PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL
TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh: Nama : Ika Caya Putri NIM : 206082003988
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN
PEMBERIAN KREDIT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Ika Caya Putri NIM: 206082003988
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Amilin., SE., Ak., M.Si Yessi Fitri., SE., Ak., M.Si NIP.19730615 200501 1 009 NIP.19760924 200604 2 002
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
Hari ini Senin Tanggal 17 Mei Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Ika Caya Putri NIM: 206082003988 dengan judul Skripsi “PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 17 Mei 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Rahmawati, SE., MM Yusro Rahma, SE., Msi Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli
Hari ini Selasa Tanggal 15 Juni Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ika Caya Putri NIM: 206082003988 dengan judul Skripsi “PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 15 Juni 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Rini, SE., Ak., M.Si Penguji Ahli I Penguji Ahli II
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Ika Caya Putri 2. Tempat & Tanggal Lahir : Jakarta, 10 Maret 1988
3. Alamat : Reni Jaya, Jl. Kenari XV Blok AE 12 No. 19 Pamulang
Tangerang Selatan 15417
4. Telepon : (021) 93660655/085691033687
II. PENDIDIKAN
1. SD Muhammadiyah 12 Pamulang Tahun 1994-2000 2. SMP Muhammadiyah 22 Pamulang Tahun 2000-2003 3. SMA Muhammadiyah 25 Pamulang Tahun 2003-2006 4. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2006-2010
III.LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : M. Zuhri Padusung
2. Ibu : Puji Rahayu
3. Alamat : Reni Jaya, Jl. Kenari XV Blok AE 12 No. 19 Pamulang
Tangerang Selatan 15417 4. Telepon : (021) 7416304
EFFECT OF APPLICATION OF RISK MANAGEMENT BANKING AND IMPLEMENTATION OF INTERNAL AUDIT POLICY ON LENDING
ABSTRACT
This study aims to examine the effect of banking risk management application and implementation of internal audit of credit policy. In this study, primary data in the form of dissemination of the questionnaire conducted in Tangerang and Jakarta to the respondent directors, managers and staff who work in the credit department of a banking enterprise. Determination of the samples was done using convenience sampling method. Questionnaire distributed amounted to 62 but again only 44 and that can be processed 44. Analyzing the data for hypothesis testing was done by multiple regression. The results of this study indicate that the application of risk management, internal audit implementation significantly influence the lending policies.
Keywords: Risk management, internal audit, Policy Lending
PENGARUH PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN DAN PENERAPAN AUDIT INTERNAL TERHADAP KEBIJAKAN
PEMBERIAN KREDIT ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh penerapan manajemen risiko perbankan dan penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit. Pada penelitian ini digunakan data primer dalam bentuk penyebaran kuesioner yang dilakukan di Tangerang dan Jakarta dengan responden direktur, manajer dan staf bagian kredit yang bekerja pada perusahaan perbankan. Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan metode convenience sampling. Kuesioner yang disebarkan berjumlah 62 tetapi kembali hanya 44 dan yang bisa diolah 44. Penganalisisan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan regresi berganda. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa penerapan manajemen risiko, penerapan audit internal berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pemberian kredit.
Kata kunci: Manajemen Risiko, Audit internal, Kebijakan Pemberian Kredit.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh Penerapan Manajemen Risiko Perbankan Dan Penerapan Audit Internal Terhadap Kebijakan Pemberian Kredit.
Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua yang penulis cintai dan hormati sepanjang hidup, yang dengan rasa cinta dan kasih sayangnya secara tulus telah mengurus, membesarkan, mendidik penulis hingga sekarang ini serta memberikan semangat dan doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis.
3. Adinda, Oktaria Adekayanti, Nejakasih Yuriantri, Andhini Listiawati, dan kakanda, Sirojul Munir, Fidyah Gita Dahlia, Ghalim Pati, Meutia Gama Pertiwi, Dian Aji Pertiwi, serta saudara, Dara Amalia dan Ayu Zakia yang tak pernah henti memberikan semangat dan motivasi kepada penulis. Mereka merupakan telaga inspirasi yang tak pernah kerontang.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu Yessi Fitri SE., Ak., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Dr. Amilin SE., Ak., M.Si selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingan yang sangat berharga dalam penulisan skripsi ini.
8. Tim penguji ujian komprehensif: Prof. Dr. Ahmad Rodoni, Rahmawati, SE., MM, Yusro Rahma, SE., M.Si.
9. Tim penguji ujian skripsi: Prof. Dr. Ahmad Rodoni, Dr. Amilin, SE.,Ak.,M.Si, Rini, SE.,Ak.,M.Si, Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si.
10.Ade Ridwan, yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
11.Sahabat-sahabat tercinta, Dania Safitri, Intania Muliawan, Mutia Astarina, Westi Sulistia Azhar, Budi Sulistiawati, Anita Ari Handayani, Ardian Prima, Nurrina, Dwi Qory Astuti, Fitri Sartika, Anggi Permana, Ali Murtadlo, yang telah memberikan dukungannya kepada penulis.
12.Kawan-kawanku akuntansi dan manajemen, Indah Febrianti trimakasih ya atas motivasinya. Sri Hasanah, Rochmawati, Novarina Cinde, Ilham, Misbah, Iqbal, Neneng Musfida, Marlia Ulfa temen seperjuangan, Rika dan ayahanda trimakasi atas bantuannya, Ale dan kakanda, Zulfi, dan lain-lain.
13.Kak Edi, terimakasih ya sudah bersedia meluangkan waktunya untuk mengajarkan cara mengolah data serta motifasi yang telah diberikan, kak Tika terimakasih atas bantuannya.
