• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation untuk Meningkatakan Kemamampuab Berpikir Anlitis Siswa kelas XI IPS

Dalam dokumen PENERAPAN MODEL BELAJAR INOVATIF GROUP I (Halaman 55-60)

HASIL PENELITIAN A Instrumen Penelitian

A. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation untuk Meningkatakan Kemamampuab Berpikir Anlitis Siswa kelas XI IPS

SMAN 2 Mojokerto.

Kemampuan berpikir analitis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dilakukan oleh siswa dengan meliputi kegiatan mengidentifikasi, menerapkan konsep, memmaparkan data dan fakta, mengidentifikasi alternative masalah dan menetapkan solusi. Apabila pada setiap indicator kemampuan berpikir analitis mengalami peningkatan maka kemappuan berpikir analitis siswa dapat dapt dikatakan meningkat. Alat untuk mengukur kemampuan berpikir analitis berupa soal tes yang di dalamanya terkandung lima unsur indicator kemampuan berpiki analaitis.

Berdasarkan hasil analisis data kekmamapuan berpikir analitis siswa pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Grop Investigation dapat meningkatakan kemampuan berpikir nalaitis sisiwa. Peningkatan kemampuan berpikir analitis siswa pada siklsuI menagalami peningkatakan darii 51,39 menjadi 66,67 denagn persentasi 15,28% dan pada siklus II dari 66,67 menjadi 81,11 dengan persentase 9,36%. Penerapan model pembelajaran GI secara keseluruhan dapat menigkatakan kemampuan berpikir analiitisssiwa, tetapi peningkatan kemampuan berpikri analitis sisiwa pada setiap indicator berebeda persentasenya.

Penigkata kemampuan berpikr analitis diketahui denagn adanaya salah satu peningkatan perssentase pada indicator identifikasi msalah, pada siklsu I peningkatan persentase sebesar 42,19% dan siklsu II 31,87%. Peningkatan ini disebabkan pada model pembelajaran GI menggunakan sebuah permasalahan atau topic yang diidentivikasi. Pada tahap perencanaaan dan investigasi kelompok, siswa dituntut untuk berpikir secara analitis mengenai permasalahan yang diinvestigasi sehingga diperlukan suatu identifikasi masalah. Saat pelaksanaan model pembelajaran ini siswa dilatih untuk mengidentifikasi masalah sebelum mengambil sebuah kesimpulan atau solusi untuk masalah tersebut. Sehingga kemampuan berpikir analisis siswa dapat meningkat pada atahap perencanaan investigasi masalah.

Peningkatan kemampuan siswa dalam penerapan konsep juga terjadi peningkatan persentase pada siklsu I sebesar 6,87% dan siklusII 39,73%. Peningkatan penerapan konsep terjadi saat tahap penyelidikan masalah berlangsung siswa di dalam kelas maupn saat id lapangan. Saat investigasi masalah berlangsung sisiwa menggunakan konsep yang ada untuk mendekati suatu msalah, konsep ini akan diterapakan pada keadaaan yang nyata yang dihadapi, sesuai apa tidak.

Peningkatan kemampuan berpikir nalaitis siswa juaga dapat dilihat pada idnikator memmaparkan data dan fakta yang ditemukan. Persentase peningjatan ini terjadi pada siklus I sebesar 8,58% dan siklus II 31,56%. Peningkatan ini disebabakan siswa saat melakuakan observasi di lapangan dengan mengobservasi dan mewawancarai orang di sekitar obyek investigasi, selain itu pemamaparan data san fakta yang digunakan saat ppresentasi di kelas guna mendukung argument yang disampaiakan saat presentasi kelas. Siswa teralatih dalam menemukan data dan fakta serta memamparkannya.

Peningkatan oersentae dalam indicator mengidentifikasi alternative pemecahan masalah juaga mengalami peningkatan, pad asiklus I sbesar 53,34 % dan siklus IIsebesar 10.34%. Peningkatan ini terjadi saat onvestigasi masalah, dalam menginvestigasi susatu masalah nantinya kan dibutuhkan alternative- alternatif pemecahan masalahnya. Setelah menginvestigasi masalah denagn memperhatikan penggunaaan konsep, identifiaksi masalah dan dotemukannya data dan fakta maka siswa dapat mempertimbangkan apa saja yang akan digunakan dalam mememcahkan masalah., siswa tidak semenah-menah saja tetapi mempehatikan hal lain uyang telah diinvestigasi.

Peningkatan persentase penentuan solusi juaga meningkat, pada siklus I sebesar 36,36% dan pada siklus II sebesar 6,67%. Peningkatan ini terjadi juaga saat tahap investigasi masalah. Setelah menguraikan apa saja alternative yang dapat diambil dalam pemecahan masalah ini, siswa dapat menentukan satu solusi yang dianggap paling tepat utnutk memecahkan masalah tersebut. Hal ini tidak semenah-menah menentukan solusinya, akan tetapi menjelaskan alas an mengapa solusi ini diambil.

Peningkatan kemampuan berpikir analitis yang terjadi pada setiap siklus, mengutakan bahwa pembelajan koperatif Group Investigation dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir anlitis sisiwa. Dengan meningkatanya kemmapuan berpikir analitsi siswa kelas XI IPS 3 SMAN 2 Mojokerto setelah diterapkanya model pembelajaran GI maka penelitian ini dihentikan pada siklsu II, karena terjadi peningkatan pada setipa siklsunya.

