• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

4) Identifikasi hidrokarbon

3.5. Analisis Data

3.5.2. Penentuan nomor karbon

Penentuan nomor karbon pada senyawa n-alkana adalah dengan menghitung bobot molekul yang muncul pada spektra massa (Lampiran 3). Bentuk fragmentasi ion dicirikan oleh kelompok peak dimana penghubung peak

pada setiap kelompok bernilai 14 (CH2) satuan massa. Peak terluas pada tiap kelompok merepresentasikan fragmen CnH2n+1 dan m/z = 14n+1, dan disertai dengan fragmen CnH2n dan CnH2n-1 (Silverstein et al., 1991). Secara sederhana dituliskan dengan persamaan:

dimana:

x = nomor karbon (n-alkana)

m = bobot molekul yang muncul pada peak spektra massa 14 = berat molekul CH2 ... (5) ………(6) 14 2 m nCx

21

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hidrokarbon Alifatik (n-alkana) 4.1.1. Identifikasi hidrokarbon alifatik

Identifikasi hidrokarbon alifatik (n-alkana) dilakukan dengan melihat kromatogram senyawa alifatik yang telah direkam selama 50 menit. Karakteristik

n-alkana yang muncul pada spektra massa dicirikan dengan mass to charge ratio

(m/z) 57. Selain itu juga dilihat berdasarkan molecular peak yang menunjukkan nilai bobot molekul senyawa n-alkana untuk menentukan nomor karbon pada senyawa n-alkana.

4.1.2. Hasil analisis

Karakteristik sebaran n-alkana pada sedimen di hulu dan hilir (muara) Sungai Somber yang terdeteksi berkisar antara nC13 sampai nC33 (Gambar 5 dan 6). Sebaran juga menunjukkan kecenderungan monomodal dengan Cmax pada bagian hulu dan muara berturut-turut terdapat pada nomor karbon nC29 dan nC27 . Nilai Carbon Preference Index (CPI15-21dan CPI21-31) pada bagian hulu adalah 1.00 dan 1.17, sedangkan pada muara nilai CPI15-21dan CPI21-31adalah 1.22 dan 1.14. Nilai CPI > 1menunjukkan rantai karbon ganjil lebih dominan daripada rantai karbon genap dan sebaliknya nilai CPI < 1 menunjukkan rantai karbon genap lebih dominan. Nilai CPI pada hulu dan muara berkisar antara 1.00-1.22 yang menunjukkan bahwa sebaran n-alkana pada sedimen lebih didominasi oleh rantai karbon ganjil.

22 Gambar 5. Kromatogram m/z 57 fraksi hidrokarbon alifatik(n-alkana) pada sedimen di bagian hulu Sungai Somber, Balikpapan,

Kalimantan Timur ( = n-alkana; = Hopana) CPI15-21= 1.00 CPI21-31= 1.17 TARHC = 1.63 C17 Pristana C18 Phytana C31 C21 C23 C25 C27 C29 C33 C13 C15 C17 C19 UCM Waktu (menit) Cmax

23 Gambar 6. Kromatogram m/z 57 fraksi hidrokarbon alifatik (n-alkana) pada sedimen di muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan

Timur ( = n-alkana; = Hopana) CPI15-21= 1.22 CPI21-31= 1.14 TARHC = 4.40 C17 C18 Pristana Phytana UCM Waktu (menit) C13 C15 C19 C17 C33 C29 C31 C27 C25 C23 C21 Cmax

24

Kisaran nilai CPI tersebut dapat mengindikasikan bahwa terdapat

kontaminasi antropogenik pada sedimen perairan yang disebabkan oleh masukan limbah yang berasal dari aktifitas manusia dan industri yang berada di sekitar sungai dari hulu hingga ke muara. Nilai CPI15-21 pada bagian hulu berada pada kisaran 0.96-1.01 yaitu 1.00 mengindikasikan hidrokarbon berasal dari sumber petrogenik (minyak mentah dan hasil penyulingannya, tidak termasuk minyak nabati).

