• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Pendekatan Saintifik

6. Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup:

Kegiatan pendahuluan, bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman

siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan.

Kegiatan inti, merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa.

Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

1. Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran. Menurut Hosnan (2014: 39) metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa. Permendikbud

Nomor 81a tahun 2013, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Guru memberikan fasilitas pada peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

2. Menanya

Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Menanya itu dapat berupa membuat maupun mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi yang ingin diketahui setelah melakukan kegiatan mengamati. Dalam kegiatan menanya dikembangkan rasa ingin tahu pesrta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.

3. Mengumpulkan informasi

Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan merngumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Seperti mengekplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati fenomena dengan lebih teliti, mengumpulkan data dari narasumber melaui angket, dan wawancara. Dari kegiatan tersebut maka akan terkumpul sejumlah informasi.

4. Mengasosiasi/Mengolah Informasi

Mengasosiasi/mengolah informasi dalam kegiatan pmbelajaran disampaikan dalam Permandikbud No 81.a Tahun 2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut, yang kemudian mengambil kesimpulan dari berbagai pola yang ditemukan.

5. Mengkomunikasikan Hasil

Dalam pendekatan saintifik guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan hasil dari semua informasi yang telah ditemukan dan dipelajari. Kegiatan

“mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menuliskan ataupun dengan menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengsosiasikan/mengolah informasi hingga menemukan pola dan keterkaitan. Untuk mengkomunikasikan hasil dapat dilakukan secara individu maupun dengan kelompok dari hasil kesimpulan yang ditarik bersama.

Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.

Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Kegiatan penutup, ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa.

Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.

16 BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan karena riset ini menggunakan data berupa hasil observasi dan wawancara. Penelitian kualitatif didefinisikan secara beragam sesuai dengan sudut pandang yang dipakai oleh para ahli. Bogndan dan Taylor (Djamal, 2015: 9) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati. Definisi tersebut lebih menitikberatkan pada jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian yakni data deskriptif kualitiatif dan berupaya menggali makna dari suatu fenomena.

Bentuk penelitian kualitatif yang digunakan yaitu studi kasus. Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama. Mendalam, artinya mengungkapkan semua variabel yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek. Setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, kalu perlu dibahas dengan peneliti lain sebelum menarik kesimpulan-kesimpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang ditunjukkan oleh individu tersebut (Trianto, 2011: 199)

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah kepada siapa penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini, terdapat subjek penelitian yaitu 2 orang guru IPA yang berasal dari satu sekolah yang sama di SMP Yogyakarta. Kedua subyek penelitian ini dipilih berdasarkan kesediaan dari kedua guru tersebut. Sedangkan objek penelitian adalah apa yang akan diteliti yaitu penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama di Yogyakarta pada bulan April s/d Mei 2017

D. Metode Pengumpulan Data 1. Pengamatan/Observasi

Pengamatan/observasi pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi melalui indera penglihatan sehingga peneliti harus terjun langsung ke lapangan penelitian. Sebelum pengumpulan data penelitian berlangsung, peneliti melakukan observasi kegiatan proses belajar mengajar guru sebanyak 3 kali. Observasi ini bertujuan untuk melihat kondisi kelas, siswa dan guru. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai keterkaitan antara silabus dan rpp terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas. Proses pengamatan pada saat proses pembelajaran, dilakukan perekaman dengan handy-cam. Proses pembelajaran yang akan direkam adalah proses pembelajaran normal dimana peneliti tidak ikut terlibat dan hanya sebagai pengamat. Dan tujuan

peneliti merekam adalah untuk mendapatkan keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

2. Studi Dokumentasi

Sugiyono (2009: 329) menjelaskan bahwa “ dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.” Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen utnuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan meminta data dari guru yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar informasi yang didapatkan benar-benar bersumber dari partisipan penelitian. Tenik dokumentasipun dilakukan dalam bentuk memotret semua kejadian yang berlangsung selama peneliti melakukan kegiatan penelitian.

3. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik mendapatkan data dengan cara mengadakan percakapan secara langsung antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan pihak yang diwawancarai yang menjawab pertanyaan (Djamal. 2015:75). Wawancara bertujuan untuk mengetahui pengetahuan guru tentang tujuan pembelajaran fisika. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terpimpin yaitu peneliti membuat daftar pertanyaan, kemudian saat wawancara pertanyaan tersebut dikembangkan

oleh peneliti. Peneliti merekam wawancara dengan kedua guru dengan handphone. Hasil rekaman tersebut berupa file suara yang selanjutnya akan peneliti terjemahkan menjadi transkrip data wawancara. Tujuan peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data yang tidak muncul pada saat perekaman video guru mengajar. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai pewawancara sedangkan pihak yang diwawancarai adalah seorang guru.

E. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti melakukan beberapa tahapan yaitu:

1. Transkrip data

Transkrip data ini dilakukan untuk semua data yang diperoleh peneliti, yaitu video hasil rekaman handy-cam dan hasil wawancara. Untuk data video akan diubah menjadi bentuk tulisan atau cerita deskriptif. Hal tersebut dilakukan dengan cara memutar kembali video proses pembelajaran yang terekam, mengamati dan mencermati video-video tersebut. Pengamatan difokuskan pada hal-hal yang dilakukan guru yang menunjukkan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Video hasil perekaman dideskripsikan secara singkat dan dilakukan pengkodingan pada tiap-tiap data.

2. Pengkategorian Data atau Pemberian Tema

Data yang dikoding atau diberikan kode (kode diwujudkan suatu kata yang menunjukkan isi dari bagian data tertentu) dikelompokkan dan dikategorikan atau satuan dalam tema pada tabel. Setiap data yang

dikelompokkan kode yang sama dikelompokkan dalam satu tema pada tabel data dan analisis. Terdapat tema (judul pengelompokkan), transkip kejadian yang dianggap sebagai data yang menunjukkan pengetahuan guru tentang merancang dan melaksanakan proses pembelajaran sekaligus waktu kejadian dan gambar yang mendukung (jika ada). Tiap tema dibahas satu persatu dalam pembahasan sesuai dengan data yang diperoleh.

Pemilihan tema diabil dari teori yang mendasarinya dan disesuaikan pula dengan data yang diperoleh dari hasil perekaman.

3. Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan proses analisis data maka dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang diteliti. Penarikan kesimpulan dengan mendeskripsikan tindakan guru IPA (fisika) SMP Swasta sebagai subjek penelitian yang menunjukkan tentang pengetahuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran menurut RPP.

Penarikan kesimpulan tersebut bertujuan menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari video rekaman dan wawancara guru yang bersangkutan.

21 BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2017. Penelitian di satu sekolah tersebut dilaksanakan pada hari dan tanggal yang berbeda.

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Yogyakarta. Sekolah yang diteliti merupakan sekolah yang masih menjalankan kurikulum 2013 dalam pembelajarannya. Agar lebih mudah dalam menganalisa dan membahas, peneliti menganti nama SMP. SMP yang diteliti diberi nama Sekolah X yang merupakan sekolah swasta. Berikut jadwal pelaksanaan penelitian dan durasi wawancara:

Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan dan durasi wawancara

Sekolah Tanggal Guru Waktu Durasi

X 30 Mei 2017 I 11.30 WIB – 11.54 WIB 23’45’’

II 12.15 WIB – 12.35 WIB 15’31’’

Subyek dari penelitian ini adalah guru Fisika dan objeknya adalah kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika. Penelitian ini dilakukan dalam satu sekolah dengan guru yang berbeda. Penelitian ini tidak bermaksud untuk membandingkan kedua guru tersebut, melainkan untuk menambah pengetahuan peneliti tentang kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran melalui pendekatan saintifik. Sehingga hasil penelitian ini akan menjadi bekal sebagai calon guru sewaktu mengajar nantinya.

1. Pelaksanaan Penelitian kepada Guru I

Subyek penelitian pertama yang diwawancarai adalah seorang guru laki-laki yang mengajar di SMP Swasta dan telah mengajar di sekolah tersebut selama 15 tahun. Guru I mengajar IPA dikelas VII dan VIII.

Sebelum melakukan penelitian dalam bentuk wawancara, peneliti melakukan observasi. Observasi yang dilakukan peneliti bertujuan untuk menggali hal-hal apa saya yang harus diperhatikan termasuk yang terdapat dalam Rencana Proses Pembelajaran sesuai atau tidaknya dalam pelaksanaan guru itu dalam mengajar di kelas. Peneliti melakukan observasi sebanyak 3 kali, observasi dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2017 di tiga kelas yang berbeda. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan handycam. Dalam pelaksaan observasi peneliti juga membuat catatan penting (fieldnote) yang terjadi dalam proses pembelajaran, yang kemudian ditanyakan kepada guru setelah proses pembelajaran selesai. Data dari obsevasi ini akan menjadi tambahan acuan bagi peneliti dalam penyusunan dan pelaksanaan wawancara.

Wawancara dilakukan tanggal 30 Mei 2017 pada pukul 11.30 WIB – 11.54 WIB di ruang piket dan dilakukan secara 4 mata. Kondisi sekolah khususnya ruang piket tergolong cukup ramai, dikarenakan wawancara bertepatan dengan jam kepulangan sekolah. Walaupun terbilang cukup ramai Guru I terlihat semangat dan senang untuk diwawancarai, dapat dilihat dari cara beliau menjawab pertanyaan. Guru I berusaha menekankan hal penting dalam jawaban beliau mengenai pertanyaan yang

diberikan. Durasi wawancara terbilang singkat, namun disetiap pertanyaan pewawancara mendapatkan hal yang baru dan merupakan motivasi.

Di luar dari gangguan kondisi sekolah yang cukup ramai, wawancara terbilang kondusif dan lancar. Dapat diketahui dengan cara guru tersebut menjelaskan tanpa gugup dan santai. Serta dengan antusias Guru II bercerita secara leuasa.

2. Pelaksanaan Penelitian kepada Guru II

Subyek penelitian kedua yang diwawancarai adalah seorang guru perempuan yang mengajar di SMP Swasta dan telah mengajar di sekolah tersebut selama 15 tahun. Beliau mengajar IPA dikelas VII dan VIII.

Sebelum melakukan penelitian dalam bentuk wawancara, peneliti melakukan observasi. Observasi yang dilakukan peneliti bertujuan untuk menggali hal-hal apa saya yang harus diperhatikan termasuk yang terdapat dalam Rencana Proses Pembelajaran sesuai atau tidaknya dalam pelaksanaan guru itu dalam mengajar di kelas. Peneliti melakukan observasi sebanyak 3 kali, observasi dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2017, 17 Mei 2017 dan 18 Mei 2017. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan handycam. Dalam pelaksaan observasi peneliti juga membuat catatan penting (fieldnote) yang terjadi dalam proses pembelajaran, yang kemudian ditanyakan kepada guru setelah proses pembelajaran selesai. Data dari obsevasi ini akan menjadi tambahan acuan bagi peneliti dalam melaksanakan wawancara.

Wawancara dilakukan tanggal 30 Mei 2017 pada pukul 12.15 WIB – 12.35 WIB di ruang piket dan dilakukan secara 4 mata. Kondisi sekolah khususnya ruang piket tergolong cukup ramai, dikarenakan wawancara bertepatan dengan jam kepulangan sekolah. Durasi wawancara terbilang singkat, dan dalam melaksanakan anak dari Guru II datang dan duduk bersama guru tersebut. Walaupun terdapat ganguan dari anak Guru II yang tiba-tiba datang ditengah-tengah wawancara, wawancara terbilang lancar.

Guru II menjawab pertanyaan dengan santai walaupun ada beberapa pertanyaan yang dijawab dengan singkat yang sebenarnya membutuhkan adanya penjelasan yang lebih mendetail.

B. Pemahaman Guru Terhadap Pendekatan Saintifik

Dari hasil wawancara dari guru I dan guru II didapatkan hasil tentang pemahaman guru terhadap pendekatan saintifik.

a. Guru I

Dari hasil penelitian, guru tidak memahami tentang pendekatan saintifik. Guru berpendapat bahwa pendekatan saintifik lebih untuk mengeksplorasi kemampuan anak dalam berkreasi, kreatif, inovatif dan skil yang anak miliki. Guru juga menekankan bahwa keterlibatan guru dalam pembelajaran hanyalah sebagai fasilitator. Seperti yang diungkapkan guru sebagai berikut :

“Pendekatan saintifiknya adalah lebih mengeksplorasi kemampuan anak berkreasi, kreatif, inovatif dari skil yang dia miliki dengan materi-materi yang ada, sehingga kecenderungan bapak ibu guru itu sebagai fasilitator dan pendampingan saja lebih banyak, sebenarnya itu.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

Menurut peneliti pendapat guru tersebut bukanlah menunjukan penjelasan tentang pendekatan saintifik. Karena dalam teori menurut Honsan (2014:

34) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum, dan prinsip melalui tahapan-tahapan seperti mengamati, merumuskan masalah, mengajukan dan merumuskan hipotesis, mengumpukan data, menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan konsep atau hukum atau prinsip yang telah ditemukan. Namun peneliti sependapat dengan yang diungkapkan oleh guru bahwa guru menjadi fasilitator bagi peserta didik didalam proses pembelajaran.

