• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Tajuk Kepengarangan a. Pengertian Tajuk Kepengarangan

TINJAUAN LITERATUR A. Pengertian Pengolahan Bahan Pustaka

C. Penentuan Bentuk Tajuk Pengarang

1. Penentuan Tajuk Kepengarangan a. Pengertian Tajuk Kepengarangan

Dalam deskripsi katalog, dikenal adanya istilah tajuk entri utama dan tajuk entri tambahan. Tajuk menurut istilah perpustakaan memiliki arti sebagai induk karangan (yang bertanggung jawab terhadap suatu karangan) yang bisa terdiri dari nama pengarang perseorangan, nama lembaga, atau nama pertemuan, seperti : seminar, lokakarya, simposium dan sejenisnya. Tentunya kita berusaha ingin mengetahui siapa yang bertanggung jawab terhadap isi buku yang kita baca itu, dapat juga kita memberikan pujian, penghargaan, kritikan atau kecaman18.

Orang yang bertanggung jawab terhadap suatu karangan/intelektual dan atau artistik dari buku. Itulah yang disebut pengarang. Jadi dalam pengertiannya pengarang meliputi ilustrator, penyadur, penafsir dan penyair atau penulis syair,

17

Drs.Muh. Kailani Eryono, Pengolahan Bahan Pustaka (Jakarta: Universitas Terbuka, 1999), h.3

18

Dadan Darusman, “Permasalahan Katalogisasi Deskriptif Kitab Kuning pada

Perpustakaan di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2005), h.26

penulis buku fiksi maupun buku non fiksi, kemudian, orang yang terlibat dalam penulisan buku tetapi dia bukan termasuk pengarang adalah penterjemah, editor (penyunting), penulis kata pendahuluan, pengumpul karangan dan pemberi kata sambutan19.

Keberadaan pengarang dalam sebuah literatur dan penelusuran informasi sangat penting. Peran dan fungsi pengarang sangat mempengaruhi dalam penyusunan katalog. Adapun fungsi pengarang sebagai berikut :

1) Orang yang bertanggung jawab terhadap karya tulisan, isi intelektual atau artikel,

2) Untuk menyusun tajuk yang sama dari karya-karya seseorang pengarang. 3) Mengetahui karya apa saja dari seseorang pengarang yang ada di

perpustakaan.

4) Bisa dibuat tajuk entri utama maupun entri tambahan nama pengarang. 5) Bisa dibuat referens.20

b. Berbagai jenis Kepengarangan

Yang dimaksud dengan tajuk (heading) adalah kata-kata pertama yang terdapat dalam entri katalog sebagai dasar penyusunan katalog. Untuk menentukan tajuk nama orang, bahan pustaka kita tinjau menurut kepengarangannya (authorship). Analisa ini menghasilkan bermacam-macam karya pengarang yaitu : karya pengarang tunggal, karya pengarang ganda, karya editor, karya anonim, karya kumpulan, dan karya campuran21.

c. Cara Menetukan Tajuk Nama Pengarang

Cara menentukan tajuk nama pengarang ini merupakan peraturan-peraturan untuk menentukan tajuk, dimana deskripsi bibliografis di masukkan ke dalam suatu katalog atau daftar lain. Adapun cara menentukan tajuk untuk nama pengarang sebagaimana dikatakan M Kailani Eryono berikut ini22 :

19

Drs.Muh. Kailani Eryono, Pengolahan Bahan Pustaka, h.32

20

Darusman, Permasalahan Katalogisasi Deskriptif, h.27

21

Drs.Muh. Kailani Eryono, Pengolahan Bahan Pustaka.h.32-33

22

1) Untuk buku yang mempunyai pengarang tunggal tajuk kepengarangannya ditentukan pada pengarang tersebut.

2) Buku yang mempunyai pengarang ganda tidak lebih dari tiga tajuk ditentukan pada nama pengarang yang disebut pertama, kecuali ada pengarang utama yang lebih berhak atas kepengarangan buku tersebut. Dimana pun pengarang utama lebih berhak untuk ditempatkan sebagai tajuk entri utama.

