhirnya masa demokrasi
terpimpin, sistem ekonomi nasional cenderung berkiblat kepada sistem ekonomi
kapitalis. Ketika sistem ekonomi mengarah ke sistem ekonomi kapitalis maka
demokrasi ekonomi akan sulit terwujud, karena dalam sistem ekonomi
liberalis-kapitalistik akan terjadi penghisapan terhadap yang lemah dan pemusatan kekuatan
ekonomi hanya berada pada sekelompok orang. Sebaliknya jika sistem ekonomi
mengarah ke sistem ekonomi terpusat, maka akan terjadi penguasaan oleh negara
yang berlebihan yang dapat mematikan inisiatif dan kreasi individu dan badan
usaha lainnya di luar sektor negara.
Pelaksanaan demokrasi ekonomi baru mencapai tujuannya bila terdapat
kesejajaran antara sistem politik dan sistem ekonomi. Sistem politik yang
demokratis akan memberikan iklim yang kondusif bagi terwujudnya demokrasi
ekonomi. Dengan lain perkataan, demokrasi politik yang merupakan prasyarat bagi
berjalannya demokrasi ekonomi. Tanpa adanya kesejajaran antara sistem politik
dan sistem ekonomi, maka penjabaran nilai-nilai demokrasi ekonomi dalam
keseluruhan sistem perekonomian nasional hanya merupakan sebuah mitos belaka.
2.3 Keterkaitan antara Demokrasi Ekonomi dan Sistem Ekonomi Kerayatan.
Sistem Ekonomi Indonesia merupakan sistem ekonomi campuran (mixed
18 pasar) dan unsur-unsur sistem ekonomi terpusat (pengaturan oleh negara). Sebagai
sistem ekonomi campuran, sistem ekonomi nasional berada di kisaran mekanisme
pasar dan kontrol oleh negara sebagai stabilisator, dinamisator dan regulator.
Sistem mekanisme pasar merupakan unsur sistem ekonomi nasional yang cukup
penting, karena sistem perekonomian bekerja menurut mekanisme pasar. Namun
sesuai dengan jiwa dan semangat Demokrasi Ekonomi, peran sistem ekonomi pasar
dibatasi untuk tidak menjurus pada free ligft liberalism yang menimbulkan
eksploitasi terhadap mereka yang lemah dan miskin serta mencegah terjadinya
pemusatan kekuatan ekonomi pada segelintir orang. Peran negara dalam
perekonomian dibatasi hanya sebagai stabilisator, dinamisator, dan regulator.
Meskipun negara berhak menguasai cabang-cabang produksi yang penting dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak, namun kekuasaan negara dibatasi oleh
syarat dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam hal ini,
peran negara lebih berfungsi sebagai pelaksana keadilan sosial dan bukan fungsi
penguasaan terhadap cabangcabang produksi.
Sistem ekonomi nasional disamping ditafsirkan sebagai Sistem Ekonomi
Campuran juga ditafsirkan sebagai Sistem Ekonomi Pancasila. Mubyarto menggali
landasan filosofis dari sistem ekonomi nasional dan kemudian menyimpulkan
bahwa, Sistem Ekonomi Indonesia adalah sistem ekonomi yang berdasarkan
Pancasila sebagai landasan filosofisnya. Selanjutnya Mubyarto menamakan sistem
19 Menurut Pandangan (Mubyarto, 1994). Sistem Ekonomi Pancasila yaitu:
1. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial dan moral.
2. Ada kehendak kuat dari seluruh anggota masyarakat untuk mewujudkan
keadaan kemerataan sosial ekonomi.
3. Prioritas kebijaksanaan ekonomi adalah pengembangan ekonomi nasional
yang kuat dan tangguh, yang berarti nasionalisme selalu menjiwai setiap
kebijaksanaan ekonomi.
4. Koperasi merupakan sokoguru perekonomian nasional.
5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara sentralisme dan desentralisme
kebijaksanaan ekonomi untuk menjamin keadilan ekonomi dan keadilan
sosial dengan sekaligus menjaga prinsip efisiensi dan pertumbuhan
ekonomi.
Lebih lanjut, Sri-Edi (Swasono, 1988) yang mengulas tentang orientasi
Ekonomi Pancasila menyimpulkan bahwa Ekonomi Pancasila adalah Ekonomi
Sosialis Indonesia yaitu ekonomi yang berorientasi kepada Ketuhanan yang Maha
Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan dan keadilan sosial. Di samping
dikenal dengan sebutan Sistem Ekonomi Pancasila, sistem ekonomi nasional
belakangan ini juga populer dengan sebutan Sistem Ekonomi Kerakyatan.
