• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Penerapan Audit Internal

Definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari A Statement of Basic Auditing Concept (ASOBAC) yang dalam Halim (2001:1) adalah:

“Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat asersi—asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”.

Menurut Boynton (2004:5), berdasarkan pengertian auditing di atas maka audit mengandung unsur-unsur:

a. Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing

20 dilakukan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi dan bertujuan.

b. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya

proses sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.

c. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya

pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi.

d. Menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai

pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif.

e. Kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang

dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (berupa hasil akuntansi) dapat berupa spesifik yang dibuat legislatif, anggaran atau ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan manajemen.

f. Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan

21

g. Pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap

laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, misalnya pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi buruh dan kantor pelayanan pajak.

Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan standar aturan yang berlaku secara umum untuk mencapai tujuan tersebut. Hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah menidentifikasi sejumlah tujuan audit yang spesifik bagi setiap akun yang dilaporkan dalam laporan keuangan.

Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang merupakan hal penting sebagai pedoman auditor lain dalam pengumpulan bukti audit. Auditing Standard Boards (ASB) dalam Fitria (2009), telah mengakui 5 kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut:

a. Keberadaan/Keterjadian

Berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas benar-benar ada pada tanggal tertentu dan transaksi yang dicatat benar-benar telah terjadi selama periode tertentu.

b. Kelengkapan (Completeness)

Berkaitan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus diajukan dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan.

22 c. Hak dan Kewajiban (Right and Obligation)

Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya.

d. Penilaian/Alokasi (Valuation or Allocation)

Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah yang semestinya.

e. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure)

Berkaitan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah digolongkan, diuraikan dan diungkapkan dengan sebagaimana mestinya.

Menurut Boynton, et,al (2003:6) bahwa audit dapat

diklasifikasikan berdasar tujuan dilaksanakannya audit. Dalam hal ini tipe audit terbagi dalam tiga kategori.

a. Financial Statement Audit

Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan berupa prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sehingga standar inti ukuran kesesuaian audit laporan keuangan adalah kewajaran.

23 b. Compliance Audit

Audit kepatuhan mencangkup menghimpun dan mengevaluasi bukti

dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun

operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi, aturan, dan regulasi yang telah ditentukan.

c. Operational Audit

Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis) operasional.

Dalam melaksanakan suatu audit, pada umumnya jenis auditor diklasifikasikan menjadi tiga jenis (Boynton,et,al 2003: 8) yaitu:

a. Auditor Independen

Biasanya terdapat pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang pada umumnya mengambil peran sebagai auditor eksternal atas perusahaannya yang menyediakan laporan guna kebutuhan tertentu dari klien untuk menjalankan bisnisnya. Klien para auditor independen dapat berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi laba, kantor pemerintah dan perorangan.

b. Auditor Internal

Merupakan pegawai dari organisasi yang diaudit. Tugas auditor internal beragam sesuai dengan kebutuhan dan permintaan manajemen perusahaan. Auditor internal wajib memberikan informasi yang

24 berguna bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasional perusahaan.

c. Auditor Pemerintah

Di Indonesia terdapat beberapa lembaga ataupun badan yang bertanggung jawab secara fingsional atas pengawasan terhadap kekayaan/keuangan negara. Diantaranya, Badan Pengawas Keuangan dan Pengembangan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Itjen) pada Departemen Pemerintah. Sebagian tugas BPKP, disamping itu audit atas laporan keuangan pada saat ini sering kali dilakukan evaluasi atas efisiensi dan efektivitas operasi program pemerintah dan BUMN.

Pengawasan intern mempunyai peranan yang sangat penting bagi suatu organisasi perusahaan. Pengawasan intern merupakan alat yang baik untuk membantu manajemen dalam menilai operasi perusahaan guna dapat

mencapai tujuan usaha. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas

mengenai audit internal, penulis mengutip beberapa pendapat yang berhubungan dengan audit internal sebagai berikut:

AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) dalam Nasution (2007) memberikan pengertian internal control sebagai berikut: “Pengawasan Intern meliputi susunan organisasi dan semua metode serta ketentuan yang terkoordinir dan dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta benda miliknya, memeriksa kecermatan dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijaksanaan perusahaan yang telah digariskan”.

25 Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:5) dalam Firdaus (2006:11):

“Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi, audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian, dan proses governance”.

Dari definisi diatas, dapat dikemukakan internal audit adalah: a. Suatu pemeriksaan yang independen objektif.

b. Aktivitas pemberian jaminan kelayakan dan konsultasi.

c. Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan

kegiatan operasi perusahaan.

d. Membantu organisasi dalam mencapai usahanya.

e. Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk

mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan risiko manajemen, pengendalian, pengaturan dan pengelolaan organisasi.

