• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Pendidikan Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Pendidikan Matematika"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS VIII

SMP PANGUDI LUHUR KALIBAWANG DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DALAM MATERI RELASI DAN FUNGSI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Pendidikan Matematika

Oleh:

Theresia Nina Octaviandini NIM : 131414040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS VIII

SMP PANGUDI LUHUR KALIBAWANG DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

DALAM MATERI RELASI DAN FUNGSI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Pendidikan Matematika

Oleh:

Theresia Nina Octaviandini NIM : 131414040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”

(Filipi 4:6)

Dengan penuh syukur skripsi ini kupersembahkan untuk : Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Kedua orangtuaku yang selalu memberiku dukungan dan kasih sayang Mas Adit, Mbak Emi dan Dek Wuri yang selalu menyayangiku Teman-temanku yang selalu memberikan semangat dan motivasi Terimakasih untuk segala doa, dukungan serta kasih yang kalian limpahkan. -Berkah Dalem-

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 23 Oktober 2018 Peneliti

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Theresia Nina Octaviandini

NIM : 131414040

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN SISWA KELAS VIII SMP PANGUDI LUHUR KALIBAWANG DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM MATERI RELASI DAN FUNGSI.

Dengan demikian saya memberikan hak untuk meyimpan kepada Perpustakaan Sanata Dharma, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya, maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 23 Oktober 2018 Yang menyatakan

(8)

vii ABSTRAK

Theresia Nina Octaviandini. 2018. Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Kalibawang dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif dalam Materi Relasi dan Fungsi. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif ditinjau dari (1) keaktifan siswa di kelas, (2) hasil belajar siswa pada materi relasi dan fungsi. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian adalah metode deskriptif kualitatif kuantitatif. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Kalibawang yang berjumlah 25 siswa. Penelitian diadakan pada semester gasal tahun ajaran 2016/2017.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kerja siswa, lembar observasi aktivitas siswa dan tes akhir tertulis. Lembar observasi aktivitas siswa di kelas digunakan peneliti untuk mengetahui keaktifan siswa di kelas dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif. Tes akhir tertulis digunakan untuk melihat keberhasilan model pembelajaran kooperatif ditinjau dari hasil belajar siswa dalam materi relasi dan fungsi. Penelitian diadakan sebanyak 5 kali pertemuan termasuk tes akhir tertulis. Secara garis besar penelitian ini mengajak siswa untuk melakukan pembelajaran dengan model kelompok dan diskusi serta melihat tingkat keberhasilan penelitian dari prestasi hasil belajar siswa.

Berdasarkan analisis maka diperoleh hasil pembelajaran menggunakan model kooperatif pada materi relasi dan fungsi telah terlaksana dengan baik karena dapat meningkatkan keaktifan siswa dari pertemuan I 29,8%, pertemuan II 43,8%, pertemuan III 52,6% dan pertemuan IV 55,3 %. Dari hasil penelitian juga terdapat 3 siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal, dan 22 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (k ≥ 70). Hasil analisa menunjukkan model pembelajaran kooperatif memiliki tingkat keberhasilan yang sangat tinggi terhadap prestasi hasil belajar siswa dengan persentase ketuntasan 88% dan nilai rata-rata siswa 79,64. Maka disimpulkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif efektif ditinjau dari keaktifan siswa dan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: hasil belajar, model, pembelajaran, kooperatif, keaktifan, hasil, belajar, relasi dan fungsi.

(9)

viii ABSTRACT

Octaviandini, Theresia Nina. 2018. Learning Results and Activeness of the Eighth Graders of SMP Pangudi Luhur Kalibawang Using Cooperative Learning Models in Relations and Functions Learning Material. Thesis. Mathematics Education Study Program, Mathematics and Natural Sciences Department. Faculty of Teachers Training and Education, Yogyakarta: Sanata Dharma University.

This research aimed to know the extent of the success in implementing cooperative learning method as being evaluated for (1) the active student participation, (2) student learning results on relations and functions learning material. The research method to be used was quantitative qualitative description. The research subjects were 25 eighth graders of SMP Pangudi Luhur Kalibawang. This research was conducted in first semester of academic year 2016/2017.

The research instruments that were used were the student worksheet, the student’s activity observation sheet, and the final written test. The student’s activity observation sheet was used by the researcher to know the student’s activeness inside classroom while using cooperative learning. The final written test was used to perceive the success of cooperative learning model by being evaluated for student learning result in relations and functions learning material. This research was conducted in 5 meetings including final written test. As the main point, this research asked the students to do learning using group and discussion and perceive the success level of this research from the achievement of student learning results

Based on the analysis, thus, it is obtained that learning result using cooperative model towards relations and functions learning material had been conducted well because it can increase the students’ activeness from meeting I 29.8%, meeting II 43.8%, meeting III 52.6% and meeting IV 55.3%. From this research results, there were 3 students who had not achieved the minimum of passing score, and 22 students who had achieved the minimum of passing score (≥70). The analysis result shows that cooperative learning attainedthe high success level towards the achievement of student learning results in 88% passing percentage and the students’ average score 79.64. Therefore, it can be concluded that learning using cooperative was effective as being evaluated for students’ activeness and students’ learning results.

