ALTERNATIF-ALTERNATIF SKEMA
5.3 Penentuan Skema-Skema
Dengan demikian, ada empat skema yang dapat dihasilkan berdasarkan parameter besar debit dan durasi penggunaan debit, yaitu :
a) Debit penuh durasi penuh b) Debit penuh durasi sebagian c) Debit sebagian durasi penuh, atau d) Debit sebagian durasi sebagian
Selain itu, ada tiga skema yang dapat dihasilkan berdasarkan parameter golongan konsumen, yaitu :
a) Energi listrik yang dihasilkan dijual seluruhnya kepada PLN b) Energi listrik yang dihasilkan dijual seluruhnya kepada masyarakat
c) Energi listrik yang dihasilkan dijual sebagian kepada PLN dan sebagian lagi kepada masyarakat sekitar
Simpulan dari pembahasan di atas adalah bahwa didapatkan tiga parameter skema, yaitu : besar debit, durasi penggunaan debit, dan golongan konsumen. Jumlah skema yang dihasilkan berdasarkan dua parameter awal berjumlah 4, sedangkan berdasarkan parameter terakhir berjumlah 3. Dengan demikian, dapat dihasilkan 4x3=12 skema.
5.4 Penilaian Skema Tahap Pertama
Setelah didapatkan parameter-parameter skema dan alternatif-alternatif skema dari parameter tersebut, untuk menentukan apakah semua skema ini memungkinkan untuk memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan di atas, dilakukan penilaian tahap pertama. Penilaian tahap pertama ini berupa pemeriksaan terhadap semua skema dengan kriteria aspek konservasi dan sosial. Dalam penilaian tahap pertama ini akan ditentukan apakah ada satu kriteria yang dilanggar. Jika sebuah skema melanggar satu kriteria saja, skema tersebut langsung dieliminasi. Kriteria aspek edukasi tidak digunakan karena semua skema sudah pasti tidak melanggar kriteria aspek edukasi manakala dibangun dan dikelola dengan melibatkan parapihak. Kriteria aspek ekonomi juga tidak menjadi dasar penilaian tahap pertama karena membutuhkan perhitungan yang rinci.
Berkaitan dengan besar debit dan durasi penggunaan debit, pilihan debit penuh durasi penuh berarti menutup air terjun pada siang dan malam hari. Tidak ada lagi air terjun yang bisa dinikmati pengunjung karena seluruh debit air digunakan untuk PLTMH. Ini jelas bertentangan dengan kriteria aspek konservasi. Oleh karena itu, skema debit penuh durasi penuh tidak layak dipertimbangkan.
Pilihan debit penuh durasi sebagian tidak menutup air terjun pada siang hari sehingga fungsi Curug sebagai obyek daya tarik wisata tidak hilang. Di samping itu, skema ini mengoptimalkan potensi yang tidak termanfaatkan pada malam hari. Oleh karenanya, kriteria aspek konservasi tidak dilanggar. Skema ini memungkinkan dihasilkannya energi listrik secara optimal sehingga memungkinkan masyarakat mendapatkan keuntungan bagi masyarakat, bisa secara langsung ataupun tidak langsung. Keuntungan langsung bisa berupa listrik murah dari skema ini. Keuntungan tidak langsung bisa berupa adanya dana konservasi untuk Curug Cimahi dari penjualan listrik. Dengan dana konservasi ini kelestarian Curug dapat dipelihara dengan lebih baik. Pengunjung dapat terus berdatangan dan ini menguntungkan masyarakat lokal. Adanya kemungkinan bahwa masyarakat lokal akan mendapatkan keuntungan menunjukkan bahwa kriteria aspek sosial tidak dilanggar. Karena tidak melanggar kedua kriteria, skema ini layak dipertimbangkan.
Pilihan debit sebagian durasi penuh berarti mengurangi sebagian debit pada siang hari saat ada pengunjung. Hal ini tidak sepenuhnya menghilangkan fungsi curug karena masih ada air terjun dari debit yang disisakan. Penggunaan seluruh bagian hari dalam operasi menunjukkan upaya optimalisasi potensi. Dengan demikian, kriteria aspek konservasi tidak dilanggar. Energi listrik yang dihasilkan pada skema dapat bermanfaat bagi masyarakat lokal. Karena tidak melanggar kedua kriteria, skema ini layak dipertimbangkan.