BAB VI PENUTUP

Pada bab ini akan dijelasakan secara lebih lengkap mengeenai kemampuan berpikir nalitis siswa dengan penerapan model pembelajaran Group Investigation (GI).

A. Penerapan Model Pembelajaran Group Investigation untuk Meningkatakan Kemamampuab Berpikir Anlitis Siswa kelas XI IPS 3 SMAN 2 Mojokerto.

Kemampuan berpikir analitis merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dilakukan oleh siswa dengan meliputi kegiatan mengidentifikasi, menerapkan konsep, memmaparkan data dan fakta, mengidentifikasi alternative masalah dan menetapkan solusi. Apabila pada setiap indicator kemampuan berpikir analitis mengalami peningkatan maka kemappuan berpikir analitis siswa dapat dapt dikatakan meningkat. Alat untuk mengukur kemampuan berpikir analitis berupa soal tes yang di dalamanya terkandung lima unsur indicator kemampuan berpiki analaitis.

Berdasarkan hasil analisis data kekmamapuan berpikir analitis siswa pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif Grop Investigation dapat meningkatakan kemampuan berpikir nalaitis sisiwa. Peningkatan kemampuan berpikir analitis siswa pada siklsuI menagalami peningkatakan darii 51,39 menjadi 66,67 denagn persentasi 15,28% dan pada siklus II dari 66,67 menjadi 81,11 dengan persentase 9,36%. Penerapan model pembelajaran GI secara keseluruhan dapat menigkatakan kemampuan berpikir analiitisssiwa, tetapi peningkatan kemampuan berpikri analitis sisiwa pada setiap indicator berebeda persentasenya.

Penigkata kemampuan berpikr analitis diketahui denagn adanaya salah satu peningkatan perssentase pada indicator identifikasi msalah, pada siklsu I peningkatan persentase sebesar 42,19% dan siklsu II 31,87%. Peningkatan ini disebabkan pada model pembelajaran GI menggunakan sebuah permasalahan atau topic yang diidentivikasi. Pada tahap perencanaaan dan investigasi kelompok, siswa dituntut untuk berpikir secara analitis mengenai permasalahan yang diinvestigasi sehingga diperlukan suatu identifikasi masalah. Saat pelaksanaan model pembelajaran ini siswa dilatih untuk mengidentifikasi masalah sebelum mengambil sebuah kesimpulan atau solusi untuk masalah

tersebut. Sehingga kemampuan berpikir analisis siswa dapat meningkat pada atahap perencanaan investigasi masalah.

Peningkatan kemampuan siswa dalam penerapan konsep juga terjadi peningkatan persentase pada siklsu I sebesar 6,87% dan siklusII 39,73%. Peningkatan penerapan konsep terjadi saat tahap penyelidikan masalah berlangsung siswa di dalam kelas maupn saat id lapangan. Saat investigasi masalah berlangsung sisiwa menggunakan konsep yang ada untuk mendekati suatu msalah, konsep ini akan diterapakan pada keadaaan yang nyata yang dihadapi, sesuai apa tidak.

Peningkatan kemampuan berpikir nalaitis siswa juaga dapat dilihat pada idnikator memmaparkan data dan fakta yang ditemukan. Persentase peningjatan ini terjadi pada siklus I sebesar 8,58% dan siklus II 31,56%. Peningkatan ini disebabakan siswa saat melakuakan observasi di lapangan dengan mengobservasi dan mewawancarai orang di sekitar obyek investigasi, selain itu pemamaparan data san fakta yang digunakan saat ppresentasi di kelas guna mendukung argument yang disampaiakan saat presentasi kelas. Siswa teralatih dalam menemukan data dan fakta serta memamparkannya.

Peningkatan oersentae dalam indicator mengidentifikasi alternative pemecahan masalah juaga mengalami peningkatan, pad asiklus I sbesar 53,34 % dan siklus IIsebesar 10.34%. Peningkatan ini terjadi saat onvestigasi masalah, dalam menginvestigasi susatu masalah nantinya kan dibutuhkan alternative- alternatif pemecahan masalahnya. Setelah menginvestigasi masalah denagn memperhatikan penggunaaan konsep, identifiaksi masalah dan dotemukannya data dan fakta maka siswa dapat mempertimbangkan apa saja yang akan digunakan dalam mememcahkan masalah., siswa tidak semenah-menah saja tetapi mempehatikan hal lain uyang telah diinvestigasi.

Peningkatan persentase penentuan solusi juaga meningkat, pada siklus I sebesar 36,36% dan pada siklus II sebesar 6,67%. Peningkatan ini terjadi juaga saat tahap investigasi masalah. Setelah menguraikan apa saja alternative yang dapat diambil dalam pemecahan masalah ini, siswa dapat menentukan satu solusi yang dianggap paling tepat utnutk memecahkan masalah tersebut. Hal ini tidak

semenah-menah menentukan solusinya, akan tetapi menjelaskan alas an mengapa solusi ini diambil.

Peningkatan kemampuan berpikir analitis yang terjadi pada setiap siklus, mengutakan bahwa pembelajan koperatif Group Investigation dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir anlitis sisiwa. Dengan meningkatanya kemmapuan berpikir analitsi siswa kelas XI IPS 3 SMAN 2 Mojokerto setelah diterapkanya model pembelajaran GI maka penelitian ini dihentikan pada siklsu II, karena terjadi peningkatan pada setipa siklsunya.

Dalam dokumen PENERAPAN MODEL BELAJAR INOVATIF GROUP I (Halaman 55-60)

Dokumen terkait