• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika."

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i

Pendekatan Saintifik: Dokumen Pemerintah, Pemahaman Guru, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Proses Pembelajaran

(Studi Kasus Pada 2 Guru IPA di SMP Yogyakarta)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh

Bernadetha Charisma Budiarmela 131424016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2017

(2)

ii

(3)

iii iii

(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Ora et LabOra”

- St. Benedict

“Live as if yOu were tO die tOmOrrOw. Learn as if you were to live fOrever”

- Mahatma Gandhi

Kerya tulis yang berpengaruh sangat besar dalam hidup saya ini, saya persembahkan juga buat yang sangat berpengaruh dalam hidup saya:

Tuhan Mama, F. A. M. Nyaik S.

Ayah, R. Heru S. B.

Kakak, Stephani Aryana Heristawati dan Stephanus Bara Setyo Kurnia Keponakan, Oswaldus Leon Nararya

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka seperti layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 November 2017 Penulis

Bernadetha Charisma Budiarmela

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Bernadetha Charisma Budiarmela NIM : 131424016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya dengan judul:

PENDEKATAN SAINTIFIK: DOKUMEN PEMERINTAH, PEMAHAMAN GURU, RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP),

DAN PROSES PEMBELAJARAN (STUDI KASUS PADA 2 GURU IPA DI SMP YOGYAKARTA)

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang dibuat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 30 November 2017 Yang menyatakan,

(Bernadetha Charisma Budiarmela)

(7)

vii ABSTRAK

Pendekatan Saintifik: Dokumen Pemerintah, Pemahaman Guru, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Proses Pembelajaran

(Studi Kasus Pada 2 Guru IPA di SMP Yogyakarta) Bernadetha Charisma Budiarmela

Universitas Sanata Dharma 2017

Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkapkan dan mendeskripsikan pendekatan saintifik berdasarkan dokumen pemerintah, rencana pelaksanaan pembelajaran dan proses pembelajaran oleh dua guru IPA SMP di Yogyakarta.

Penelitian dilakukan di satu Sekolah Menegah Pertama Swasta di Yogyakarta.

Penelitian dilakukan pada bulan April hingga Mei 2017. Subyek dalam penelitian ini adalah dua orang guru IPA. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan instrumen pengumpulan data berupa rekaman video pembelajaran dan wawancara guru.Video hasil rekaman diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk transkrip data. Dari hasil transkrip data tersebut kemudian peneliti menyusun daftar pertanyaan wawancara. Hasil wawancara ini digunakan untuk mendukung transkrip dari hasil analisis video pembelajaran. Penelitian ini dianalisis dengan mencari tahu penerapan pendekatan saintifik

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Guru I kurang memahami pengertian dari pendekatan saintifik dan dalam penerapannya guru hanya melaksanakan 1-2 pola dalam pendekatan saintifik. Dan pada Guru II juga kurang memahami pengertian dari pendekatan saintifik dan dalam penerapannya guru hanya melaksanakan 1-2 pola dalam pendekatan saintifik. Serta dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang Guru I dan Guru II miliki sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. Namun dalam pelaksanaannya Guru I dan Guru II tidak sepenuhnya melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.

.

(8)

viii ABSTRACT

SCIENTIFIC APPROACH: GOVERNMENT DOCUMENT, TEACHERS’

UNDERSTANDING, LESSON PLANS, AND THE LEARNING PROCESSES (ACASE STUDY ON TWO SCIENCE TEACHERS IN ONE OF JUNIOR

HIGH SCHOOLS IN YOGYAKARTA) Bernadetha Charisma Budiarmela

131424016

The purpose of this research is to expressed and describe scientific approach based on the government document, teacher understanding, lesson plan and learning process on two science teachers in of one junior high school in Yogyakarta. This research is conducted in one of private junior high school in Yogyakarta. The research was done in April to May 2017. The subjects in of this research are two people science teachers. The research is a qualitative descriptive study with data collection instrument in a form of a videos learning process and the teachers interview. Then, the result was videos recording changed into a form of transcript data. From the transcript data, then researchers listed some questions for interview section. The result of was interview used to support the transcript of video learning. This research was analyzed in order to find out the implementation of scientific approach.

Based on the result of the research it can be concluded that first teacher has less understanding on scientific approach and in the implementation of it the teacher only implemented 1-2 scientific approach patterns. And for the second teacher has less understanding on scientific approach patterns and in the implementation of it the teacher are only implemented 1-3 scientific approach patterns. The first and second the teachers lesson plan in Rule of t the Ministry of Education and Culture about learning for the primary education and secondary education levels. However implementation of the lesson plans, both of the first and second teachers do not fully implemented learning process according to their lesson plans.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Yang Mahakuasa, atas karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini berjudul PENDEKATAN SAINTIFIK: DOKUMEN PEMERINTAH, PEMAHAMAN GURU, RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP), DAN PROSES PEMBELAJARAN (STUDI KASUS PADA 2 GURU IPA DI SMP YOGYAKARTA)

Penyelesaian skripsi ini dapat terwujud atas bantuan berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Skripsi dan Dosen Pembimbing Akademik atas kesediaannya meluangkan waktu, kesabaran membimbing dengan penuh perhatian, saran dan masukan selama penulisan skripsi ini.

2. Kedua guru yang menjadi responden dalam penelitian ini yang atas kesediaannya meluangkan waktu berkontribusi dalam penelitian ini.

3. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan segenap dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan pengalaman, pengetahuan dan bimbingan selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.

4. Segenap staf, sekretaris JPMIPA yang telah membantu segala urusan administrasi selama penulis belajar di Universitas Sanata Dharma.

5. Semua teman Pendidikan Fisika 2013 yang berkontribusi dalam kehidupan kuliah penulis.

6. Ignatia Deby K. dan Agustinus Cristhian Damiano yang menjadi partner menyusun skripsi.

7. Partner diskusi segala bidang, Didimus Kei yang dengan sabar dan pantang menyerah memberikan semangat dan bantuan langsung demi terwujudnya skripsi ini.