3) Buku yang berpengarang ganda lebih dari tiga tajuk entri utama pada judul dengan tajuk entri tambahan nama pengarang sebanyak tiga. 4) Buku yang mempunyai karya editor (penyunting) tajuk ditentukan

pada judul karya jika nama pengarang disebut. Jika nama pengarang disebut, tajuk ditentukan pada nama pengarang atau judul sesuai ketentuan yang tercantum pada 1, 2, dan 3. yang disebut terakhir menjadi karya campuran.

5) Buku dengan karya anonim tajuk ditentukan pada judul, kecuali jika nama anonim lebih dikenal dalam karya-karyanya.

6) Buku dengan karya kumpulan,tajuk ditentukan pada judul jika ada judul kolektif.

7) Pada karya campuran ada dua macam pengarang yaitu, nama pengarang disebut, dan nama pengarang yang tidak disebut. Untuk pengarang yang disebut tajuk disebutkan sesuai ketentuan pada 1, 2, dan 3, sedangkan untuk pengarang yang tidak disebut namanya tajuknya ditentukan pada judul.

d. Pedoman Penentuan

Kata utama dalam katalogisasi deskriptif sangat penting, maka dari itu kata utama menentukan dalam jajaran abjad dan sarana pertama bagi pemakai perpustakaan dalam penelusuran informasi melalui nama pengarang. Seandainya tidak ada peraturan atau pedoman untuk menentukan kata utama, tentu akan menyulitkan bagi para pemakai perpustakaan dalam menelusur informasi, maupun dalam pekerjaan katalogisasi23.

Untuk penentuan kata utama diperlukan peraturan-peraturan khusus bagi bangsa yang berbeda unsur dan pola namanya. Untuk nama-nama Arab diperlukan peraturan tersendiri, karena nama Arab mempunyai unsur dan pola yang berbeda dengan nama bangsa lain.

Di antara peraturan-peraturan kata utama yang telah ada untuk nama arab ialah:

a. American Library Association Cataloging Rules for Author and Title Entries, Chicago: ALA, 1949 (selanjutnya disebut ALA)

b. Mahmud Sheniti. ”Treatment of Arabic Names” yang dikemukakan pada International Conference on Cataloging Principles. Paris 1961 (working paper no.19)(selajutnya disebut Sheniti)

c. Library Association Cataloging Rules: Author and Title Entries. London: LA, 1967. (selanjutnya disebut LA)

d. Anglo American Cataloging Rules: North American Text. Chicago:ALA, 1967 (selanjutnya disebut AACR)

23

e. M. Kailani Eryono. Masalah Penentuan Kata Utana Nama Arab Pada Perpustakaan di Indonesia. Jakarta: JIP-FSUI, 1978. (selanjutnya disebut Kailani)24

Agar lebih jelas peraturan-peraturan tersebut, maka akan diuraikan sebagai berikut:

a) . Menurut ALA

Dalam peraturan ALA dibedakan nama arab sebelum dan sesudah tahun 1900 Masehi. Nama sebelum tahun 1900 Masehi, kata utama ditetapkan pada ism (nama diri), hal ini disebutkan dalam pasal 64 sebagaimana dikatakan Zulfikar Zen25 berikut ini:

Enter Arabic, Persian, and Turkish writers up to about the year 1900, living in Mohammedan countries and writing only, or predominantly in their native tongues, under the given name componded with the patronimic (the latter preceded by the word ”ibn” i. e. ”brotherof”)as well as with the surname and nick name, usually derived from place of birth or residence(nisbah), accupation, physical peculiarities, etc.

( Bagi penulis Arab, Parsi, dan Turki sampai kira-kira tahun 1900, yang hidup di negara-negara Islam dan menulis sebagian besar dalam bahasa asli mereka, kata utama ditentukan pada nama kecil (nama diri) digabung dengan nama keturunan (yang terakhir didahului dengan kata ”ibn” ,yaitu ”anak dari”:dalam hal tertentu ”akhu”, yaitu ”saudara kandung dari”), semuanya itu ditambah dengan nama keluarga nama julukan yang biasanya berasal dari tempat kelahiran atau tempat tinggal seseorang (nisbah), pekerjaan, kelainan fisik (jasmani), dan lain sebagainya.