Indikasi lain yang juga digunakan untuk menunjukkan kontribusi minyak adalah adanya Unresolved Complex Mixture (UCM) yang merupakan bagian hidrokarbon yang mengalami degradasi. UCM dapat diketahui dengan naiknya satu atau dua baseline yang membentuk punggung bukit (hump) pada

kromatogram gas (Gao et al., 2007). Kontaminasi petroleum (minyak) di hulu dan muara Sungai Somber, Balikpapan diduga berasal dari aktifitas pelabuhan, perkapalan, industri pertanian, pemukiman dan kegiatan masyarakat lainnya yang terjadi di bagian hilir hingga muara Sungai Somber, Balikpapan (Yani, 2003). Hal ini tentunya akan berdampak pada lingkungan sekitar, khususnya hutan bakau dan lingkungan perairan serta biota yang ada di dalamnya.

Sebaran biomarkern-alkana pada rantai pendek C<20 berasal dari organisme laut seperti alga, sedangkan biomarker dengan rantai panjang C>20 menunjukkan bahwa n-alkana berasal dari tanaman tingkat tinggi (Killops and

Killops, 1993). Oleh karena itu, perbedaan rasio antara C>20 dan C<20

digunakan untuk menduga kontribusi allotonus dan autotonus dengan menghitung nilai TARHC (Gao et al., 2007). Nilai dari TARHC pada sedimen Muara Sungai Somber pada masing-masing titik adalah 1.63 dan 4.40. Hal ini menunjukkan

25

bahwa masukan hidrokarbon yang berasal dari masukan terestrial (alotonus) (Meyers, 1997 in Nugraha, 2011) lebih besar jika dibandingkan dengan hidrokarbon yang berasal dari perairan (Gao et al., 2007) sehingga memiliki peranan yang lebih besar.

Tingginya intensitas nilai C>20 ini dapat dipahami karena di sekitar Sungai Somber banyak ditemukan daerah yang ditumbuhi oleh vegetasi

mangrove. Intensitas atau kelimpahan hidrokarbon berdasarkan luas area lebih tinggi pada bagian muara. Namun demikian, intensitas di mulut estuari adalah lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah hulu estuari. Hal ini dapat

menunjukkan tingkat perbedaan proses akumulasi materi. Pada Sungai (estuari) Somber, rendahnya akumulasi materi diduga berkaitan dengan proses

hidrodinamika estuari, dimana pada daerah hulu estuari menunjukkan kondisi yang relatif tenang dibandingkan dengan daerah mulut estuari.

Hasil analisis cuplik sedimen tidak hanya menunjukkan adanya senyawa

n-alkana pada sedimen, tetapi juga terdapat senyawa hopana dan isoprenoid (Pristana dan Phytana). Karakteristik hopana pada cuplik sedimen dideteksi berdasarkan base peak ( m/z) 191 (Gambar 7), selanjutnya diidentifikasi spektra massanya. Spektra massa merupakan kumpulan dari beberapa satuan massa ion yang terfragmentasi. Spektra massa pada biomarker biasanya menunjukkan massa molekul dan karakteristik bentuk fragmentasidapat digunakan untuk menentukan struktur senyawa. Setiap senyawa memiliki spektra massa yan dapat digunakan untuk identifikasi (Peters and Moldowan, 1993).

26 100 200 300 400 500 0 50 100 % 83 55 191 68 71 95 149 123 290 93 164 206 263 377 58 442

Gambar 7. Spektra massa senyawa hopana di sedimen Muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur.

Hopana merupakan sikloalkana bercabang yang terdiri dari lima atau enam cincin karbon yang menggambarkan biomarker dengan karakteristik sebaran struktur dan sterokimia isomer yang tinggi pada minyak dan sedimen (Peters and

Modolwan, 1993). Hopana yang terdapat pada sedimen Muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur berasal dari fitoplankton dan bakteri.

Senyawa hopana (m/z 191) pada sedimen dapat dijadikan indikator tingkat kematangan termal sedimen. Kebanyakan senyawa hopana berasal dari hasil reduksi bakteri hopanotetrol. Senyawa ini berada dalam bentuk tidak stabil pada proses diagenesis sehingga dipakai untuk mengindikasikan tingkat kematangan termal rendah (Ourrisson et al., 1979 in Yuanita, 2007).