(10)

x

8. Akhirnya ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya dan sedalam- dalamnya saya ucapkan kepada kedua Orang Tua saya, Romualdus Heru Setyo Budi dan F.A.M Nyaik S. yang dengan sabar menasehati saya, memberikan dukungan semangat dan doa tanpa putus-putusnya serta bantuan finansial untuk masa depan saya. Kedua kakak saya, Stephani Aryana Heristawati dan Stephanus Bara Setyo Kurnia yang selalu mengingatkan saya dan memberikan dukungan semangat pantang menyerah. Tak lupa juga keponakan tersayang saya Oswaldus Leon Nararya yang selalu memberikan tingkah lucu yang membangkitkan semangat saya dan menjadi motivasi saya untuk cepat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca dan dalam bidang ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 30 November 2017 Penulis

Bernadetha Charisma Budiarmela

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II ... 6

LANDASAN TEORI ... 6

A. Pendekatan Saintifik ... 6

1. Pengertian ... 6

2. Karakteristik Pembelajaran ... 7

3. Tujuan Pendekatan Saintifik ... 8

4. Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik ... 9

5. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ... 9

6. Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran ... 11

(12)

xii

BAB III ... 16

METODE PENELITIAN ... 16

A. Metode Penelitian ... 16

B. Subjek Penelitian ... 17

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

D. Metode Pengumpulan Data ... 17

E. Metode Analisis Data ... 19

BAB IV ... 21

HASIL PENELITIAN ... 21

A. Pelaksanaan Penelitian ... 21

1. Pelaksanaan Penelitian kepada Guru I ... 22

2. Pelaksanaan Penelitian kepada Guru II ... 23

B. Pemahaman Guru Terhadap Pendekatan Saintifik ... 24

a. Guru I ... 24

b. Guru II ... 29

C. Rencana Pelaksanan Pembelajaran... 34

a. Guru I ... 35

b. Guru II ... 43

BAB V ... 56

KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Rincian kelima pembelajaran pokok dalam berbagai kegiatan

pembelajaran dalam Permedikbud No.81A Th. 2013 Lampiran IV.... 9 Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan dan durasi wawancara ... 21 Tabel 4.2 Analisis hubungan antara RPP dengan Pelaksanaan Pembelajaran

Fisika berdasarkan Pendekatan Saintifik (Kelas 8 Pertemuan ke 1) .. 34 Tabel 4.3 Analisis hubungan antara RPP dengan Pelaksanan Pembelajaran Fisika

berdasarkan Pendekatan Saintifik (Kelas 7 Pertemuan ke 2) ... 35 Tabel 4.4 Alokasi waktu dalam RPP dan dalam Pelaksanan Pembelajaran Fisika (Pertemuan I) ... 40 Tabel 4.5 Alokasi waktu dalam RPP dan dalam Pelaksanan Pembelajaran Fisika (Pertemuan II) ... 41 Tabel 4.6 Analisis hubungan antara RPP dengan Pelaksanan Pembelajaran Fisika

berdasarkan Pendekatan Saintifik (Kelas 8 Pertemuan ke 1) ... 42 Tabel 4.7Analisis hubungan antara RPP dengan Pelaksanan Pembelajaran Fisika berdasarkan Pendekatan Saintifik (Kelas 8 Pertemuan ke 2) ... 44 Tabel 4.8 Analisis hubungan antara RPP dengan Pelaksanan Pembelajaran Fisika

berdasarkan Pendekatan Saintifik (Kelas 8 Pertemuan ke 3) ... 47 Tabel 4.9 Alokasi waktu dalam RPP dan dalam Pelaksanan Pembelajaran Fisika (Pertemuan I) ... 50 Tabel 4.10 Alokasi waktu dalam RPP dan dalam Pelaksanan Pembelajaran Fisika

(Pertemuan II) ... 52 Tabel 4.11 Alokasi waktu dalam RPP dan dalam Pelaksanan Pembelajaran Fisika

(Pertemuan III) ... 53

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era sekarang ini yaitu era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan menuntut mutu sumber daya manusia yang unggul. Perubahan merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan. Maka dari itu peningkatan mutu pendidikan harus menjadi visi, misi dan aksi yang paling utama sekolah-sekolah di Indonesia. Dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah banyak upaya yang dapat dilakukan seperti penyempurnaan kurikulum dan proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi adalah pergantian Kurikulm 2013 dari kurikulum sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah menetapkan Kurikulum Tahun 2013 untuk diterapkan di sekolah-sekolah. Keberhasilan dari sistem pembelajaran yang baik, merupakan perhatian penting bagi peningkatan mutu pendidikan, hal yang berperan penting dalam keberhasilan ini adalah kompetensi guru. Guru yang baik adalah guru yang mau menerima perubahan, melakukan perubahan (pertumbuhan dan perkembangan) dalam dunia pendidikan. Dari pengalaman peneliti ketika memberikan les privat kepada salah satu siswa SMP, bahwa siswa tersebut tidak mengerti materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut membuat peserta didik bermalas- malasan dalam mengikuti pembelajaran. Guru diwajibkan menguasai materi pembelajaran namun guru juga diwajibkan menguasai pengetahuan tentang mendidik (pedagogi), yang akan membuat proses belajar dan pembelajaran

(15)

menjadi menarik dan ilmu yang disampaikan lebih dimengerti dan dipahami oleh siswa. Dan guru harus melakukan inovasi pada pembelajaran dan mengubah mindset dan memahami serta mampu menerapkan pendekatan yang sesuai dan membuat siswa tertarik.

Seorang guru juga harus memahami bagaimana siswanya belajar dan mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas belajar siswa serta pemahaman mendasar tentang pemilihan dan penggunaan pendekatan dan strategi pembelajaran yang efektif. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2013, pembelajaran berbasis aktivitas menggunakan pendekatan, strategi, model, dan metode yang mengacu pada karakteristik sebagai berikut: a) interaktif dan inspiratif; b) menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; c) kontekstual dan kolaboratif; d) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan e) sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang pendidik yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan. Pada kurikulum 2013 pemerintah menetapkan pembelajaran berbasis proses keilmuan dan menekankan pada aktivitas peserta didik. Pendekatan pembelajaran tersebut adalah pendekatan saintifik yang terdiri dari 5 pola/proses pembelajaran yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasi.

(16)

Guru harus merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, melakukan penilaian dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

Keempat kompetensi tersebut harus terwujud dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang bervariasi dan berkualitas. Setiap pendidik dalam satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran dapat berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dengan demikian rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat untuk mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Materi fisika itu sendiri sangat banyak sehinga dibutuhkan rencana pelaksanaan pembelajaran untuk membantu guru merencanakan waktu pembelajaran seperti dalam satu semester. Dengan dibuatnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dapat membantu guru untuk melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan yang telah direncanakan dan terdapat tujuan yang akan dicapai pada pembelajaran yang akan dilaksanakan tersebut.