Keywords: learning results, model, learning, cooperative, activeness, result, learning, relations and functions.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa begitu banyak pihak yang membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

3. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan selama proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Yosep Dwi Kristanto, M.Pd., yang telah membantu penulis untuk memvalidasi instrumen penelitian.

5. Segenap dosen Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma yang telah membagikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama mengikuti perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

(11)

x

6. Segenap staf sekretariat JPMIPA yang telah banyak membantu penulis selama proses perkuliahan di program studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma.

7. Bruder Yohanes Sumardi selaku kepala SMP Pangudi Luhur Kalibawang yang telah mengijinkan penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Bapak Dedy Setiawan, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Matematika kelas VIII SMP Pangudi Luhur Kalibawang yang telah bersedia memberikan jam pelajarannya bagi penulis untuk melakukan penelitian.

9. Siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Kalibawang yang telah membantu penulis selama proses pelaksanaan penelitian.

10. Kedua orang tuaku Yuliana Winarni dan Yohanes Sujiyana atas dukungan, motivasi dan doa, serta cinta kasih yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

11. Mas Adit, Mbak Emi, Mas Juli dan Dek Wuri yang selalu memberikan semangat.

12. Hanifahtu Solichah, Chatarina Andri, Veronika Fani Monika, Agata Selvi, Veronika Ines, Stefany Dwiana Putri, Puspita Prasetyaningjati, Elisa Kurnia Putri dan teman-teman Pendidikan Matematika 2013 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terimakasih karena telah memberikan motivasi kepada penulis.

13. Romo Jonathan Bilie Cahyo Adi, Rosalia Mustikaningum, Laurentius Galih, Elisabet Apti Elita Sari, Agustinus Adi Permadi, Willybrordus Bayu Putranto, Yurika Anly Sugesi, Atanasia Wenhing Dewanti dan teman-teman OMK

(12)

xi

Paroki Boro yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, semangat dan motivasinya.

14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Mengingat keterbatasan kemampuan penulis, maka dengan rendah hati penulis bersedia menerima kritik dan saran.

Yogyakarta, 23 Oktober 2018 Penulis,

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH . vi ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 6 C. Pembatasan Masalah ... 6 D. Rumusan Masalah ... 7 E. Batasan Istilah ... 7 F. Tujuan Penelitian ... 8 G. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... …….11

A. Dasar Teori ... 11

1. Belajar Matematika ... 11

(14)

xiii

b. Macam-Macam Gaya Belajar ... 13

c. Kesulitan Belajar ... 15

d. Diagnosis Kesulitan Belajar ... 16

2. Pembelajaran Kooperatif ... 17

a. Pembelajaran Kooperatif ... 17

b. Karakterisik Pembelajaran Kooperatif ... 19

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif ... 21

d. Prosedur Pembelajaran Kooperatif ... 23

e. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif ... 26

f. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif ... 27

3. Hasil Belajar ... 29

a. Pengertian Hasil Belajar ... 29

b. Faktor-faktor ... 32

4. Keaktifan Siswa ... 32

a. Pengertian Keaktifan ... 32

b. Macam-macam Keaktifan ... 34

c. Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan ... 35

d. Kaktifan Siswa dalam Pembelajaran ... 36

e. Indikator Keaktidan ... 37

B. Materi Relasi dan Fungsi ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 41

D. Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 44

A. Jenis Penelitian ... 44

(15)

xiv

C. Objek Penelitian ... 45

D. Variabel Penelitian ... 45

E. Bentuk Data ... 46

F. Metode Pengumpulan Data ... 47

G. Instrumen Penelitian ... 50

H. Teknik Analisis Data ... 56

I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 58

J. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 59

BAB IV PELAKSANAAN, ANALISI DATA, DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Pelaksanaan Penelitian ... 60

B. Penyajian Data ... 66

1. Data Observasi ... 67

2. Data Uji Coba Tes Hasil Belajar ... 73

3. Data Tes Hasil Belajar Siswa ... 74

C. Analisis Data ... 75

1. Ananlisis Data Observasi Keaktifan Siswa ... 75

2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ... 76

D. Pembahasan ... 78

1. Observasi Keaktifan Siswa ... 78

2. Hasil Belajar Siswa ... 80

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Interprestasi Tingkat Reliabilitas ... 53