Pilihan debit sebagian durasi sebagian berarti menggunakan debit sebagian pada malam hari saja. Padahal, tidak ada masalah bila seluruh debit digunakan pada malam hari. Skema ini berarti menyia-nyiakan potensi yang ada, bertentangan dengan kriteria aspek konservasi. Dengan demikian, skema debit sebagian durasi sebagian tidak layak dipertimbangkan.
Berkaitan dengan parameter konsumen, sebenarnya tidak ada pilihan yang bertentangan dengan prinsip konservasi, sosial, maupun edukasi karena ketiga skema ini
hanya berkaitan dengan kriteria ekonomi. Namun, ada keterbatasan data mengenai kebutuhan energi masyarakat.
menghasilkan informasi yang cukup baik tentang kebutuhan energi warga RW 6 Desa Kertawangi yang tinggal persis di sekitar curug. Informasi mengenai kebutuhan masyarkat dalam area yang lebih luas tidak diketahui
risiko. Sebab, bila ternyata kebutuhan akan energi listrik jauh lebih kecil daripada listrik yang dihasilkan PLTMH, pasti skema
masyarakat merugikan. Oleh karena itu, meskipun menur
dipertimbangkan, skema penjualan energi listrik seluruhnya ke masyarakat dibahas di sini karena keterbatasan informasi.
Dari penilaian awal ini, dengan parameter debit dihasilkan dua skema, yaitu
1. debit penuh (disimbolkan dengan P)
Untuk selanjutnya skema ini disebut skema PS. 2. debit sebagian (disimbolkan dengan S)
Untuk selanjutnya skema ini disebut skema SP.
Dengan parameter konsumen dihasilkan dua skema, yaitu 1. energi listrik dijual seluruhnya kepada PLN
dan
2. energi listrik dijual sebagian kepada PLN dan sebagian kepada masyarakat sekitar (untuk selanjutnya disebut skema
masyarakat sekitar adalah masyarakat RW 6
Proses perumusan skema di atas di atas dapat diilustrasikan dengan bagan berikut.
hanya berkaitan dengan kriteria ekonomi. Namun, ada keterbatasan data mengenai kebutuhan energi masyarakat. Studi yang dilakukan dengan wawancara hanya menghasilkan informasi yang cukup baik tentang kebutuhan energi warga RW 6 Desa Kertawangi yang tinggal persis di sekitar curug. Informasi mengenai kebutuhan masyarkat dalam area yang lebih luas tidak diketahui dengan baik. Hal ini mengandung risiko. Sebab, bila ternyata kebutuhan akan energi listrik jauh lebih kecil daripada listrik yang dihasilkan PLTMH, pasti skema penjualan energi listrik seluruhnya kepada merugikan. Oleh karena itu, meskipun menurut penilaian awal layak
skema penjualan energi listrik seluruhnya ke masyarakat dibahas di sini karena keterbatasan informasi.
Dari penilaian awal ini, dengan parameter besar debit dan ma, yaitu
(disimbolkan dengan P) durasi sebagian (disimbolkan dengan S). uk selanjutnya skema ini disebut skema PS.
(disimbolkan dengan S) durasi penuh (disimbolkan dengan P). Untuk selanjutnya skema ini disebut skema SP.
Dengan parameter konsumen dihasilkan dua skema, yaitu
energi listrik dijual seluruhnya kepada PLN (untuk selanjutnya disebut skema P)
energi listrik dijual sebagian kepada PLN dan sebagian kepada masyarakat (untuk selanjutnya disebut skema PM). Yang dimaksud dengan masyarakat sekitar adalah masyarakat RW 6 Desa Kertawangi
Proses perumusan skema di atas di atas dapat diilustrasikan dengan bagan hanya berkaitan dengan kriteria ekonomi. Namun, ada keterbatasan data mengenai yang dilakukan dengan wawancara hanya menghasilkan informasi yang cukup baik tentang kebutuhan energi warga RW 6 Desa Kertawangi yang tinggal persis di sekitar curug. Informasi mengenai kebutuhan dengan baik. Hal ini mengandung risiko. Sebab, bila ternyata kebutuhan akan energi listrik jauh lebih kecil daripada listrik penjualan energi listrik seluruhnya kepada ut penilaian awal layak skema penjualan energi listrik seluruhnya ke masyarakat tidak akan
durasi penggunaan
(disimbolkan dengan S).