Namun pada kenyataannya rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat hanyalah sebagai formalitas untuk melengkapi dokumentasi dalam pengakreditasian sekolah, dan pembelajaran yang berlangsung tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran tidak sesuai dengan tujuannya untuk membantu guru dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

(17)

Berdasarkan pada latar belakang yang telah dijelaskan di atas, melata belakangi peneliti untuk melakukan peneliti tentang Pendekatan Saintifik:

Dokumen Pemerintah, Pemahaman Guru, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Proses Pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang dilakukan oleh dua guru di SMP Yogyakarta.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka didapat rumusan masalah: Bagaimana penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika di SMP Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan pendekatan saintifik berdasarkan dokumen pemerintah, rencana pelaksanaan pembelajaran dan proses pembelajaran oleh dua guru IPA SMP di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan refleksi sejauh mana kompetensi guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran serta memberikan penjelasan materi pembelajaran Fisika secara efektif sehingga semua materi dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa dengan maksimal. Dan penelitian ini diharapkan dapat lebih mengembangkan

(18)

pengetahuan dan pemahaman guru tentang pengetahuan pendidikan, sehingga guru dapat mengembangkan proses pembelajaran lebih bervariasi serta dapat membantu siswa dalam menyelesaikan kesulitan- kesulitan pada materi pembelajaran.

(19)

6 BAB II

LANDASAN TEORI A. Pendekatan Saintifik

1. Pengertian

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 103 Tahun 2014, pendekatan pembelajaran merupakan cara pandang pendidik yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan. Pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

“ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.

Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan

(20)

untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu ( Hosnan,2014: 34).

2. Karakteristik Pembelajaran

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar daan Menengah, karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada standar kompetensi lulusan dan standar isi. Standar kompetensi lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai. Sesuai dengan standar kompetensi lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah(project based learning).

Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:

Sikap Pengetahuan Keterampilan

Menerima Mengingat Mengamati

Menjalankan Memahami Menanya

Menghargai Menerapkan Mencoba

Menghayati Menganalisa Menalar

Mengamalkan Mengevakuasi Menyaji

- - Mencipta

(21)

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. berpusat pada siswa.

b. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.

c. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.

d. dapat mengembangkan karakter siswa.

3. Tujuan Pendekatan Saintifik

Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah:

a. untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.

b. untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.

c. terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

d. diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

e. untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

f. untuk mengembangkan karakter siswa.

(22)

4. Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik

Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. pembelajaran berpusat pada siswa

b. pembelajaran membentuk students’ self concept c. pembelajaran terhindar dari verbalisme

d. pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip

e. pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa

f. pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru

g. memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi

h. adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

5. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik

Menurut Permendikbud No.81 A tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok, yaitu mengamati, menanya, menalar, mengasosiasi dan mengkomunikasi (serta mengkreasikan).

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

(23)

Tabel 2.1: Rincian kelima pembelajaran pokok dalam berbagai kegiatan pembelajaran dalam Permendikbud No.18A Th.

2013 Lampiran V Langkah

Pembelajaran Kegiatan Belajar

Kompetensi yang Dikembangkan Mengamati • Membaca sumber-sumber

tertulis

• Mendengarkan informasi lisan

• Melihat gambar

• Menonton tayangan

• Menyaksikan fenomena alam, sosial,budaya

Melatih kesungguhan dalam mencari informasi, menemkan fakta, ataupun suatu persoalan.

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak dipahami dari suatu yang diamatinya. Pertanyaan- pertanyaan itu bisa bersifat faktual ataupun problematis.

Mengembangaka n rasa ingin tahu dan sikap kritis.

Menalar • Mengumpulkan sejumlah informasi ataupun fakta- fakta dalam rangka menjawab pertanyaan permasalahan yang

diajukan siswa sebelumnya.

Caranya dengan membaca sejumlah referensi,

melakukan wawancara, melakukan pengamatan lapangan, ataupun kegiatan penelitian di laboratorium.

• Mengolah informasi ataupun fakta-fakta yang telah dikumpulkan menjadi sebuah rumusan

kesimpulan, sesuai dengan masalah yang diajukan pada langkah sebelumnya.

Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan,

menghargai pendapat orang lain, kamampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

Mengasosiasi- Menerapkan (mengembangkan, memperdalam) pemahaman

Mengembangkan kemampuan

(24)

kan atas suatu persoalan kepada persoalan lain yang sejenis atau yang berbeda.

bernalar secara sistematis dan logis.

Mengkomunikasi- kan

Menyampaikan hasil kegiatan belajar kepada orang lain secara jelas dan komunikatif, baik lisan ataupun tulisan.

Mengembangkan sikap jujur, percaya diri, bertanggung jawab, dan toleran dalam

menyampaikan pendapat kepada orang lain dengan memerhatikan pula kejelasan, kelogisan, dan keruntutan sistematikannya.

6. Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran

Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Kegiatan pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup:

Kegiatan pendahuluan, bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir. Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman

(25)

siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat memahami konsep tersebut, sedangkan siswa yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan.

Kegiatan inti, merupakan kegiatan utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa.

Kegiatan inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yang diberikan di muka. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

1. Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran. Menurut Hosnan (2014: 39) metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa. Permendikbud

(26)

Nomor 81a tahun 2013, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Guru memberikan fasilitas pada peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

2. Menanya

Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Menanya itu dapat berupa membuat maupun mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi yang ingin diketahui setelah melakukan kegiatan mengamati. Dalam kegiatan menanya dikembangkan rasa ingin tahu pesrta didik. Semakin terlatih dalam bertanya, maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.

(27)

3. Mengumpulkan informasi

Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari bertanya. Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan merngumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Seperti mengekplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati fenomena dengan lebih teliti, mengumpulkan data dari narasumber melaui angket, dan wawancara. Dari kegiatan tersebut maka akan terkumpul sejumlah informasi.

4. Mengasosiasi/Mengolah Informasi

Mengasosiasi/mengolah informasi dalam kegiatan pmbelajaran disampaikan dalam Permandikbud No 81.a Tahun 2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut, yang kemudian mengambil kesimpulan dari berbagai pola yang ditemukan.

(28)

5. Mengkomunikasikan Hasil

Dalam pendekatan saintifik guru diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan hasil dari semua informasi yang telah ditemukan dan dipelajari. Kegiatan

“mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menuliskan ataupun dengan menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengsosiasikan/mengolah informasi hingga menemukan pola dan keterkaitan. Untuk mengkomunikasikan hasil dapat dilakukan secara individu maupun dengan kelompok dari hasil kesimpulan yang ditarik bersama.

Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.

Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.

Kegiatan penutup, ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa.

Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa.

(29)

16 BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan karena riset ini menggunakan data berupa hasil observasi dan wawancara. Penelitian kualitatif didefinisikan secara beragam sesuai dengan sudut pandang yang dipakai oleh para ahli. Bogndan dan Taylor (Djamal, 2015: 9) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang dapat diamati. Definisi tersebut lebih menitikberatkan pada jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian yakni data deskriptif kualitiatif dan berupaya menggali makna dari suatu fenomena.