4.2. Isoprenoid

Identifikasi senyawa isoprenoid pada dasarnya sama dengan identifikasi senyawa n-alkana. Umumnya senyawa isoprenoid terdiri dari 20 atom karbon atau kurang (Peters and Moldowan, 1993). Senyawa isoprenoid yang

teridentifikasi pada sedimen adalah senyawa isoprenoid yang memiliki ciri m/z 57 yaitu pristana (C19) dan phytana (C20). Umumnya senyawa pristana muncul setelah n-alkana C17 dan phytana setelah n-alkana C18 (Gambar 8 dan 9).

m/z X

148+X 191

27 100 200 300 400 500 600 0 50 100 % 57 71 113 85 70 127 183

Gambar 8. Spektra massa isoprenoid pristana (Pr) di sedimen Muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur

100 200 300 400 500 0 100 200 % 57 71 85 99 69 155 197221 264

Gambar 9. Spektra massa isoprenoid phytana (Ph) di sedimen Muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur

Pada dasarnya analisis fingerprint senyawa isoprenoid hampir sama

dengan senyawa n-alkana. Namun pada analisis senyawa isoprenoid (pristana dan phytana) tidak dilakukan perhitungan bobot molekul untuk menentukan nomor karbon karena pristana (Pr) memiliki nomor karbon C18 dan phytana (Ph) dengan nomor karbon C20. Analisis fingerprint dengan kromatografi gas memiliki beberapa keterbatasan. Tingginya konsentrasi senyawa n-parafin (n-alkana)dan senyawa asiklik isoprenoid dibandingkan dengan senyawa lain menyebabkan senyawa n-alkana dan isoprenoid muncul bersamaan pada kromatogram (Peters

and Moldowan, 1993).

Senyawa isoprenoid pristana (Pr) dan phytana (Ph) pada sedimen Muara Sungai Somber dideteksi berdasarkan intensitas spektra utama (base peak) m/z 57. Keberadaan senyawa isoprenoid pristana dan phytana diduga berasal dari

183 197 [M].+= 268 [M].+= 282 m/z m/z

28

plankton, baik fitoplankton maupun zooplankton. Kondisi lingkungan sekitar Muara Sungai Somber dan iklim akan mempengaruhi kelimpahan plankton di perairan, sehingga akan mempengaruhi keberadaan senyawa isoprenoid pristana dan phytana.

Pristana (C19) dan phytana (C20) merupakan senyawa isoprenoid yang paling melimpah pada minyak mentah (Wang et al.,2006). Pristana diidentifikasi sebagai produk dari klorofil-a melalui proses pencernaan kopepoda (Blumer et al., 1971 in Prartono, 1995). Pristana dan phytana juga ditemukan pada jaringan tumbuhan vascular (Picea glauca) (Meyer et al., 1995 in Prartono, 1995). Namun, pristana juga dapat bersumber dari zooplankton (Blumer et al.,1963 in Medeiros

et al.,2005). Hidrokarbon isoprenoid pristana dan phytana adalah hasil

perubahan fitol pada lapisan sedimen dan yang lainnya merupakan hasil alami isoprenoidil dan bukan unsur utama dari kebanyakan biota teresterial (Peters and Moldowan, 1993).

4.3. Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH)

Senyawa PAH pada sedimen di bagian hulu dan muara tidak terdeteksi. Hal ini diduga karena konsentrasi senyawa PAH pada sedimen yang dianalisis sangat kecil sehingga tidak dapat dideteksi.

PAH merupakan pencampuran kompleks yang terdiri dari dua atau lebih ikatan cincin benzene. Sebanyak 16 susunan individual PAH ditetapkan sebagai bahan pencemar atau polutan utama oleh United States Environmental Protection Agency (USEPA) dalam kaitannya dengan karakteristik PAH yang bersifat toksik, mutagenik dan karsinogenik (Manoli, et al. 2000 in Maioli, 2010) (Tabel 2).

29

Tabel 2. PAH yang menjadi polutan utama menurut EPA 1997 (Wang dan Fingas 2003)

Senyawa Kode Nomor Cincin Ion Target

Biphenyl Bph 2 154 Acynaphtylene Acl 3 152 Acenapthene Ace 3 153 Anthracene An 3 178 Fluoroanthene Fl 4 202 Pyrene Py 4 202

Benz[a]anthracene BaA 4 228

Benzo[b]fluoranthene BbF 5 252

Benzo[k]fluoranthene BkF 5 252

Benzo[e]pyrene BeP 5 252

Benzo[a]pyrene BaP 5 252

Perylene Pe 5 252

Indeno[1,2,3-cd]pyrene IP 6 276

Dibenz[a,h]anthracene DA 5 278

30

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik hidrokarbon di sedimen Muara Sungai Somber memiliki kisaran rantai karbon alifatik nomor karbon C13-33 dengan monomodal di Cmax berturut-turut nC29 dan nC27. Hal ini mengindikasikan masukan komponen allocththonous lebih dominan. Komposisi sumber hidrokarbon ini menunjukkan indikasi campuran biogenik dan petrogenik berdasarkan nilai CPI 1.00-1.22. Indikasi petrogenik juga ditunjukkan oleh keberadaan UCM (unresolved complex mixture-hidrokarbon terdegradasi) pristana, phytana dan hopana. Dalam penelitian ini komponen PAH belum terdeteksi baik di hulu maupun di muara Sungai Somber.