Tabel 3.2 Daftar Keaktifan Siswa ... 54

Tabel 3.3 Kriteria Persentase Keaktifan Siswa ... 56

Tabel 3.4 Kriteria Penilaian ... 57

Tabel 3.5 Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 57

Tabel 3.6 Ketuntasan Belajar Siswa secara Kualitatif ... 58

Tabel 4.1 Aktivitas Siswa di Kelas pertemuan I ... 66

Tabel 4.2 Aktivitas Siswa di Kelas pertemuan II ... 67

Tabel 4.3 Aktivitas Siswa di Kelas pertemuan III ... 69

Tabel 4.4 Aktivitas Siswa di Kelas pertemuan IV ... 70

Tabel 4.5 Hasil Uji Coba Soal ... 73

Tabel 4.6 Tes Hasil Belajar Siswa ... 74

Tabel 4.7 Data Observasi Keaktifan Siswa di Kelas ... 75

Tabel 4.8 Hasil Belajar Siswa dan Ketuntasan ... 76

Tabel 4.9 Kriteria Penilaian ... 77

Tabel 4.10 Penilaian Hasil Belajar secara Kualitatif ... 77

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN ... 86

1.1 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Sekolah ... 87

LAMPIRAN II INSTRUMEN PEMBELAJARAN ... 88

2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 89

2.2 Lembar Kerja Siswa dan Kunci Jawaban... 107

LAMPIRAN III INSTRUMEN PENELITIAN ... 110

3.1 Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa ... 111

3.2 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siswa ... 112

3.3 Soal Tes Hasil Belajar Siswa ... 116

3.4 Kunci Jawaban dan Penskoran ... 118

LAMPIRAN IV HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS ... 122

4.1 Validasi RPP ... 123

4.2 Validasi Lembar Pengamatan Keaktifan Siswa ... 125

4.3 Validasi Soal Tes oleh Pakar... 127

4.4 Validasi Soal Tes dengan Excel ... 129

4.5 Validasi Soal Tes dengan SPSS ... 130

LAMPIRAN V HASIL PENELITIAN ... 132

5.1 Hasil Pengerjaan Tes Hasil Belajar Siswa ... 133

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Semakin berkembang dunia dan kehidupan manusia, semakin berkembang pula permasalahan yang dihadapi pendidikan. Jika perkembangan tersebut tidak diimbangi oleh manusia yang cerdas maka perkembangan itu tidak akan berguna untuk kehidupan di masa depan. Karena perkembangan tersebut manusia dituntut untuk semakin maju dalam pemikiran-pemikiran tentang pendidikan. Kini disadari bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam kehidupan dan kemajuan manusia. Dengan demikian, pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas.

Pendidikan adalah suatu hal mutlak yang harus dipenuhi dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup bangsa agar tidak sampai tertinggal dengan bangsa lain, sebab dari pendidikan inilah nanti akan lahir generasi-generasi penerus bangsa. Dalam UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab I pasal 1 menyebutkan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”

Salah satu masalah yang dihadapi di dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Padahal, proses pembelajaran sangat mempengaruhi bagaimana hasil pendidikan yang diperoleh.

(19)

Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Proses pembelajaran di dalam kelas lebih mengarahkan anak untuk menghafal informasi dan mengingat materi yang diberikan. Akibatnya setelah lulus sekolah, mereka hanya pintar secara teoritis, tetapi mereka miskin aplikasi. Gejala-gejala ini merupakan gejala umum dari hasil proses pendidikan kita. Proses pendidikan kita tidak membentuk manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta tidak membentuk manusia yang kreatif dan inovatif.

Kenyataan ini berlaku untuk semua mata pelajaran, termasuk juga mata pelajaran matematika. Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang dengan sangat pesat, baik materi maupun kegunaannya, sehingga dalam pembelajarannya di sekolah kita harus memperhatikan perkembangannya, baik di masa lalu, masa sekarang maupun untuk masa depan. Matematika sendiri berasal dari bahasa Yunani “mathein” atau “manthenein” yang artinya “mempelajari”. Selain itu menurut James dalam Ruseffendi mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Sedangkan mata pelajaran matematika membutuhkan banyak aplikasi untuk menyelesaikan setiap soal dan permasalahan yang ada.

Peran para guru sangat dibutuhkan dalam pembangunan sektor pendidikan. Guru merupakan pemegang yang amat sentral. Guru adalah jantungnya

(20)

3

pendidikan, tanpa peran aktif guru, kebijakan perubahan pendidikan secanggih apapun akan sia-sia. Untuk itu agar semakin maksimal, para guru dituntut untuk memiliki kemampuan mendesain programnya, menentukan strategi, memiliki ketrampilan memilih dan menggunakan metode atau model mengajar untuk diterapkan dalam sistem pembelajaran yang efektif. Menurut Dri Atmaka (2004:17), pendidik atau guru adalah orang yang bertanggung jawab untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan spiritual.

Dari hasil wawancara dengan guru SMP Pangudi Luhur Kalibawang dan beberapa siswa di SMP Pangudi Luhur Kalibawang, disimpulkan bahwa guru menyampaikan materi dengan metode ceramah, tanya jawab dan latihan soal. Dengan metode seperti itu, siswa jadi enggan memperhatikan guru saat pembelajaran dan membuat hasil belajar juga tidak maksimal. Guru selalu menekankan siswa harus selalu menghafal materi. Guru belum pernah mencoba menggunakan metode/model pembelajaran yang dapat menumbuhkan motivasi dan keaktifan siswa dalam belajar matematika.

Berdasarkan hal tersebut di atas, ketepatan dalam pemberian pendekatan dan penggunaan model pembelajaran untuk setiap materi itu sangat mempengaruhi suasana dan hasil belajar siswa. Guru hendaknya dapat memilih dan menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi atau bahan ajar yang akan diberikan pada siswa. Dengan menggunakan metode yang aktif dan menarik dapat menggugah semangat dan kemauan siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Karena belajar merupakan

(21)

serangkaian kegiatan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sehingga kebiasaan belajar yang dilakukan siswa itu akan mempengaruhi hasil yang dicapai.

