PEMBELAJARAN FISIKA
DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
TENTANG GAYA LORENTZ
PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Ida Andriyani Rahayuningsih 011424005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PEMBELAJARAN FISIKA
DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
TENTANG GAYA LORENTZ
PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh :
Ida Andriyani Rahayuningsih 011424005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Halaman Motto dan Persembahan
“Apapun yang terjadi hadapi dengan senyuman dan maju terus pantang putus asa”
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas "SKRIPSI" ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan dan dibuat di perguruan tinggi manapun kecuali kami mengambil atau mengutip data dari buku yang tertera pada daftar pustaka. Dan, sepengetahuan kami juga tidak terdapat karya tulis yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, sehingga karya tulis yang kami buat ini adalah asli karya penulis.
Yogyakarta, 30 Juli 2010 Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
nama : IDA ANDRIYANI R
Nomor Induk Mahasiswa : 011424005
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
PEMBELAJARAN FISIKA
DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
TENTANG GAYA LORENTZ PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS
beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 30 Juli 2010
Yang menyatakan,
vii ABSTRAK
Penelitian tentang pembelajaran fisika dengan Metode Demonstrasi untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan gaya Lorentz di SMA Negeri I Ngaglik Sleman Yogyakarta pada kelas XI IPA.
viii
ABSTRACT
A research of Physics learning process using Demonstrative method about student’s concept understanding on Lorentz force in SMA Negeri 1 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta for grade XI IPA.
ix DAFTAR ISI
Halaman Judul……… i
Halaman Persetujuan Pembimbing ………. ii
Halaman Pengesahan………. iii
Persembahan……….. iv
Pernyataan Keaslian Karya……….. v
Abstrak……… vi
Abstract………... viii
Daftar Isi……….. ix
Kata Pengantar……… xi
Daftar Gambar……… xiii
Daftar Tabel………. xiv
BAB I. PENDAHULUAN………. 1
A. Latar Belakang Permasalahan………. 1
B. Perumusan Masalah……… 4
C. Tujuan Penelitian……… 4
D. Pembatasan Masalah………... 5
E. Manfaat Penelitian……….. 5
BAB II. DASAR TEORI……… 6
A. Hakikat Pembelajaran Fisika………. 6
B. Tujuan Pembelajaran Fisika……… 8
C. Macam–macam Metode Pembelajaran……… 10
D. Prestasi Belajar……… 10
E. Metode Demonstrasi……… 12
x
BAB III. METODE PENELITIAN………. 16
A. Jenis Penelitian……….. 16
B. Waktu Dan Tempat Penelitian………... 16
C. Subyek Penelitian……….. 16
D. Prosedur Pengambilan Data………... 17
E. Instrumen Penelitian………. 21
F. Analisis Data……….. 22
BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN………. 26
A. Pelaksanaan Penelitian……….. 26
B. Data Penelitian Dan Pembahasan………. 27
a. Data Penelitian Perbedaan Kelas……….. 27
b. Pengambilan Data Prestasi Belajar………... 30
BAB V. PENUTUP……….. 40
A. Kesimpulan……….. 40
B. Saran……… 40
DAFTAR PUSTAKA………. 42
xi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini adalah sebagian persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 program studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “ Pembelajaran Fisika Dengan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa tentang gaya Lorentz Pada Sekolah Menengah Atas” karena adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. A. Atmadi, M.Si. selaku dosen pembimbing yang memberikan dorongan, semangat, saran dan kritikan serta membimbing penulis dalam penulisan skripsi ini.
2. Kepala sekolah SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman Yogyakarta
3. Ibu Sri Setiyati, selaku guru bidang studi Fisika kelas X1 IPA SMA Negeri 1 Ngaglik Sleman Yogyakarta.
4. Drs. Domi Saverinus, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Segenap dosen Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma, yang telah membimbing penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.