Undang-undang No. 25 Tahun 2000 tentang Program Perencanaan Nasional Tahun
20 1. Penegakan prinsip keadilan demokrasi ekonomi disertai kepedulian terhadap
yang lemah.
2. Pemihakan, pemberdayaan dan perlindungan terhadap yang lemah oleh
semua potensi bangsa, terutama pemerintah sesuai dengan kemampuannya.
3. Penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat dan intervensi yang ramah
pasa.
4. Pemberdayaan kegiatan ekonomi rakyat yang sangat terkait dengan
pembangunan pedesaan,
5. Pemanfaatan dan penggunaan tanah dan sumberdaya alam lainnya, seperti
hutan, laut, air, udara, dan mineral secara adil, transparan, dan produktif
dengan mengutamakan hak-hak rakyat setempat, termasuk hak ulayat
masyarakat adat dengan tetap menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.
Penegakan prinsip keadilan demokrasi ekonomi disertai kepedulian terhadap
yang lemah sebagai ciri utama Sistem Ekonomi Kerakyatan dijiwai oleh semangat
untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan yang
disertai keberpihakan terhadap yang lemah adalah langkah yang amat penting
dalam rangka mempercepat pengentasan kemiskinan dan membatasi pemusatan
kekuatan ekonomi pada segelintir orang. Keberpihakan terhadap yang lemah berarti
memberikan berbagai kemudahan fasilitas, akses modal, dan pendidikan, dan
21 Sejauhmana prinsip keadilan demokrasi ekonomi sebagai ciri utama Sistem
Ekonomi Kerakyatan telah diwujudkan dalam keseluruhan kehidupan ekonomi
nasional dapat dilihat dari perkembangan tingkat kesenjangan dan distribusi
pendapatan. Bila tingkat kesenjangan dan distribusi pendapatan semakin membaik
berarti prinsip keadilan demokrasi ekonomi sudah mewarnai kehidupan ekonomi
nasional dan sebaliknya. Dalam Sistem Ekonomi Kerakyatan, masalah kesenjangan
dan distribusi pendapatan merupakan tujuan utama dalam rangka mewujudkan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Tidak ada artinya pertumbuhan, kalau
kemajuan ekonomi hanya dinikmati oleh segelintir golongan saja. Pertumbuhan
haruslah disertai dengan pemerataan, bahkan pemerataan harus dijadikan sasaran
utama pembangunan ekonomi nasional.
2.4 Indeks Demokrasi Indonesia
Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) merupakan alat ukur objektif dan empirik
terhadap kondisi demokrasi dan sistem politik yang ada di Indonesia (BPS, 2015).
Indeks demokrasi adalah alat pengukuran yang dibangun dengan latar belakang
keadaan sosial politik di Indonesia. Oleh karena itu dalam merumuskan konsep
demokrasi maupun metode pengukuranya mempertimbangkan ke keadaan
persoalan bangsa.
Indeks demokrasi Indonesia (IDI) adalah angka-angka yang menunjukan
tingkat perkembangan demokrasi di seluruh Provinsi yang ada di Indonesia
22 demokrasi tersebut diukur berdasarkan pelaksanaan dan perkembangan sejumlah
aspek demokrasi di semua provinsi di Indonesia. Manfaatnya antara lain, (i)
mengukur secara kuantitatif tingkat pelaksanaan demokrasi, (ii) mengukur
perkembangan demokrasi pada tingkat provinsi di Indonesia, (iii) memperoleh
gambaran tingkat perkembangan demokrasi antar provinsi.
Maka untuk Menyusun indeks demokrasi Indonesia (IDI) disepakati menjadi
tiga aspek yang disejikan sebagai objek kajian antara lain (Rauf, et al., 2009) :
1. Apek Kebabasan Sipil (Civil Liberties)
Aspek kebebasan sipil didefinisikan sebagai kebebasan individu atau
warga negara dan kelompok individu untuk berkumpul dan berserikat,
berpedapat dan berkeyakinan, serta kebebasan dari diskriminasi dan
pengekangan yang berasal dari individu atau warga negara lainya,
kekuasaan negara dan kelompok tertentu.