(disimbolkan dengan P).
(untuk selanjutnya disebut skema P)
energi listrik dijual sebagian kepada PLN dan sebagian kepada masyarakat Yang dimaksud dengan Desa Kertawangi.
Gambar 5.1 Bagan Penilaian Tahap Pertama
5.5 Penilaian Skema Tahap Kedua
Penilaian tahap kedua menggunakan kriteria aspek ekonomi. Asumsi-asumsi yang digunakan dijelaskan di sini tetapi rincian perhitungan disajikan di lampiran.
a. Skema PSP
Skema PSP berarti debit air yang digunakan merupakan debit penuh yang nilainya sama dengan debit desain, yaitu 0.46 m3/s. Penggunaan debit tersebut selama sebagian hari, dan energi listrik yang dihasilkan dijual seluruhnya kepada PLN. Dalam skema ini digunakan asumsi-asumsi berikut.
1. Debit penuh 0.46 m3/s berlangsung selama bulan Februari-Juni. Bulan Januari, Agustus, dan September debit menjadi 90% karena kemarau. Kemudian pada bulan Oktober-Desember debit kembali penuh. Pola seperti ini dibuat dengan mengacu kepada hidrograf harian Sungai Cimahi.
2. PLTMH beroperasi selama 13.5 jam, yaitu pada pukul 17.30 WIB setiap hari hingga 07.00 WIB esok hari.
3. Harga yang diberikan PLN untuk tiap kWh yang dihasilkan PLTMH sebesar 80% BPP Listrik Tegangan Menengah Jawa Barat dan Banten (terlampir), yaitu sebesar Rp682,00.
4. Tidak terjadi penurunan efisiensi sistem dan head sepanjang tahun.
Dengan skema ini diperoleh pendapatan tahunan sebesar Rp459,541,401.04. Dengan biaya tahunan (annual cost) sebesar Rp458,124,255.31 diperoleh Net Income per tahun untuk skema ini adalah sebesar Rp459,541,401.04 - Rp458,124,255.31= Rp1,417,145.73.
Oleh karena Net Income>0, skema PSP memenuhi kriteria ekonomi.
b. Skema SPP
Skema SPP berarti debit air yang digunakan merupakan debit yang nilainya sebagian dari debit desain. Penggunaan debit tersebut selama sepenuh hari, dan energi listrik yang dihasilkan dijual seluruhnya kepada PLN. Dalam skema ini digunakan asumsi berikut.
1. Debit sebagian nilainya 60% debit desain (0.46 m3/s) yaitu 0.28 m3/s. Debit senilai ini berlangsung sepanjang tahun dan tidak berkurang selama musim kemarau.
2. PLTMH beroperasi selama 24 jam.
3. Harga yang diberikan PLN untuk tiap kWh yang dihasilkan PLTMH sebesar 80% BPP Listrik Tegangan Menengah Jawa Barat dan Banten (terlampir), yaitu sebesar Rp682,00.
4. Terjadi penurunan efisiensi sistem menjadi 52% (bila debit penuh 54%) tetapi head tidak berkurang. Penurunan efisiensi ini terjadi karena diasumsikan ada penurunan efisiensi turbin menjadi 70% dan penurunan efisiensi generator menjadi sebesar 87%.
Dengan skema ini diperoleh pendapatan tahunan sebesar Rp491,690,839.42. Dengan biaya tahunan (annual cost) sebesar Rp458,124,255.31 diperoleh Net Income per tahun untuk skema ini adalah sebesar Rp491,690,839.42 - Rp458,124,255.31= Rp33,566,584.11.