Dalam pembelajaran matematika siswa dituntut untuk aktif dan kritis. Siswa tidak sekedar mendengarkan penjelasan dari guru dan menghafalnya. Tetapi siswa dituntut untuk aktif mengerjakan latihan soal supaya banyak tipe soal yang pernah dicoba. Siswa juga dituntut untuk kritis dalam menemukan sesuatu hal dalam pengerjaan soal. Proses pengerjaan soal tidak harus selalu sama seperti yang diajarkan oleh guru, tetapi siswa juga dituntut untuk bisa menemukan cara yang lain, untuk mengembangkan pola pikir siswa.

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor dari dalam diri siswa seperti minat siswa dalam belajar, karakteristik siswa dan sebagainya. Perlu kita ketahui bahwa kemampuan antara siswa satu dengan siswa yang lain itu berbeda-beda, hal itulah yang menyebabkan daya penguasaan siswa akan materi yang diajarkan juga berbeda-beda. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat menanamkan pemahaman konsep dasar para siswa sebagai acuan dalam memahami konsep selanjutnya.

Setiap siswa mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan yang lain. Ada yang dengan cepat dan mudah menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan. Namun, ada juga siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Banyak orang yang beranggapan bahwa tolak ukur tingkat

(22)

5

pemahaman dapat dilihat dari keberhasilannya pada mata pelajaran matematika. Mereka menganggap bahwa dengan berhasil dalam mata pelajaran matematika maka tingkat kecerdasan siswa itu tinggi. Banyak juga yang menganggap mata pelajaran matematika adalah momok yang menakutkan yang membuat siswa malas untuk lebih mendalami matematika.

Salah satu model yang dapat diterapkan pada pembelajaran matematika dan yang berkembang saat ini adalah model pembelajaran kooperatif. Model ini merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru memanfaatkan kelompok-kelompok kecil siswa yang bekerja bersama untuk mencapai sasaran belajar dan memungkinkan siswa memaksimalkan proses belajar satu sama lain. Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif ini juga dapat membantu guru untuk melihat hasil belajar siswa dari aspek afektifnya. Karena kebanyakan guru hanya melihat hasil belajar dari aspek kognitif saja.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa perlu dan termotivasi untuk menawarkan dan meneliti suatu model baru, berupa model pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil belajar matematika siswa yang tinggi, khususnya pada sub pokok bahasan relasi dan fungsi. Oleh karena itu peneliti sengaja mengambil judul “Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Kalibawang dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif dalam Materi Relasi dan Fungsi”

(23)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Perkembangan dunia yang semakin pesat membuat bertambahnya masalah di dunia pendidikan yang menuntut manusia untuk semakin mengembangkan pola pikirnya.

2. Proses pembelajaran yang kurang menarik dengan model pembelajaran yang tidak bervariasi di SMP Pangudi Luhur Kalibawang pada materi relasi dan fungsi membuat tidak tergugahnya semangat siswa dalam belajar.

3. Dalam proses pembelajaran siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Proses pembelajaran di dalam kelas lebih mengarahkan siswa untuk menghafal informasi dan mengingat materi yang diberikan.

4. Dalam proses pembelajaran, guru belum pernah mencoba menggunakan model pembelajaran yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah dalam penelitian dibatasi pada hasil belajar matematika dan keaktifan siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Kalibawang dikarenakan model pembelajaran yang kurang menarik. Hal tersebut dijadikan sebagai pokok dari permasalahan dan juga

(24)

7

sebagai hal yang harus dikembangkan lagi dalam dunia pendidikan. Pembatasan masalah ini dilakukan untuk mempermudah dalam penelitian.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan ini adalah :

1. Bagaimana model pembelajaran kooperatif di SMP Pangudi Luhur Kalibawang pada materi relasi dan fungsi ditinjau dari keaktifan siswa ? 2. Bagaimana model pembelajaran kooperatif di SMP Pangudi Luhur

Kalibawang pada materi relasi dan fungsi ditinjau dari hasil belajar siswa ?

E. Batasan Istilah

Batasan istilah judul penelitian ini (Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Kalibawang dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif dalam Materi Relasi dan Fungsi) dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap objek pilihan penelitian dan untuk menghindari penafsiran ganda atau penafsiran yang salah mengenai judul penelitian ini, maka diperlukan gambaran atau batasan -batasan sebagai berikut :

1. Belajar Matematika

Belajar matematika adalah belajar tentang rangkaian-rangkaian pengertian (konsep) dan rangkaian pertanyaan-pertanyaan (sifat, teorema, dalil, prinsip). Untuk mengungkapkan tentang pengertian dan pernyataan diciptakan lambang-lambang, nama-nama, istilah dan perjanjian-perjanjian

(25)

(fakta). Konsep yaitu pengertian abstrak yang memungkinkan seseorang dapat membedakan suatu obyek dengan yang lain.

2. Hasil Belajar Matematika

Hasil belajar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa berupa nilai dan sikap berusaha untuk berpikir berdasarkan data yang dapat digunakan setelah belajar matematika.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.

4. Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa adalah keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung dimana siswa berinteraksi dengan siswa lain maupun guru.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian berjudul “Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur Kalibawang dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif dalam Materi Relasi dan Fungsi “, bertujuan untuk :

(26)

9

1. Mengetahui tingkat keberhasilan model pembelajaran kooperatif di SMP Pangudi Luhur Kalibawang pada materi relasi dan fungsi ditinjau dari keaktifan siswa.

2. Mengetahui tingkat keberhasilan model pembelajaran kooperatif di SMP Pangudi Luhur Kalibawang pada materi relasi dan fungsi ditinjau dari hasil belajar siswa.

G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman bagi peneliti tentang salah satu model pembelajaran untuk mencapai hasil belajar siswa yang memuaskan yaitu model pembelajaran kooperatif. Dari hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai tambahan dan masukan pengetahuan yang nantinya dapat digunakan pada saat benar-benar menjadi pendidik serta sebagai persyaratan untuk menempuh gelar S1.

2. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan guru untuk memilih model pembelajaran yang tepat bagi siswa yang sesuai dengan tujuan pengajaran dan guru dapat mengetahui keefektifan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif.

(27)

3. Bagi Siswa

Dapat meningkatkan keaktifan siswa, hasil belajar dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.

(28)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

1. Belajar Matematika

a. Pengertian Belajar Matematika

Belajar adalah sesuatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010 : 2).

Belajar adalah suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk. Perubahan terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam periode waktu cukup panjang. Perubahan ini disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian dan biasanya hanya berlangsung sementara. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian baik fisik maupun psikis seperti perubahan dalam pengertian pemecahan masalah, keterampilan, kecakapan, atau kebiasaan maupun sikap (Purwanto, 2006 : 85).

Sudjana juga berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

(29)

seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada individu yang belajar.

Adapun ciri-ciri perilaku khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang penting adalah:

1) Perubahan intensional dalam arti bukan pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan.

2) Perubahan positif dan aktif dalam arti baik, bermanfaat, serta sesuai dengan harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi karena usaha siswa itu sendiri.

3) Perubahan efektif dan fungsional dalam arti perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Perubahan proses belajar fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan.

4) Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

Kegiatan belajar yang dilakukan oleh individu tentunya tidak akan terlepas dari kegiatan pembelajaran. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran

(30)

13

adalah “proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkontruksikan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.

Menurut Johson dan Myklebust dalam Abdurrahman (2003: 252) matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berfikir. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, matematika adalah ilmu yang di dalamnya adalah tentang bilangan. Segala sesuatu yang berubungan dengannya adalah yang mencakup segala bentuk prosedur operasioal. Itu semua digunakan dalam menyelesaikan masalah mengenai bilangan.

Belajar matematika berarti belajar ilmu pasti. Belajar ilmu pasti berarti belajar bernalar. Jadi belajar matematika berarti berhubungan dengan penalaran.

(31)

b. Macam-macam Gaya Belajar 1) Visual (Visual Learners)

Gaya Belajar Visual (Visual Learners) menitikberatkan pada ketajaman penglihatan. Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar mereka paham gaya seperti ini mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya untuk kemudian bisa mempercayainya. Ada beberapa karakteristik yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya belajar visual ini. Pertama adalah kebutuhan melihat sesuatu (informasi/pelajaran) secara visual untuk mengetahuinya atau memahaminya, kedua memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, ketiga memiliki pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik, keempat memiliki kesulitan dalam berdialog secara langsung, kelima terlalu reaktif terhadap suara, keenam sulit mengikuti anjuran secara lisan, ketujuh seringkali salah menginterpretasikan kata atau ucapan.

2) Auditori (Auditory Learners)

Gaya belajar Auditori (Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama

(32)

15

orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.

3) Kinestetik (Kinesthetic Learners)

Gaya belajar kinestetik (Kinesthetic Learners) mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya ini bisa menyerap informasi tanpa harus membaca penjelasannya.

c. Kesulitan Belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011 : 235) kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan atau gangguan belajar. Menurut Thursan Hakim (20015 : 14) kesulitan belajar adalah suatu kondisi yang menimbulkan hambatan dalam proses belajar seseorang. Hambatan itu menyebabkan orang tersebut mengalami kegagalan atau setidak-tidaknya kurang berhasil mencapai tujuan belajar. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesulitan

(33)

belajar adalah hambatan yang ditemui seseorang dalam belajar yang dapat muncul karena faktor dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa tersebut sehingga siswa dapat mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan belajar.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab kesulitan belajar terdiri atas dua macam :

1. Faktor intern siswa; yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri.

 Yang bersifat kognitif ( ranah cipta ), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa.

 Yang bersifat afektif ( ranah rasa ), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap

 Yang bersifak psikomotor ( ranah karsa ), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar ( mata dan telinga )

2. Faktor ekstern siswa; yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.

 Lingkungan keluarga

 Lingkungan masyarakat

(34)

17

d. Diagnosis Kesulitan Belajar

Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut :

1) Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.

2) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.

3) Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.

4) Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.

5) Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar.

2. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Kelompok merupakan konsep yang penting dalam kehidupan manusia, karena sepanjang hidupnya manusia tidak akan terlepas dari kelompoknya. Kelompok dalam konteks pembelajaran dapat diartikan sebagai kumpulan dua orang individu atau lebih yang berinteraksi secara tatap muka, dan setiap individu menyadari bahwa dirinya bagian dari kelompoknya, sehingga mereka merasa memiliki, dan

(35)

merasa saling ketergantungan secara positif yang digunakan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam proses pembelajaran kelompok setiap anggota kelompok akan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama pula.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

Pembelajaran kooperatif mempunyai dua komponen utama, yaitu komponen tugas kooperatif dan komponen struktur insentif kooperatif. Tugas kooperatif berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok; sedangkan struktur insentif kooperatif merupakan sesuatu yang membangkitkan

(36)

19

motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok. Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif, karena melalui itu setiap anggota kelompok bekerja keras untuk belajar, mendorong dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran, sehingga mencapai tujuan kelompok.