14.Rekan-rekan Akuntansi dan manajemen angkatan 2006 yang telah memberikan dukungannya selama ini kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, 15 Juni 2010
(Ika Caya Putri)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………..…………..……… i
Lembar Pengesahan Skripsi ……….………….……… ii
Lembar Pengesahan Uji Komprehensif ………….…….………. iii
Lembar Pengesahan Uji Skripsi ………..……….……… iv
Daftar Riwayat Hidup ……….…………. v
Abstract ……….……….…….…... vi
Abstrak ……….…..… vii
Kata Pengantar ……….……… viii
Daftar Isi ……….………..……… x
Daftar Tabel ………..……… xiii
Daftar Gambar ………..……… xiv
Daftar Lampiran ………... xv
BAB I PENDAHULUAN ….……… 1
A. Latar Belakang ……….… 1
B. Perumusan Masalah ….……… 5
C. Tujuan Penelitian .……… 5
D. Manfaat Penelitian ………... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 7
A. Tinjauan Literatur ……….… 7
1. Penerapan Manajemen Perbankan ...… 7
2. Penerapan Audit Internal……….. 19
3. Kebijakan Pemberian Kredit……….… 31
B. Keterkaitan Antara Variabel ………. 46
1. Penerapan Manajemen Risiko dengan Kebijakan Pemberian Kredit ... 46
2. Penerapan Audit Internal dengan Kebijakan
Pemberian Kredit ... 47
C. Kerangka Pemikiran ….………... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….….. 49
A. Ruang Lingkup Penelitian ..………. 49
B. Metode Penentuan Sampel ……….. 49
C. Metode Pengumpulan Data ……….…. 50
1. Data Primer …… ……….……… 50
2. Data Skunder …….. ……… 50
D. Metode Analisis Data ………..………. 51
1. Statistik Deskriptif ……… 51
2. Uji Kualitas Data ……….. 51
3. Uji Asumsi Klasik ……… 53
4. Uji Hipotesis ………. 56
E. Operasionalisasi Variabel ……….. 59
1. Variabel Independen …………….. 59
A. Gambaran Umum Objek Penelitan ….………... 65
B. Penemuan dan Pembahasan ... 67
1. Deskriptif Demografi Responden ……… 67
2. Uji Kualitas Data……….. 69
3. Uji Asumsi Klasik ……… 74
4. Uji Hipotesis ……… 79
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI ……… 86
A. Kesimpulan ……….. 86
B. Implikasi ……….. 87
Daftar Pustaka ……… 88
Lampiran-Lampiran ……… 92
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Tabel Metode Skala dan Pengukurannya ……….. 53
Tabel 3.2 Tabel Operasionalisasi Variabel ..……….. 62
Tabel 4.1 Total Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner ..………. 66
Tabel 4.2 Data Distribusi Sampel Penelitian ………. 66
Tabel 4.3 Jabatan Responden ………. 67
Tabel 4.4 Jenis Kelamin Responden ……….. 67
Tabel 4.5 Pendidikan Responden ………... 68
Tabel 4.6 Lama Berprofesi ………. 68
Tabel 4.7 Hasil Uji Reabilitas ………. 70
Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Manajemen Risiko Perbankan ……… 71
Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan Manajemen Risiko Perbankan Setelah Butir Pertanyaan 8 dan 11 Dikeluarkan ... 72
Tabel 4.10 Hasil Uji Validitas Variabel Penerapan audit. Internal ….. 73
Tabel 4.11 Hasil Uji Validitas Variabel Kebijakan Pemberian Kredit ……….. 73
Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas ………. 78
Tabel 4.13 Hasil Uji Koefisien Determinasi ………... 79
Tabel 4.14 Hasil Uji t ... 81
Tabel 4.15 Hasil Uji F ………... 84
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ………... 47 Gambar 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik
Histogram ………... 74 Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik
Scatterplot ………...… 61
xv Daftar Lampiran
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Situasi lingkungan eksternal dan internal perbankan mengalami
perkembangan pesat yang diikuti dengan semakin kompleksnya risiko
kegiatan usaha perbankan sehingga meningkatkan kebutuhan praktek tata
kelola bank yang sehat (good corporate governance) dan penerapan
manajemen risiko. Penerapan manajemen risiko tersebut akan memberikan
manfaat, baik kepada perbankan maupun otoritas pengawasan bank. Bagi
perbankan, penerapan manajemen risiko dapat meningkatkan shareholder
value, memberikan gambaran kepada pengelola bank mengenai kemungkinan kerugian bank di masa datang, meningkatkan metode dan proses pengambilan
keputusan yang sistematis yang didasarkan atas ketersediaan informasi,
digunakan sebagai dasar pengukuran yang lebih akurat mengenai kinerja
bank, digunakan untuk menilai risiko yang melekat pada instrumen atau
kegiatan usaha bank yang relatif kompleks serta menciptakan infrastruktur
manajemen risiko yang kokoh dalam rangka meningkatkan daya saing bank.
Menurut Pedoman Standar Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum yang dibuat oleh Bank Indonesia (2003), esensi dari penerapan
manajemen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan
2 mengingat perbedaan kondisi pasar dan struktur, ukuran serta kompleksitas
usaha bank, maka tidak terdapat satu sistem manajemen risiko yang universal
untuk seluruh bank sehingga setiap bank harus membangun sistem
manajemen risiko sesuai dengan fungsi dan organisasi manajemen risiko pada
bank.
Salah satu risiko yang muncul dalam perbankan adalah risiko kredit,
dampak dari risiko kredit tersebut dapat mengakibatkan kredit macet. Kredit
macet terjadi jika kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada pihak swasta
tidak dapat dilunasi tepat pada waktunya baik pokok ataupun bunga pinjaman
yang ditetapkan, sehingga dapat menekan dan mengurangi profitabilitas bank.
Kredit macet yang terjadi terutama disebabkan oleh faktor manajemen bank
dalam melakukan analisis kredit yang tidak akurat, faktor pengawasan kredit
yang lemah, analisis laporan keuangan yang tidak cermat, dan kompetensi
dari sumberdaya manusia yang lemah.
Kredit macet dalam jumlah yang besar akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut operasional bank dan
dampak psikologis yang terjadi. Kredit macet mengakibatkan kegiatan bank
menjadi terhambat, sebab keuntungan utama bank diperoleh dari selisih
bunga simpanan bank kepada nasabah dengan bunga pinjaman atau kredit
yang disalurkan. Selain itu dampak psikologis yang akan terjadi adalah
menurunnya tingkat kepercayaan dari masyarakat terhadap bank.
Menurut Firdaus (2006:2), tingkat persaingan antar bank dan risiko
3 menerapkan suatu pengendalian internal yang memadai dimana pengendalian
tersebut bertujuan untuk melindungi harta milik perusahaan dengan
meminimumkan kemungkinan terjadinya penyelewengan, pemborosan,
kemacetan kredit, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja.
Dengan pengendalian internal yang memadai diharapkan dapat menjamin
proses pemberian kredit tersebut akan dapat terhindar dari
kesalahan-kesalahan dan penyelewengan yang akan terjadi.
Menurut Boockholdt (1993:421-422) dalam Fitria (2009:3),
pengendalian internal yang memadai pada dasarnya merupakan struktur
organisasi yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, serta
mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Sebagaimana yang
dikemukakan Boockholdt (1993) dalam Fitria (2009:3), struktur pengendalian
intern pada dasarnya terdiri atas berbagai kebijakan dan prosedur yang
ditetapkan oleh manajemen perusahaan dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan.
Dalam PBI No.2/15/PBI/2000 tentang Sistem Pengendalian Intern bagi
Bank Umum menyatakan bahwa pengendalian intern merupakan suatu
mekanisme pengawasan yang ditetapkan oleh manajemen bank secara
berkesinambungan (on going basis), guna untuk (1) menjaga dan
mengamankan harta kekayaan bank, (2) menjamin tersedianya laporan yang
lebih akurat, (3) meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku,
4 kecurangan/fraud, dan pelanggaran aspek kehati-hatian, (5) meningkatkan
efektivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi biaya.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian
yang dilakukan oleh Rajagukguk (2008) dengan judul “Pengaruh Kebijakan
Moneter dan Risiko Perbankan terhadap Kinerja Fungsi Intermediasi”,
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebijakan moneter dan
risiko perbankan terhadap fungsi intermediasi dan bagaimana penyaluran
kredit mempengaruhi kinerja perekonomian di Indonesia (1993-2007).
Penelitian yang diteliti oleh Fitria (2009), mengukur pengaruh penilaian
kinerja audit dan penerapan audit internal terhadap sistem pengendalian
internal perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2005) yang
berjudul “Pengaruh Kebijakan Kredit dan Kebijakan Perpancaran Bunga
(speread) Terhadap Profitabilitas Bank” bertujuan untuk menganalisis dan menjelaskan pengaruh kebijakan kredit dan kebijakan perpancaran bunga
(speread) secara bersama-sama maupun secara parsial terhadap profitabilitas bank, sedangkan dalam penelitian ini penulis berfokus pada penerapan
manajemen risiko perbankan dimana menitikberatkan kepada risiko kredit
dan penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit.
Berdasarkan latar belakang terdahulu, penulis mengambil judul untuk
penelitian ini sebagai berikut:
5 B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh signifikan penerapan manajemen risiko
perbankan terhadap kebijakan pemberian kredit?