Oleh karena Net Income>0, skema SPP memenuhi kriteria ekonomi.
c. Skema PSPM
Skema PSPM berarti debit air yang digunakan merupakan debit penuh yang nilainya sama dengan debit desain, yaitu 0.46 m3/s. Penggunaan debit tersebut selama sebagian hari, dan energi listrik yang dihasilkan dijual sebagian kepada PLN, dan sebagian lainnya dijual kepada masyarakat. Pada skema ini digunakan asumsi sebagai berikut.
1. Nilai debit sama dengan skema PSP, durasi penggunaan debit sama dengan skema SPP, dan harga beli PLN sama dengan kedua skema tersebut.
2. Konsumen masyarakat dibedakan menjadi dua, yaitu rumah tangga dan bisnis. Kebutuhan listrik untuk kedua golongan konsumen tersebut dapat dipennuhi dengan pemasangan batas daya 900 VA golongan tarif R1. Konsumsi listrik rata-rata per hari untuk kedua golongan tersebut diasumsikan mengikuti pola yang ditunjukkan Tabel 5.1 berikut ini.
Golongan Rumah Tangga
Beban Daya (W) Jumlah Durasi/hari Energi (kWh)
rice cooker 300 1 5 1.50 kulkas 100 1 6 0.60 setrika 350 1 4 1.40 lampu 20 6 8 0.96 pemanas air 300 1 6 1.80 pompa air 150 1 3 0.45 TV 20" 110 1 5 0.55
Jumlah Kebutuhan Listrik per hari 7.26
Jumlah Kebutuhan Listrik per bulan 217.80
Golongan Bisnis (warung)
Beban Daya(W) Jumlah Durasi/hari Energi (kWh)
rice cooker 300 1 10 3.00
kulkas 100 1 10 1.00
Lampu hemat energi 20 4 3 0.24
pompa air 150 1 4 0.60
pemanas air 300 1 10 3.00
Jumlah Kebutuhan Listrik per hari 7.84
Jumlah Kebutuhan Listrik per bulan 235.20
Tabel 5.1 Konsumsi Listrik Masyarakat
Untuk mengetahui biaya listrik yang harus dibayar dengan pola pada Tabel 5.1 tersebut, digunakan simulasi rekening di situs PLN7. Hasil yang didapat ditunjukkan Gambar 5.2.
7
Ternyata asumsi ini menghasilkan biaya listrik yang sesuai dengan hasil survey lapangan (seperti dijelaskan di subbab 3.5
bulan yang ditanggung pemilik warung Rp12
Dengan melihat hasil tersebut, diusulkan tarif untuk masyarakat b tetap Rp500,00/kWh tanpa biaya beban
biayanya (Rp500,00/kWh)( 217.8 kWh) = Rp108,900.00. Adapun konsumsi 235.20 kWh maka biayanya Rp117,600.00. Keduanya lebih murah daripada tarif PLN yang
Gambar 5.2 Hasil Simulasi Rekening
Ternyata asumsi ini menghasilkan biaya listrik yang sesuai dengan hasil survey apangan (seperti dijelaskan di subbab 3.5) yang menyebutkan angka biaya listrik per bulan yang ditanggung pemilik warung Rp120.000,00 - Rp150.000,00.
Dengan melihat hasil tersebut, diusulkan tarif untuk masyarakat b
tanpa biaya beban. Dengan tarif ini konsumsi listrik 217.8 kWh /kWh)( 217.8 kWh) = Rp108,900.00. Adapun konsumsi 235.20 Rp117,600.00. Keduanya lebih murah daripada tarif PLN yang Ternyata asumsi ini menghasilkan biaya listrik yang sesuai dengan hasil survey ) yang menyebutkan angka biaya listrik per
Rp150.000,00.