Dalam pendekatan saintifik terdapat pola 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah informasi dan mengkomunikasi. Guru menjelaskan kelima pola tersebut, pola yang pertama yaitu mengamati. Dari hasil penelitian pada pola pertama yaitu mengamati, penjelasan yang diungkapkan oleh guru kurang tepat. Guru berpendapat bahwa hal yang diamati harus ada kaitannya dengan materi selain itu juga berkaitan dengan perilaku anak dalam menangkap suatu materi yang dipelajari. Guru mengatakan bahwa pengamatan dapat dilakukan disekitar sekolah maupun pengamatan terhadap teman yang melakukan demonstrasi.

“Untuk mengamati, yang diamati harus ada kaitannya dengan pembelajarannya ya, nah nggak hanya berkaitan langsung dengan materinya tetapi juga dengan perilaku anak. Pertama mungkin antusias anak ketika kita lihat beberapa kemampuan anak untuk

menangkap materi ini. Setelah itukan kita bisa manganalisia materi ini.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

Pernyataan diatas menjelaskan cara dalam pelaksanaan pola mengamati dalam pembelajaran, bukan penjelasan yang mendalam tentang pola mengamati. Karena dalam teori menurut Hosnan (2014: 39) metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa.

Pada pola yang kedua yaitu menanya, pemahaman guru tentang menanya pada pola kedua ini sudah tepat. Guru menjelaskan bahwa menanya merupakan suatu interaksi atau timbal balik dimana ketika siswa yang diajarkan itu aktif maka siswa akan timbul beberapa pertanyaan dari materi yang telah diamatinya.

“Umpan balik. Ya untuk menghidupkan kelas kan kalau anak aktif akan mencoba cari materi itu, tetapi kalau anak pasif kita sudah menyiapkan rambu-rambu sesuai dengan indikator. Itu misalkan seperti tadi pengamatan asam basa dengan kertas lakmus, kira-kira anak sudah tahu kegunaan kertas lakmus untuk apa. Jadi dari gitu dapat disimpulkan kalau biru menjadi merah jadi indikatornya ternyata asam. Jadi dapat disimpukan bahwa kertas lakmus dapat digunakan untuk menguji asam basa.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

Pernyataan diatas sesuai dengan yang dijelaskan pada Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan

untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

Pada pola ketiga ini yaitu mencari informasi sudah tepat. Guru mengungkapkan bahwa mengumpulkan informasi dapat berupa data maupun menanya dari apa yang sudah diamati dan dijelaskan.

“Mengumpulkan informasi bisa berupa data dan bisa berupa dari menanya tadi, menanya tadikan juga merupakan mengumpulkan informasi. Kalau terkait dengan data, ya anak melakukan misal ukur meja ini pakai penggaris ini. Kan dia sudah mengamatinya adalah dengan bisa menanya tadi, kalau anak sudah melakukan kan anak memperoleh data.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

Pernyataan diatas sesuai dengan yang dijelaskan pada Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya.

Pada pola keempat yaitu mengolah informasi kurang dijelaskan karena guru hanya mengatakan,

“Mengolah informasi ya dari data tadi, kalau misalkan melakukan ekperimen.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

Guru hanya mengungkapkan bahwa mengolah informasi dari data yang diperoleh dari eksperimen. Sedangkan dalam Permendikbud No 81.a Tahun 2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Menurut peneliti tidak hanya dari data yang diperoleh dari ekperimen saja melainkan juga menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi

lainnya. Keterkaitan antara data yang diperoleh dari ekperimen dengan teori yang sebenarnya yang kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan dari semua informasi yang telah diperoleh.

Pada pola terakhir yaitu mengkomunikasikan informasi, yang diungkapkan oleh guru kurang lengkap. Guru mengungkapkan yaitu dari hasil kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh kemudian dikomunikasikan dengan membuat rangkuman atau catatan kecil seperti yang dikatakannya sebagai berikut,

“Mengkomunikasikan yaitu setelah anak melakukan tadi ya, kesimpulan-kesimpulan tadi. Nah penegasannya itu mengkomunikasikannya kita dengan semacam membuat resume atau rangkuman atau membuat catatan kecil.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

Pernyataan diatas sesuai dengan yang dijelaskan pada Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Namun dalam Permendikbud Nomor 81 a tahun 2013 dijelaskan mengkomunikasikan dapat dilakukan secara lisan yaitu dengan mempresentasikan hasil analisis dan kesimpulan yang telah diasosiasikan.

Pernyataan diatas sesuai dengan yang dijelaskan pada Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Namun dalam Permendikbud Nomor 81 a tahun 2013 dijelaskan mengkomunikasikan dapat dilakukan secara lisan yaitu dengan mempresentasikan hasil analisis dan kesimpulan yang telah diasosiasikan.

Dokumen terkait