Acuan dibuat dari bagian nama yang tidak dijadikan kata utama. b). Menurut Sheniti

Mahmud Sheniti dalam kertas kerjanya pada Konferensi Internasional tentang prinsip-prinsip katalogisasi di Paris tahun 1961, mengemukakan bahwa

24

Darusman, Permasalahan Katalogisasi Deskriptif, h.59

25

Zulfikar Zen,”Penyusunan Daftar Nama Pengarang Arab untuk Perpustakaan di Indonesia” (Skripsi S1 Jurusan Ilmu Perpustakaan, Universitas Indonesia, 1982), h.25-26.

untuk nama pengarang Arab kuno kata utamanya harus pada bagian nama yang paling dikenal. Hal ini sebagaimana dikatakan Zulfikar Zen26 sebagai berikut:

Old Arabic authors should be entered under the best known part of the name, known as shuhra. This is frequently a nisba. It may be ascertained from arabic works of reference and from standard histories of arabic literature.

( Bagi pengarang Arab kuno kata utama ditentukan pada bagian nama yang paling dikenal, yang disebut Shuhra. Seringkali nama ini adalah suatu Nisba. Hal ini dapat diketahui dari buku referens Arab dan dari buku standar sejarah kesusastraan Arab).

Untuk nama-nama Arab modern, kata utama ditentukan pada bagian akhir nama itu, hal ini dikatakannya sebagai berikut:

Modern Arabic names ....the structure of names varies in different Arabic speaking countries. Often the traditional stucture of the Arabic name is abandoned, and names consist of a personal name followed by one or two others elements, the first of which usually the father’s name, while the second may be the name of the grandfather or may be a nisba...Entry element...last part of the name.

(Nama-nama Arab modern...pola nama di negara-negara yang berbahasa Arab berbeda-beda. Seringkali pola nama arab tradisional ditinggalkan dan nama-nama itu hanya terdiri dari nama diri diikuti satu atau dua unsur lain, yang pertama biasanya nama ayah dan yang kedua mungkin nama kakek, ataau mungkin juga nisba... kata utama... ditentukan pada bagian akhir dari nama itu).

Pengecualian dibuatkan bilamana pengarang tersebut diketahui lebih dikenal pada bentuk nama lain. Dikatakannya sebagai berikut:

Exceptions. The Shuhra or the best known name should be taken as entry element when it exist.

Pengecualian. Shuhra atau nama yang paling dikenal harus dijadikan kata utama.

c). Menurut LA27

Dalam pasal 52 LA dikatakan:

Arabic and other writers living in Mohammedan countries and following mohammedan practice, are to be entered under the personal name, followed by the names expressing relationship ( coumpounded with abu, ibn, etc.) and by any special names or from some circumstance connected with his life and character....references are to be made from each of the various names.

26

Zen, Penyusunan daftar Nama Pengarang, h. 28-29.

27

M. Kailani Eryono, “Masalah Penetuan Kata Utama Arab Pada Perpustakaan di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Indonesia, 1978), h. 35.

Bagi penulis arab dan penulis lainnya yang hidup di negara-negara Islam dan menjalankan ajaran Islam kata utama ditentukan pada nama diri, diikuti nama-nama yang menunjukkan hubungan kekeluargaan ( digabungkan dengan kata abu, ibn, dan lain sebagainya) dan dengan berbagai nama khusus, atau dalam hal-hal tertentu dihubungkan dengan kehidupan dan wataknya... Acuan dibuatkan dari tiap-tiap unsur nama itu.

Dengan demikian kata utama nama Arab ditetapkan pada nama diri (ism). Sedangkan acuan dibuatkan dari bagian nama yang tidak dijadikan kata utama. d). Menurut AACR

Dalam AACR disebutkan bahwa kata utama nama Arab ditentukan pada nama yang paling dikenal, untuk mengetahuinya digunakan beberapa sumber referens. Dalam hal yang meragukan kata utama ditentukan pada bagian akhir nama tersebut. Acuan dibuat dari bagian nama lain jika diperkirakan pada bagian itu orang akan mencarinya. Hal ini terdapat dalam pasal 54A sebagaimana dikatakan Zulfikar Zen28 :

Enter under the element or combination of elements of the name by which the person is the best known as determined from refence sources. In case of doubt enter under the last element. The definite article is always lower cased, event if it is the first word of the name not used as entry element when reason to believe the person may be looked for under that part. Tetapkan kata utama pada satu unsur atau gabungan beberapa unsur nama seseorang yang paling dikenal berdasarkan berbagai sumber referens. Dalam hal yang meragukan tetapkan pada bagian nama yang akhir. Kata sandang selalu ditulis dengan huruf kecil walaupun kata sandang itu merupakan kata pertama dalam kata utama. Acuan dibuatkan dari bagian nama yang tidak dijadikan kata utama, jika ada dugaan yang kuat bahwa orang akan mencarinya pada bagian tersebut.

