• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang pemerintahan, banyak permasalahan dan urusan yang harus diselesaikan berkaitan dengan semakin berkembang pesatnya pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.Pembangunan ini meliputi segala bidang aspek kehidupan, yang di mana pada hakekatnya menciptakan suatu masyarakat yang adil dan makmur bagi bangsa Indonesia, yang diwujudkan melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi melalui upaya nyata dalam bentuk perbaikan pendapatan dan peningkatan daya beli masyarakat.

Pembangunan Nasional mempunyai tujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur melalui peningkatan taraf hidup masyarakat, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat yaitu sesuai dengan asas keadilan sosial. Pemerintah daerah sebagai fasilitator pembangunan di daerah sudah selayaknya berusaha menghimpun dana dari masyarakat melalui pajak dan retribusi dengan cara yang bijaksana sehingga tidak menjadi beban bagi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan, khususnya pembangunan di daerah.

Retribusi merupakan salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi pemerintah daerah berdasarkan Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Salah satu cara untuk meningkatkan PAD adalah dengan meningkatkan pendapatan dari retribusi yang dalam hal ini adalah semua retribusi yang dapat dipungut dari pasar, yaitu retribusi pasar. Dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka pasar tidak hanya sebagai unit pelayanan kepada masyarakat, tetapi pasar sudah merupakan unit usaha bagi pemerintah daerah sehingga diharapkan dapat menghasilkan laba retribusi.

Dalam Undang – Undang No 32 Tahun 2004 pada dasarnya pemerintah daerah di Indonesia, memperoleh 5 sumber pendapatan atau keuangan yang dimungkinkan oleh perundang-undangan, yaitu:

1. Sumber pendapatan Asli Daerah, yang diperoleh dari berbagai sumber perpajakan daerah dan juga pungutan dari retribusi

2. Penerimaan dari opsen atau bagi hasil pajak

3. Sumber penerimaan daerah yang berupa subsidi dari pemerintah pusat

4. Sumber penerimaan dari perusahaan daerah 5. Sumber pinjaman dari pinjaman daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan sumber penerimaan daerah yang berasal dari beberapa hasil penerimaan daerah dan salah satunya diperoleh dari penerimaan retribusi daerah.Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar didapatkan dari sektor pajak daerah dan retribusi daerah.

pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah terhadap orang atau badan berdasarkan peraturan perundangan-undangan yang berlaku guna pembiayaan rumah tangga daerahnya

Salah satu masalah yang dihadapi oleh sebagian daerah Kabupaten/Kota di Indonesia saat ini adalah terletak pada upaya peningkatan PendapatanAsli Daerah (PAD). Kenyataan yang ada dapat dilihat dari rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) di sejumlah daerah pada masa lalu, akhirnya mengkondisikan daerah untuk tidak berdaya dan selalu bergantung pada bantuan pembiayaan atau subsidi dana dari Pemerintah Pusat .Selain masalah persoalan kewenangan yang terbatas dalam memobilisasi sumber dana pajak dan retribusi, juga terdapat masalah yang bersifat teknis yuridis dalam hal pemungutan pajak dan retibusi daerah.

Dari penerimaan sektor retribusi daerah diharapkan dapat mendukung sumber pembiayaan daerah dalam menyelenggarakan pembangunan daerah, sehingga akan meningkatkan dan memeratakan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat di daerahnya. Upaya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dilakukan salah satunya dengan meningkatkan efisiensi sumber daya dan sarana yang terbatas serta meningkatkan efektifitas pemungutan yaitu dengan mengoptimalkan potensi yang ada, serta terus diupayakan menggali sumber-sumber pendapatan baru yang potensinya memungkinkan, sehingga dapat dipungut pajak atau retribusinya sesuai dengan ketentuan yang ada.

Perubahan status pengelolaan pasar dari Dinas Pasar menjadi Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya, merupakan salah satu bentuk upaya untuk mengoptimalkan kinerja perpasaran. Penentuan target pasar sangat bergantung terhadap realisasi pertahun yang dapat tercapai. Namun target yang ditentukan oleh Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar belum sepenuhnya tercapai. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1.1 Realisasi Pendapatan, Biaya Operasional dan Surplus- Defisit Dinas Pasar dibanding PD. Pasar Horas Jaya

Pematangsiantar

Kegiatan Dinas Pasar (Rp Milyar) PD Pasar (Rp Milyar) 2012 2013 2014 2015 2015 2016 PAD / Pendapatan PD 1,3 1,3 1,6 2,2 2,5 4,5 Biaya Operasional 4,6 4,8 5,2 6,9 6,5 6,6 Surplus-Defisit (3,3) (3,5) (3,6) (4,7) (4,0) (2,1) Sumber : PD. Pasar Horas Jaya Pematangsiantar 2015

Dari tabel di atas tampak bahwa dari Dinas Pasar hingga berubah menjadi PD Pasar mengalami sedikit penaikan pendapatan dari tahun ke tahun. Akan tetapi biaya operasional jauh lebih besar nilainya dan

cenderung naik setiap tahunnya. Hal inilah yang menyebabkan defisit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir.

Apabila pemungutan retribusi pasar dapat terpenuhi, maka sumber pendapatan dapat digunakan oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan pada akhirnya dapat untuk meningkatkan kemakmuran masyarakat Pematangsiantar.Dari berbagai macam retribusi yang dipungut oleh Pemerintah Kota Pematangsiantar, retribusi pasar salah satu retribusi yang potensial, karena mampu memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penerimaan daerah dibandingkan. Dengan meningkatnya kehidupan perekonomian Kota Pematangsiantar, maka akan memberikan pengaruh pada tingkat konsumsi masyarakat Pematangsiantar. Perkembangan kehidupan perekonomian yang akan mempengaruhi tingkat konsumsi masyarakat harus didukung adanya fasilitas bagi masyarakat untuk mengadakan kegiatan ekonomi.

Dengan adanya pasar, maka akan tercipta siklus perputaran uang bagi peningkatan kehidupan perekonomian masyarakat Pematangsiantar. Peningkatan perekonomian tersebut secara tidak langsung berdampak bagi Pemerintah Kota Pematangsiantar untuk senantiasa mengembangkan pasar-pasar yang dikelola oleh pemerintah yang juga digunakan sebagai potensi penerimaan daerah. Oleh karena itu, semakin baik pengelolaan terhadap pasar-pasar yang dikelola, maka akan berdampak pada pengembangan penerimaan retribusi pasar. Usaha pengembangan penerimaan retribusi pasar pada tiap tahunnya mengalami kendala dan hambatan. Kendala dan

hambatan tersebut di antaranya menyangkut perilaku wajib retribusi, para wajib retribusi pasar seringkali melakukan penunggakan pembayaran retribusi dengan berbagai alasan. Dari penunggakan inilah kemudian penerimaan yang didapatkan tidak bisa optimal.

Permasalahan itulah yang kemudian mengakibatkan penunggakan pembayaran retribusi pasar yang akan berimbas pada menurunnya total penerimaan retribusi pasar. Oleh karena itu, maka Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya harus benar-benar fokus pada strategi-strategi yang akan diambil dan dilaksanakan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul

“ Strategi Peningkatan Retribusi Pasar Dalam Menunjang Pendapatan Asli DaerahPada Perusahaan Daerah Pasar Horas Jaya Kota Pematangsiantar.’’

Dokumen terkait