• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN A Hasil Penelitian

B. Pembahasan 1 Preparasi Sampel

5. Penentuan Waktu Kestabilan Kontrol Positif pada ג maks

Penentuan waktu kestabilan ditentukan dengan cara mengukur absorbansi larutan kontrol positif pada panjang gelombang maksimum (490 nm) dimulai dari menit ke-1 sampai menit ke-20. Pengukuran absorbansi dilakukan setiap selang 1 menit, mulai dari 1 menit setelah penambahan FeCl3 0,02 M dalam HCl 3,5%

sebanyak 0,1 mL.

Hasil pengukuran menunjukkan kestabilan dimulai dari pada menit ke-8 hingga menit ke-13, namun dalam penelitian ini ditetapkan menit ke-10 sebagai waktu kestabilan yang digunakan pada penelitian selanjutnya. Penentuan kestabilan

0 0,03 0,06 0,09 0,12 0,15 0,18 0,21 0,24 0,27 0,3 0 70 140 210 280 350 420 490 560 A b so rb an si Panjang Gelombang

ini bertujuan untuk mengetahui kapan waktu larutan menunjukkan absorbansi stabil, sehingga dengan kestabilan ini diharapkan absorbansi senyawa yang diukur tidak mengalami penurunan maupun penaikan absorbansi. Grafik hubungan antara waktu dan absorbansi yang terukur ditunjukkan pada Gambar 15.

Gambar 15. Grafik Hubungan Waktu dengan Absorbansi pada גmaks

6. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi

Pengujian aktivitas antioksidan yang terkandung dalam ekstrak etanol daun pandan wangi menggunakan minyak kelapa krengseng sebagai substrat. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan antara proses oksidasi minyak kelapa krengseng tanpa dan dengan penambahan ekstrak etanol daun pandan wangi. Proses oksidasi tanpa ekstrak etanol daun pandan wangi bertindak sebagai kontrol negatif. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode FTC. Penggunaan metode ini dengan pertimbangan karena mudah dilakukan, akurat, dan menggunakan alat sederhana.

Prinsip pengujian ini adalah pembentukan senyawa radikal bebas dari oksidasi minyak kelapa pada proses autooksidasi yang dihambat karena adanya

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 A b so rb an si Waktu (Menit)

senyawa antioksidan yang berasal dari ekstrak etanol daun pandan wangi tersebut. Besarnya penghambatan oksidasi yang terjadi dapat ditentukan dengan membandingkan absorbansi larutan kontrol negatif terhadap larutan sampel ekstrak etanol daun pandan wangi dengan konsentrasi berturut-turut 0,01% mg/mL, 0,05% mg/mL, dan 0,1% mg/mL.

Dalam penelitian ini juga digunakan kontrol positif, yaitu larutan yang mengandung tanin 0,05% mg/mL. Adapun kegunaan dari larutan kontrol positif ini adalah untuk mengetahui bahwa pada larutan sampel yang diduga mengandung senyawa polifenol (tanin) dengan perbandingan absorbansi yang minimal sama dengan absorbansi kontrol positif atau lebih besar yang disebabkan kemungkinan adanya antioksidan lain dalam ekstrak etanol daun pandan wangi selain tanin.

Pengujian dilakukan selama 8 hari dengan menginkubasi kontrol negatif, kontrol positif, dan sampel dalam berbagai variasi konsentrasi pada suhu 55oC. Suhu 55oC dipilih karena pada suhu tersebut minyak kelapa dapat mengalami oksidasi (Ketaren, 2008: 139). Absorbansi yang terukur dari hari ke-0 hingga hari ke-8 mengalami kenaikan yang tajam. Hal ini menandakan bahwa proses autooksidasi yang terjadi pada minyak kelapa krengseng yang diinkubasi pada suhu 55oC bertambah setiap hari.

Penambahan ekstrak etanol daun pandan wangi dan tanin menyebabkan penurunan nilai absorbansi apabila dibandingkan dengan larutan kontrol tanpa penambahan ekstrak etanol daun pandan wangi dan tanin.

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, absorbansi rata-rata dari ekstrak etanol daun pandan wangi pada masing-masing konsentrasi, kontrol negatif,

dan kontrol positif setiap 24 jam ditunjukkan pada Tabel 6. Grafik hubungan antara absorbansi rata-rata terukur dengan lama pengujian ditunjukkan pada Gambar 16.

Gambar 16. Grafik Hubungan Absorbansi Rata-rata Larutan Kontrol (-), Kontrol (+), dan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi dengan Lama Penyimpanan (Hari)

Semakin besar konsentrasi ekstrak etanol daun pandan wangi yang ditambahkan pada pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan hasil absorbansi semakin kecil. Dengan kata lain semakin besar konsentrasi, maka semakin besar pula aktivitas antioksidannya. Nilai absorbansi yang dihasilkan dari hari ke hari akan semakin meningkat seiring bertambahnya waktu inkubasi yang dilakukan.

Hal ini terjadi karena proses autooksidasi pada minyak kelapa terus menghasilkan senyawa radikal peroksida. Radikal peroksida dengan adanya oksigen tunggal (On) akan membentuk hidroperoksida (ROOH) dalam suasana

asam. Oksigen tunggal (On) ini dapat mengoksidasi ion besi(II) menjadi ion

besi(III) yang apabila ada ammonium tiosianat (NH4SCN) akan membentuk

kompleks [Fe(SCN)6]3- yang berwarna merah.