Bentuk penelitian kualitatif yang digunakan yaitu studi kasus. Studi kasus pada dasarnya mempelajari secara intensif seseorang individu atau kelompok yang dipandang mengalami kasus tertentu secara mendalam dan dalam kurun waktu cukup lama. Mendalam, artinya mengungkapkan semua variabel yang dapat menyebabkan terjadinya kasus tersebut dari berbagai aspek. Setiap data dicatat secara cermat, kemudian dikaji, dihubungkan satu sama lain, kalu perlu dibahas dengan peneliti lain sebelum menarik kesimpulan-kesimpulan penyebab terjadinya kasus atau persoalan yang ditunjukkan oleh individu tersebut (Trianto, 2011: 199)

(30)

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah kepada siapa penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini, terdapat subjek penelitian yaitu 2 orang guru IPA yang berasal dari satu sekolah yang sama di SMP Yogyakarta. Kedua subyek penelitian ini dipilih berdasarkan kesediaan dari kedua guru tersebut. Sedangkan objek penelitian adalah apa yang akan diteliti yaitu penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama di Yogyakarta pada bulan April s/d Mei 2017

D. Metode Pengumpulan Data 1. Pengamatan/Observasi

Pengamatan/observasi pada dasarnya merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi melalui indera penglihatan sehingga peneliti harus terjun langsung ke lapangan penelitian. Sebelum pengumpulan data penelitian berlangsung, peneliti melakukan observasi kegiatan proses belajar mengajar guru sebanyak 3 kali. Observasi ini bertujuan untuk melihat kondisi kelas, siswa dan guru. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai keterkaitan antara silabus dan rpp terhadap pelaksanaan pembelajaran di kelas. Proses pengamatan pada saat proses pembelajaran, dilakukan perekaman dengan handy-cam. Proses pembelajaran yang akan direkam adalah proses pembelajaran normal dimana peneliti tidak ikut terlibat dan hanya sebagai pengamat. Dan tujuan

(31)

peneliti merekam adalah untuk mendapatkan keseluruhan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

2. Studi Dokumentasi

Sugiyono (2009: 329) menjelaskan bahwa “ dokumen adalah catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.” Studi dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen utnuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Studi dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan meminta data dari guru yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal ini dilakukan agar informasi yang didapatkan benar-benar bersumber dari partisipan penelitian. Tenik dokumentasipun dilakukan dalam bentuk memotret semua kejadian yang berlangsung selama peneliti melakukan kegiatan penelitian.

3. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik mendapatkan data dengan cara mengadakan percakapan secara langsung antara pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan pihak yang diwawancarai yang menjawab pertanyaan (Djamal. 2015:75). Wawancara bertujuan untuk mengetahui pengetahuan guru tentang tujuan pembelajaran fisika. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terpimpin yaitu peneliti membuat daftar pertanyaan, kemudian saat wawancara pertanyaan tersebut dikembangkan

(32)

oleh peneliti. Peneliti merekam wawancara dengan kedua guru dengan handphone. Hasil rekaman tersebut berupa file suara yang selanjutnya akan peneliti terjemahkan menjadi transkrip data wawancara. Tujuan peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh data yang tidak muncul pada saat perekaman video guru mengajar. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai pewawancara sedangkan pihak yang diwawancarai adalah seorang guru.

E. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti melakukan beberapa tahapan yaitu:

1. Transkrip data

Transkrip data ini dilakukan untuk semua data yang diperoleh peneliti, yaitu video hasil rekaman handy-cam dan hasil wawancara. Untuk data video akan diubah menjadi bentuk tulisan atau cerita deskriptif. Hal tersebut dilakukan dengan cara memutar kembali video proses pembelajaran yang terekam, mengamati dan mencermati video-video tersebut. Pengamatan difokuskan pada hal-hal yang dilakukan guru yang menunjukkan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Video hasil perekaman dideskripsikan secara singkat dan dilakukan pengkodingan pada tiap-tiap data.

2. Pengkategorian Data atau Pemberian Tema

Data yang dikoding atau diberikan kode (kode diwujudkan suatu kata yang menunjukkan isi dari bagian data tertentu) dikelompokkan dan dikategorikan atau satuan dalam tema pada tabel. Setiap data yang

(33)

dikelompokkan kode yang sama dikelompokkan dalam satu tema pada tabel data dan analisis. Terdapat tema (judul pengelompokkan), transkip kejadian yang dianggap sebagai data yang menunjukkan pengetahuan guru tentang merancang dan melaksanakan proses pembelajaran sekaligus waktu kejadian dan gambar yang mendukung (jika ada). Tiap tema dibahas satu persatu dalam pembahasan sesuai dengan data yang diperoleh.

Pemilihan tema diabil dari teori yang mendasarinya dan disesuaikan pula dengan data yang diperoleh dari hasil perekaman.

3. Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan proses analisis data maka dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat menjawab masalah yang diteliti. Penarikan kesimpulan dengan mendeskripsikan tindakan guru IPA (fisika) SMP Swasta sebagai subjek penelitian yang menunjukkan tentang pengetahuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran menurut RPP.

Penarikan kesimpulan tersebut bertujuan menjawab pertanyaan penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari video rekaman dan wawancara guru yang bersangkutan.

(34)

21 BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei 2017. Penelitian di satu sekolah tersebut dilaksanakan pada hari dan tanggal yang berbeda.

Penelitian ini dilaksanakan di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Yogyakarta. Sekolah yang diteliti merupakan sekolah yang masih menjalankan kurikulum 2013 dalam pembelajarannya. Agar lebih mudah dalam menganalisa dan membahas, peneliti menganti nama SMP. SMP yang diteliti diberi nama Sekolah X yang merupakan sekolah swasta. Berikut jadwal pelaksanaan penelitian dan durasi wawancara:

Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan dan durasi wawancara

Sekolah Tanggal Guru Waktu Durasi

X 30 Mei 2017 I 11.30 WIB – 11.54 WIB 23’45’’

II 12.15 WIB – 12.35 WIB 15’31’’

Subyek dari penelitian ini adalah guru Fisika dan objeknya adalah kemampuan guru dalam menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran fisika. Penelitian ini dilakukan dalam satu sekolah dengan guru yang berbeda. Penelitian ini tidak bermaksud untuk membandingkan kedua guru tersebut, melainkan untuk menambah pengetahuan peneliti tentang kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran melalui pendekatan saintifik. Sehingga hasil penelitian ini akan menjadi bekal sebagai calon guru sewaktu mengajar nantinya.

(35)

1. Pelaksanaan Penelitian kepada Guru I

Subyek penelitian pertama yang diwawancarai adalah seorang guru laki-laki yang mengajar di SMP Swasta dan telah mengajar di sekolah tersebut selama 15 tahun. Guru I mengajar IPA dikelas VII dan VIII.

Sebelum melakukan penelitian dalam bentuk wawancara, peneliti melakukan observasi. Observasi yang dilakukan peneliti bertujuan untuk menggali hal-hal apa saya yang harus diperhatikan termasuk yang terdapat dalam Rencana Proses Pembelajaran sesuai atau tidaknya dalam pelaksanaan guru itu dalam mengajar di kelas. Peneliti melakukan observasi sebanyak 3 kali, observasi dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2017 di tiga kelas yang berbeda. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan handycam. Dalam pelaksaan observasi peneliti juga membuat catatan penting (fieldnote) yang terjadi dalam proses pembelajaran, yang kemudian ditanyakan kepada guru setelah proses pembelajaran selesai. Data dari obsevasi ini akan menjadi tambahan acuan bagi peneliti dalam penyusunan dan pelaksanaan wawancara.

Wawancara dilakukan tanggal 30 Mei 2017 pada pukul 11.30 WIB – 11.54 WIB di ruang piket dan dilakukan secara 4 mata. Kondisi sekolah khususnya ruang piket tergolong cukup ramai, dikarenakan wawancara bertepatan dengan jam kepulangan sekolah. Walaupun terbilang cukup ramai Guru I terlihat semangat dan senang untuk diwawancarai, dapat dilihat dari cara beliau menjawab pertanyaan. Guru I berusaha menekankan hal penting dalam jawaban beliau mengenai pertanyaan yang

(36)

diberikan. Durasi wawancara terbilang singkat, namun disetiap pertanyaan pewawancara mendapatkan hal yang baru dan merupakan motivasi.

Di luar dari gangguan kondisi sekolah yang cukup ramai, wawancara terbilang kondusif dan lancar. Dapat diketahui dengan cara guru tersebut menjelaskan tanpa gugup dan santai. Serta dengan antusias Guru II bercerita secara leuasa.

2. Pelaksanaan Penelitian kepada Guru II

Subyek penelitian kedua yang diwawancarai adalah seorang guru perempuan yang mengajar di SMP Swasta dan telah mengajar di sekolah tersebut selama 15 tahun. Beliau mengajar IPA dikelas VII dan VIII.

Sebelum melakukan penelitian dalam bentuk wawancara, peneliti melakukan observasi. Observasi yang dilakukan peneliti bertujuan untuk menggali hal-hal apa saya yang harus diperhatikan termasuk yang terdapat dalam Rencana Proses Pembelajaran sesuai atau tidaknya dalam pelaksanaan guru itu dalam mengajar di kelas. Peneliti melakukan observasi sebanyak 3 kali, observasi dilaksanakan pada tanggal 12 Mei 2017, 17 Mei 2017 dan 18 Mei 2017. Observasi dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan handycam. Dalam pelaksaan observasi peneliti juga membuat catatan penting (fieldnote) yang terjadi dalam proses pembelajaran, yang kemudian ditanyakan kepada guru setelah proses pembelajaran selesai. Data dari obsevasi ini akan menjadi tambahan acuan bagi peneliti dalam melaksanakan wawancara.

(37)

Wawancara dilakukan tanggal 30 Mei 2017 pada pukul 12.15 WIB – 12.35 WIB di ruang piket dan dilakukan secara 4 mata. Kondisi sekolah khususnya ruang piket tergolong cukup ramai, dikarenakan wawancara bertepatan dengan jam kepulangan sekolah. Durasi wawancara terbilang singkat, dan dalam melaksanakan anak dari Guru II datang dan duduk bersama guru tersebut. Walaupun terdapat ganguan dari anak Guru II yang tiba-tiba datang ditengah-tengah wawancara, wawancara terbilang lancar.

Guru II menjawab pertanyaan dengan santai walaupun ada beberapa pertanyaan yang dijawab dengan singkat yang sebenarnya membutuhkan adanya penjelasan yang lebih mendetail.

B. Pemahaman Guru Terhadap Pendekatan Saintifik

Dari hasil wawancara dari guru I dan guru II didapatkan hasil tentang pemahaman guru terhadap pendekatan saintifik.

a. Guru I

Dari hasil penelitian, guru tidak memahami tentang pendekatan saintifik. Guru berpendapat bahwa pendekatan saintifik lebih untuk mengeksplorasi kemampuan anak dalam berkreasi, kreatif, inovatif dan skil yang anak miliki. Guru juga menekankan bahwa keterlibatan guru dalam pembelajaran hanyalah sebagai fasilitator. Seperti yang diungkapkan guru sebagai berikut :

“Pendekatan saintifiknya adalah lebih mengeksplorasi kemampuan anak berkreasi, kreatif, inovatif dari skil yang dia miliki dengan materi-materi yang ada, sehingga kecenderungan bapak ibu guru itu sebagai fasilitator dan pendampingan saja lebih banyak, sebenarnya itu.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

(38)

Menurut peneliti pendapat guru tersebut bukanlah menunjukan penjelasan tentang pendekatan saintifik. Karena dalam teori menurut Honsan (2014:

34) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum, dan prinsip melalui tahapan-tahapan seperti mengamati, merumuskan masalah, mengajukan dan merumuskan hipotesis, mengumpukan data, menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan konsep atau hukum atau prinsip yang telah ditemukan. Namun peneliti sependapat dengan yang diungkapkan oleh guru bahwa guru menjadi fasilitator bagi peserta didik didalam proses pembelajaran.

Dalam pendekatan saintifik terdapat pola 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah informasi dan mengkomunikasi. Guru menjelaskan kelima pola tersebut, pola yang pertama yaitu mengamati. Dari hasil penelitian pada pola pertama yaitu mengamati, penjelasan yang diungkapkan oleh guru kurang tepat. Guru berpendapat bahwa hal yang diamati harus ada kaitannya dengan materi selain itu juga berkaitan dengan perilaku anak dalam menangkap suatu materi yang dipelajari. Guru mengatakan bahwa pengamatan dapat dilakukan disekitar sekolah maupun pengamatan terhadap teman yang melakukan demonstrasi.

“Untuk mengamati, yang diamati harus ada kaitannya dengan pembelajarannya ya, nah nggak hanya berkaitan langsung dengan materinya tetapi juga dengan perilaku anak. Pertama mungkin antusias anak ketika kita lihat beberapa kemampuan anak untuk

(39)

menangkap materi ini. Setelah itukan kita bisa manganalisia materi ini.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

Pernyataan diatas menjelaskan cara dalam pelaksanaan pola mengamati dalam pembelajaran, bukan penjelasan yang mendalam tentang pola mengamati. Karena dalam teori menurut Hosnan (2014: 39) metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa.

Pada pola yang kedua yaitu menanya, pemahaman guru tentang menanya pada pola kedua ini sudah tepat. Guru menjelaskan bahwa menanya merupakan suatu interaksi atau timbal balik dimana ketika siswa yang diajarkan itu aktif maka siswa akan timbul beberapa pertanyaan dari materi yang telah diamatinya.