2. Apakah terdapat pengaruh signifikan penerapan audit internal terhadap
kebijakan pemberian kredit?
3. Apakah penerapan manajemen risiko perbankan dan audit internal
berpengaruh secara simultan terhadap kebijakan pemberian kredit?
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan:
a. Untuk menganalisis signifikasi pengaruh penerapan manajemen risiko
perbankan terhadap kebijakan pemberian kredit.
b. Untuk menganalisis signifikasi pengaruh penerapan audit internal
terhadap kebijakan pemberian kredit.
c. Untuk menganalisis signifikasi pengaruh secara bersama penerapan
manajemen risiko dan audit internal terhadap kebijakan pemberian
6 2. Manfaat Penelitian
Tujuan lain dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat
terhadap:
a. Bagi Perusahaan (Bank)
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai informasi dan bahan
masukan kepada pihak perusahaan mengenai pengembangan lebih
lanjut kebijakan pemberian kredit.
b. Bagi Auditor Internal
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
auditor dalam meningkatkan kualitas jasa yang diberikan kepada
perusahaan.
c. Bagi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan dalam dunia
perbankan mengenai peranan audit internal dalam menunjang kebijakan
pemberian kredit.
d. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan penulis
tentang bagaimana pengaruh penerapan manajemen risiko perbankan
dan penerapan audit internal terhadap kebijakan pemberian kredit.
e. Peneliti Berikutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi
mahasiswa khususnya jurusan akuntansi untuk digunakan dalam
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Penerapan Manajemen Resiko Perbankan
Menurut Husnan (2002), risiko ditafsirkan sebagai kemungkinan
keuntungan yang sebenarnya meyimpang dari keuntungan yang
diharapkan. Semakin besar kemungkinan penyimpangan itu terjadi,
dikatakan risikonya semakin tinggi. Risiko timbul karena adanya
ketidakpastian yang berarti, ketidakpastian adalah merupakan kondisi yang
menyebabkan timbulnya risiko, karena mengakibatkan keragu-raguan
seseorang mengenai kemampuannya untuk meramalkan kemungkinan
terhadap hasil-hasil yang akan terjadi dimasa datang.
Menurut Uyemura dan Deventer (1993:5) dalam Raharjo (2005)
secara umum terdapat enam kategori risiko yang dihadapi para bankir,
yaitu: risiko kredit, risiko tingkat bunga, risiko nilai tukar valuta asing,
risiko likuiditas, risiko operasional dan risiko kecukupan modal. Risiko
yang dihadapi perbankan menurut Basel II dalam Basyaib (2007:2)
meliputi empat jenis, yaitu:
a. Risiko kredit, yaitu risiko kerugian yang terkait dengan kemungkinan
gagalnya pihak pasangan (counterpart) dalam memenuhi kewajiban,
dengan kata lain merupakan risiko tidak dilunasinya hutang-hutang
8 b. Risiko pasar, yaitu risiko kerugian untuk posisi didalam atau diluar
neraca yang muncul karena perubahan harga dalam pasar yang
diakibatkan oleh perubahan suku bunga, nilai tukar, harga saham serta
harga komoditas.
c. Risiko operasi, yaitu kerugian yang diakibatkan kurangnya atau
gagalnya proses internal, sumber daya manusia, dan sistem, atau dapat
juga diakibatkan oleh kejadian-kejadian eksternal. Risiko hukum dan
kewajiban perundangan termasuk dalam risiko operasi.
d. Risiko lain-lain, risiko yang termasuk dalam risiko lain-lain adalah
sebagai berikut:
1) Risiko bisnis, yaitu risiko keputusan manajemen dalam kaitannya
dengan posisi persaingan bank serta peluang tumbuhnya bank
dalam pasar yang berubah.
2) Risiko stratejik, yaitu risiko yang terkait dengan keputusan bisnis
dalam jangka panjang serta risiko dalam penerapan keputusan
stratejik tersebut. Risiko stratejik menyangkut keputusan bank
dalam penentuan jenis usaha yang akan didanai, usaha dan bank
lain yang akan diakuisisi, serta keputusan untuk menutup dan
menjual salah satu lini usaha bank.
3) Risiko reputasi, yaitu risiko potensi kerusakan yang diakibatkan
oleh opini publik negatif terhadap sebuah bank. Risiko reputasi
9 Secara sederhana pengertian manajemen risiko menurut
Djojosoedarsono (2003:4) adalah pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
dalam penanggulangan risiko, terutama risiko yang dihadapi oleh
organisasi/perusahaan, keluarga dan masyarakat. Jadi mencakup kegiatan
merencanakan, mengorganisir, menyusun, memimpin/mengkoordinir, dan
mengawasi termasuk mengevaluasi program penanggulangan risiko.
Tujuan yang ingin dicapai dalam manajemen risiko menurut
Djojosoedarsono (2003:11), dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Tujuan sebelum terjadinya peristiwa yang menimbulkan kerugian
(peril), yaitu antara lain:
1) Hal-hal yang bersifat ekonomis, misalnya upaya untuk
menanggulangi kemungkinan kerugian dengan cara yang paling
ekonomis, yang dilakukan melalui analisis keuangan terhadap
biaya program keselamatan, maupun biaya dari bermacam-macam
teknik penanggulangan risiko.
2) Hal-hal yang bersifat non ekonomis, yaitu upaya untuk mengurangi
kecemasan dan ketakutan, sehingga dengan adanya upaya
penanggulangan maka kondisi tersebut dapat diatasi.
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan (2003)
menyatakan proses penerapan manajemen risiko yaitu terdiri dari:
a. Identifikasi Risiko
Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi
10 berpotensi merugikan bank. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
menerapkan identifikasi risiko antara lain:
1) Bank harus mengidentifikasi risiko kredit yang melekat pada
seluruh produk dan aktivitasnya. Identifikasi risiko kredit tersebut
merupakan hasil kajian terhadap karakteristik risiko kredit.
2) Untuk kegiatan perkreditan dan jasa pembiayaan perdagangan,
penilaian risiko kredit harus memperhatikan kondisi keuangan
debitur dan khususnya kemampuan membayar secara tepat
waktu, serta jaminan atau agunan yang diberikan.
3) Untuk kegiatan treasury dan investasi, penilaian risiko kredit
harus memperhatikan kondisi keuangan counterparty, rating,
karakteristik instrument, jenis transaksi yang dilakukan, dan
likuiditas pasar serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
risiko kredit.
b. Pengukuran Risiko
1) Bank harus memiliki prosedur tertulis untuk melakukan
pengukuran risiko yang memungkinkan untuk:
a) Sentralisasi eksposur on balance sheet dan off balance sheet yang mengandung risiko kredit dari setiap debitur atau
11
b) Penilaian perbedaan kategori tingkat risiko kredit dengan
menggunakan kombinasi aspek kualitatif dan kuantitatif data
dan pemilihan kriteria tertentu.
c) Distribusi informasi hasil pengukuran risiko secara lengkap
untuk tujuan pemantauan oleh satuan kerja terkait.
2) Sistem pengukuran risiko kredit sekurang-kurangnya
mempertimbangkan:
a) Karakteistik setiap jenis transaksi risiko kredit, kondisi
keuangan debitur (counterparty) serta persyaratan dalam
perjanjian kredit seperti dalam jangka waktu dan tingkat
bunga.
b) Jangka waktu kredit dikaitkan dengan perubahan potensial
yang terjadi dipasar.
c) Aspek jaminan, agunan dan atau garansi.
d) Potensi terjadinya kegagalan membayar (default), baik
berdasarkan hasil penilaian pendekatan konvensional maupun
hasil penilaian pendekatan yang menggunakan proses
pemeringkatan yang dilakukan secara intern (internal risk
rating).
e) Kemampuan bank untuk menyerap potensi kegagalan
12
3) Bagi bank yang menggunakan teknik pengukuran risiko dengan
pendekatan internal risk rating harus menggunakan validasi data
secara berkala.
4) Parameter yang digunakan dalam pengukuran risiko kredit antara
lain mencakup:
a) Non-performing loans (NPLs).
b) Konsentrasi kredit berdasarkan peminjam dan sektor
ekonomi.
c) Kecukupan agunan.
d) Pertumbuhan kredit.
e) Non performing portifolio treasury dan investasi (non kedit)
f) Komposisi portifolio treasury dan investasi (antar bank,
surat berharga, dan penyertaan).
g) Kecukupan cadangan transaksi treasury dan investasi. h) Transaksi pembayaran dan perdagangan default.
i) Konsentrasi pemberian fasilitas pembiayaan perdagangan.
5) Mark to market pada transaksi risiko kredit tertentu yang mencakup:
a) Untuk mengukur risiko kredit yang disebabkan Transaksi
Over the Counter (OTC) atau pada pasar tertentu, khususnya pasar transaksi derivatif, bank harus mengguanakan metode
13
b) Eksposur risiko kredit harus diukur dan dikinikan
sekurang-kurangnya setiap bulan atau lebih intensif khususnya apabila
portofolio debitur sangat signifikan dan atau volatilitas
parameter pasar yang digunakan untuk menilai mark to
market mengalami perubahan/fluktuasi.
c) Limit kredit yang dialokasikan untuk satu debitur atau
kelompok debitur harus diuji berdasarkan mark to market
sedangkan faktor risiko harus digunakan untuk
mempertimbangkan perubahan kondisi pasar dan pengaruh
replacement cost.
6) Penggunaan Credit Scoring Tools
a) Bank dapat menggunakan sistem dan metodologi
statistik/probabilistic.
b) Dalam penggunaan sistem tersebut, bank harus:
• Melakukan kaji ulang secara berkala terhadap akurasi
model dan asuransi yang digunakan untuk
memproyeksikan kegagalan (defaults).
• Menyesuaikan asumsi dengan perubahan yang terjadi pada
kondisi internal dan eksternal.
c) Apabila terdapat eksposur risiko yang besar atau transaksi
yang relatif kompleks, proses pengambilan keputusan
14 tersebut sehingga harus didukung sarana pengukuran risiko
kredit lainnya.
d) Bank harus mendokumentasikan kredit seperti asumsi, data
dan informasi yang digunakan pada sistem tersebut, termasuk
perubahannya serta dokumentasi tersebut selanjutnya
dikinikan secara berkala.
e) Penerapan system ini harus:
• Mendukung proses pengambilan keputusan dan
memastikan kepatuhan terhadap kepatuhan pendelegasian
wewenang.
• Independen terhadap kemungkinan rekayasa yang akan
mempengaruhi hasil (score-output) melalui prosedur
pengamanan yang layak dan efektif.
• Dilakukan kajian ulang oleh satuan kerja oleh pihak yang
independen terhadap satuan kerja yang mengaplikasikan
system tersebut.
c. Pemantauan Risiko Kredit
1) Bank harus mengembangkan dan menerapkan sistem informasi
dan prosedur untuk memantau kondisi setiap debitur dan
counterparty pada seluruh portofolio kredit bank.
2) Sistem pemantauan risiko kredit sekurang-kurangnya memuat
15
a) Memastikan bahwa bank mengetahui kondisi keuangan
terakhir dari debitur atau counterparty.
b) Memantau kepatuhan terhadap persyaratan dalam perjanjian
kredit atau kontrak transaksiresiko kredit.
c) Menilai kecukupan anggunan dibandingkan dengan kewajiban
debitur atau counterparty.
d) Mengidentifikasi ketidakpastian pembayaran dan
mengklasifikasikan kredit bermasalah secara tepat waktu.
e) Menangani dengan cepat kredit bermasalah.
3) Bank juga harus melakukan pemantauan eksposur resiko kredit
dibandingkan dengan limit resiko kredit yang telah ditetapkan,
antara lain dengan menggunakan kolektibilitas atau internal risk rating.
4) Pemantauan eksposur risiko kredit tersebut harus dilakukan secara
berkala atau terus menerus oleh satuan kerja manajemen resiko
dengan cara membandingkan resiko kredit aktual dengan limit
risiko kredit yang ditetapkan.
5) Untuk keperluan pemantauan eksposur resiko kredit, satuan kerja
manajemen resiko harus menyususn laporan mengenai
perkembangan resiko kredit secara berkala, termasuk faktor-faktor
penyebabnya, yang disampaikan kepada komite manajemen resiko
16
6) Prinsip pokok dalam penggunaan internal risk rating adalah
sebagai berikut:
a) Prosedur penggunaan sistem internal risk rating harus
diformulakan dan didokumentasikan.
b) Sistem ini harus dapat mengindentifikasi secara dini
perubahan profil resiko yang disebabkan oleh penurunan
potensial maupun actual dari potensi kredit.
c) Sistem internal risk rating harus dievaluasi secara berkala oleh pihak yang independen terhadap satuan kerja yang
mengaplikasikan internal risk rating tersebut.
d) Apabila bamk menetapknan internal risk rating untuk
menentukan kualitas asset dan besarnya provisi, harus terdapat prosedur formal yang memastikan bahwa penerapana kualitas
asset dan provisi dengan internal ris rating adalah lebih
prudent atau sama dengan ketentuan terkait yang berlaku.
e) Laporan yang dihasilkan oleh internal risk rating, seperti laporan kondisi portofolio kredit disampaikan secara berkala
kepada direksi.
Direktorat penelitian dan pengaturan perbankan (2003) juga
menjelaskan bahwa sistem informasi manajemen risiko merupakan bagian
dari sistem informasi manajemen yang harus dimiliki dan dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan bank, dalam rangka penerapan manajemen risiko
17 memiliki sistem informasi manajemen risiko yang dapat memastikan
beberapa hal berikut:
a. Dalam rangka meningkatkan efektivitas proses pengukuran risiko
kredit, bank harus memiliki sistem informasi manajemen yang
menyediakan data dan laporan secara akurat dan tepat waktu untuk
mendukung pengambilan keputusan oleh direksi dan pejabat lainnya.
b. Sistem informasi manajemen juga harus menghasilkan laporan atau
informasi dalam rangka pemantauan eksposur aktual terhadap limit
yang ditetapkan dalam pelampauan eksposur limit risiko yang perlu
mendapatkan perhatian dari direksi.
c. Sistem informasi manajemen juga harus menyediakan data secara
akurat dan tepat waktu mengenai jumlah eksposur kredit peminjaman
individual dan counterpartys, portofolio kredit serta laporan
pengecualian limit risiko kredit.
d. Bank harus memiliki sistem informasi yang memungkinkan direksi
untuk mengidentifikasi adanya konsentrasi dalam portofolio kreditnya
e. Bank harus memiliki pengendalian risiko kredit yang meliputi:
1) Menetapkan suatu sistem penilaian yang independen dan
berkelanjutan terhadap efektivitas penerapan proses manajemen
risiko kredit.