0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 0,5 0,55 0,6 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A b so rb an si Hari Kontrol Kontrol (+) A (0,01% mg/mL) B (0,05 % mg/mL) C (0,1 % mg/mL)

Semakin banyak hidroperoksida yang terbentuk dari radikal minyak kelapa, maka oksigen tunggal (On) yang dihasilkan semakin banyak pula. Dengan demikian

oksidasi ion besi(II) menjadi ion besi(III) juga semakin banyak, sehingga kompleks yang terbentuk semakin banyak. Peristiwa ini ditunjukkan dengan nilai absorbansi yang semakin besar seiring berjalannya waktu penyimpanan.

Gambar 17. Mekanisme Penghambatan Asam Oleat dengan Metode Tiosianat (Ayu Sulung, 2016: 36)

Antioksidan flavonoid dan polifenol yang terdapat pada ekstrak etanol daun pandan wangi akan menghambat oksidasi dari minyak kelapa dengan melepaskan atom hidrogen dari salah satu cincinnya, sehingga menimbulkan radikal flavonoid dan radikal polifenol secara sinergi. Radikal flavonoid dan radikal polifenol

tersebut relatif stabil dan tidak reaktif karena adanya efek stabilisasi dari inti aromatis flavonoid dan polifenol.

Semua larutan uji yang digunakan dalam penelitian ini memiliki aktivitas antioksidan sebagai penghambat reaksi oksidasi minyak kelapa. Persentase penghambatan rata-rata oksidasi minyak kelapa oleh ekstrak etanol daun pandan wangi dan tanin sebagai pembanding dengan metode FTC ditunjukkan pada Gambar 18.

Gambar 18. Grafik Hubungan Persentase Penghambatan Oksidasi Rata-rata Minyak Kelapa oleh Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi dan Tanin pada Berbagai Waktu Penyimpanan

Data yang diperoleh tersebut didapatkan dari nilai rata-rata hasil persentase dari tiap ekstrak dan tanin (sebagai kontrol positif) dengan menggunakan persamaan:

% I = A�A− A�

� x %

Absorbansi yang diperoleh digunakan untuk menghitung persen inhibisi menggunakan rumus diatas. Kemudian dilakukan regresi antara % I dengan

0 8 16 24 32 40 48 56 64 72 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 A b so rb an si Hari Kontrol (+) A (0,01 % mg/mL) B (0,05 % mg/mL) C (0,1 % mg/mL)

konsentrasi ekstrak etanol daun pandan wangi. Hasilnya diperoleh kurva baku dengan persamaan Y= a+bX. Dimana a adalah intersep, dan b adalah slope, yang selanjutnya dihitung nilai IC50 menggunakan rumus.

IC50 = 5 − ab

Berdasarkan hasil perhitungan persentase inhibisi oksidasi minyak kelapa pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi 0,1 % mg/mL memiliki aktivitas antioksidan yang paling besar dibandingkan dengan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun pandan wangi 0,05 % mg/mL, 0,01 % mg/mL dan tanin 0,05 % mg/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam ekstrak etanol daun pandan wangi tidak hanya mengandung senyawa tanin namun terdapat senyawa antioksidan lain, yaitu flavonoid. Ketaren (2008: 134), menyatakan ekfektivitas antioksidan dapat ditingkatkan dengan mengkombinasikan dua senyawa antioksidan yang akan memberikan efek sinergis pada minyak.

Pengujian ekstrak etanol daun pandan wangi dilakukan dengan 3 variasi konsentrasi, dan dilakukan perhitungan IC50 pada hari ke 1, 2, dan 8 setelah

inkubasi. Maka diperoleh kurva regresi yang terdapat pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa untuk hari pertama, Y = 30.533 + 87.29x dengan R² = 0.9842. Selanjutnya dihitung nilai IC50, dan diperoleh nilai sebesar 0.223015 µg/mL. Untuk

hari ke dua, y = 48.541 + 109.1x dengan R² = 0.9769, dan diperoleh nilai IC50

sebesar 0.013373 µg/mL. Sedangkan untuk hari ke delapan, y = 27.139 + 109.03x dengan R² = 0.9043, dan diperoleh nilai IC50 sebesar 0.209676 µg/mL.

Nilai tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat. Sebagaimana dikatakan Phongpaichit

(2007) dalam Ramawati etal. (2009: 100), bahwa aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 <50 µg/mL, kuat jika IC50 50-100 µg/mL, sedang jika IC50 100-150

µg/mL, sedangkan jika IC50 150-200 µg/mL dikatakan antioksidannya rendah dan

jika bernilai IC50 >200 µg/mL maka aktivitas antioksidannya sangat rendah.

Persentase penghambatan oksidasi minyak kelapa terbesar terjadi pada hari kedua penyimpanan, yaitu kontrol positif (42,93%), A (60,32%), B (62,49%), C (63,28%). Semakin besar konsentrasi sampel ekstrak etanol daun pandan wangi yang diberikan, maka semakin besar pula penghambatan oksidasi yang dihasilkan. Hal ini berarti semakin besar aktivitas antioksidan semakin besar pula presentase penghambatan antioksidan minyak kelapa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi mengandung flavonoid dan tanin terkondensasi yang dapat digunakan sebagai antioksidan alami. Hal ini dapat dilihat dari besarnya hambatan yang diberikan oleh ekstrak etanol daun pandan wangi terhadap minyak kelapa krengseng. Aktivitas antioksidan optimal terjadi pada ekstrak etanol daun pandan wangi dengan konsentrasi 0,1% mg/mL yang berasal dari proses maserasi daun pandan wangi 40 gram.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait