• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam wawancara dengan para petani di Desa Ringgit, musim tanam di desa tersebut ada dua, yaitu musim kemarau (Gadu) dan musim hujan (rendeng). Musim tanam I (MT I) dimulai pada bulan November saat musim hujan dan musim panen I (MP I) terjadi diantara akhir bulan februari dan bulan maret. Musim Tanam II (MT II) dimulai pada bulan Maret dan Musim Panen II (MP II) pada bulan Juli, sedangkan sisa dari 1 tahun tersebut terkadang digunakan untuk menanam tanaman palawija atau dibiarkan menganggur.

Lahan

Lahan yang digunakan para petani SRI rata-rata berada di Desa Ringgit dengan luas rata2 garapan 1500 m2 atau penduduk sekitar sering mengistilahkannya dengan satu iring (1 iring = kurang lebih sekitar 1500 m2). Status kepemilikan lahan yang berada di Desa Ringgit terbagi menjadi empat jenis, yaitu lahan milik sendiri, lahan sewa,

lahan sakap, serta lahan bengkok. Kepemilikan lahan petani SRI di Desa Ringgit sebagian besar adalah lahan milik sendiri, dan sebagian lain merupakan lahan sakap4. Luas lahan yang ditanami SRI organik di Desa Ringgit dapat dilihat berikut ini.

Tabel 4.6 Data Luas Lahan Garapan Petani SRI Organik Desa Ringgit, Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo.

NO Nama Petani SRI Organik Luas Lahan Lokasi Lahan

1. Slamet 1800 Sikendil 6363 Sikauman 3009 Siklepu 1500 Sikendal 2. Wuryanto 2173 Siketanan 4300 Simijil 1795 Sipathok 3. Kuntaufik 4020 Simalang 2800 Abean 2000 Sipiter 4. Sarjan 1904 Ngeban 5. Sutadi 1243 Simijil 6. Suheni 1747 Simijil 2270 Silorok 3600 Bleber 7. Eko 3600 Sikendal 8. Narto 2000 Silaban

9. Tri Iskak 1880 Siburuan

10. Bejo 1000 Ds Tunjungan 1800 Abean 11. Wahyudi 2150 Sicangkring 1000 Sipopohan 12. Pairin 2070 Sigumbeng 13. Sartono 1800 Cangkring TOTAL 57824 m2 57,82 Ha

Sumber : Data diperoleh saat FGD bersama Kelompok Tani 2015

Berbicara mengenai lahan, maka tidak lepas dari bagaimana petani SRI mengelola lahan. Pengelolaan tanah mengutamakan penggunaan bahan organik atau kompos antara 5 – 7 ton per hektar (dengan catatan jerami kembali ke tanah) atau disesuaikan dengan tingkat kesuburan lahan. Kompos adalah bahan organik yang telah

4 Sakap merupakan lahan milik orang lain yang digarap oleh petani dengan system bagi hasil namun biaya operasional ditanggung oleh petani, dan pemilik hanya menanggung biaya tetap seperti pajak.

lapuk yang menyerupai tanah dengan struktur remah berasal dari berbagai bahan organik (hijauan, sisa tanaman, kotoran ternak dan limbah organik lain) yang sengaja difermentasi dengan memanfaatkan peranan biota tanah dan mikroorganisme dengan kondisi tertentu. Dalam pengolahan lahan, kompos diberikan pada saat 1-2 minggu sebelum bibit padi ditanam, pada pengolahan kedua, atau saat perataan, ketika kondisi air di petakan macak-macak. Di dalam pertanian SRI Organik kompos berfungsi sebagai berikut.

a. Memperbaiki kondisi fisik tanah

b. Mendorong kehidupan di dalam tanah, seperti cacing dan mikroorganisme yang meningkatkan kesuburan lahan c. Memperbaiki kondisi kimia tanah yakni memperbaiki pH

(derajat keasaman) tanah

d. Membangun kembali ruang bioreactor sebagai penyedia nutrisi bagi tanaman

e. Memperkuat imunitas tanaman

Kompos yang digunakan oleh petani SRI ini merupakan buatan sendiri, bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan kompos adalah bahan yang banyak mengandung nitrogen (bahan basah) dan bahan yang mengandung karbon (bahan kering). Bahan – bahan tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.