Dengan melihat hasil tersebut, diusulkan tarif untuk masyarakat berupa tarif . Dengan tarif ini konsumsi listrik 217.8 kWh /kWh)( 217.8 kWh) = Rp108,900.00. Adapun konsumsi 235.20 Rp117,600.00. Keduanya lebih murah daripada tarif PLN yang
tertera pada simulasi rekening. Dengan tarif Rp500/kWh tanpa biaya beban, biaya yang ditanggung konsumen selalu lebih murah daripada biaya dengan tarif PLN. Gambar 5.3 memperlihatkan perbandingan antara kedua tarif. Tarif PLN yang digunakan adalah tarif untuk Golongan R1-900 VA sesuai dengan ketentuan dalam Keppres RI No.89 Tahun 2002 (dapat dilihat di lampiran).
Pada skema ini diasumsikan jumlah rumah tangga dan warung yang membeli listrik dari PLTMH sesuai dengan data di Bab III, yaitu 5 rumah dan 30 warung. Ini berarti jumlah energi listrik yang dijual kepada masyarakat sebesar (5x7.26) kWh + (30 x 7.84) kWh = 271.5 kWh per hari atau 99.1 MWh per tahun.
Dengan skema ini diperoleh pendapatan tahunan sebesar Rp441,466,017.04. Dengan biaya tahunan (annual cost) sebesar Rp458,124,255.31 diperoleh Net Income per tahun untuk skema ini adalah sebesar Rp441,466,017.04 - Rp458,124,255.31 =
-Rp16,658,238.27.
Oleh karena Net Income<0, skema PSPM tidak memenuhi kriteria ekonomi.
d. Skema SPPM
Skema SPPM berarti debit air yang digunakan merupakan debit yang nilainya sebagian dari debit desain. Penggunaan debit tersebut selama sepenuh hari, dan energi listrik yang dihasilkan dijual sebagian kepada PLN, dan sebagian lainnya dijual kepada masyarakat.. Pada skema ini digunakan asumsi sebagai berikut.
1. Nilai debit sama dengan skema SPP, yaitu 0.28 m3/s (60% debit desain). 2. Durasi debit sama dengan skema SPP, yaitu 24 jam.
3. Pola konsumsi listrik masyarakat dan tarif PLN dan konsumen dari masyarakat sama dengan skema PSPM.
4. Jumlah energi listrik yang dijual kepada masyarakat sama dengan skema PSPM, yakni 271.5 kWh tiap hari.
Dengan skema ini diperoleh pendapatan tahunan sebesar Rp473,655,094.42. Dengan biaya tahunan (annual cost) sebesar Rp458,124,255.31 diperoleh Net Income per tahun untuk skema ini adalah sebesar Rp473,655,094.42 - Rp458,124,255.31 = Rp15,530,839.11
Dari hasil pengujian didapatkan, skema ini akan tetap ekonomis (net income>0) apabila total energi yang dijual ke masyarakat ≤ 669.7 kWh per hari atau total 244.4 MWh per tahun.
Gambar 5.3 Perbandingan Biaya antara Tarif PLN dengan Tarif Rp500/kWh Dengan demikian, dari penilaian tahap kedua ini didapatkan tiga skema yang memenuhi semua kriteria yang telah ditetapkan, yaitu skema PSP (debit penuh, durasi sebagian, konsumen PLN), skema SPP (debit sebagian, durasi penuh, konsumen PLN), dan skema SPPM (debit sebagian, durasi penuh, konsumen PLN dan masyarakat).
5.6 Penilaian Skema Tahap Ketiga
Penilaian tahap ketiga ini bertujuan menilai skema mana di antara ketiga skema yang telah memenuhi semua kriteria itu yang paling baik untuk diimplementasikan. Pembahasan dilakukan dengan mengacu kepada keempat kriteria yang sudah ditetapkan.