Jadi, hal yang menarik dari pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan selain memiliki dampak pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial, penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada yang lain.

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi teresebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif. Karakteristik pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1) Pembelajaran secara tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim

(37)

harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah, kriteria keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim.

2) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Sebagaimana pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara efektif, misalnya mencapai tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain sebagainya. Fungsi pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab setiap anggota kelompok. Fungsi kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui tes maupun nontes.

(38)

21

3) Kemauan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan seacara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam proses pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu.

4) Keterampilan bekerja sama

Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikan melalui aktivitas dan kegiatan yang tergambarkan dalam keterampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan bekomunikasi dengan anggota lain. Siswa perlu dibantu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.

c. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di bawah ini :

1) Prinsip ketergantungan positif (positif interdependence)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh

(39)

setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian, semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

Untuk terciptanya kelompok kerja yang efektif, setiap anggota kelompok masing-masing perlu membagi tugas sesuai dengan tujuan kelompoknya. Tugas tersebut tentu saja disesuaikan dengan kemampuan setiap anggota kelompok. Inilah hakikat ketergantungan positif, artinya tugas kelompok tidak mungkin bisa diselesaikan manakala ada anggota yang tak bisa menyelesaikan tugasnya, dan semua ini memerlukan kerja sama yang baik dari masing-masing anggota kelompok. Anggota kelompok yang mempunyai kemampuan lebih, diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya.

2) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelomponya. Untuk mencapai hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok. penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

(40)

23

3) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari budaya, latar belakang sosial, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.

4) Partisipasi dan komunikasi (participation communication)

Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak. Oleh sebab itu, sebelum melakukan pembelajaran kooperatif, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.

d. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap :

(41)

1) Penjelasan materi

Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa tehadap pokok materi penjelasan. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim).

2) Belajar dalam kelompok

Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan dalam pembelajaran kooperatif bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap anggotanya, baik perbedaan gender, latar belakang agama, sosial-ekonomi, dan etnik, serta perbedaan kemampuan akademik. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang (Anita Lie, 2005). Selanjutnya, Lie menjelaskan beberapa alasan lebih disukainya pengelompokan heterogen. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untik saling

(42)

25

mengajar (peer tutoring) dan salin mendukung. Kedua, kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnis, dan gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap tiga orang. Melalui pembelajaran dalam tim siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.

3) Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa; dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.

4) Pengakuan tim

Pengakuan tim (team recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk

(43)

kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

e. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif

1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang siswa yang lain. 2) Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan

mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.

3) Pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.

4) Pembelajaraan kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.

5) Pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri,hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan keterampilan me-manage waktu,dan sikap positif terhadap sekolah.

(44)

27

6) Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.

7) Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (riil).

8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.

f. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

1) Untuk memahami dan mengerti filosofi pembelajaran kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk siswa yang dianggap memiliki kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, kedaan semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.

2) Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru,

(45)

bisa terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.

3) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran kooperatif didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.

4) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan, hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.

5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa, akan tetap banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual. Oleh karena itu idealnya melalui pembelajaran kooperatif selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.

(46)

29

3. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar (Nana Sudjana, 2010 : 22). Winkel (Purwanto 2010 : 45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Nana Sudjana (2006 : 22) mendefinisikan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2006 : 22) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Adapun hasil yang ingin dicapai adalah :

1) Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif memiliki enam jenjang atau aspek, yaitu:

a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) b. Pemahaman (comprehension) c. Penerapan (application) d. Analisis (analysis) e. Sintesis (syntesis) f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

(47)

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

2) Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

a) Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan) b) Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya

partisipasi aktif”

(48)

31

d) Organization (mengatur atau mengorganisasikan)

e) Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai)

3) Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotorik ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotorik adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.

Hasil belajar keterampilan (psikomotorik) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.

Dari pernyataan-pernyataan di atas hasil belalar matematika adalah kemampuan-kemampuan yang diperoleh siswa berupa nilai dan sikap

(49)

berusaha untuk berpikir berdasarkan data yang dapat digunakan setelah belajar matematika.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 1) Faktor Internal ( berasal dari dalam diri anak )

 Aspek Fidiologis

 Aspek Psikologis ( intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi )

2) Faktor Eksternal ( berasal dari luar diri anak )  Lingkungan Sosial

 Lingkungan Non Sosial 3) Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan anak dalam menunjang keefektifan dan efisiensi proses pembalajaran materi tertentu.

4. Keaktifan Siswa

a. Pengertian Keaktifan Siswa

Unsur terpenting dalam keberhasilan proses pembelajaran pada keaktifan siswa. Menurut Nana Sudjana (2010 : 28) belajar merupakan proses yang aktif, apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai responsi siswa terhadap stimulus guru, tidak mungkin siswa dapat mencapai hasil yang dikehendaki.

(50)

33

bahwa aktif berarti giat (bekerja atau berusaha) sedangkan keaktifan adalah hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif. Maka guru perlu mencari cara untuk meningkatkan keaktifan siswa. Keaktifan merupakan motor dalam kegiatan belajar, siswa dituntut untuk aktif.