6. Bapak dan Ibu tercinta untuk doa, dukungan, nasehat dan kasih sayangnya. 7. Suamiku dan putri kecilku “ARETA” yang selalu memberikan dukungan
xii
8. Adik-adikku yang selalu mendukung dan membantu terselesainya skripsi ini.
9. Semua rekan-rekan mahasiswa, sahabat dan teman-teman yang membantu terselesaikan skripsi ini.
10.Serta semua pihak yang telah membantu atas terselesainya Skripsi ini serta yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam pembahasan masalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun.
Semoga naskah ini berguna bagi mahasiswa Pendidikan Fisika dan pembaca lainnya. Jika ada kesalahan dalam penulisan naskah ini penulis minta maaf yang sebesar-besarnya, terima kasih.
Yogyakarta, 30 Juli 2010 Penulis
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 4.1. Grafik Nilai Tes Prestasi Belajar Siswa Kelas Kontrol………… 32
xiv
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 4.1. Daftar Nilai Raport Semester Kelas XI IPA……… 27 Tabel 4.2. Daftar Nilai Kelas Kontrol Kelas XI IPA 1………. 31 Tabel 4.3. Daftar Nilai Kelas Penelitian Kelas XI IPA 2……….. 32 Tabel 4.4. Selisih Nilai Pos Test Dan Pre Test Pada kelas Kontrol maupun Pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan
Banyak siswa mempunyai pendapat bahwa pelajaran fisika
merupakan pelajaran yang sukar. Hal ini dikarenakan pembelajaran fisika
sering dilakukan secara tradisional yang didominasi oleh pemindahan
pengetahuan dari guru kepada siswa. Siswa tidak tertarik pada fisika, tidak
memiliki motivasi untuk belajar fisika dan akhirnya menutup diri pada
fisika.
Pelajaran fisika yang sukar dan tidak menyenangkan biasanya
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berkaitan satu dengan yang lainnya,
seperti kurikulum, kemampuan dan sikap guru, sistem evaluasi, sikap
siswa terhadap fisika dan motivasi siswa dalam belajar fisika serta sarana
dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran fisika.
Proses pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang
kegiatannya didominasi oleh siswa. Yang ditekankan bukan bagaimana
guru mengajar, melainkan bagaimana guru menciptakan situasi,
merancang kegiatan, membimbing dan membantu siswa, sehingga siswa
terlibat dalam kegiatan belajar yang relevan dan berkesinambungan.
Pembelajaran yang seperti itulah yang secara terus menerus mengaktifkan
siswa. Pembelajaran berpusat pada siswa artinya siswa sebagai pelaku
utama atau subyek belajar, kegiatan didominasi oleh siswa, siswa
dalam menciptakan situasi belajar yang mendukung supaya kegiatan
pembelajaran berjalan dengan baik.
Reorientasi sistem pembelajaran baru yang lebih efektif dapat
dilakukan melalui berbagai macam metode dan pendekatan. Pendekatan
dan metode merupakan dua hal yang sering kita jumpai penggunaannya
secara bersamaan. Dalam prakteknya, penggunaan kedua kata ini
seringkali saling menggantikan meskipun memiliki pengertian yang
berbeda. Menurut Masofa (2008), pendekatan merupakan teori atau
asumsi. Metode adalah pengembangan yang lebih konkret dari teori
tersebut, berupa prosedur-prosedur berdasarkan teori tersebut di dalam
berbagai bentuk kegiatan kelas.