Kriteria Aspek Konservasi
Dilihat dari aspek konservasi, skema yang terbaik adalah yang optimal dalam pelestarian alam sekaligus pemanfaatan potensi alam. Skema SPPM dan skema SPP optimal dalam pemanfaatan potensi alam sebagai sumber energi. Akan tetapi, kedua skema ini kurang optimal dalam aspek pelestarian karena mengurangi debit air curug
Rp0.00 Rp20,000.00 Rp40,000.00 Rp60,000.00 Rp80,000.00 Rp100,000.00 Rp120,000.00 Rp140,000.00 Rp160,000.00 Biaya Konsumsi Listrik (kWh) Tarif PLN Tarif Rp500/kWh
ketika debit itu dibutuhkan sebagai obyek daya tarik wisata. Adapun skema PSP sangat optimal dilihat dari aspek konservasi karena tidak mengurangi kelestarian curug sebagai obyek daya tarik wisata tetapi dapat memanfaatkan potensi energi yang ada dengan optimal (debit penuh). Dengan demikian, skema ini yang terbaik ditinjau dari kriteria aspek konservasi.
Kriteria Aspek Edukasi
Dilihat dari aspek edukasi, skema terbaik adalah yang paling banyak melibatkan parapihak dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pengelolaan obyek ekowisata. Ketiga skema tentu dapat dirancang bagi keterlibatan pemerintah (Perhutani sebagai owner dan PLN sebagai konsumen sekaligus konsultan teknis), perusahaan PLTMH (sebagai pemasok komponen dan pelaksana proyek), dan masyarakat lokal (sebagai operator atau investor). Akan tetapi, skema SPPM memungkinkan keterlibatan masyarakat lokal dalam porsi yang lebih banyak, yaitu sebagai konsumen. Dengan demikian, skema SPPM adalah yang terbaik yang lain ditinjau dari kriteria aspek edukasi.
Kriteria Aspek Sosial
Dilihat dari aspek sosial, skema yang paling baik adalah yang paling banyak nilai manfaatnya bagi kesejahteraan masyarakat lokal. Dengan menyalurkan energi listrik dengan harga yang lebih murah daripada tarif PLN, skema ini memberikan manfaat ekonomi secara langsung. Para pengusaha jamur tiram, misalnya, dapat menurunkan biaya listrik untuk kebutuhan rumah tangganya sehingga ada tambahan dana untuk mendukung pengolahan jamur.
Di samping itu, skema ini juga memungkinkan tumbuhnya lembaga keuangan masyarakat Baitul Mal wa Tamwil (BMT) yang dulu pernah ada. Bila BMT dapat beraktivitas lagi, arus kas penduduk desa dapat dikelola dengan lebih baik. Pengelolaan PLTMH juga dapat dilakukan oleh LMDH.
Skema SPPM memiliki nilai manfaat yang paling besar bagi kesejahteraan masyarakat dibandingkan dengan kedua skema lainnya. Jadi, skema ini yang terbaik ditinjau dari kriteria aspek sosial.
Kriteria Aspek Ekonomi
Dilihat dari aspek ekonomi, skema terbaik adalah skema yang menghasilkan keuntungan (profit) sebesar-besarnya bagi pemilik usaha. Dengan kriteria net income dapat diketahui bahwa skema SPP menghasilkan net income yang paling besar dibandingkan kedua skema yang lain. Karena itu, skema ini yang terbaik ditinjau dari aspek ekonomi.
Penentuan Skema Terbaik
Bila dilihat grafik pada Gambar 5.5, nampak bahwa jumlah pengunjung pada bulan Oktober 2008 mengalami lonjakan yang sangat drastis, mencapai hampir tiga kali lipat jumlah pengunjung rata-rata tiap bulan. Hal ini sangat mungkin terjadi karena pada bulan tersebut ada liburan Hari Raya Idul Fitri. Bila lonjakan saat Idul Fitri ini merupakan kecenderungan yang berulang tiap tahun, maka kecenderungan ini tentunya harus dipertahankan.
Lonjakan yang tidak terlalu besar terjadi juga pada bulan Desember 2008. Penyebabnya kemungkinan besar adalah adanya Libur Hari Natal dan Tahun Baru. Pada bulan September 2008 terjadi penurunan jumlah pengunjung hingga lebih dari 40% rata-rata. Penyebabnya kemungkinan besar adalah saat itu bulan puasa sehingga kebanyakan orang yang sedang puasa enggan berekreasi ke Curug Cimahi.