2. Aspek Hak-Hak Politik (Political Rights)
Aspek hak-hak politik adalah hak-hak untuk memberikan suara, hak-hak
untuk memperebutkan jabatan public, hak-hak berkompetisi dalam
memperebutkan suara, pemilihan yang bebas dan adil, dan pembuatan
kebijakan pemerintahan berdasarkan suara atau pilihan public.
3. Aspek Lembaga Demokrasi (Institutions of Democracy)
Aspek lembaga demokrasi didefinikan Insitusi atau Lembaga yang bekerja
23 demokratis meliputi antara lain: Lembaga Eksekutif dan Lembaga
Yudikatif maupun pada tataran insfratrukstur seperti Pemilu, Partai Politi,
Media Massa, dan Kelompok yang berkepentingan.
3. Pembangunan Manusia
Pembanguanan manusia merupakan proses perluasan pilihan untuk manusia,
terutama untuk mendapatkan hasil dari pembangunan seperti memperoleh
kesehatan, pendidikan, dan pendapatan. Pada tahun 1990 UNDP (United Nations
Development Programme) mengeluarkan konsep pembangunan manusia (Human Development) yang diartikan sebagai pengembangan kemampuan dan keahlian dengan meningkatkan kesehatan dan pengetahuan. Sehingga dapat menghasilkan
keterampilan juga yang akan dimanfaatkan oleh negara keterampilan mereka,
sesuai dengan laporan yang diterbitkan oleh UNDP tahun 1995 (Moustafa & Abott
, 2015) berikut ini kosep dari pembangunan manusia.
a. Pembanguanan mengutamakan penduduk sebgai pusat-nya.
b. Pembangunan yang dimaksudkan bertujuan untuk memperbesar pilihan
bagi penduduk bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan.
c. Pembangunan manusia memperhatikan upaya-upaya memanfaatkan
kemampuan atau kapasiatas manusia tersebut.
d. Pembanguanan manusia mempunyai empat pilar dalam prosesnya, yang
pertama produktifitas, yang kedua adalah pemerataan, yang ketiga adalah
24 Dalam Human Development Report (HDR) yang dikeluarkan oleh UNDP
(UNDP, 1995), menjelaskan, bahwa untuk dapat bisa memperluas pilihan- pilihan
manusia di suatu negara, konsep pembangunan manusia yang diterapakan harus
bisa mencakup empat dimensi yang tidak terpisahkan dan saling
berkesinambungan. Ada empat unsur pokok/dimensi yang perlu diperhatikan untuk
menjamin tercapainya tujuan pembanguna manusia/human development, sesuai
dengan konsep di atas (UNDP, 1995) sebagai berikut:
a. Produktivitas/Productivity
Setiap individu diharuskan untuk meningkatkan produktifitas mereka
masing-masing. Selanjutnya berpartisipasi penuh dalam proses mencari
penghasilan serta lapangan kerja. Dikarenakan, pembangunan ekonomi
merupakan bagian dari model pembangunan manusia.
b. Pemerataan/Equality
Setiap individu mempunyai akses untuk memperoleh kesempatan yang
adil. Semua hambatan terhadap peluang yang ia miliki, baik dari segi
ekonomi dan politik, harus dihapuskan. Pada akhirnya individu tersebut
dapat berpatisipasi di dalam negara dan memperoleh mandaat dari
peuang-peluang mereka.
c. Kesinambungan/Sustainability
25 harus dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk
beberapa generasi kedepannya. Ber-kesinambungan ini harus dibuat merata
dari semua jenis pemodalan baik itu fisik, manusia, dan lingkungan hidup.
d. Pemberdayaan/Empowerment
Pembangunan diciptakan oleh masyarakat, semakin terampil suatu
individu maka pembanguan akan lebih baik. Masyarakat diharuskan untuk
berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan dan proses- proses
ekonomi agar pembangunan tercipta dan kehidupan mereka sejahtera.
Indeks yang mengukur kualiatas sumber daya manusia berdasarkan harapan
hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua daerah itulah yang
dimaksud Indeks Pembangunan Manusia. Indeks Pembangunan Manusia ialah
indeks yang mengukur pencapaian pembangunan manusia berdasakan kualitas
hidup, dan ukuran standar hidup. Menurut BPS (BPS, 2008) IPM dibangun
berdasarkan tiga dimensi yaitu: (i) umur Panjang dan sehat, (ii) pengetahuan dan
(iii) standar kehidupan yang layak. Dari ketiga dimensi tersebut memiliki dimensi
pengertian terlalu luas, maka untuk mempersempit dimensi tersebut dikeluarkan
pendekatan-pendekatan untuk mrmpermudah mengukur dimensi tersebut. Untuk
mengukur dimensi kesehatan, dapat menggunakan angka umur harapan hidup.
Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan dapat menggunakan gabungan
26 terkahir, untuk mengukur standar hidup layak dapat mengguanakan indicator
kemmpuan daya beli masyrakat.
3.1 Keterkaitan Kesehatan dalam Pembangunan Manusia
Menurut Notoatmodjo (Notoadmodjo, 2007) mutu manusia dilihat dari sisi
kesehatannya. Karena menurut beliau kesehatan adalah salah satu faktor yang
mempengarui kualitas sumber daya manusia, dengan kata lain kesehatan adalah
salah satu indikator yang dapat mempengaruhi kualitas manusia. Kekurangan
kalori, gizi, karbohidrat, protein, dan lain sebagainya akan membuat derajat
kesehatan bagi suatu populasi akan menyebabkan kualitas manusia rendah serta
tingkat mental yang rendah yang beroengaruh terhadap produktifitas seseorang.
persyaratan bagi suatu negara dalam meningkatkan produktifitas
masyarakatnya adalah dengan memenuhi salah satu hak dasar mereka, salah satu
hak dasar rakyat adalah mendapatkan pelayanan dan fasilitas kesehatan yang baik.
Pengeluaran pemerintah pada sektor kesehatan adalah salah satu cara dalam
memenuhi salah satu hak dasar tersebut. Pengeluaran pemerintah pada sektor
kesehatan digunakan untuk melihat capaiannya terhadap dimesi IPM yang pertama,
yaitu hidup sehat dan umur Panjang.
Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar, ada dua jenis pelayanan yang
dibutuhkan masyarakat, yaitu pelayanan kebutuhan dasar dan juga pelayanan
fasilitas umum (Mahmudi, 2007). Ketika kebutuhan dasar suatu individu sudah
27 memenuhi kegiatan ekonomi lainnya (Todaro & Smith, 2003). Presfektif
Pembangunan Manusia yang berdasarkan kebutuhan dasar (basic needs), yaitu
pembangunan yang lebih concern pada pelayanan kebutuhan dasar demi mencapai
kesejahteraan (Ginanjar, 1997). Kesehatan juga adalah satu dimensi pembangunan
manusia yang dibuat oleh UNDP, dimana keshatan yang telah tercukupi akan
dengan sendirinya meningkatkan kualitas sumber daya manusia-nya.
3.2 Angka Harapan Hidup (AHH)
Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang
masih akan dijalani seseorang pada suatu umur x adalah rata-rata hidup yang masih
akan dijalani seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun
tertentu, dalam situasi mortalias yang berlak di lingkungan masyrakat. Angka
harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan mingkatkan derajat
Kesehatan pada khususnya. Angka harapan hidup yang rendah disuatu daerah harus
diikuti dengan program pembangunan Kesehatan, dan program sosial lainya
termasuk Kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk progam
pemberantasan kemiskinan.
Angka harapan hidup (AHH), dijadikan indicator dalam mengukur Kesehatan
suatu individu di suatu daerah. AHH adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang
akan ditempuh seseorang selama hidup. AHH diartikan diartikan sebagai umur
yang mungkin dicapai seseorang yang lahir pada waktu tertentu, AHH dihitung
28 yang digunakan dalam perhitungan AHH yaitu anak lahir hidup (AHL) dan anak
masih hidup (AMH). Sementara itu untuk menghitung indeks haraoan hidup
digunakan nilai maksimum harapan hidup sesuai UNDP, dimana angka tertinggi
sebagai batas atas untuk perhitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah 25 tahun
(standar UNDP). Usia harapan hidup dapat Panjang jika status Kesehatan, gizi dan
lingkungan yang baik.
Angka harapan hidup dijadikan indikator dalam mengukur tingkat kesehatan
suatu individu disuatu daerah. Angka harapan hidup saat lahir adalah rata-rata tahun
hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu (BPS,
2008). Angka harapan hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja
pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan
meningkatkan derajat kesehatam pada khusunya. Angka harapan hidup yang rendah
disuatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program
sosial lainya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk
program pemberantasan kemiskinan yang berdampak pada ketimpangan distribusi
pendapatan. Sementara itu menurut Mungkasa (2019) peningkatan kualitas
kesehatan dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk yang berati mengurangi
ketimpangan distribusi pendapatan di masa yang akan datang.