“Umpan balik. Ya untuk menghidupkan kelas kan kalau anak aktif akan mencoba cari materi itu, tetapi kalau anak pasif kita sudah menyiapkan rambu-rambu sesuai dengan indikator. Itu misalkan seperti tadi pengamatan asam basa dengan kertas lakmus, kira-kira anak sudah tahu kegunaan kertas lakmus untuk apa. Jadi dari gitu dapat disimpulkan kalau biru menjadi merah jadi indikatornya ternyata asam. Jadi dapat disimpukan bahwa kertas lakmus dapat digunakan untuk menguji asam basa.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

Pernyataan diatas sesuai dengan yang dijelaskan pada Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan

(40)

untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik).

Pada pola ketiga ini yaitu mencari informasi sudah tepat. Guru mengungkapkan bahwa mengumpulkan informasi dapat berupa data maupun menanya dari apa yang sudah diamati dan dijelaskan.

“Mengumpulkan informasi bisa berupa data dan bisa berupa dari menanya tadi, menanya tadikan juga merupakan mengumpulkan informasi. Kalau terkait dengan data, ya anak melakukan misal ukur meja ini pakai penggaris ini. Kan dia sudah mengamatinya adalah dengan bisa menanya tadi, kalau anak sudah melakukan kan anak memperoleh data.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

Pernyataan diatas sesuai dengan yang dijelaskan pada Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya.

Pada pola keempat yaitu mengolah informasi kurang dijelaskan karena guru hanya mengatakan,

“Mengolah informasi ya dari data tadi, kalau misalkan melakukan ekperimen.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

Guru hanya mengungkapkan bahwa mengolah informasi dari data yang diperoleh dari eksperimen. Sedangkan dalam Permendikbud No 81.a Tahun 2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Menurut peneliti tidak hanya dari data yang diperoleh dari ekperimen saja melainkan juga menemukan keterkaitan suatu informasi dengan informasi

(41)

lainnya. Keterkaitan antara data yang diperoleh dari ekperimen dengan teori yang sebenarnya yang kemudian dapat ditarik sebuah kesimpulan dari semua informasi yang telah diperoleh.

Pada pola terakhir yaitu mengkomunikasikan informasi, yang diungkapkan oleh guru kurang lengkap. Guru mengungkapkan yaitu dari hasil kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh kemudian dikomunikasikan dengan membuat rangkuman atau catatan kecil seperti yang dikatakannya sebagai berikut,

“Mengkomunikasikan yaitu setelah anak melakukan tadi ya, kesimpulan-kesimpulan tadi. Nah penegasannya itu mengkomunikasikannya kita dengan semacam membuat resume atau rangkuman atau membuat catatan kecil.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

Pernyataan diatas sesuai dengan yang dijelaskan pada Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Namun dalam Permendikbud Nomor 81 a tahun 2013 dijelaskan mengkomunikasikan dapat dilakukan secara lisan yaitu dengan mempresentasikan hasil analisis dan kesimpulan yang telah diasosiasikan.

Selain itu dengan presentasi dapat melatih peserta didik berkomunikasi dengan baik dan berani tampil didepan umum.

b. Guru II

Dari hasil penelitian yang telah diungkapkan oleh guru kurang tepat, guru mengungkapkan bahwa pendekatan saintifik itu melatih anak untuk menganalisa suatu pemasalahan atau informasi yang didapatkan serta

(42)

kemudian ditarik suatu kesimpulan dari hasil tersebut. Selain itu guru menekankan bahwa siswa diharapkan dapat menemukan sesuatu yang baru yang telah dipelajarinya. Seperti yang diungkapkan guru II sebagai berikut:

“Pendekatan saintifik itu tadi, anak memang harus dilatih ya untuk banyak menganalisa seperti itu. Jadi, memang awal harus diberi gambaran tentang apa ya? Materi itu nanti apa sih? Terutama untuk pemanfaatannya untuk apa, terutama. Kemudian yang kedua dia harus menemukan, menemukan sendiri. Setelah menemukan baru dia akan mempelajari materi, misale tentang cahaya kemarin mempelajari, baru nanti menyimpulkan begitu.” (wawancara guru II tanggal 30 Mei 2017)

Hal tersebut kurang sesuai dalam teori menurut Honsan (2014: 34) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum, dan prinsip melalui tahapan-tahapan seperti mengamati, merumuskan masalah, mengajukan dan merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan konsep atau hukum atau prinsip yang telah ditemukan. Karena yang diungkapkan oleh guru hanya mecakup satu pola yaitu menganalisa/mengolah data dari lima pola dalam pendekatan saintifik.

Dalam pendekatan saintifik terdapat pola 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi/mengolah informasi dan mengkomunikasi. Guru menjelaskan kelima pola tersebut, pola yang pertama yaitu mengamati. Pemahaman guru tentang mangamati sudah

(43)

tepat yang mana guru berpendapat bahwa dalam proses mengamati itu menggunakan panca indra dapat secara langsung maupun divisualisasilkan atau diilustrasikan dan juga dapat melalui demonstrasi.

“Mengamati itukan ya jelas menggunakan panca indera itu ya. Bisa misale diawal itu kalau tidak langsung ke obyek yang memang tidak bisa didatangkan kekelas ya bisa dengan gambar, dengan video atau kalau bisa dengan obyek ya bisa lebih baik kalau mau mengamati tentang tanaman ya, ya kita, ya untuk mengamati tentang fotosintesis ya anak-anak bisa dengan percobaan ya gitu.” (wawancara guru I tanggal 30 Mei 2017)

Pertnayaan yang diungkapkan oleh guru sesuai dalam teori menurut Hosnan (2014: 39) metode observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa.

Pada pola yang kedua yaitu menanya, pemahaman guru tentang menanya pada pola kedua ini sudah tepat. Guru menjelaskan bahwa menanya akan timbul setelah siswa mengamati, karena dalam mengamati tidak hanya sekedar pengamatan namun pasti akan menimbulkan beberapa pertanyaan dari hal-hal yang terjadi. Selain itu guru juga memberikan umpan ke siswa yang pasif untuk berpikir kritis untuk mendapatkan kebenaran dari suatu informasi yang didapat.

“Menanya itukan setelah mengamati tho, setelah mengamatikan akan timbul pertanyaan. Kan tidak sekedar mengamati, anak akan timbul

(44)

pertanyaan kok bisa tho tanaman ini bisa tumbuh bunga, ya memang itu dari kita sedirikan ya agar anak dapat berpikir kritis mendapatkan kebenaran. Tetapi nek yang salah ya memang guru harus memancing agar anak bisa bertanya...” (wawancara guru II tanggal 30 Mei 2017)

Hal tersebut sesuai dengan Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Peneliti sependapat seperti yang diungkapkan oleh guru bahwa pada pola ini siswa diharapkan dapat berfikir kritis, selain itu siswa juga diharapkan mampu berkreativitas dan meningkatkan rasa ingin tahu.