Untuk pembelajaran fisika, salah satu pendekatan yang efektif
adalah pendekatan penemuan yang disertai metode demonstrasi. Dengan
pendekatan penemuan yang disertai dengan metode demonstrasi, rasa
keingintahuan siswa dapat tersalurkan karena dengan pembelajaran dengan
pendekatan ini, guru menyajikan masalah kepada siswa dan meminta
mereka untuk memecahkan masalah tersebut malalui kegiatan penelitian
yang ditunjukkan dengan demonstrasi. Pendekatan dan metode ini dapat
menstimulasi siswa untuk lebih aktif dan kreatif berorientasi pada proses,
yaitu psoses untuk menangkap permasalahan yang diajukan oleh guru,
mengamati obyek yang diteliti dalam praktek demonstrasi, memunculkan
hipotesis, mempresentasikan hasil pengamatan mereka dan mengambil
Di dalam proses belajar mengajar sains diperlukan adanya suatu
rentetan proses gejala alam yang terjadi. Siswa dituntut untuk dapat
menjelaskan fenomena yang terjadi. Untuk dapat menjelaskan fenomena
tersebut diperlukan suatu urutan pertanyaan pembelajaran yang dapat
mengembangkan pola berfikir siswa. Oleh karena itu sentral pengajaran
sains adalah prosesnya (menekankan pada aspek proses), maka metode
mengajar yang memberikan peluang untuk terlaksannya pendekatan
keterampilan proses akan sangat berperan dalam membantu pola pikir dan
pemahaman siswa.
Metode mengajar yang mengutamakan pendekatan keterampilan
proses dalam proses belajar mengajar sains akan membuat sains lebih
menyenangkan dengan membentuk sikap meneliti di dalam diri siswa.
Pendekatan keterampilan proses akan mendorong kebiasaan berpikir
siswa, di mana siswa dibantu untuk menggagas pertanyaan-pertanyaan
yang muncul sebelum pembelajaran berlangsung. Dengan demikian dalam
diri siswa telah ditumbuhkembangkan sikap keilmuan.
Metode pembelajaran yang memungkinkan terlaksananya
pendekatan keterampilan proses salah satunya adalah metode demonstrasi.
Keterampilan proses dapat dikembangkan melalui pebelajaran sains
dengan berbantuan media, karena dengan adanya media siswa dirangsang
agar lebih berminat mencari pengetahuan dan melibatkan siswa secara
melakukan eksperimen, mengaplikasikan data dan mengaplikasikan
pengetahuan yang telah didapatkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Penerapan sistem pembelajaran dengan menerapkan pendekatan
dan metode yang kreatif dan inovatif diharapkan dapat memicu minat
siswa dalam aktifitas belajar yang tujuan akhirnya adalah meningkatkan
prestasi belajar siswa. Tujuan lain yang dapat dicapai dengan keberhasilan
pendekatan dan metode tersebut adalah terciptanya lingkungan belajar
yang kondusif dan berkualitas. Lingkungan belajar yang kondusif dan
berkualitas memberi pengaruh nyata bagi subyek didik, mengembangkan
potensi dan intelektualitasnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalahnya
adalah “Apakah pembelajaran fisika dengan metode demonstrasi pada
pokok bahasan gaya Lorentz dapat meningkatkan pemahaman konsep
siswa lebih baik daripada metode konvensional (ceramah)? “
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana pembelajaran
fisika dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan gaya Lorentz ini
berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman konsep siswa
D. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya akan membatasi pada
pembelajaran fisika dengan metode demonstrasi untuk meningkatkan
pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan gaya Lorentz.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan dan
wawasan bagi guru dan calon guru fisika tentang pembelajaran sains yang
menekankan aspek proses dengan metode demonstrasi dan juga
menambah pembendaharaan guru dan calon guru fisika bahwa
pembelajaran sains dengan metode demonstrasi yang dipandu dengan
6 BAB II DASAR TEORI A. Hakikat Pembelajaran Fisika
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku
ke arah yang lebih baik (Mulyasa, 2002: 100). Proses pembelajaran akan
senantiasa merupakan proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yaitu
siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar
(Sardiman A. M, 1986: 14).
Komponen pendukung dalam proses interaksi antara siswa dan
guru adalah sebagai berikut:
a. Interaksi pembelajaran memiliki tujuan, yaitu untuk membantu siswa
dalam suatu perkembangan tertentu.
b. Ada suatu prosedur (cara interaksi) yang direncana, didesain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
c. Interaksi pembelajaran ditandai dengan aktivitas siswa, baik secara
fisik maupun mental karena siswa merupakan subyek pembelajaran,
maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
interaksi proses pembelajaran.
d. Dalam interaksi pembelajaran, guru berperan sebagai pembimbing.
Dalam peranannya sebagai pembimbing ini guru harus dapat
e. Dalam interaksi pembelajaran diperlukan adanya batas waktu tertentu
dalam usaha pencapaian tujuan pembelajaran.
Selama melakukan kegiatan dalam pembelajaran perlu
ditumbuh-kembangkan kemampuan-kemampuan dalam menggunakan keterampilan
proses seperti mengajukan pertanyaan, menduga pertanyaan, merancang
penyelidikan, melakukan percobaan, mengelola dan merubah data,
mengevaluasi hasil dan mengkomunikasikan temuannya kepada beragam
orang dengan berbagai cara yang dapat memberi pemahaman dengan baik
( Balitbang, 2002: 1-2).
Kegiatan pembelajaran dapat diartikan sebagai menciptakan
situasi, kondisi, dan kemudahan, memberikan pengarahan dan bimbingan
yang mengantar siswa melakukan sederetan proses secara
berkesinambungan untuk membangun sendiri konsep dan mendefinisikan
(Kartika Budi, 1998: 169).
Menurut Elis dalam Kartika Budi (2001), efektifitas suatu
pembelajaran mengacu pada proses dan hasil. Pembelajaran dikatakan
berhasil jika dengan pembelajaran tersebut dapat menghasilkan siswa
dengan prestasi akademik tinggi. Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat
dari hasil belajar siswa, yaitu banyaknya siswa yang berhasil dan kualitas
keberhasilannya.
Salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah
Kartika Budi (1991: 8), sains adalah suatu bangunan pengetahuan (body of
knowlage) dan proses keillmuan (scientific process); Sains adalah
serangkaian konsep-konsep dan skema konsep-konsep yang saling terkait
yang dikembangkan sebagai hasil dari eksperimen dan observasi serta
berguna untuk eksperiment selanjutnya. Di sisi lain menurut Conant yang
dikutip oleh Kartika Budi (1991: 8), obyek dari IPA (Sains) adalah
mengkoordinasi pengalaman–pengalaman kita dan menyusunnya dalam
suatu sistem yang logis. Menurut Cambell (sebagai mana dikutip oleh
Kartika Budi, 1998: 161), sains adalah pengetahuan (knowlage) yang
bermanfaat dan praktis serta cara atau metode untuk memperolehnya.
Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
sains merupakan suatu pengetahuan sebagai hasil dari eksperimen yang
dipelajari melalui interaksi dengan alam dengan menggunakan proses
keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sains
berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis
sehingga sains bukan penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan
proses penemuan (Depdiknas, 2003: 1).
B. Tujuan Pembelajaran Fisika
Tujuan pembelajaran fisika harus meliputi tiga aspek yaitu
pengetahuan, proses dan sikap. Dari aspek pengetahuan tujuan
pembelajaran fisika adalah agar siswa mampu menguasai konsep-konsep
fisika adalah agar siswa memiliki ketrampilan proses dalam menemukan
pengetahuan (Fakta dan Konsep); sedangkan dari aspek sikap tujuan
pembelajaran fisika adalah agar siswa mempunyai sikap keilmuan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Pembelajaran fisika di sekolah diharapkan dapat memberikan
berbagai pengalaman pada siswa dengan mengijinkan siswa melakukan
berbagai penelusuran ilmiah yang relevan. Pembelajaran sains diharapkan
membimbing dan melatih siswa melakukan proses kegiatan ilmiah, secara
rasional dan empiris melakukan penyelidikan tentang hal-hal yang
dihadapi. Lewat penyelidikan dan mungkin dengan percobaan-percobaan
siswa diharapkan mampu mamahami serta merumuskan pengetahuannya.
Dengan demikian pengetahuan yang diperoleh siswa merupakan hasil dari
proses kegiatan ilmiah yang dilakukan dan bukan hanya sekedar dihafal.
Tujuan utama pembelajaran sains adalah untuk mengembangkan
cara berpikir siswa dan untuk mengembangkan skill siswa dalam proses
keilmuan seperti pengumpulan data, analisis, pengajuan hipotesis dan
eksperimen. Hal tersebut sejalan dengan hakikat sains, yang dicapai
melalui pembelajaran sains yang harus dapat mengembangkan pemahaman
siswa tentang alam, mengembangkan keterampilan-keterampilan yang
diperlukan untuk memperoleh atau mengolah pengetahuan baru dan
C. Macam-macam Metode Pembelajaran
Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara
untuk melakukan aktifitas yang sistematis dari sebuah lingkungan yang
terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam
melakukan kegiatan sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan
baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai. Agar tujuan pengajaran
tercapai sesuai yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu
mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar serta dipraktekkan
pada saat mengajar. Terdapat beberapa jenis metode pembelajaran, antara
lain:
a. Metode ceramah
b. Metode diskusi
c. Metode demonstrasi
d. Metode percobaan
e. Metode karya wisata
f. Metode penemuan ( discovery), dll.
D. Prestasi belajar
Prestasi merupakan hasil yang dicapai setelah seseorang atau siswa
melakukan kegiatan. Seseorang anak dikatakan memiliki prestasi yang
tinggi jika hasil evaluasi yang didapat adalah tinggi, begitu sebaliknya
evaluasi adalah rendah (Arikunto; 2001: 32). Sementara menurut Oemar
Hamalik (1982: 28), prestasi adalah hasil yang diperoleh dari hasil
kegiatan belajar, yaitu dari belum mengerti menjadi mengerti.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995: 45), dituliskan
bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan.
Sedangkan menurut Tabrani dan Rusyan (1989: 8), prestasi belajar
merupakan tingkat atau besarnya perubahan tigkah laku yang dicapai dari
suatu pengalaman yang mengarah pada penguasaan pengetahuan,
kecakapan dan kebiasaan. Jadi, belajar saja tidak cukup, harus diiringi
dengan pengalaman. Pengalaman lebih mudah dipahami, untuk mencapai
penguasaan dan kecakapan dalam belajar. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa prestasi belajar diperoleh siswa setelah mengalami proses
belajar fisika.
Usaha mengevaluasi hasil belajar biasanya dilakukan dengan
mengadakan pengukuran dalam bentuk ujian tertulis, lisan, maupun
praktik yang kemudian diberi skor, yang biasanya berwujud angka. Skor
adalah angka yang menyatakan tingkat kebenaran jawaban siswa dalam
ujian atau tes. Hasil pengukuran ini merupakan data yang diwujudkan
dalam bentuk angka-angka, atau yang disebut nilai. Nilai adalah simbol
yang digunakan untuk menyatakan peringkat keberhasilan siswa selama
E. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran
dengan mempertunjukkan secara langsung obyeknya, atau cara melakukan
sesuatu atau mempertunjukkan prosesnya (Jusuf, 1982: 93).
Dalam pembelajaran fisika, metode demonstrasi tidak hanya
dipergunakan untuk mempelihatkan sesuatu untuk dilihat, melainkan
banyak dipergunakan untuk mengembangkan suatu pengertian,
mengemukakan suatu masalah, memperlihatkan penerapan suatu prinsip,
menguji kebenaran suatu hukum dan untuk memperkuat suatu pengertian.
Metode demonstrasi dapat diterapkan untuk mencapai tujuan: 1)
menyelaraskan suatu konsep tertentu: 2) mengatasi suatu miskonsepsi atau
kesenjangan pemahaman; 3) membantu memahami penyelesaian suatu
persamaan; dsb.
Demonstrasi tidak harus selalu dilakukan oleh guru. Terkadang
dalam hal yang mudah dan tidak memerlukan suatu ketrampilan yang
tinggi, demonstrasi dapat dilakukan oleh siswa. Hal tersebut dimaksudkan
agar siswa menjalani proses keilmuan dan akhirnya memiliki sikap dan
nilai nilai keilmuan.