Menurut Nana Sudjana (2005 : 72) keaktifan siswa dapat dilihat dari keikutsertaan siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam memecahkan masalah, bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah atau soal, serta menilai kemampuan diri sendiri dan hasil-hasil yang diperoleh.

Keaktifan siswa pada saat belajar matematika tampak pada kegiatan berbuat sesuatu untuk memahami materi pelajaran. Keaktifan belajar siswa tidak lepas dari paradigma pembelajaran yang diciptakan oleh guru.

Keaktifan peserta didik dalam proses belajar merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar, yang mana keaktifan belajar peserta didik dapat ditempuh dengan upaya kegiatan belajar kelompok maupun belajar secara perseorangan.

Berdasarkan beberapa pengertian keaktifan di atas maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan yaitu keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung dimana siswa berinteraksi dengan siswa lain maupun guru.

(51)

b. Macam-macam Keaktifan

Menurut Sriyono, dkk (1992 : 75) keaktifan jasmani dan rohani yang dilakukan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut :

1) Keaktifan indera 2) Keaktifan akal 3) Keaktifan ingatan 4) Keaktifan emosi

Sebenarnya semua proses belajar mengajar peserta didik mengandung unsur keaktifan, tetapi antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya tidak sama. Oleh karena itu, peserta didik harus berpartisipasi aktif secara fisik dan mental dalam kegiatan belajar mengajar. Keaktifan peserta didik dalam proses belajar merupakan upaya peserta didik dalam memperoleh pengalaman belajar, yang mana kekatifan belajar peserta didik dapat ditempuh dengan upaya kegiatan belajar kelompok maupun belajar secara perseorangan. c. Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan

Muhhibin Syah (2008 : 146) mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi kekatifan belajar peserta didik dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu faktor internal (faktor dari dalam peserta didik), faktor eksternal (faktor dari luar peserta didik), dan faktor pendekatan belajar. Secara sederhana faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan peserta didik tersebut dapat diuraikan

(52)

35

sebagai berikut : 1) Faktor Internal

a) Aspek fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intesitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.

b) Aspek psikologis

Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Adapun faktor psikologis peserta didik yang mempengaruhi kekatifan belajarnya adalah intelegensi, sikap, bakat, minat dan motivasi.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal peserta didik merupakan faktor dari luar siswa yakni kondisi lingkungan sekitar siswa. Adapun yang termasuk dari faktor eskternal diantaranya adalah : a) lingkungan sosial, yang meliputi : guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas; b) lingkungan non sosial, yang meliputi: gedung sekolah dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan peserta didik.

3) Faktor Pendekatan Belajar

(53)

strategi yang digunakan peserta didik dalam menunjang keektifan dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.

d. Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran tidak hanya guru yang aktif dalam menyampaikan penjelasan materi tetapi dibutuhkan juga kekatifan peserta didik agar kegiatan proses belajar mengajar lebih maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran itu sendiri merupakan interaksi antara guru dan peserta didik. Menurut Mulyono (Kurniawati, 2009 : 12) keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik.

Keaktifan yang dimaksud disini adalah pada peserta didik, sebab dengan adanya keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar yang aktif. Menurut Sudjana (2001 : 61) dalam penilaian proses belajar mengajar terutama adalah melihat sejauh mana keaktifan peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar.

Menurut Usman (2013:22) berpendapat bahwa aktivitas belajar peserta didik digolongkan ke dalam beberapa hal, yaitu :

1) Aktivitas visual seperti membaca, menulis, eksperimen, dan demonstrasi.

2) Aktivitas lisan seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi.

(54)

37

3) Aktivitas mendengarkan seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah, dan pengarahan.

4) Aktivitas gerak seperti senam, atletik, menari, dan melukis.

5) Aktivitas menulis seperti mengarang, membuat makalah, dan membuat surat.

Dari jenis-jenis aktivitas di atas dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dan cara belajar peserta didik yang aktif di dalam proses belajar mengajar.

e. Indikator Keaktifan dalam Kegiatan Pembelajaran

Keaktifan peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran merupakan hal yang snagat penting. Kegiatan disini adalah keterlibatan peserta didik yang secara langsung dapat dilihat. Meurut Sudjana (2001:61) keaktifan peserta didik dapat dilihat dalam hal : 1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

2) Terlibat dalam pemecahan masalah.

3) Bertanya pada peserta didik lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapi.

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

5) Melakukan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru. 6) Melatih diri dalam memecahkan persoalan masalah atau soal. 7) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh.

(55)

diperolehnya dan menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

B. Materi 1. Relasi

a. Pengertian Relasi

Relasi adalah hubungan antara dua himpunan. Relasi antara dua himpunan, contoh himpunan A dengan himpunan B adalah suatu aturan yang memasangkan anggota himpunan A dengan anggota-anggota himpunan B.

b. Penyajian Relasi 1) Diagram Panah

Relasi antara himpunan A dengan himpunan B dinyatakan dengan panah-panah yang memasangkan anggota himpunan A dengan anggota himpunan B. Karena penggambarannya menggunakan bentuk panah (arrow) maka disebut dengan diagram panah.