Dalam AACR edisi kedua (1978) peraturan ini terdapat pada pasal 22.22B. pada prinsipnya cara penetuan kata utama Arab dalam edisi kedua ini tidak terdapat perubahan, hanya saja jika dalam sumber-sumber referens tidak diketahui nama yang terkenal itu, maka kata utama ditentukan pada unsur nama yang pertama.

Untuk mengetahui unsur nama yang lebih dikenal AACR menunjukkan beberapa sumber referens, antara lain :

28

(a). Brockelman, Carl. Geschichte der Arabischen Literatur. Leiden : Brill, 1937-1942 dan 1943-1949.

(b). The Encyclopedia of Islam Leyden : Bill, 1913-1934 dan New ed. Leiden: Brill. 1960 serta suplemen Leiden : Brill, 1938.

(c). Caetani, Leone. Onomasticon Arabicum. Roma Casa editrice Italiana, 1915.

(d). Dan lain-lain. e). Menurut M. Kailani Eryono29

Berdasarkan kajian terhadap unsur, pola, dan peraturan penentuan kata utama nama Arab yang pernah ada baik sebelum AACR maupun AACR sendiri, serta didasarkan pada kenyataan yang dialami oleh beberapa perpustakaan di Indonesia, maka M. Kailani Eryono berpendapat sebagai berikut :

Mengingat bahwa AACR adalah suatu peraturan katalogisasi yang bersifat Internasional , maka pedoman mengenai cara penentuan kata utama nama Arab untuk perpustakaan di Indonesia dapat disusun berdasarkan AACR pasal 54 tersebut dengan suatu modifikasi. Modifikasi ini diperlukan, mengingat bahwa hanya dengan menggunakan prinsip penentuan pada bagian nama yang lebih dikenal semata-mata, sulit untuk dilaksanakan, karena sulitnya mengenali bagian nama yang lebih dikenal dan masih langkanya sumber-sumber referens mengenai nama-nama Arab di Indonesia.

Cara penentuan kata utama nama Arab yang diusulkan Kailani adalah sebagai berikut :

(a) Pada prinsipnya penetuan kata utama nama Arab adalah pada bagian nama yang lebih dikenal, sesuai dengan prinsip AACR. Bila tidak diketahui bagian mana yang lebih dikenal tersebut.

(b) Nama yang menggunakan Laqab. Kata utama ditetapkan pada laqab tersebut. Laqab itu dapat berupa nama keluarga, gelar profesi, nama samaran, dan lain sebagainya.

29

(c) Nama yang menggunakan nisbah tanpa laqab. Kata utama ditetapkan pada nisbah tersebut. Kecuali jika diketahui bagian lain yang lebih dikenal.

(d) Nama yang menggunakan nasab, tanpa nisbah dan laqab. Kata utama ditetapkan pada ism (nama diri) kecuali bila diketahui bagian lain yang lebih dikenal.

(e) Nama yang tidak menggunakan nasab, nisbah, maupun laab. Kta utama ditetapkan pada nama yang terakhir. Acuan dibuat dari bagian nama yang tidak dijadikan kata utama apabila perlu.

Dari lima pedoman peraturan kata utama yang dibicarakan dapat diambil beberapa kesimpulan, terutama kelemahan masing-masing pedoman serta kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi pengkatalog dalam menerapkan pedoman tersebut, antara lain ialah sebagai berikut :

(1) Penentuan kata utama pada ism (nama diri), sebagaimana terdapat pada ALA dan LA mempunyai beberapa kelemahan dan kesulitan dalam praktek ialah30:

(a). Terdapatnya bentuk unsur yang banyak dipakai sebagai nama diri, akan menyulitkan penjajaran dan penelusuran kata yang banyak digunakan ialah ”Muhammad”, ”Ahmad”, ”Abd”.