4. Ketenagakerjaan
Pekerja atau tenaga kerja adalah semua orang yang bekerja, baik itu di
29 aktivitas ekonomi seperti produksi atau menghasilkan barang dan jasa memerlukan
tenaga kerja yang merupakan bagian dari proses produksi. Instansi pemerintahan
yang bekerja melayani masyrakat juga memerulukan pekerja untuk melayani suatu
proses dari berjalan suatu sistem. Menurut sukirno (Sukirno , 2002). Angkatan kerja
dapat didefinisikan sebagai jumlah angkatan kerja yang ada dalam ruang lingkup
perkeonomian dalam kurung waktu tertentu yang digolongkan menjadi kelompok
yang sedang bekerja dan kelompok yang sedang menganggur namun sedang
mencari pekerjaan.
Tenaga kerja menurut UU No. 13 Tahun 2003 Republik Indonesia tentang
Ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun untuk masyarakat. Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga
kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan
barang dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.
Batas usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun, tanpa batas
umur maksimum. Jadi setiap orang atau penduduk yang berusia 10 tahun keatas
tergolong tenaga kerja.
Tenaga kerja sendiri terbagi menjadi dua kelompok yaitu angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam
usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak
30 adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak
mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan yaitu orang yang
kegiatannya sekolah (pelajar/mahasiswa), mengurus rumah tangga, serta menerima
pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (Sakernas,
2011).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS 2019) Pengangguran terdiri dari:
a. Mereka yang tak punya pekerjaan dari mencari pekerjaan.
b. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha.
c. Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena
merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tapi belum mulai bekerja.
4.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Tenaga kerja menurut UU No13 Tahun 2003 Republik Indonesia tentang
Ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sediri maupun
untuk masyrakat, sedangkan menuru Badan Pusat Statistik (BPS), tenaga kerja
adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang
dan jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyrakat. Batas
usia kerja yang dianut oleh Indonesia adalah minimum 10 tahun, tanpa batas umur
maksimum. Jadi setiap orang atau penduduk berusia 10 tahun keatas tergolong
31 Tenaga kerja sendiri terbagi menjadi dua kelompok yaitu angkatan kerja dan
bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam
usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak
bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Sedangkan bukan angkatan kerja
adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak
mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan yaitu orang yang
kegiatannya sekolah (pelajar/mahasiswa), mengurus rumah tangga, serta menerima
pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya.
Jika dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional,
yang dimaksudkan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam
angkatan kerja yang sedang aktif dalam mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah
tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Maka
menurut sebab terjadinya, pengangguran digolongkan kepada tiga jenis yaitu:
a. Pengangguran friksional Pengangguran friksional adalah pengangguran
yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja
dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk
sekedar waktu yang diperlukan selama prosedur pelamaran dan seleksi, atau
terjadi karena faktor jarak atau kurangnya informasi. Pengangguran
friksional tidak bisa dielakkan dari perekonomian yang sedang berubah.
Untuk beberapa alas an, jenis-jenis barang yang dikonsumsi perusahaan dan
rumah tangga bervariasi sepanjang waktu. Ketika permintaan terhadap
32 memproduksi barang-barang tersebut.
b. Pengangguran struktural Pengangguran struktural terjadi karena ada
problema dalam struktur atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur
yang demikian memerlukan perubahan dalam ketrampilan tenaga kerja
yang dibutuhkan sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan
diri dengan ketrampilan baru tersebut.
c. Pengangguran konjungtur Pengangguran konjungtur terjadi karena
kelebihan pengangguran alamiah dan berlaku sebagai akibat pengangguran
dalam permintaan agregat.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS 2019), Tingkat pengangguran terbuka
adalah presentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.