5.2. Saran

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Analisis lebih lanjut mengenai komponen lipid biomarker lainnya pada sedimen perairan muara Sungai Somber.

2. Penambahan titik pengambilan sampel di Teluk Balikpapan dengan karakteristik yang berbeda, seperti pada ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang.

31

DAFTAR PUSTAKA

BPMPPT [Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu]

Pemerintah Kota Balikpapan dan Departemen ITK-IPB. 2011. Laporan Akhir Penelitian Studi Dinamika dan Daya Dukung (Carrying Capacity) Ekosistem Sungai Somber Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur.

Boehm, P.D. 2006. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs). In Morrison RD, Murphy BL (Ed.), Readings in Environmental Forensics. Academic Press. London. Hlm 313–337.

Customer Support Center Shimadzu (Asia Pacific). 2002. Fundamentals of Gas Chromatography –Mass Spectrometry & GCMS-QP2010 Series. Customer Support Center Shimadzu (Asia Pacific) Pte. Ltd. Singapore.

Chester, R. 1990. Marine Geochemistry. Unwik Hyman. London.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit UI Press. Jakarta.

Elias, M.S., Wood, A.K., Hashim, Z., Siong, W.B., Hamzah M.S., Rahman S.A., Salim, N.A.A., dan Talib, A. 2007. Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) Contamination in The Sediments of East Coast Peninsular Malaysia. Malay J Anal Sci 11 (1): 70-75.

Gao, X., Chen, S., Xie, X., Long, A., and Ma, F. 2007. Non-Aromatic

Hydrocarbons in Surface Sediments Near The Pearl River Estuary in The South China Sea. Environ Poll 148 (1): 40 – 47.

Gogou, A.I., Apostolaki, M., and Stephanou, E.G. 1998. Determination of Organic Molecular Markers in Marine Aerosols and Sediments: One-Step Flash Chromatography Compound Class Fractionation and Capillary Gas Chromatographic Analysis. J Chromatogr A 799 (1):215–231.

Itoh, N., Numata, M., Aoyagi, Y., and Yarita, T. 2008. Comparison of Low-Level Polycyclic Aromatic Hydrocarbons in Sediment Revealed by Soxhlet

Extraction, Microwave-Assisted Extraction and Pressurized Liquid Extraction.

Anal Chim Acta 612 (1): 44-52.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh A. Saptorahardjo. UI Press. Jakarta, Indonesia.

Killops, S.D. and Killops, V.J. 1993. An Introduction to Organic Geochemistry. Plenum Press. New York.

32

Maioli, O.L.G., Rodrigues, K.C., Knoppers, B.A., and Azevedo, D.A. 2010. Distribution and Sources of Polycyclic Aromatic Hydrocarbon in Surface Sediment from Two Brazilian Estuarine System. J Braz Chem Soc. 21 (8): 1543-1551.

Maioli, O.L.G., Rodrigues, K.C., Knoppers, B.A., and Azevedo, D.A. 2010. Pollution Source Evaluation Using Petroleum and Aliphatic Hydrocarbons in Surface Sediments from Two Brazilian Estuarine Systems. Org Geochem 41 (9): 966-970.

Maioli, O.L.G., Knoppers, B.A., and Azevedo, D.A. 2010. Sources, Distribution and Variability of Hydrocarbons in Total Atmospheric Suspended Particulates of Two Brazilian Areas Influenced by Sugarcane Burning. J Atmos Chem 64 (2-3): 159-178.

Maioli, O.L.G., Rodrigues, K.C., Knoppers, B.A., and Azevedo, D.A. 2011. Distribution and Sources of Aliphatic and Polycyclic Aromatic Hydrocarbons in Suspended Particulate Matter in Water from Two Brazilian Estuarine Systems. Cont Shelf Res. 31 (10): 1116-1127.