Pemahaman guru pada pola ketiga yaitu mengumpulkan informasi sudah tepat. Guru mengungkapkan bahwa mengumpulkan informasi dapat berupa data dari percobaan yang dilakukan maupun dari sumber lainnya seperti buku yang biasa digunakan dalam pembelajaran atau buku lainnya yang dapat memberikan informasi materi yang dipelajari.

“Mengumpulkan informasi mungkin percobaan kemudian data atau mungkin apa ya? Melihat dari buku misalnya, belajar dari buku itukan bisa ga harus dari percobaan. Mengumpulkan informasi mungkin percobaan kemudian data atau mungkin apa ya? Melihat dari buku misalnya, belajar dari buku itukan bisa ga harus dari percobaan.” (wawancara guru II tanggal 30 Mei 2017)

Sesuai dengan Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya.

(45)

Pada pola keempat yaitu mengolah informasi, yang diungkapkan oleh guru sudah tepat seperti yang diungkapkannya,

“Ya, yang paling mudah kayak’e percobaan ya. Misalkan kita ada data ini tentang percobaan resapan, nah diasosiasikan dengan teori yang bener ngga gitu untuk mengasosiasi dan mencocokan gitu.

Dalam percobaan gelembung-gelembung itu apa, mungkin awal belum tahu kok keluar gelembung-gelembungnya untuk apa. Dan akhirnya kesimpulannya lengkap dan anak kan dapat materi dengan sendirinya ya, ga usah kita jelaskan panjang lebar. Kan lebih mengena bila menemukan, menemukan sendiri.” (wawancara guru II tanggal 30 Mei 2017)

Yang diungkapkan oleh guru sudah sesuai dengan Permandikbud No 81.a Tahun 2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Peneliti sependapat mengenai mengasosiasi atau mencari kecocokan antara data yang diperoleh dari percobaan dengan teori yang mendukungnya. Karena dari keterkaitan ataupun kecocokan antara data yang diperoleh dari ekperimen dengan teori yang sebenarnya dapat ditarik sebuah kesimpulan . Pada pola terakhir yaitu mengkomunikasikan informasi, pemahaman guru pada pola ini sudah tepat. Guru mengungkapkan bahwa mengolah informasi dapat dilakukan dengan mempresentasikan, namun apabila tidak memiliki cukup waktu dapat dengan melalui tulisan seperti rangkuman.

Atau mungkin dengan presentsi tetapi tidak semua kelompok yang mempresentasikannya. Harapan guru adalah semua kelompok mempresentasikan hasil kerjanya karena dalam presentasi banyak yang

(46)

dapat dilatih seperti melatih berkomunikasi dengan baik den berani tampil didepan kelas/dimuka umum seperti yang dikatakannya sebagai berikut,

“Kalau itu arahnya keketerampilan ya dengan presentasi, karenakan merupakan salah satu aspek penilaiankan itu keterampilan untuk mengkomunikasikan atau mempresetasikan. Tetapi kalau memang tidak cukup waktu atau apa gitu, bisa dengan tulisan, menulis. Atau mungkin kalau presentasi tidak cukup waktunya ya ambil saja satu atau dua kelompok untuk presentasi. Ya akan lebih baik ya memang semua ya mempresentasikan, agar mereka bisa lebih puas diberi kesempatan untuk tampil. Kan tidak semua anak memiliki keberanian untuk tampil, tapi kalau dipaksa ya pasti bisa dan berani ya, mau tidak mau. Jadi bisa juga untuk melatih anak tampil didepan kelas, berani gitu ya.” (wawancara guru II tanggal 30 Mei 2017)

Hal tersebut sesuai dengan Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, mengkomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Dari hasil penelitian, peneliti sependapat dengan yang diungkapkan oleh guru mengenai kelima pola tersebut dapat terlaksana dengan baik itu tergantung dengan gurunya, karena dalam pendekatan saintifik ini guru sebagai fasilitator selain itu mengarahkan siswa untuk melaksanakan tiap pola dengan benar. Pendekatan ini lebih banyak menekankan padak aktifitas anak, pada saintifik lebih pada materi IPA, memang banyak kegiatan, banyak aktifitas, menyimpulkan dan mempresentasi. Kreatifitas siswa harus bagus, karena siswa harus mencari sendiri dirumah beberapa informasi yang tidak dapat diperoleh disekolah, lebih kreatif dan tekun serta saling bekerjasama.

(47)

C. Rencana Pelaksanan Pembelajaran

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. Dalam penelitian ini peneliti melihat bahwa perencanaan pembelajaran yang telah disiapkan tidak diterapkan dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Hal tersebut dijelaskan oleh peneliti seperti di bawah ini:

a. Guru I

Tabel 4.2 Analisis hubungan antara RPP dengan Pelaksanaan Pembelajaran Fisika berdasarkan Pendekatan Saintifik (Kelas 8 Pertemuan ke 1)

No. Komponen

Pendekatan Saintifik RPP Pelaksanaan 1. Mengamati Direncanakan Dilaksanakan 2. Menanya Direncanakan Tidak Dilaksanakan 3. Mengumpulkan Data Direncanakan Tidak Dilaksanakan 4. Mengasosiasi Direncanakan Tidak Dilaksanakan 5. Mengkomunikasikan Direncanakan Tidak Dilaksanakan Didalam rencana pelaksanaan pembelajaran pada pola menanya dilakukan setelah mengumpulkan data. Menanya dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut yaitu menanya dari yang sudah dijelaskan oleh guru.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hanya melaksanaan 1 pola dalam pendekatan saintifik yaitu mengamati. Hal tersebut dapat dilihat dalam transkrip video dibawah ini:

Guru : Merambat lurus, seperti cahaya ini (menunjuk cahaya dari proyektor ke layar) merambat lurus.

(48)

(menit ke 04.35-04.55)

Guru meminta siswa mengamati jalannya cahaya dari proyektor menuju ke layar. Hal tersebut merupakan salah satu sifat cahaya yaitu merambat lurus.

Guru : Bidang pantul. Garis normal adalah garis lurus, yang tegak lurus terhadap bidang pantul. Kita lihat dalam, kita lihat (mengoperasikan power point). Yok yang belum, yang belum dicermati.

Guru : Haloo (kondisi kelas ramai)

Guru : Cermati ini ya, bidang pantulnya ini ya (sambil mengarahkan kursor pada power point ke daerah bidang pantul) (kondisi kelas ramai) oke sudah ini ya? Sudah paham? Sudah?