Bahan yang mengandung nitrogen : sisa makanan dan sayuran, daun-daunan hijau, kotoran ternak.

Bahan yang mengandung karbon : serbuk gergaji, sekam padi, abu, jerami kering dan daun kering.

Sumber: Trainer PETA Desa Ringgit (Mas Bejo)

Persiapan lahan untuk bertani dimulai dengan mengolah lahan tanam menggunakkan traktor. Traktor yang digunakan merupakan milik kelompok tani Lestari, biaya yang dikenakan untuk membajak sawah hingga selesai adalah Rp. 100.000,- digunakan untuk bahan bakar dll. Perlu diketahui bahwa lahan yang akan digunakan dengan metode SRI ini pada setiap pinggirannya di beri mulsa untuk menanam tanaman legume, hal ini menurut para petani bertujuan sebagai tanaman pagar, seperti yang dikemukakan Bapak Wuryanto :

“Mulsa ini digunakan sebagai tanaman pagar (Legume)

karena lahan sebelah merupakan lahan padi konvensional yang menggunakan kimia, logikanya pagar angin membawa zat – zat kimia dari lahan sebelah, nah angin ini ditangkal oleh tanaman kacang ini, sehingga dimungkinkan padi steril dari kimia, tanaman kacang ini efektif dan lebih murah

ketimbang kita menggunakan jala sebagai pagar.”

(Pernyataan sudah diterjemahkan oleh peneliti kedalam bahasa Indonesia)

Di dalam persiapan lahan, yang perlu diperhatikan adalah disalah satu pinggir lahan diberikan 3 kotak yang bertujuan untuk filter air, kotak pertama berisi bebatuan, kotak kedua berisi tanaman enceng gondok, kotak ketiga berisikan pasir. Hal ini bertujuan untuk sterilisasi air, walaupun menggunakan air tanah, hal ini juga untuk mengantisipasi adanya residu kimia yang terdapat pada air tanah. Kemudian di lahan yang akan ditanami juga diberikan tempat saluran air biasanya terdapat di tengah lahan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Dari kiri ke kanan : tanaman pagar – saluran air ditengah –

Bibit

Bibit yang digunakan oleh petani SRI organik Desa Ringgit merupakan bibit yang dibuat sendiri oleh kelompok petani Lestari, dan dikoordinir oleh Ketua Kelompok sesuai dengan pesanan yang akan ditanam oleh para anggota kelompok tani. Varietas bibit yang ditanam yaitu sintanur, janur dan jasmine, kebanyakan petani SRI Ringgit menanam jenis varietas Janur. Varietas Janur merupakan persilangan antara Jasmine dan SIntanur yang disilangkan oleh Bapak Slamet, varietas Janur ini digunakan oleh sebagian besar petani SRI Organik dikarenakan varietas ini sangat cocok diaplikasikan pada metode SRI. Jumlah bibit yang digunakan dalam metode SRI organik untuk luasan lahan satu iring hanya membutuhkan 1-2 kg. penggunaan jumlah bibit sebenarnya hanya 7-8 ons, kelebihan bibit digunakan untuk penyulaman tanaman yang mati karena terinjak, tertiup angin, atau dimakan oleh hama keong. Hal ini karena benih yang dipindah dari lahan persemaian ke lahan sawah masih sangat muda (7-14 hari) dan belum kokoh, sehingga sangat rentan terhadap kondisi lingkungan. Penggunaan bibit muda dalam metode SRI membantu tanaman dalam mempermudah menyerap makanan, sehingga mampu menghasilkan banyak anakan.

Di dalam proses pembibitan SRI Organik, agar memperoleh bibit yang sehat dan bermutu terdapat langkah-langkah yang secara teknis harus diterapkan, antara lain :

a. Pemilihan benih yang baik,

Untuk mendapatkan benih yang bermutu baik atau bernas dalam metode SRI ini harus terlebih dahulu diadakan pengujian benih. Pengujian benih dilakukan dengan cara penyeleksian menggunakan larutan garam.

b. Perendaman benih,

Benih yang telah diuji tersebut kemudian direndam dengan menggunakan air biasa. Perendaman ini bertujuan untuk melunakkan sekam gabah sehingga dapat mempercepat benih

untuk berkecambah. Dalam proses perendaman ini dilakukan selama 24 jam sampai 48 jam.

c. Penganginan benih,

Benih yang telah direndam kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam karung yang berpori-pori atau wadah tertentu dengan tujuan untuk memberikan udara masuk ke dalam benih padi, dan kemudian disimpan di tempat yang lembab. Penganginan ini dilakukan selama 24 jam.

d. Persemaian benih,

Persemaian dengan metode SRI dilakukan dengan mempergunakan tampah atau besek, atau di hamparan sawah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah penanaman

e. Penanaman benih

Setelah persemaian bibit dipindahkan ke lahan dan ditanam dalam keadaan utuh ( akar tidak putus). Kondisi air pada saat

tanam adalah “macak-macak”5, bibit yang ditanam setiap lubangnya berisi satu benih dan ditanam dangkal, yaitu pada kedalaman 2-3 cm dengan bentuk perakaran horizontal. Jarak tanam yang digunakan bervariasi, yaitu 25x25 cm dan 30x30 cm apabila tanah sudah dianggap subur maka jarak tanam bisa 30 x 30 cm, 40 x 40 cm bahkan 50 x 50 cm. Penanaman jarak tanam yang lebar dalam prinsip SRI bertujuan untuk mendorong pertumbuhan akar secara optimal serta memaksimalkan sinar matahari yang cukup secara optimal. Jarak tanam menentukan produksi anakan. Semakin jarang maka semakin banyak hasil anakan karena persaingan atas kebutuhan hidup tanaman semakin sedikit. Namun demikian, semakin jarang juga mempengaruhi populasi satuan luas. Oleh karena itu perlu pengalaman untuk menentukan jarak optimal di masing-masing lokasi

Pengelolaan Air, Pemupukan dan Penyiangan

Pada metode SRI terdapat perlakuan yang berbeda dalam pemupukan setelah tanam. Pupuk yang digunakan setelah benih ditanam yaitu dengan menggunakkan MOL (Mikroorganisme Lokal). Mol berfungsi dalam membantu pertumbuhan tanaman dan kesehatan ekosistem, serta dapat melarutkan unsure hara makro dan mikro tanah. Petani SRI di Desa Ringgit tidak semua mampu membuat Mol, akan tetapi dibuat oleh ketua kelompok tani ( Bapak Slamet) yang nantinya dibagi-bagikan kepada seluruh anggota kelompok. Dalam pertanian dengan metode SRI Organik, Mol dibagi menjadi empat jenis antara lain Mol tunas (Giberelin), Mol Batang (Sitokinin), Mol daun (Auxin), Mol Inhibitor, serta Mol untuk pengisian bulir. Secara teknis pemberian Mol dapat dilihat pada Gambar 4.3 dibawah ini :

Sumber : Diperoleh dari PETA Organik Desa Ringgit Gambar 4.3 Pemberian Mol

Dengan melihat gambar diatas, berbicara mengenai pengelolaan air maka proses pengelolaan air dan penyiangan dalam metode SRI desa Ringgit dilakukan sebagai berikut :

1. Ketika padi mencapai umur 1-8 hari sesudah tanam (HST), keadaan air dilahan adalah macak-macak

2. Padi berumur 10 HST air kembali digenangkan dengan ketinggian 2-3 cm selama satu malam. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penyiangan (matun) tahap pertama. Penyiangan atau matun dilakukan 4 kali setiap 10 hari sekali sebelum disemprot dengan Mol hingga padi berumur 40 HST. Frekwensi penyiangan hingga 4 kali bertujuan untuk menjaga ketersediaan oksigen di dalam tanah, membantu tanah tetap gembur dan mengembalikan fungsi gulma agar lebih cepat sebagai nutrisi bagi tanaman padi. Setiap kali penyiangan dilakukan juga penerapan MoL (mikroorganisme lokal) buatan sendiri. Bahan-bahan pembuat MoL antara lain berupa buah-buahan, buah Maja, Rebung Bambu, Bonggol Pisang dan lain-lain.