2) Pelaksanaan kaji ulang tersebut harus dilaksanakan oleh satuan
kerja atau petugas yang independen terhadap satuan kerja yang
18
3) Bank harus memastikan bahwa satuan kerja perkreditan dan
transaksi risiko kredit lainnya telah dikelola secara memadai dan
eksposur risiko kredit tetap konsisten dengan limit yang
ditetapkan dan memenuhi standar kehati-hatian.
4) Bank harus menetapkan dan menerapkan pengendalian internal
untuk memestikan bahwa penyimpangan terhadap kebijakan
prosedur, dan limit telah dilaporkan tepat waktu pada direksi atau
pejabat terkait untuk keperluan tindakan terbaik.
5) Pada saat melakukan audit intern, SKAI harus melakukan
pengujuian terhadap efektifitas pengendalian internal untuk
memastikan bahwa sistem pengendalian tersebut telah efektif,
aman, serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta kebijakan,
pedoman dan prosedur internal bank.
6) Bank harus memiliki prosedur pengolahan penanganan kredit
bermasalah termasuk sistem deteksi kredit bermasalah secara
tertulis dan menetapkan secara efektif.
Sebagai salah satu output sistem informasi manajemen risiko,
laporan eksposur risiko disusun secara berkala oleh satuan kerja
manajemen risiko atau sekelompok petugas yang diberikan wewenang dan
bersifat independen terhadap unit kerja yang melakukan kegiatan
operasional. Frekuensi penyampaian laporan kepada direksi terkait dan
komite manajemen risiko harus ditingkatkan apabila kondisi pasar berubah
19 komite manajemen risiko dapat disampaikan dengan frekuensi yang lebih
lama, namun tetap harus mampu memberikan informasi yang memadai
bagi pihak-pihak tersebut untuk dapat melakukan penilaian terhadap
perubahan profil risiko bank.
Pelaksanaan proses pengendalian risiko harus digunakan bank
untuk mengelola risiko tertentu, terutama yang dapat membahayakan
kelangsungan usaha bank. Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh bank,
antara lain dengan cara hedging, dan metode mitigasi risiko lainnya seperti
penerbitan garansi, sekuritisasi aset dan credit derivatives, serta
penambahan modal bank untuk menyerap potensi kerugian.
2. Penerapan Audit Internal
Definisi audit yang sangat terkenal adalah definisi yang berasal dari
A Statement of Basic Auditing Concept (ASOBAC) yang dalam Halim (2001:1) adalah:
“Suatu proses sistematik untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif mengenai asersi-asersi tentang tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat asersi—asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan”.
Menurut Boynton (2004:5), berdasarkan pengertian auditing di atas
maka audit mengandung unsur-unsur:
a. Suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau
20 dilakukan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan,
terorganisasi dan bertujuan.
b. Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya
proses sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari
pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha serta untuk
mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti
tersebut.
c. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya
pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil
proses akuntansi.
d. Menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai
pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut
dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara
pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat
dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif.
e. Kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang
dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (berupa hasil
akuntansi) dapat berupa spesifik yang dibuat legislatif, anggaran atau
ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan manajemen.
f. Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan
21
g. Pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap
laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, misalnya
pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi
buruh dan kantor pelayanan pajak.
Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk
menyatakan pendapat secara wajar dalam semua hal yang material sesuai
dengan standar aturan yang berlaku secara umum untuk mencapai tujuan
tersebut. Hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah menidentifikasi
sejumlah tujuan audit yang spesifik bagi setiap akun yang dilaporkan
dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang merupakan
hal penting sebagai pedoman auditor lain dalam pengumpulan bukti audit.
Auditing Standard Boards (ASB) dalam Fitria (2009), telah mengakui 5 kategori asersi laporan keuangan sebagai berikut:
a. Keberadaan/Keterjadian
Berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas benar-benar
ada pada tanggal tertentu dan transaksi yang dicatat benar-benar telah
terjadi selama periode tertentu.
b. Kelengkapan (Completeness)
Berkaitan dengan apakah semua transaksi dan akun yang harus
22 c. Hak dan Kewajiban (Right and Obligation)
Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan
dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah
yang semestinya.
d. Penilaian/Alokasi (Valuation or Allocation)
Berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan
dan beban telah dicantumkan dalam laporan keuangan dengan jumlah
yang semestinya.
e. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure)
Berkaitan dengan apakah komponen tertentu laporan keuangan telah
digolongkan, diuraikan dan diungkapkan dengan sebagaimana
mestinya.
Menurut Boynton, et,al (2003:6) bahwa audit dapat
diklasifikasikan berdasar tujuan dilaksanakannya audit. Dalam hal ini tipe
audit terbagi dalam tiga kategori.
a. Financial Statement Audit
Audit laporan keuangan mencakup penghimpunan dan pengevaluasian
bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan tujuan untuk
memberikan pendapat apakah laporan keuangan telah disajikan secara
wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan berupa prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Sehingga standar inti ukuran
23 b. Compliance Audit
Audit kepatuhan mencangkup menghimpun dan mengevaluasi bukti
dengan tujuan untuk menentukan apakah kegiatan financial maupun
operasi tertentu dari suatu entitas sesuai dengan kondisi, aturan, dan
regulasi yang telah ditentukan.
c. Operational Audit
Audit operasional meliputi penghimpunan dan pengevaluasian bukti
mengenai kegiatan operasional organisasi dalam hubungannya dengan
tujuan pencapaian efisiensi, efektivitas, maupun kehematan
(ekonomis) operasional.
Dalam melaksanakan suatu audit, pada umumnya jenis auditor
diklasifikasikan menjadi tiga jenis (Boynton,et,al 2003: 8) yaitu:
a. Auditor Independen
Biasanya terdapat pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang pada
umumnya mengambil peran sebagai auditor eksternal atas
perusahaannya yang menyediakan laporan guna kebutuhan tertentu
dari klien untuk menjalankan bisnisnya. Klien para auditor independen
dapat berasal dari perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi
laba, kantor pemerintah dan perorangan.
b. Auditor Internal
Merupakan pegawai dari organisasi yang diaudit. Tugas auditor
internal beragam sesuai dengan kebutuhan dan permintaan manajemen
24 berguna bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan operasional perusahaan.
c. Auditor Pemerintah
Di Indonesia terdapat beberapa lembaga ataupun badan yang
bertanggung jawab secara fingsional atas pengawasan terhadap
kekayaan/keuangan negara. Diantaranya, Badan Pengawas Keuangan
dan Pengembangan (BPKP) dan Inspektorat Jendral (Itjen) pada
Departemen Pemerintah. Sebagian tugas BPKP, disamping itu audit
atas laporan keuangan pada saat ini sering kali dilakukan evaluasi atas
efisiensi dan efektivitas operasi program pemerintah dan BUMN.
Pengawasan intern mempunyai peranan yang sangat penting bagi
suatu organisasi perusahaan. Pengawasan intern merupakan alat yang baik
untuk membantu manajemen dalam menilai operasi perusahaan guna dapat
mencapai tujuan usaha. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas
mengenai audit internal, penulis mengutip beberapa pendapat yang
berhubungan dengan audit internal sebagai berikut:
AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) dalam Nasution (2007) memberikan pengertian internal control sebagai berikut: “Pengawasan Intern meliputi susunan organisasi dan semua metode serta
ketentuan yang terkoordinir dan dianut dalam perusahaan untuk
melindungi harta benda miliknya, memeriksa kecermatan dan seberapa
jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha dan
25 Menurut Konsersium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:5)
dalam Firdaus (2006:11):
“Audit Internal adalah kegiatan assurance dan konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan kegiatan operasi organisasi, audit internal membantu organisasi untuk mencapai tujuannya, melalui suatu pendekatan yang sistematis dan teratur untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengelolaan resiko, pengendalian, dan proses governance”.