(menujukkan ke layar yaitu gambar pemantulan) (menit ke 07.40-08.44)

Guru meminta peserta didik mengamati gambar pada powerpoint yang ditampilkan di layar dan menunjukkan yang dimaksud dengan bidang pantul melalui gambar tersebut.

Guru : Selanjutnya, yang kedua, yo.. tak bacakan, tak bacakan.

Sifat bayangan pada cermin datar, satu, maya, tegak, sama besar, sama jarak, bertukar sisi. Ini sifat yang terbentuk, sifat yang terbentuk. Oke sekali lagi, maya, tegak, sama besar, sama jarak, bertukar sisi. Nah bertukar posisi itu kalau kalian bercermin itu loh, nyatanya pakai tangan kanan kelihatannya pakai tangan kiri.

(menit ke 15.42-15.55)

Guru menenunjukkan salah satu sifat bayangan yaitu bertukar posisi yang mana pada saat bercermin bila menyisir rambut menggunakan tangan kanan pada cermin akan terlihat menggunakan tangan kiri.

Guru : Ini ya garisnya tolong, garisnya ini didekatkan pada puncak benda. Ya gambar itu saya realisasikan disini

SL8 : Pak belum pak, waduh

(49)

Guru : Saya ralatnya disini. (Sambil menggambar di papan tulis) garis yang itu disini. Nah ini jadi arahnya sinarnya tidak harus sama kayak disitu ya, lihat ini garisnya di puncak, disini ya.

Guru meminta peserta didik mengamati gambar pada powerpoint, yaitu perpotongan sinar yang tidak meyentuh puncak benda. Guru menunjukkan kesalahan dari gambar tersebut kemudian guru meralat gambar tersebut.

Tabel 4.3 Analisis hubungan antara RPP dengan Pelaksanaan Pembelajaran Fisika berdasarkan Pendekatan Saintifik (Kelas 7 Pertemuan ke 2)

No. Komponen

Pendekatan Saintifik RPP Pelaksanaan 1. Mengamati Direncankan Dilaksanakan 2. Menanya Direncankan Tidak Dilaksanakan 3. Mengumpulkan Data Direncankan Dilaksanakan 4. Mengasosiasi Direncankan Dilaksanakan 5. Mengkomunikasikan Direncankan Tidak Dilaksanakan Didalam rencana pelaksanaan pembelajaran pada pola menanya dilakukan setelah mengumpulkan data. Menanya dalam rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut yaitu menanya dari yang sudah dijelaskan oleh guru.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, guru hanya melaksanaan 3 pola dalam pendekatan saintifik yaitu mengamati, mengumpulkan data dan mengasosiasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam transkrip video dibawah ini:

Mengamati,

Guru : Nah kalau kalian mengamati ini (menunjukkan buku) ini ada gunung berapinya caranya meletus dan lainnya.

(menit ke 55.43-55.51)

(50)

Guru meminta peserta didik untuk mengamati gambar yang menjelaskan proses terjadinya gunung berapi dalam buku yang digunakan sebagai acuan.

Mengumpulkan Data,

Guru : Untuk gunung berapi ini dengarkan, saya memberikan tugas kepada kalian untuk merangkum dengan, dengan patokan- patokan yang akan saya berikan disini ya, kamu cari kamu ringkas, begitu selesai nanti bisa dikumpulkan itu dipakai untuk nilaimu ya baikla. Baik (guru menulis dipapan tulis) rangkumannya yang pertama. Saya diktekan aja, saya diktekan, yok. Nanti dituliskan, tulis dulu ya garis-garis besarnya, kamu tulis dulu ya.

BS : Ya pak.

Guru : Yang pertama boleh pakai angka boleh pakai bintang, ini garis rambu-rambu,

SL3 : Garis rambu-rambu.

Guru : Garis rambu-rambunya, garis-garis besarnya. Bagaimana proses, ya ditulis dulu rambu-rambunya. Ya, saya ulangi, saya ulangi. Bagaimana proses terbentuknya gunung berapi?

Bagaimana proses terjadinya gunung berapi? Untuk kita, yang dekat dengan kita gunung berapi ya, sebelahnya

gunung merabu, merbabu ya. Bintang berikutnya, ya bintang berikutnya, apa yang dimaksud, apa yang dimaksud dengan magma,magma, erupsi,erupsi,

SP3 : Apa pak?

Guru : Magma erupsi, lalu SL3 : Lava

Guru : Lava. Apa lagi ya kaitannya dengan ini? Terus kawah.

Magma, erupsi, lava, kawah, terus.

SL4 : Wedus gembel.

Guru : Ya boleh. Abu vulkanik, SL5 : Awan pak.

Guru : Terus, wedus gembel.

BS : Yeee (bersorak) wedus gembel.

SL6 : Wedus gembel ik, sama abu vulkanik sama atau tidak?

Guru : Ya nanti ya silahkan di spekulasikan. Dan hujan abu vulkanik??

Gambar

Tabel 2.1. Rincian kelima pembelajaran pokok dalam berbagai kegiatan
Tabel  2.1:  Rincian  kelima  pembelajaran  pokok  dalam  berbagai  kegiatan pembelajaran dalam Permendikbud No.18A Th
Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan dan durasi wawancara
Tabel  4.2  Analisis  hubungan  antara  RPP  dengan  Pelaksanaan  Pembelajaran  Fisika  berdasarkan  Pendekatan  Saintifik  (Kelas  8  Pertemuan ke 1)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Solusi dari pemecahan masalah yang diambil bisa dipertanggungjawabkan dengan pembuktian-pembuktian, (5) rasional dan realistis adalah analisis terhadap sesuatu

Sedangkan dalam Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pengertian perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan

BAB III. TATA LAKSANA SURVEY.. 1) Survey untuk memperoleh masukan dari tokoh masyarakat dan lintas sektor terhadap kegiatan,progam dan layanan di puskesmas yang di lakukan satu tahun

analisis data meliputi 3 langkah, yaitu : Persiapan, tabulasi, penerapan data sesuai demgan pendekatan penelitian. Penafsiran data sangat penting kedudukannya dalam

Dalam hubungannya transparansi dengan meningkatkan kinerja dari perusahaan, prinsip ini mengatur berbagai hal diantaranya mengatur pengembangan teknologi informasi manajemen

• steps in personal selling process • role of the sales manager.. •

Dunia perpolitikan pun tidak lepas dari munculnya konflik sosial. Politik adalah cara bertindak dalam menghadapi atau menangani suatu masalah. Konflik politik terjadi karena

mereka tidak henti$henhtinya melakukan sosialisasi untuk menaaga mutu sesuai Standar &suhan Keperawatan (S&K+" amun, semua usaha dari Sub Mutu Komite Keperawatan