Marsaoli, M. 2004. Kandungan Bahan Organik, n-Alkana, Aromatik dan Total Hidrokarbon dalam Sedimen di Perairan Raha Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Makara Sains 8 (3): 116-122.

Martins, C.C., Bicego, M.C., Rose, N.L., Taniguchi, S., Lourenço, R.A., Figueira, R.C.L., Mahiques, M.M., and Montone, R.C. 2010. Historical record of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) and Spheroidal Carbonaceous Particles (SCPs) in Marine Sediment Cores from Admiralty Bay,King George Island, Antarctica. Environ Poll 158 (1): 192-200.

Martins, C.C., Bicego, M.C., Rose, N.L., Mahiques, M.M., Figueira, R.C.L., Tessler, M.G., and Montone, R.C. 2011. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) in a Large South American Industrial Coastal Area (Santos Estuary, Southeastern Brazil): Sources and Depositional History. Mar Poll Bull 63 (5-12): 452-458.

Mazurek, M.A., Cass, G.R., and Simoneit, B.R.T. 1989. Interpretation of High-Resolution Gas Chromatography and High-High-Resolution Gas

Chromatography/mass Spectrometry Data Acquired from Atmospheric Organic Aerosol Samples. Aeros Sci and Technol 10: 408 – 420.

Medeiros, P.M., Bicego, M.C., Castelao, R.M., Rosso, C. del., Fillmann, G., and Zamboni, A.J. 2005. Natural and Anthropogenic Hydrocarbon Inputs to Sediments of Patos Lagoon Estuary, Brazil. Environ Int 31 (1):77–87. Meyers, P.A. 1997. Organic Geochemical Proxies of Paleoceanographic,

Paleolimnologic and Paleoclimatic Processes. Org Geochem 27 (5-6):213–

33

Mille, G., Guiliano, M., Asia, L., Malleret, L., and Jalaludin, N. 2006. Sources of Hydrocarbon in Sediments of The Bay of Fort de France (Martinique).

Chemosphere 64 (7): 1062-1073.

Mostafa, A.R., Wade, T.L., Sweet, S.T., Al-Alimi, A.K.A., and Barakat, A.O. 2009. Distribution and Characteristics of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) in Sediment of Hadhramout coastal area, Gulf of Aden, Yemen. Mar Syst 78 (1): 1-8.

Mulyawan, I. 2005. Korelasi Kandungan Logam Berat Hg, Pb, Cd, dan Cr pada Air Laut, Sedimen dan Kerang Hijau (Perna viridis) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Neff, J.M. 1979. Polycyclic Aromatic Hydrocarbon in The Aquatic Environment : Sources, Fates and Biological Effects. Applied Science Publishers Ltd. London.

Nugraha, M.A. 2011. Karakteristik Lipid Biomarker pada Sedimen Estuari : Studi Kasus Muara Angke – Teluk Jakarta, Cimandiri – Pelabuhan Ratu dan

Cilintang – Ujung Kulon. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. Orecchio, S., Ciotti, V.P., and Culotta, L. 2009. Polycyclic Aromatic

Hydrocarbons (PAHs) in Coffee Brew Samples: Analytical Method by GC–

MS, Profile, Levels and Sources. Food Chem Toxicol 47 (4): 819-826. Peng, X., Wang, Z., Yu, Y., Tang, C., Lu, H., Xu, S., Chen, F., Mai, B., Chen, S.,

Li, K., and Yang, C. 2008. Temporal Trends of Hydrocarbons in Sediment Cores from The Pearl River Estuary and The Northern South China Sea.

Environ Poll 156 (2): 442-448.

Peters, K.E. and Moldowan, J.M. 1993. The Biomarker Guide: Interpreting Molecular Fossils in Petroleum and Ancient Sediments. Englewood Cliffs, Prentice-Hall, Inc. New Jersey.

Prartono, T. 1995. Organic Geochemistry of Lacustrine Sediment: A Case Study of The Eutrophic Rostherne Mere, Chesire. UK. Disertasi. Department of Earth Sciences. University of Liverpool. Liverpool.

Sanusi, H.S. 2006. Kimia Laut : Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan Lingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

Silva, L.S.V. da., Piovano, E.L., Azevedo, D.A., and Neto, F.R.D.A. 2008. Quantitative Evaluation of Sedimentary Organic Matter from Laguna Mar Chiquita, Argentina. Org Geochem 39 (4): 450 – 464.