Dari definisi diatas, dapat dikemukakan internal audit adalah:
a. Suatu pemeriksaan yang independen objektif.
b. Aktivitas pemberian jaminan kelayakan dan konsultasi.
c. Dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan
kegiatan operasi perusahaan.
d. Membantu organisasi dalam mencapai usahanya.
e. Memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk
mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan risiko manajemen,
pengendalian, pengaturan dan pengelolaan organisasi.
Secara umum tujuan audit internal adalah membantu manajemen
menjalankan tugasnya, yaitu menyediakan informasi tentang kelayakan
dan keefektifan dari pengendalian intern perusahaan dan kualitas
pelaksanaan aktivitas perusahaan, dengan demikian auditor internal akan
melakukan analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk, dan informasi
sehubungan dengan kegiatan yang diperiksa.
Menurut Tugiman (2002), tujuan dari audit internal adalah sebagai
26 “Membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawab secara efektif. Untuk itu audit internal akan melakukan analisis, penilaian dan mengajukan saran-saran. Tujuan dari pemeriksaan mencakup pula pengembangan, pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar”.
Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (SPAI 2004:81)
dalam Susanto (2007), menyatakan bahwa:
“Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab fungsi audit internal harus dinyatakan secara formal dalam charter audit internal, konsisten dengan Standar Profesi Audit Internal dan mendapat persetujuan dari Pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi”.
Untuk mencapai tujuan tersebut, audit internal harus mekalukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Menelaah dan menilai penerapan pengendalian internal dan
pengendalian operasional memadai atau tidak serta mengembangkan
pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
b. Memastikan ketaatan terhadap rencana-rencana dan prosedur-prosedur
yang telah ditetapkan oleh manajemen.
c. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan
dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk
kecurangan, pencurian, dan penyalahgunaan yang dapat merugikan
perusahaan.
d. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapat dipercaya.
e. Menilai suatu pekerjaan di setiap bagian dalam melaksanakan
27
f. Memberikan saran perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
efisiensi dan efektivitas.
Bintoro (2008), menyatakan bahwa Standar Profesi Internal
Auditor merupakan ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjaga kualitas
kinerja Internal Auditor dan hasil audit. Standar audit sangat menekankan
kualitas profesional auditor serta cara auditor mengambil pertimbangan
dan keputusan sewaktu melakukan pemeriksaan dan pelaporan. Hasil audit
yang memenuhi standar akan sangat membantu pelaksanaan tugas Board
of directions (BOD, Board of Commissioner dan Unit Bisnis serta Unit kerja yang diaudit. Hasil kerja Internal Auditor sangat bermanfaat bagi
Pimpinan dan Unit Kerja untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara
keseluruhan. Hasil audit akan dapat dipakai dengan penuh keyakinan, jika
pemakai jasa mengetahui dan mengakui tingkat profesionalisme Internal
Auditor, sehingga diperlukan syarat yang diberlakukan dan dipatuhi oleh
Internal Auditor sebagai standar perilaku yang menuntut disiplin diri
Internal Auditor. Ikatan Akuntan Indonesia dalam Halim (2001), telah
menetapkan dan mengesahkan standar auditing sebagai berikut:
a. Standar Umum Internal Auditor
1) Internal auditor harus memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang
cukup sebagai auditor sehingga hasil kerjanya handal dan dapat
dipercaya.
2) Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan,
28
3) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, audit wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama.
b. Standar Pelaksanaan Penugasan
4) Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan
asisten harus disupervisi yang semestinya.
5) Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian internal
harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.
6) Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi
sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan.
c. Standar Pelaporan
7) Laporan audit harus menyatakan bahwa laporan keuangan yang
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
8) Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang didalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
periode sebelumnya.
9) Pengungkapan informatif dalam laporan kauangan harus
29
10) Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan.
Menurut Asikin (2006), manfaat dan peran auditor internal
membantu manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan sangat
tergantung dari sikap pimpinan, persepsi manajemen terhadap fungsi
internal audit dan sikap auditor itu sendiri. Sikap pimpinan sangat penting
karena keberadaan dan fungsi internal audit akan ditentukan oleh sikap
tersebut. Bila pimpinan tersebut memberi dukungan terhadap internal
audit, maka internal auditor akan mempu melaksanakan fungsinya.
Ruang lingkup audit internal menilai keefektifan sistem
pengendalian internal serta pengevaluasian terhadap kelengkapan dan
keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta
kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Audit internal harus
mengimplementasikan hal-hal sebagai berikut:
a. Mereview keandalan (realibilitas dan intergritas) informasi financial dan operasional serta cara yang digunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengklasifikasi dan melaporkan hal tersebut.
b. Mereview berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan
kesesuaiannya dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur
hukum, dan peraturan yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan
organisasi serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai
kesesuaian dengan hal-hal tersebut.
30
d. Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumber
daya.
e. Mereview berbagai operasi atau program untuk menilai apakah
hasilnya akan konsisten dengan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan apakah kegiatan atau program tersebut dilaksanakan sesuai
dengan yang direncanakan.
Untuk melaksanakan tugasnya audit internal mempunyai batasan
ruang lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan, oleh sebab itu menurut
Cashin (1997) dalam Firdaus (2006) mengemukakan ruang lingkup audit
internal sebagai berikut: “Other than for special assignment, the elemen of internal auditing may be grouped under (1) compliance, (2) verification, (3) evaluation”
1. Kepatuhan (compliance)
Merupakan salah satu unsur audit internal yang bertujuan untuk
menentukan dan mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas
dalam perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan kebijakan dan
prosedur yang telah ditetapkan perusahaan.
2. Verifikasi (verification)
Verifikasi merupakan aktivitas pemeriksaan terhadap dokumen,
catatan dan laporan, apakah hal-hal tersebut telah mencerminkan
keadaan yang sebenarnya. Umumnya verifikasi dilakukan atas:
a. Catatan dan laporan akuntansi, dan
31 3. Evaluasi (evaluation)
Kegiatan ini merupakan tanggung jawab internal auditor yang paling
penting dan paling sulit diukur hasilnya. Evaluasi mencakup dua
fungsi, yaitu penilaian terhadap pelaksanaan dari berbagai tingkat
manajemen dan penilaian terhadap pengendalian internal yang
berjalan dalam perusahaannya.
3. Kebijakan Pemberian Kredit
Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar adanya istilah kredit,
yang diartikan penundaan pembayaran oleh pihak yang menerima barang
atau uang kepada pihak yang memberikannya dengan perjanjian tertentu.
Istilah kredit sebenarnya berasal dari bahasa latin “credere” yang berarti kepercayaan atau “credo” yang artinya percaya, karena itu dasar pemikiran pemberian kredit oleh sebuah lembaga keuangan atau bank
kepada seseorang atau badan usaha, landasannya adalah kepercayaan. Bila
dikaitkan arti kredit tersebut dengan kegiatan usaha, maka berarti
memberikan nilai ekonomi kepada seseorang atau badan usaha atas dasar
kepercayaan saat pemberian kredit tersebut, bahwa nilai ekonomi yang
sama akan dikembalikan kepada kreditur (bank) setelah jangka waktu
tertentu sesuai dengan kesepakatan yang telah disetujui antara bank
32 Pengertian kredit menurut UU No. 10/1998 Pasal 1 ayat 11 adalah:
”Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Menurut Hasibuan (2001:87) pengertian kredit adalah: “Semua
jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bunganya oleh
peminjam sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati”. Suyatno
(2007:13) mengemukakan bahwa kredit adalah: “Hak untuk menerima
pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu
diminta, atau pada waktu yang akan dating karena penyerahan
barang-barang sekarang”.
Pengertian-pengertian tersebut diatas, secara garis besar kredit
mengandung unsur-unsur:
a. Unsur waktu, yaitu petunjuk jarak saat pemberian dan pelunasan.
b. Unsur risiko, yaitu akibat yang mungkin timbul selama penggunaan
kredit oleh user.
c. Unsur penyerahan, yaitu menyerahkan nilai ekonomi kepada pihak
lain, yang harus dikembalikan setelah jangka waktu tertentu.
d. Unsur kepercayaan, yaitu pemberian kredit mempunyai keyakinan
bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang dan
atau jasa akan benar-benar menerima kontra prestasi yang akan
diterima kembali pada jangka waktu tertentu dimasa yang akan
33
e. Unsur persetujuan, yaitu adanya kesepakatan antara pihak kreditur
sebagai pemberi prestasi dengan pihak yang menerima prestasi.
Menurut Anggraini (2008:28), sasaran kredit pada dasarnya dapat
dicerminkan oleh proses kegiatan perkreditan itu sendiri dan
sasaran-sasaran kredit tersebut dapat dikaji melelui proses kegiatan perkreditan.
Mengacu pada proses kegiatan perkreditan maka sasaran perkreditan dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Kredit tersebut harus terarah, maksudnya penggunaan kredit tersebut
harus sesuai dengan perencanaan dan kredit yang digunakan untuk
meningkatkan kegiatan usaha (objek kredit).
b. Kredit tersebut harus menghasilkan, dalam hal ini kredit tersebut
setidaknya dapat memberikan manfaat kepada bank, perusahaan, dan
masyarakat baik dalam bentuk materil maupun goodwill (citra).
c. Kredit harus aman agar bank dapat menerima kembali nilai-nilai
ekonomi tersebut.
Proses kegiatan perkreditan wajib mewujudkan tujuan kredit itu
sendiri yaitu untuk:
a. Bank
1) Bagi bank merupakan asset produktif yang merupakan sumber
utama untuk pendapatannya dan menjamin kelangsungan
kehidupan bank tersebut.
2) Merupakan faktor pendukung pendorong peningkatan pemasaran
34
3) Instrumen untuk memelihara kondisi keuangan bank seperti
likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas.
b. Perusahaan
1) Setelah memperoleh kredit, kegiatan usaha semakin lancar dan
performance usaha akan lebih baik dari sebelumnya.
2) Akan meningkatkan minat berusaha dan keuntungan sebagai
jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan.
c. Masyarakat/negara
1) Kredit mempunyai fungsi sebagai instrument moneter.
2) Peningkatan kegiatan usaha mempunyai pengaruh akan
kesempatan kerja dan kesempatan berusaha.
3) Mengarahkan penggunaan sunber daya alam secara efisien.
Untuk mencapai suatu portofolio kredit yang sehat, maka harus ada
suatu jaminan pemberian kredit, yaitu keyakinan bank atas kesanggupan
debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.
Bank tidak diperkenankan memberikan kredit kepada siapapun
tanpa jaminan pemberian kredit diperoleh bank melalui penilaian yang
seksama terhadap watak, kemampuan, agunan, modal, dan prospek usaha
debitur. Prinsip-prinsip pemberian kredit yang dikenal oleh dunia
perbankan dengan 5C’s principles menurut Firdaus (1986) dalam
35 a. Character
Untuk mengetahui sifat-sifat positif dari pengurus
perusahaan/perorangan, yang tercermin dari kemauan kuat
(willingness) dan bertanggung jawab atas setiap yang menjadi kewajibannya. Sifat-sifat ini adalah integrasi dari keterbukaan, jujur,
kemauan yang keras, rasa tanggung jawab, bermoral, tekun, tidak
berjudi, hemat/efisien, sabar, konsultatif dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui sifat-sifat tersebut diatas tidak begitu mudah,
namun dapat dilacak melalui CV, riwayat hidup, family information, lurah, asosiasi usaha dan lain-lain.
b. Capacity
Pihak bank harus mengetahui sampai dimana capacity atau
kemampuan menjalankan usaha dari calon peminjam. Kemampuan ini
cukup penting artinya karena turut menentukan berhasil tidaknya
suatu perusahaan dimasa yang akan datang. Andaikata perusahaan
dijalankan oleh orang-orang yang mampu maka perusahaan tersebut
diperkirakan akan meningkat sehingga pembayaran kredit kepada
bank akan berjalan lancar, tetapi apabila sebaliknya maka perusahaan
akan menurun bahkan menderita kerugian sehingga pembayaran
kredit akan terganggu.
c. Capital
Analisis modal untuk dapat menggambarkan capital structure,
36 debitur. Modal dapat terdiri dari modal saham, pinjaman bank,
pinjaman pihak ketiga lainnya. Hal ini dapt dilihat dari neraca dan
bukti-bukti accounting lainnya. d. Collateral
Jaminan kredit merupakan keyakinan bank atas kesanggupan debitur
untuk melunasi kreditnya (kegiatan usaha sebagai objek kredit) serta
agunan sebagai tambahan, bila keyakinan bank atas kemampuan
debitur masih lemah.
e. Condition of Economic
Bank harus mengetahui keadaan ekonomi yang cukup yang
berpengaruh dan berkaitan dengan usaha calon debitur serta
bagaimana kemungkinan pertumbuhan usaha dimasa yang akan
datang. Suatu keadaan yang dapat diantisipasi dampaknya atas
jalannya kegiatan usaha debitur, oleh sebab-sebab perkembangan
ekonomi, moneter keuangan/perbankan dan berbagai kebijaksanaan
baik nasional maupun internasional.
Selain konsep atau prinsip 5C tersebut diatas, dalam prakteknya
bank juga seringkali menerapkan dasar penilaian lain yang sering disebut
dengan prinsip 5P, menurut Wahyuningtyas (2007:47) yaitu:
a. Personality
Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat
37
b. Purpose
Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit.
c. Prospect
Bank mencari data tentang harapan masa depan dari bidang usaha atau
kegiatan usaha si peminjam.
d. Payment
Bank mencari data tentang bagaimana perkiraan pembayaran kembali
pinjaman yang akan diberikan.
e. Party
Party (golongan) dari calon-calon peminjam bank perlu menggolongkan calon debiturnya menjadi beberapa golongan menurut
caracter, capacity dan capital. Penggolongan ini akan memberi arah analisis bank bagaimana ia harus bersikap.
Menurut Firdaus (1986) dalam Anggraini (2008:34), Selain konsep
atau prinsip 5C dan 5P bank juga menerapkan dasar penilaian lain yang
sering disebut dengan prinsip 3R yaitu:
a. Returns
Yaitu penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan debitur
setelah mendapatkan kredit, apakah hasil tersebut cukup memadai
untuk menutupi pinjaman serta sekaligus memungkinkan pula
38 b. Repayment
Suatu perhitungan terhadap kemampuan dan jadwal serta jangka
waktu pengembalian kredit.
c. Risk Bearing Activity
Adalah sampai sejauh mana ketahanan perusahaan pemohon kredit
untuk untuk menanggung resiko kegagalan, apalagi menanggung
suatu hal yang tidak diinginkan. Dalam pengertian risk bearing ability juga termasuk kemampuan menanggung resiko bank sebagai kreditur,
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada perusahaan debitur
yaitu dengan cara bank meninta collateral dari debitur.