2) Diagram Kartesius

Relasi antara dua himpunan dapat dinyatakan ke dalam pasangan

3

4

3

4

5

(56)

39

berurutan yang kemudian dituangkan dalam dot (titik-titik) dalam diagram cartesius. Contoh dari relasi suka dengan warna di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram cartesius sebagai berikut:

3) Himpunan Pasangan Berurutan

Sebuah relasi juga dapat dinyatakan dengan menggunakan pasangan beruturan. Artinya kita memasangkan himpunan A dengan himpunan B secara berurutan.

Contoh : Eko menyukai warna merah, Rina menyukai warna hitam, Tono menyukai warna merah, Dika menyukai warna biru.

Jadi, bisa dinyatakan relasinya dengan pasangan berurutan sebagai berikut: (eko, merah), (rina, hitam), (tono, merah), (dika, biru).

Jadi relasi antara himpunan A dengan himpunan B dapat dinyatakan sebagai pasangan berurutan (x,y) dengan x ∈ A dan y ∈ B. 0 10 20 30 40 0 1 2 3 4 5 6 7

(57)

2. Fungsi

a. Pengertian Fungsi

Fungsi atau pemetaan adalah hubungan atau relasi spesifik yang memasangkan setiap anggota suatu himpunan dengan tepat satu anggota himpunan yang lain.

b. Penyajian Fungsi

Misalkan ada contoh P = {0,2,4} dan Q = {-3,-2,-1,0,1,2,3}. Jika fungsi P ke Q ditentukan dengan , maka penyajiannya :

1) Himpunan Pasangan Berurutan

Himpunan pasangan berurutan dari fungsi f tersebut adalah {(0,-2), (2,0), (4,2)}

(58)

41

3) Grafik

4) Rumus Fungsi

Rumus Fungsi dari fungsi tersebut adalah 2

C. Kerangka Berpikir

Salah satu faktor untuk mencapai tujuan pendidikan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan. Proses pembelajaran yang baik yaitu pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam lingkungan sekitar, memotivasi siswa untuk aktif, dan memberikan kebebasan siswa untuk berkreasi dalam melakukan pembelajaran secara optimal. Pencarian informasi merupakan keterampilan awal harus dikuasai oleh siswa yang

Model Pembelajaran Kooperatif Hasil Belajar Siswa Keaktifan Siswa

(59)

diakui dengan pemantapan informasi di kelas yang dilanjutkan dengan pengembangan keterampilan akan menjadikan siswa menguasai dasar-dasar keterampilan tersebut. Tahap berikutnya adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang sudah dikuasai dalam berbagai situasi dan materi pelajaran baru.

Suatu keputusan penting dalam pengembangan proses pembelajaran adalah penentuan model pembelajaran yang dilakukan. Kesalahan penerapan suatu model pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar dan perkembangan mental siswa sehingga siswa kurang mampu menggunakan keterampilan berpikirnya. Pembelajaran yang hanya berlangsung satu arah dan kurang melibatkan mental siswa secara aktif akan menghambat hasil belajar siswa sehingga pembelajaran hanya bersifat hafalan.

Pada kondisi awal siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Kalibawang mempunyai kualitas belajar metematika yang rendah. Siswa belum bisa aktif dalam pembelajaran dan masih terpancang dengan materi yang disampaikan guru. Hal ini dikarenakan guru masih kurang optimal memanfaatkan model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan kualitas belajar matematika.

D. Hipotesis Penelitian

Dugaan sementara dari penelitian yang berjudul “Hasil Belajar Siswa ditinjau dari Perilaku Kognitif dan Afektif dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif pada Siswa Kelas VIII SMP Pangudi Luhur

(60)

43

Kalibawang dalam Materi Relasi dan Fungsi” adalah : hasil belajar siswa yang didapatkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif dapat memberikan prestasi belajar yang memuaskan dalam ranah kognitif maupun afektif.

Gambar

Tabel 3.4  Kriteria penilaian
Tabel 4.5  Hasil Uji Soal
Tabel 4.9  Kriteria Penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, siswa kurang mengerti konsep perbandingan walaupun sering menggunakannya (Hamidah et al, 2017:2). Berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran matematika

Hasil penelitian ini adalah pertama, proses pengembangan perangkat pembelajaran berbasis gamifikasi melalui Wordwall terdiri dari enam tahapan, yaitu (1) wawancara

(3) Penyebab kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat negatif yaitu kesulitan dalam menyelesaikan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan jawaban subjek, subjek tidak memenuhi indikator soal yaitu siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas belah

Agape Putri Glory Kause. Diagnosis dan Remediasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas VIII D SMP Pangudi Luhur 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020 dalam Menyelesaikan Soal-Soal

Pengaruh Tingkat Kecemasan Matematika Setelah Diperdengarkan Musik Klasik Terhadap Prestasi Belajar Matematika Peserta Didik Kelas XB SMK Negeri 2 Kasihan Bantul (SMM

Pada soal nomor dua telah diketahui dua sudut dan satu sisi. Dalam menyelesaikan soal nomor dua ini, terdapat dua tahapan, yaitu menentukan sudut yang belum diketahui yang

Pencapaian ini dapat dicapai siswa ketika : (1) siswa mampu menentukan bahwa masalah tersebut dapat diselsaikan dengan merubah informasi yang sudah