34

Silverstein, R.M., Bassler, G.C., and Morrill, T.C. 1991. Spectrometric Identification of Organic Compounds Fifth Edition. John Wiley and Sons, Inc. New York, NY.

Yani, A. 2003. Hubungan Kualitas Air dengan Kegiatan Penduduk di Sungai Somber (Studi Kasus: Penurunan Kualitas Air Sungai Somber Bagian Hilir di Teluk Balikpapan). Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan. Program

Pascasarjana. Universitas Indonesia. Jakarta.

Yuanita, E., Burhan, R.Y.P., and Wahyudi. 2007. Biomarka Hidrokarbon Alifatik Sedimen Laut Arafura Core MD 05-2969. Akta Kimindo 2 (2): 99 – 102. Wang, Z. and Fingas, M.F. 2003. Development of Oil Hydrocarbon

Fingerprinting and Identification Techniques. Mar Poll Bull 47 (9-12): 423 –

452.

35

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat yang digunakan pada analisis hidrokarbon

No. Alat Kegunaan

1

Soxhlet

Mengekstraksi cuplik sedimen dalam pelarut campuran MeOH : DCM. 2 Rotary Evaporator Menguapkan ekstrak sedimen. 3 Kolom Kromatografi Fraksinasi hidrokarbon menjadi fraksi alifatik,

aromatik dan polar.

4

GC-MS Shimadzu QP2010

Identifikasi hidrokarbon alifatik dan polisiklik aromatik hidrokarbon

36

Lampiran 2. Karakteristik hidrokarbon alifatik (n-alkana) pada sedimen di Muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur

No. Senyawa Ion Target (m/z) LH* LM**

1 n-tridekana (nC13) 57 232433 719258 2 n-tetradekana (nC14) 57 342256 1520782 3 n-pentadekana (nC15) 57 326823 1893234 4 n-heksadekana (nC16) 57 317116 2732409 5 n-heptadekana (nC17) 57 285068 2868832 6 n-octadekana (nC18) 57 402605 4570184 7 n-nonadekana (nC19) 57 540614 8609743 8 n-eicosana (nC20) 57 583933 8700259 9 n-heneicosana (nC21) 57 758174 14221897 10 n-docosana (nC22) 57 1035688 14076901 11 n-tricosana (nC23) 57 1368119 18058126 12 n-tetracosana (nC24) 57 1048814 9875807 13 n-pentacosana (nC25) 57 1162831 8925448 14 n-heksacosana (nC26) 57 1593204 25215061 15 n-heptacosana (nC27) 57 1472014 27784870 16 n-octacosana (nC28) 57 1226795 10723181 17 n-nonacosana (nC29) 57 997091 23882753 18 n-triacontana (nC30) 57 284969 18521562 19 n-hentriacontana (nC31) 57 1060906 7105910 20 n-dotriacontana (nC32) 57 727383 2007857 21 n-tritriacontana (nC33) 57 675464 9116858 CPI15-21 1.00 1.22 CPI21-31 1.17 1.14 Cmax nC29 nC27 TARHC 1.63 4.40 *

= luas area di bawah peak kromatogram bagian hulu estuari; ** = luas area di bawah peak kromatogram bagian mulut estuari.

37

Lampiran 3. Beberapa spektra massa (m/z) n-alkana pada sedimen Muara Sungai Somber, Balikpapan, Kalimantan Timur

n-pentadekana (nC15) (ion target = 57; Berat molekul = 210)

100 200 300 400 500 0 50 100 % 57 71 85 99 58 86 155 212

n-heptadekana (nC17) (ion target = 57; Berat molekul = 238)

100 200 300 400 500 0 50 100 % 57 7185 99 69 86 126 169 191 240

n-heptacosana (nC27) (ion target = 57; Berat molekul = 378)

100 200 300 400 500 0 50 100 % 57 71 85 99 69 253 281 323 380400 57 57 57 [M].+ [M].+ [M].+ m/z m/z m/z

KARAKTERISTIK

ALIFATIK DAN POLISIKLIK AROMATIK HIDROKARBON

DI SEDIMEN MUARA SUNGAI SOMBER,

TELUK BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

RIZKI FITRI ANDRIYANA POHAN

SKRIPSI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

31

DAFTAR PUSTAKA

BPMPPT [Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu]

Pemerintah Kota Balikpapan dan Departemen ITK-IPB. 2011. Laporan Akhir Penelitian Studi Dinamika dan Daya Dukung (Carrying Capacity) Ekosistem Sungai Somber Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur.