Pengganguran adalah suatu kondisi dimana individu anggkatan kerja yang
menginginkan pekerjaan tapi belum mendapatkanya (Sukirno, 2006). Segala upaya
untuk menurunkan tingkat pengangguran dan menurunkan ketimpangan distribusi
pendapatan adalah tujuan yang sama pentingnya. Secara teori jika masyrakat tidak
menganggur maka mereka memiliki pekerjaan dan pendapatan, dan pendapatan
yang diminiki dari bekerja diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika
kebutuhan hidup sehari-hari dipenuhi maka dipastikan orang tersebut tidak miskin
dan dapat dikategorikan tingkat pengangguran akan semakin menurun yang
berpengaruh terhadap kesempatan kerja yang akan semakin meningkat, dan pada
33 Tingkat pengangguran terbuka memberikan idikasi tentang usia penduduk
usia kerja temrasuk dalam kelompok penganggur. Tingkat pengangguran kerja
diukur sebagai presentase jumlah penganggur terhadao jumlah Angkatan kerja.
Untuk mengungukur tingkat pengangguran terbyka pada suatu wilayah bisa didapat
dari presentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah Angkatan kerja dan
dinyatakan dalam persen.
𝑻𝑷𝑻 = 𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏𝒈𝒈𝒖𝒓
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝑿 𝟏𝟎𝟎
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya pengangguran terhadap 100 penduduk yang masuk kategori angkatan
kerja. Pengangguran terbuka (open unemployment) didasarkan pada konsep
seluruh angkatan kerja yang mencari pekerjaan, baik yang mencari pekerjaan
pertama kali maupun yang sedang bekerja sebelumnya. Sedang pekerja yang
digolongkan setengah penganguran (underemployment) adalah pekerja yang masih
mencari pekerjaan penuh atau sambilan dan mereka yang bekerja dengan jam kerja
rendah (di bawah sepertiga jam kerja normal, atau berarti bekerja kurang dari 35
jam dalam seminggu). Namun masih mau menerima pekerjaan, serta mereka yang
tidak mencari pekerjaan namun mau menerima pekerjaan itu. Pekerja digolongkan
setengah pengangguran parah (severely underemployment) bila ia termasuk
setengah menganggur dengan jam kerja kurang dari 25 jam seminggu.
34 1. Penduduk yang sedang mencari pekerjaan
2. Penduduk yang sedang mempersiapkan usaha
3. Penduduk yang merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan
4. Penduduk yang sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja
Pengangguran terbuka biasanya terjadi pada generasi muda yang baru
menyelesaikan pendidikan menengah dan tinggi. Ada kecenderung mereka yang
baru menyelesaikan pendidikan berusaha mencari kerja sesuai dengan aspirasi
mereka. Aspirasi mereka biasanya adalah bekerja disektor modern atau di kantor.
Untuk mendapatkan pekerjaan itu mereka bersedia menunggu untuk beberapa lama.
Tidak tertutup kemungkingan mereka berusaha mencari pekerjaan itu di kota atau
di provinsi atau daerah yang kegiatan industry telah berkembang. Ini yang
menyebabkan angka pengangguran terbuka cenderung tinggi di kota atau daerah
yang kegiatan industry atau sektor modern telah berkembang.17 Sebaliknya angka
pengangguran terbuka rendah di daerah atau provinsi yang kegiatan ekonomi masih
bertumpu pada sektor pertanian. Apalagi tingkat pendidikan di daerah tersebut
rendah. Pada umumnya, mereka yang berpendidikan rendah bersedia bekerja apa
saja untuk menopang kehidupan. Bila sektor pertanian kurang dapat menjamin
kelangsungan hidup, mereka bersedia berusaha di kantor informal. Mereka tidak
memperdulikan apakah jam kerja panjang atau penghasilan rendah. Bagi mereka
yang penting dapat bertahan hidup
Beberapa akibat buruk dari pengangguran dibedakan kepada dua aspek
35 a. Akibat buruk ke atas kegiatan perekonomian Tingkat pengangguran yang
relatif tinggi tidak memungkinkan masyarakat mencapai pertumbuhan
ekonomi yang teguh. Hal ini dapat dengan jelas dilihat dari memperlihatkan
berbagai akibat buruk yang bersifat ekonomi yang ditimbulkan oleh
masalah pengangguran. Akibat-akibat buruk tersebut dapat dibedakan
sebagai berikut:
1) Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak memaksimumkan tingkat
kemakmuran yang mungkin dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran
bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat
akan lebih rendah daripada pendapatan pendapatan potensial (pendapatan
yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh
masyarakat pun akan lebih rendah.
2) Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang.
Pengangguran diakibatkan oleh tingkat kegiatan ekonomi yang rendah, dan
dalam kegiatan ekonomi yang rendah pendapatan pajak pemerintah semakin
sedikit. Jika penerimaan pajak rendah, dana untuk kegiatan ekonomi
pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan
terus menurun.
3) Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Pengangguran
menimbulkan dua akibat buruk kepada kegiatan sektor swasta. Yang pertama,
pengangguran tenaga buruh diikuti pula oleh kelebihan kapasitas
36 kelesuan berkurang. Kegiatan Keuntungan perusahaan yang rendah
menyebabkan mengurangi keinginan untuk melakukan investasi.
b. Akibat buruk ke atas individu dan masyarakat Pengangguran akan
mempengaruhi kehidupan individu dan kestabilan sosial dalam masyarakat.
Beberapa keburukan sosial yang diakibatkan oleh pengangguran adalah:
1) Pengangguran menyebabkan kehilangan mata pencarian dan pendapatan.
2) Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan. Keterampilan
dalam mengerjakan suatu pekerjaan hanya dapat dipertahankan apabila
keterampilan tersebut digunakan dalam praktek.
3) Pengangguran dapat menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik.
Kegiatan ekonomi yang lesu dan pengangguran yang tinggi dapat
37 B. Tinjauan Kajian Terdahulu
Tabel 2. 1 Tinjaun Kajian Terdahulu No Judul, Penulis dan Tahun Penelitian Variabel dan Alat Analisis
Hasil Penelitihan Perbedaan
1 Analisis
Pengaruh
Pertumbuhan
Ekonomi,
Investasi dan IPM
terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Daerah di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2012 a.Variabel Depeden • Ketimpanga n Distribusi Pendapatan b.Variabel Independen • Pertumbuhan Ekonomi • Investasi a. Variabel pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh signifikan b. Variabel IPM tidak berpengaruh signifikan c. Variabel investasi Variabel Indepeden: Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi Periode: 2005-2012 Objek Penelitihan: Jawa Tengah
38 No Judul, Penulis dan Tahun Penelitian Variabel dan Alat Analisis
Hasil Penelitihan Perbedaan
(Muhammad Haris Hidayat, 2014) • IPM Alat Analisis: Panel Data menggunakan Fixed Effect Model (FEM) berpengaruh negatif signifikan 2 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengarui Ketimpangan Distribusi Pendapatan di
Pulau Jawa tahun
a.Variabel Depeden • Indeks Gini b.Variabel Indepeden a.Variabel PDRB perkapita berpengaruh positif signifikan b. Variabel populasi penduduk Variabeel Indepeden: PDRB Per kapita, Populasi Penduduk. Dan Derajat
39 No Judul, Penulis dan Tahun Penelitian Variabel dan Alat Analisis
Hasil Penelitihan Perbedaan
2007-2013 (Ani Nurlali, 2016) • PDRB per kapita • Populasi Penduduk • Tingkat Pengangguran Terbuka • Derajat Desentralisasi Fiskal berpengaruh positif signifikan c. Variabel TPT berpengaruh positif signifikan d. Variabel
derajat fiskal tidak
berpengaruh signifikan Desentralisasi Fiskal Periode: 2007-2013 Objek Penelitihan: Pulau Jawa
40 No Judul, Penulis dan Tahun Penelitian Variabel dan Alat Analisis
Hasil Penelitihan Perbedaan
3 Ketimpangan Pendapatan Provinsi Jawa Timur dan Faktor-Faktor yang Mempengaruinya (Muhammad Arif, 2017) a.Variabel Independen • Ketimpanga n Distribusi Pendaatan b.Variabel Depeden • IPM • Pertumbuhan Ekonomi a. Variabel IPM berpengaruh positif signifikan b. Variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh negatif signifikan c. Variabel tenaga kerja berpengaruh negatif signifikan Variabel Indepeden: Pertumbuhan Ekonomi, Tenaga Kerja, dan Jumlah Penduduk Metode: Random Effect Model (REM) Objek: Jawa Timur
41 No Judul, Penulis dan Tahun Penelitian Variabel dan Alat Analisis
Hasil Penelitihan Perbedaan
• Tenaga Kerja • Jumlah Penduduk Alat Analisis: Panel Data menggunakan Random Effect Model (REM) d. Variabel jumlah penduduk berpengaruh signifikan 4 Analisis Peran Pendidikan dan Ketangakerjaan .Variabel Depeden • Indeks Gini a. Variabel rata-rata lama sekolah Variabel Indepeden: Rata-rata lama