Secara umum tujuan audit internal adalah membantu manajemen menjalankan tugasnya, yaitu menyediakan informasi tentang kelayakan dan keefektifan dari pengendalian intern perusahaan dan kualitas pelaksanaan aktivitas perusahaan, dengan demikian auditor internal akan melakukan analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang diperiksa.

Menurut Tugiman (2002), tujuan dari audit internal adalah sebagai berikut:

26 “Membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawab secara efektif. Untuk itu audit internal akan melakukan analisis, penilaian dan mengajukan saran-saran. Tujuan dari pemeriksaan mencakup pula pengembangan, pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar”.

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (SPAI 2004:81) dalam Susanto (2007), menyatakan bahwa:

“Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam charter audit internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi”.

Untuk mencapai tujuan tersebut, audit internal harus mekalukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Menelaah dan menilai penerapan pengendalian internal dan

pengendalian operasional memadai atau tidak serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

b. Memastikan ketaatan terhadap rencana-rencana dan prosedur-prosedur

yang telah ditetapkan oleh manajemen.

c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan

dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk kecurangan, pencurian, dan penyalahgunaan yang dapat merugikan perusahaan.

d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam

organisasi dapat dipercaya.

e. Menilai suatu pekerjaan di setiap bagian dalam melaksanakan

27

f. Memberikan saran perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka

efisiensi dan efektivitas.

Bintoro (2008), menyatakan bahwa Standar Profesi Internal Auditor merupakan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjaga kualitas kinerja Internal Auditor dan hasil audit. Standar audit sangat menekankan kualitas profesional auditor serta cara auditor mengambil pertimbangan dan keputusan sewaktu melakukan pemeriksaan dan pelaporan. Hasil audit

yang memenuhi standar akan sangat membantu pelaksanaan tugas Board

of directions (BOD, Board of Commissioner dan Unit Bisnis serta Unit kerja yang diaudit. Hasil kerja Internal Auditor sangat bermanfaat bagi Pimpinan dan Unit Kerja untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Hasil audit akan dapat dipakai dengan penuh keyakinan, jika pemakai jasa mengetahui dan mengakui tingkat profesionalisme Internal Auditor, sehingga diperlukan syarat yang diberlakukan dan dipatuhi oleh Internal Auditor sebagai standar perilaku yang menuntut disiplin diri Internal Auditor. Ikatan Akuntan Indonesia dalam Halim (2001), telah menetapkan dan mengesahkan standar auditing sebagai berikut:

a. Standar Umum Internal Auditor

1) Internal auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor sehingga hasil kerjanya handal dan dapat dipercaya.

2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,

28

3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, audit wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pelaksanaan Penugasan

4) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan

asisten harus disupervisi yang semestinya.

5) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal

harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

6) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui

inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.

c. Standar Pelaporan

7) Laporan audit harus menyatakan bahwa laporan keuangan yang

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

8) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya

prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

9) Pengungkapan informatif dalam laporan kauangan harus

29

10) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan.

Menurut Asikin (2006), manfaat dan peran auditor internal membantu manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan sangat tergantung dari sikap pimpinan, persepsi manajemen terhadap fungsi internal audit dan sikap auditor itu sendiri. Sikap pimpinan sangat penting karena keberadaan dan fungsi internal audit akan ditentukan oleh sikap tersebut. Bila pimpinan tersebut memberi dukungan terhadap internal audit, maka internal auditor akan mempu melaksanakan fungsinya.

Ruang lingkup audit internal menilai keefektifan sistem pengendalian internal serta pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Audit internal harus mengimplementasikan hal-hal sebagai berikut:

a. Mereview keandalan (realibilitas dan intergritas) informasi financial dan operasional serta cara yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi dan melaporkan hal tersebut.

b. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan

kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur hukum, dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan organisasi serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-hal tersebut.

30

d. Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumber

daya.

e. Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah

hasilnya akan konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan apakah kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.

Untuk melaksanakan tugasnya audit internal mempunyai batasan ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan, oleh sebab itu menurut Cashin (1997) dalam Firdaus (2006) mengemukakan ruang lingkup audit internal sebagai berikut: “Other than for special assignment, the elemen of internal auditing may be grouped under (1) compliance, (2) verification, (3) evaluation”

1. Kepatuhan (compliance)

Merupakan salah satu unsur audit internal yang bertujuan untuk menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan.

2. Verifikasi (verification)

Verifikasi merupakan aktivitas pemeriksaan terhadap dokumen, catatan dan laporan, apakah hal-hal tersebut telah mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Umumnya verifikasi dilakukan atas:

a. Catatan dan laporan akuntansi, dan

Dokumen terkait