Boehm, P.D. 2006. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs). In Morrison RD, Murphy BL (Ed.), Readings in Environmental Forensics. Academic Press. London. Hlm 313–337.

Customer Support Center Shimadzu (Asia Pacific). 2002. Fundamentals of Gas Chromatography –Mass Spectrometry & GCMS-QP2010 Series. Customer Support Center Shimadzu (Asia Pacific) Pte. Ltd. Singapore.

Chester, R. 1990. Marine Geochemistry. Unwik Hyman. London.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Penerbit UI Press. Jakarta.

Elias, M.S., Wood, A.K., Hashim, Z., Siong, W.B., Hamzah M.S., Rahman S.A., Salim, N.A.A., dan Talib, A. 2007. Polycyclic Aromatic Hydrocarbon (PAH) Contamination in The Sediments of East Coast Peninsular Malaysia. Malay J Anal Sci 11 (1): 70-75.

Gao, X., Chen, S., Xie, X., Long, A., and Ma, F. 2007. Non-Aromatic

Hydrocarbons in Surface Sediments Near The Pearl River Estuary in The South China Sea. Environ Poll 148 (1): 40 – 47.

Gogou, A.I., Apostolaki, M., and Stephanou, E.G. 1998. Determination of Organic Molecular Markers in Marine Aerosols and Sediments: One-Step Flash Chromatography Compound Class Fractionation and Capillary Gas Chromatographic Analysis. J Chromatogr A 799 (1):215–231.

Itoh, N., Numata, M., Aoyagi, Y., and Yarita, T. 2008. Comparison of Low-Level Polycyclic Aromatic Hydrocarbons in Sediment Revealed by Soxhlet

Extraction, Microwave-Assisted Extraction and Pressurized Liquid Extraction.

Anal Chim Acta 612 (1): 44-52.

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh A. Saptorahardjo. UI Press. Jakarta, Indonesia.

Killops, S.D. and Killops, V.J. 1993. An Introduction to Organic Geochemistry. Plenum Press. New York.

32

Maioli, O.L.G., Rodrigues, K.C., Knoppers, B.A., and Azevedo, D.A. 2010. Distribution and Sources of Polycyclic Aromatic Hydrocarbon in Surface Sediment from Two Brazilian Estuarine System. J Braz Chem Soc. 21 (8): 1543-1551.

Maioli, O.L.G., Rodrigues, K.C., Knoppers, B.A., and Azevedo, D.A. 2010. Pollution Source Evaluation Using Petroleum and Aliphatic Hydrocarbons in Surface Sediments from Two Brazilian Estuarine Systems. Org Geochem 41 (9): 966-970.

Maioli, O.L.G., Knoppers, B.A., and Azevedo, D.A. 2010. Sources, Distribution and Variability of Hydrocarbons in Total Atmospheric Suspended Particulates of Two Brazilian Areas Influenced by Sugarcane Burning. J Atmos Chem 64 (2-3): 159-178.

Maioli, O.L.G., Rodrigues, K.C., Knoppers, B.A., and Azevedo, D.A. 2011. Distribution and Sources of Aliphatic and Polycyclic Aromatic Hydrocarbons in Suspended Particulate Matter in Water from Two Brazilian Estuarine Systems. Cont Shelf Res. 31 (10): 1116-1127.

Marsaoli, M. 2004. Kandungan Bahan Organik, n-Alkana, Aromatik dan Total Hidrokarbon dalam Sedimen di Perairan Raha Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Makara Sains 8 (3): 116-122.

Martins, C.C., Bicego, M.C., Rose, N.L., Taniguchi, S., Lourenço, R.A., Figueira, R.C.L., Mahiques, M.M., and Montone, R.C. 2010. Historical record of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) and Spheroidal Carbonaceous Particles (SCPs) in Marine Sediment Cores from Admiralty Bay,King George Island, Antarctica. Environ Poll 158 (1): 192-200.

Martins, C.C., Bicego, M.C., Rose, N.L., Mahiques, M.M., Figueira, R.C.L., Tessler, M.G., and Montone, R.C. 2011. Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) in a Large South American Industrial Coastal Area (Santos Estuary, Southeastern Brazil): Sources and Depositional History. Mar Poll Bull 63 (5-12): 452-458.

Mazurek, M.A., Cass, G.R., and Simoneit, B.R.T. 1989. Interpretation of High-Resolution Gas Chromatography and High-High-Resolution Gas

Chromatography/mass Spectrometry Data Acquired from Atmospheric Organic Aerosol Samples. Aeros Sci and Technol 10: 408 – 420.

Medeiros, P.M., Bicego, M.C., Castelao, R.M., Rosso, C. del., Fillmann, G., and Zamboni, A.J. 2005. Natural and Anthropogenic Hydrocarbon Inputs to Sediments of Patos Lagoon Estuary, Brazil. Environ Int 31 (1):77–87. Meyers, P.A. 1997. Organic Geochemical Proxies of Paleoceanographic,

Paleolimnologic and Paleoclimatic Processes. Org Geochem 27 (5-6):213–

33

Mille, G., Guiliano, M., Asia, L., Malleret, L., and Jalaludin, N. 2006. Sources of Hydrocarbon in Sediments of The Bay of Fort de France (Martinique).

Chemosphere 64 (7): 1062-1073.

Mostafa, A.R., Wade, T.L., Sweet, S.T., Al-Alimi, A.K.A., and Barakat, A.O. 2009. Distribution and Characteristics of Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) in Sediment of Hadhramout coastal area, Gulf of Aden, Yemen. Mar Syst 78 (1): 1-8.

Mulyawan, I. 2005. Korelasi Kandungan Logam Berat Hg, Pb, Cd, dan Cr pada Air Laut, Sedimen dan Kerang Hijau (Perna viridis) di Perairan Kamal Muara, Teluk Jakarta. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Neff, J.M. 1979. Polycyclic Aromatic Hydrocarbon in The Aquatic Environment : Sources, Fates and Biological Effects. Applied Science Publishers Ltd. London.

Nugraha, M.A. 2011. Karakteristik Lipid Biomarker pada Sedimen Estuari : Studi Kasus Muara Angke – Teluk Jakarta, Cimandiri – Pelabuhan Ratu dan

Cilintang – Ujung Kulon. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor. Orecchio, S., Ciotti, V.P., and Culotta, L. 2009. Polycyclic Aromatic

Hydrocarbons (PAHs) in Coffee Brew Samples: Analytical Method by GC–

MS, Profile, Levels and Sources. Food Chem Toxicol 47 (4): 819-826. Peng, X., Wang, Z., Yu, Y., Tang, C., Lu, H., Xu, S., Chen, F., Mai, B., Chen, S.,

Li, K., and Yang, C. 2008. Temporal Trends of Hydrocarbons in Sediment Cores from The Pearl River Estuary and The Northern South China Sea.

Environ Poll 156 (2): 442-448.

Peters, K.E. and Moldowan, J.M. 1993. The Biomarker Guide: Interpreting Molecular Fossils in Petroleum and Ancient Sediments. Englewood Cliffs, Prentice-Hall, Inc. New Jersey.

Prartono, T. 1995. Organic Geochemistry of Lacustrine Sediment: A Case Study of The Eutrophic Rostherne Mere, Chesire. UK. Disertasi. Department of Earth Sciences. University of Liverpool. Liverpool.

Sanusi, H.S. 2006. Kimia Laut : Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan Lingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor.

Silva, L.S.V. da., Piovano, E.L., Azevedo, D.A., and Neto, F.R.D.A. 2008. Quantitative Evaluation of Sedimentary Organic Matter from Laguna Mar Chiquita, Argentina. Org Geochem 39 (4): 450 – 464.

34

Silverstein, R.M., Bassler, G.C., and Morrill, T.C. 1991. Spectrometric Identification of Organic Compounds Fifth Edition. John Wiley and Sons, Inc. New York, NY.

Yani, A. 2003. Hubungan Kualitas Air dengan Kegiatan Penduduk di Sungai Somber (Studi Kasus: Penurunan Kualitas Air Sungai Somber Bagian Hilir di Teluk Balikpapan). Tesis. Program Studi Ilmu Lingkungan. Program

Pascasarjana. Universitas Indonesia. Jakarta.

Yuanita, E., Burhan, R.Y.P., and Wahyudi. 2007. Biomarka Hidrokarbon Alifatik Sedimen Laut Arafura Core MD 05-2969. Akta Kimindo 2 (2): 99 – 102. Wang, Z. and Fingas, M.F. 2003. Development of Oil Hydrocarbon

Dokumen terkait