Kebijakan perkreditan (loan policy) menurut Hampel dan Simpson (1991) dalam Anggraini (2008:35) adalah:
“The policy should in turn reflect the bank’s lending philosophy and culture, indicating priorities, specifying prosedurs and means of monitoring lending activity. Loan policy should obtain three result:
a. Produce sound and collectible loan
b. Provide profutable investment of bank funds
c. Encourage extention of credit that meet the legimate needs of the bank’s”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi dari kebijakan
kredit merupakan kemampuan perusahaan dalam menyalurkan kredit ke
debitur yang menguntungkan dan aman bagi bank. Pelaksanaan
perkreditan mempunyai permasalahan yang cukup rumit sehingga untuk
mengatasi berbagai kerumitan serta dalam upaya agar perkreditan berjalan
lancar maka diperlukan suatu peraturan-peraturan yang ditetapkan terlebih
39 perkreditan itu berlangsung, dalam penetapan kebijakan kredit yang harus
diperhatikan tiga azas pokok yaitu:
a. Azas Likuiditas
Yaitu suatu azas yang mengharuskan bank untuk tetap dapat menjaga
likuiditasnya, karena suatu bank yang likuid akibatnya akan sangat
parah yaitu hilangnya kepercayaan nasabahnya atau dari masyarakat
luas.
b. Azas Solvabilitas
Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari
masyarakat dan disalurkan dalam berbentuk kredit. Masalah inilah
yang mendorong top management suatu bank untuk dapat
mengarahkan sasaran kredit secara tepat.
c. Azas Rentabilitas
Sebagaimana halnya pada setiap kegiatan usaha akan selalu
mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan
eksistensinya maupun untuk keperluan mengembangkan dirinya. Laba
yang diperoleh dari perkreditan selisih antara pendapatan dana dengan
biaya dana.
Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penetapan kebijakan kredit
menurut Mujono (2001:20) yaitu:
a. Untuk penyediaan sarana penjagaan atau pengamatan terhadap aset
40 maksudnya agar dana yang telah ditanamkan ke dalam bank tersebut
dapat dikembangkan hingga dapat memperoleh return yang optimal.
b. Sebagai dasar pedoman kerja dalam menghadapi perkembangan
perekonomian khususnya yang menyangkut kegiatan perbankan,
maksudnya seagai unit perekonomian sudah tentu tidak dapat
melepaskan diri dari setiap perkembangan yang terjadi pada kegiatan
perekonomian yang mengelilinginya.
c. Sebagai pedoman bagi para pejabat kredit bank yang bersangkutan
dalam menyelesaikan tugasnya.
d. Sebagai dasar untuk melaksanakan pengawasan, karena policy
merupakan decision made in advance yaitu sebagai tolak ukur dari apa-apa yang harus dilaksanakan oleh para petugas di lapangan.
Penilaian kredit merupakan suatu kegiatan yang sangat kompleks
dimana dalam pemberian kredit kepada perusahaan/debitur harus
dipertimbangkan aspek-aspek yang merupakan informasi yang
menyangkut calon debitur, aspek-aspek tersebut adalah:
a. Aspek Hukum (Yudiris)
Aspek hukum bersisi tentang uraian informasi-informasi calon debitur
mengenai akta pendirian sampai dengan akta-akta perubahan
perusahaan, surat izin dan spesifikasi diperlukan oleh calon debitur
dalam melaksanakan kegiatannya, bukti-bukti kepemilikan
barang-barang yang akan dijadikan jaminan kepada bank sebagai jaminan
41 surat-surat rekomendasi, letter of comport, letter of guarantee, surat
kesanggupan menjadi avalist, surat persetujuan dari komesaris
perseroan kepada direktur perusahaan yang sesuai dengan isi akta
pendirian perusahaan. Data yudiris ini merupakan suatu informasi
yang harus diminta dari nasabah sebagai calon debitur, karena
informasi tersebut merupakan permanent file dari suatu perusahaan yang jarang dipublikasikan.
b. Aspek Pemasaran
Penilaian mengenai aspek pemasaran yaitu berupa data yang
merupakan informasi-informasi calon debitur mengenai: daerah
pemasaran, produk yang dihasilkan, tipe konsumen yang dituju,
analisa permintaan dan penawaran, faktor persaingan yang akan
dihadapi, rencana penjualan, dan lain-lain.
c. Aspek Teknis
Penilaian mengenai keteknisan meliputi segi teknik fisik dari
perusahaan calon debitur dimana sasarannya adalah untuk
mendapatkan hasil produk yang dikehendaki sesuai dengan rencana,
baik itu kualitas, jumlah kapasitas, ukuran maupun untuk kepentingan
kalkulasi, jumlah kapasitas, ukuran maupun untuk kepentingan
kalkulasi biaya atau kebutuhan model kerja perusahaan.
d. Aspek Keuangan
Aspek keuangan pada perusahaan pemohon kredit akan menentukan
42 yang akan datang serta kemampuan perusahaan dalam membayar
pengembalian kredit. Beberapa tujuan mengadakan penelitian
terhadap aspek keuangan calon debitur menurut Muljono (2001:223),
adalah untuk memenuhi:
1) Struktur kebutuhan permodalan calon debitur untuk disamakan
dengan struktur perkreditan yang tersedia dipihak perbankan.
2) Kebutuhan dana atau permodalan yang diperlukan oleh calon
debitur tersebut seberapa besar baik dalam rangka untuk
memenuhi kebutuhan modal kerja.
3) Posisi keuangan calon debitur yang telah ada dan berapa
besarnya.
4) Rentabilitas, solvabilitas, likuiditas serta prospek posisi keuangan
di waktu yang akan datang setelah calon debitur yang
bersangkutan menerima kredit dari bank.
5) Prospek keuangan nasabah dimasa yang akan datang terutama
volume pendapatan sampai dengan laba bersih dengan
melaksanakan kegiatan usaha yang dibiayai dengan kredit
perbankan, untuk beberapa periode yang akan datang.
6) Besarnya usaha yang diperlukan baik untuk keperluan investasi,
keperluan modal kerja untuk keseluruhan maupun tiap-tiap
43
7) Estimasi sources and use of fund (arus yang masuk dan yang
keluar) serta untuk mengetahui berapa besarnya saldo dana untuk
tiap-tiap periode yang akan datang.
8) Estimasi cash flow (arus uang tunai yang masuk dan yang keluar) dan berapa besarnya saldo uang tunai yang akan datang dari
waktu ke waktu.
9) Rencana pelunasan utang pokok yang diterima oleh bank maupun
pembayaran bunga atau kewajiban-kewajiban lainnya.
e. Aspek Jaminan
Jaminan kredit (collateral) merupakan posisi yang penting dalam
perkreditan karena fungsinya sebagai pengaman apabila kredit yang
diberikan mengalami kegagalan. Penilaian jaminan mempunyai
sasaran pokok, yaitu:
1) Menilai nilai ekonomis dari barang jaminan.
2) Menilai nilai yudiris dari barang jaminan.
Kedua sasaran tersebut harus dipenuhi secara lengkap apabila jaminan
yang akan diikat merupakan alat pengaman atas kredit.
f. Aspek Sosial Ekonomi
Hal untuk menilai dalam analisa ini antara lain adalah penyerapan
tenaga kerja yang diserap baik secara langsung maupun tidak
langsung oleh perusahaan yang menerima kredit dari bank. Pengaruh
proyek terhadap keadaan masyarakat sekitarnya, maksudnya pengaruh