Demonstrasi yang dirancang, dipersiapkan, dan dilaksanakan
dengan baik, memberi peluang yang besar akan terlaksananya pendekatan
sebagai variasi kegiatan dan metode pembelajaran sehingga mengurangi
kebosanan siswa (Kartika Budi, 1991: 11).
Tujuan dan manfaat demonstrasi adalah sbb :
1) Demonstrasi memberikan gambaran dan penertian yang
lebih jelas daripada hanya penjelasan lisan.
2) Demonstrasi memberri kesempatan kepada siswa untuk
melakukan pengamatan secara cermat.
3) Menghindari adanya verbalisme karena dalam metode
ini setelah anak melihat peragaan kemudian siswa
sendiri bisa mencoba melakukannya.
4) Dalam metode ini anak lebih dapat berfikir karena
dengan melihat sesuatu maka siswa akan memikirkan
apa yang telah mereka lihat.
Langkah- langkah pelaksanaan demonstrasi:
1) Mempersiapkan langkah-langkah yang akan didemonstrsi
sehingga dapat dikuasai sepenuhnya.
2) Lakukan sendiri langkah tersebut sebelum didemonstrasikan di
muka kelas.
3) Catatlah kerangka garis besar yang akan didemonstrasikan
4) Pelaksanaan demonstrasi dengan mengusahakan agar semua
siswa dapat mengikuti dengan baik.
5) Suruh salah satu atau beberapa orang siswa untuk mencoba
melakukannya.
6) Siswa disuruh merumuskan hasil pengamatan.
7) Melakukan tanya jawab mengenai hasil demonstrasi,
kesimpulan dan penjelasannya.
8) Kemudian melakukan diskusi dan penjelasan secara lengkap.
9) Siswa diberi evaluasi berupa soal atau pertanyaan.
Demonstrasi yang dipandu pertanyaan akan sangat membantu
mengungkap pemahaman siswa. Untuk itulah perlu dibahas pentingnya
bertanya dalam demonstrasi dan pemilihan pertanyaan dalam demonstrasi
F. Pemahaman Konsep
Salah satu tujuan pembelajaran di sekolah adalah agar siswa
memiliki kemampuan untuk memahami hal yang dipelajari. Pemahaman
adalah suatu bentuk pengertian yang menyebabkan seseorang mengetahui
apa yang sedang dibicarakan. Seseorang dikatakan memahami apabila dia
dapat menjelaskan suatu situasi, menafsirkan grafik, mengubah hukum
kedalam persamaan matematis, mengubah persamaan matematis kedalam
Fisika pada hakekatnya merupakan akumulasi hasil keilmuan
berupa konsep-konsep fisika, prinsip, hukum dan teori yang diperoleh
melalui proses keilmuan dan sikap keilmuan. Dengan demikian
memfasilitasi siswa, dapat diartikan sebagai memfasilitasi proses siswa
membangun konsep, hukum, teori. Bila hal ini dilakukan, maka tujuan
yang harus dicapai siswa dalam belajar fisika supaya dapat memahami
konsep adalah dengan melakukan proses keilmuan dan memiliki sikap
keilmuan yang diperlukan dalam melakukan proses tersebut. (Kartika
Budi, 1992: 133). Proses pembelajaran fisika yang benar haruslah
mengembangkan perubahan konsep. Pemahaman konsep merupakan dasar
dari pemahaman prinsip dan teori, artinya untuk memahami prinsip dan
teori haruslah dipahami terlebih dahulu konsep-konsep yang menyusun
prinsip dan teori yang bersangkutan. Berdasarkan hal ini pemahaman
konsep memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar agar
dapat dimengerti dan diterima sejauh tidak mengabaikan aspek-aspek
lainnya. Pemahaman merupakan aspek kognitif, karena berhubungan
16 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan ini bersifat kuantitatif yaitu
suatu usaha untuk mengumpulkan, menyusun, menginterprestasikan data
yang ada kemudian menganalisis data tersebut, menggambarkan dan
menelaah secara lebih jelas dari berbagai faktor yang berkaitan dengan
keadaan situasi dan fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini penulis
mencari fakta dan data untuk mengetahui efektifitas peningkatan
pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran dengan metode
demonstrasi pada pokok bahasan gaya Lorentz.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri I
Ngaglik Sleman Yogyakarta, pada bulan April 2010.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa SMA kelas X1 IPA . Dari tiga
kelas kelas yang ada, dipilih dua kelas sebagai sampel, yaitu kelas X1
IPA2 sebagai kelas penelitian dan kelas X1 IPA1 sebagai kelas kontrol.