(b). Banyak memuat acuan dari bagian nama yang tidak dijadikan kata utama, akan memperbanyak pekerjaan pengkatalog.

30

(c). Pengecualian yang dibuat ALA sangat relatif sifatnya. Perbedaan pandangan akan terdapat di antara pustakawan dalam menetapkan bagian yang lebih dikenal pada nama pengarang.

(d). Penentuan kata utama pada ism bagi pengkatalog memudahkan pekerjaan, namun hasilnya tidak logis, sebab orang akan melakukan penelusuran nama pengarang pertama kali tentu unsur nama yamg paling dikenalnya.

(2). Penentuan kata utama nama Arab pada unsur nama yang lebih dikenal. Hal ini terdapat pada peraturan Sheniti, AACR, dan Kailani. Penentuan sangat logis karena seorang pemakai atau penelusur di perpustakaaan pertama-tama ia akan mencari nama pengarang pada unsur nama yang paling mudah diingat dan dikenalnya. Namun demikian terdapat beberapa kelemahan dan kesulitan, diantaranya sebagai berikut31:

(a). Kemungkinan terdapat perbedaan dari beberapa sumber referens dalam menetapkan bagian nama seseorang yang lebih dikenal. (b). kemungkinan belum ada nama-nama pengarang tersebut dalam

beberapa sumber referens yang ditunjukan. Biasanya buku-buku referens yang standar terbit dalam jangka waktu agak lama dan tertentu.

(c). Khusus untuk perpustakaan-perpustakaan di Indonesia, kecuali The Encyclopedia of Islam sumber-sumber referens nama arab tersebut masih langka.

31

(3). Penentuan kata utama nama arab pada bagian nama akhir. Hal ini digunakan untuk nama-nama arab modern. Peraturan ini seperti yang terdapat dalam ALA, Sheniti, AACR, Kailani. Peraturan ini juga sesuai dengan pola nama modern yang sudah disederhanakan seperti halnya nama barat. Kelemahan dan kesulitannya ialah32:

(a). Sulitnya bagi pengkatalog untuk mengetahui batasan tahun kelahiran seorang pengarang arab, yaitu sebelum dan sesudah tahun 1900 (menurut ALA). Kesulitan ini terutama bagi pengkatalog Indonesia.

(4). Penentuan kata utama nama Arab ditetapkan pada bagian nama yang lebih dikenal, yang dibantu dengan berbagai sumber referens. Tetapi bila tidak diketahui bagian nama yang paling dikenal tersebut akan menimbulkan keraguan dalam menetapkannya, menurut AACR edisi pertama ditetapkan pada bagian akhir nama tersebut. Sedangkan menurut AACR edisi kedua ditetapkan pada nama pertama. Peraturan ini tentu sangat membantu untuk mengambil keputusan pengkatalog, namun demikian sebagaimana telah dijelaskan bahwa dari unsur dan pola nama arab terdapat ciri khas tertentu bagian mana yang paling banyak dikenal33.

Berdasarkan kajian dari unsur dan pola nama arab tersebut Kailani membuat suatu ketentuan untuk mengatasi kesulitan jika tidak diketahui unsur nama yang lebih dikenal. Peraturan kailani tersebut disamping

32

Eryono, Masalah Penentuan Kata Utama Nama Arab, h.32.

33

menutupi kelemahan akan lengkapnya sumber referens, namun juga menuju keseragaman katalogisasi34.

Kelemahan dan kesulitan dalam mempraktekan peraturan Kailani ialah: (a) Untuk mengetahui unsur-unsur nama yang membentuk nama pengarang

Arab, diperlukan pengetahuan lain, terutama bahasa Arab. Ada kemungkinan di Indonesia tenaga pengkatalog dengan pengetahuan bahasa Arab yang mendalam masih terbatas.

(b)Pekerjaan katalogisasi yang memerlukan pengkajian terlebih dahulu terhadap unsur-unsur nama pengarang tersebut akan banyak menghabiskan waktu dan tenaga.

Dokumen terkait