Gambar 5.4. Grafik Jumlah Pengunjung Curug Cimahi (dari Tabel 3.3)
Jumlah seluruh pengunjung pada tahun 2008 sebanyak 29,956 orang. Artinya, rata-rata ada 2,496 orang yang berkunjung ke Curug Cimahi tiap bulan. Tiket untuk tiap pengunjung Curug Cimahi harganya Rp3.000,00. Nilai pendapatan Perhutani dari penjualan tiket dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tahun Bulan Jumlah Pengunjung (orang) Pendapatan (Rp) 2008 Januari 2,362 Rp7,086,000.00 Februari 1,454 Rp4,362,000.00 Maret 1,781 Rp5,343,000.00 April 1,478 Rp4,434,000.00 Mei 2,125 Rp6,375,000.00 Juni 2,269 Rp6,807,000.00 Juli 2,480 Rp7,440,000.00 Agustus 2,600 Rp7,800,000.00 September 1,059 Rp3,177,000.00 Oktober 7,223 Rp21,669,000.00 November 1,762 Rp5,286,000.00 Desember 3,363 Rp10,089,000.00 Jumlah 29,956 Rp89,868,000.00
Rata-Rata per Bulan 2,496 Rp7,489,000.00
2009 Januari 2,732 Rp8,196,000.00 Februari 1,465 Rp4,395,000.00 Maret 3,005 Rp9,015,000.00 April 2,346 Rp7,038,000.00 Jumlah 9,548 Rp28,644,000.00
Rata-Rata per Bulan 2,387 Rp7,161,000.00 Tabel 5.2 Pendapatan Perhutani dari Penjualan Tiket
Apabila PLTMH dioperasikan pada siang hari, dengan skema SPP atau SPPM, pengunjung dapat mengamati secara langsung operasi PLTMH. Obyek wisata curug dengan pembangkit listrik tenaga air di dalamnya adalah sesuatu yang unik. Sampai hari ini belum pernah ditemukan yang seperti itu di Jawa Barat, bahkan mungkin di Indonesia. Model curug dengan PLTMH ini bisa jadi akan menarik lebih banyak pengunjung bila pengunjung dapat menyaksikan langsung PLTMH yang sedang beroperasi. Powerhouse yang dilengkapi dengan alat peraga dan instruktur yang memberikan penjelasan tentang operasi PLTMH bisa jadi menjadi obyek wisata baru yang menarik. Apalagi bila di lokasi disediakan komputer yang di dalamnya terdapat animasi proses pembangkitan listrik dengan PLTMH, yang dengan itu pengunjung mendapatkan pelajaran teori yang merangsang imajinasi sekaligus visualisasi yang membentuk pengalaman. Tentu hal yang menarik ini berpeluang mendatangkan pengunjung lebih banyak.
Diasumsikan, kenaikan rata-rata pengunjung dapat mencapai 3% per tahun dengan adanya skema ini. Maka, penghasilan tambahan yang diperoleh Perhutani dapat mencapai 5% x Rp89,868,000.00 = Rp4,493, 400.00.
Dengan demikian, skema SPP menghasilkan total income sebesar Rp33,566,584.11+Rp4,493,400.00= Rp38,059,984.11. Tambahan income terjadi juga bila skema SPPM yang digunakan. Total income skema SPPM akan menjadi Rp15,530,839.11+ Rp4,493,400.00=Rp 20,024,239.11. Adapun skema PSP tidak dapat diasumsikan menarik lebih banyak pengunjung karena dengan skema ini PLTMH tidak beroperasi pada siang hari.
Berdasarkan pembahasan di atas, perbandingan semua alternatif skema dapat diilustrasikan dalam Tabel 5.3 berikut.
Skema Kriteria
Konservasi Edukasi Sosial Ekonomi
PSP +++ + + +
SPP + + + +++
SPPM + +++ +++ ++
Tabel 5.5 Perbandingan Alternatif Skema
Dapat disimpulkan bahwa skema SPPM memiliki keunggulan yang lebih banyak daripada kedua skema lainnya sehingga skema ini merupakan skema yang paling optimal bagi pengembangan potensi energi dan potensi wisata Curug Cimahi.