3. Pada saat padi berumur 50-60 HST kondisi air dilahan dikeringkan, hal ini bertujuan untuk menghentikan peranakan. 4. Pada saat padi berumur 70-80 HST, lahan digenangi air kembali setinggi 2 cm hingga 70% bulir padi masak kemudian air dikeringkan kembali hingga panen.

Gambar 4.4 Grafik Peranakan Tanaman Padi (Uji Coba dalam Pot)

Di dalam teknisnya pengembangan padi SRI Organik ini dapat diteliti dan diuji coba didalam pot, berikut adalah hasil ujicoba peranakan padi dengan metode SRI Organik:

Grafik ini adalah hasil pengamatan peranakan tanaman padi pada pot (Pak Slamet, Ringgit 2007). Hasil pengamatan ini memberikan petunjuk pada kita:

 Umur vegetatif tanaman padi (Sintanur) sekitar 58 – 60 hari (benih 10 hari ditambah 48 HST).

 Peranakan yang lambat saat umur tanaman muda mempengaruhi jumlah anakan produktif.

Menurut beliau kita bisa mengusahakan terjadinya percepatan peranakan pada saat tanaman umur muda dengan mengoptimalkan fungsi dan peran KOMPOS dan MoL serta membantu pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman dengan ’matun’ dan

pengelolaan air.

Panen dan Pasca Panen

Umur panen dipengaruhi oleh varietas yang ditanam, umumnya berkisar antara 100-120 hari. Tenaga kerja untuk panen biasanya dengan mempekerjakan tenaga kerja sejumlah 10-14 orang. Biaya yang dikeluarkan pada saat pemanenan adalah tenaga kerja yang dibayar dengan padi besarnya 10% dari total hasil yang didapat, kemudian setelah itu dilakukan penjemuran gabah basah sebanyak 3x. 1 iring lahan mendapatkan 1,5 ton gabah basah, dan setelah dikeringkan dan diolah menjadi beras sebesar 500 – 550kw, harga beras organik di desa ringgit adalah Rp8.900,- yang diterima petani, sedangkan dijual keluar dengan harga Rp10.200,- beras merah Rp9.900,- dijual ke luar Rp10.900,- beras hitam Rp25.000,- dijual ke luar Rp 26.000,- perbedaan harga dengan selisih Rp1.000,- digunakan untuk biaya operasional kelompok.

Hasil panen tanaman padi yaitu berupa gabah dan jerami. Gabah yang sudah dikeringkan dan digiling menyisakan kulit gabah dan dedak. Kulit gabah yang dibakar dapat digunakan sebagai pupuk

yang disebut merang, sedangkan dedak dapat digunakan sebagai pakan ternak. Untuk jerami harus dikembalikan kembali ke lahan untuk dijadikan kompos. Karena dalam 1 kilogram jerami terdapat unsure-unsur hara yang diperlukan oleh tanaman seperti Nitrogen (N),Phosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), serta Silikat (Si) yang berfungsi sebagai imun bagi tanaman padi

Berikut peneliti sajikan hasil demplot tanam SRI Organik Desa Ringgit Kecamatan Ngombol Purworejo milik Bapak Slamet Supriyadi.

• Lahan milik : Pak Slamet Supriyadi

• Luas Lahan : 725 M2

• Tanggal tanam : 18 November 2007

• Varietas : Sintanur

• Umur Benih : 10 hari

• Jarak Tanam : 25 x 25 cm ; 30 x 30 cm ; 40 x 40 cm ; 50 x 50 cm

• Bahan / Pupuk Organik : Jerami, Kotoran Sapi

• Tanggal Panen : 25 Februari 2008

• Produktifitas dengan ubinan : 11,44 ton / Ha

• Produktifitas riil : 783 kg

Dokumen terkait