Kedua kelas itu dipilih berdasarkan nilai raport fisika yang tidak ada
perbedaan berarti semester satu yang diampu oleh guru yang sama. Tidak
terhadap nilai tersebut yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang
signifikan diantara kedua kelas itu.
D. Prosedur Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan pada masing-masing kelas, yaitu pada
kelas penelitian yang diajar dengan pendekatan metode demonstrasi dan
pada kelas kontrol yang diajar dengan pendekatan metode ceramah
(konvensional). Secara umum prosedur penelitian ini mencakup tiga
tahapan yaitu:
a) Pre test pada setiap kelas
Pada pertemuan awal, siswa pada masing-masing kelas yang
diteliti diberikan pengarahan singkat mengenai pokok bahasan
yang akan diajarkan. Pengarahan tersebut berupa deskripsi
mengenai pokok bahasan gaya Lorentz. Setelah itu, dilaksanakan
tes kemampuan awal siswa pada masing-masing kelas. Pre test
diberikan dengan soal yang sama untuk setiap kelas.
b) Pembelajaran pada setiap kelas
1) Langkah-langkah pembalajaran kelas penelitian
1. Kegiatan pendahuluan
Kegiatan pendahuluan pada kelas ini yaitu: peneliti
memberitahukan tentang pokok bahasan yang akan
2. Kegiatan inti
Dalam tahap ini peneliti melaksanakan langkah-langkah
pembelajaran untuk diterapkan dalam kelas. Kegiatan
pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan dengan
mengikuti prosedur sebagai berikut:
a. Memusatkan perhatian siswa.
Peneliti yang bertindak sebagai guru menarik dan
memusatkan perhatian siswa dengan memberikan
contoh-contoh kejadian dalam kehidupan sehari-hari
yang pernah ditemui atau dialami oleh siswa sesuai
dengan pokok bahasan. Contoh-contoh dan
penggalian kembali fenomena-fenomena yang
pernah ditemui tersebut dijadikan dasar dan modal
untuk memasuki topik bahasan yang direncanakan.
b. Memunculkan pertanyaan-pertanyaan.
Dengan pengalaman dan pengetahuan dasar yang
telah dimiliki oleh siswa, peneliti mencoba
menstimulasi perhatian dan minat siswa dengan
mengajukan pertanyaan dan permasalahan yang
dapat memancing rasa keingintahuan mereka untuk
mengadakan pembelajaran dan penelitian lebih
c. Memberikan motivasi
Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik
diakibatkan faktor dari dalam maupun luar siswa,
untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi atau
memuaskan suatu kebutuhan. Dari kedua tahap di
atas, guru dapat melihat tanggapan siswa terhadap
topik bahasan yang akan dipelajari. Kemudian
peneliti memberikan motivasi kepada siswa untuk
mengadakan penyelidikan lebih lanjut mengenai
pertanyaan-pertanyaan dan
permasalahan-permasalahan yang muncul dari pembelajaran
singkat. Sebisa mungkin diberikan motivasi kepada
siswa untuk terlibat aktif dan kreatif untuk
mengembangkan kemampuan kognitifnya.
d. Pengelolaan kelas.
Siwa yang kelasnya dijadikan sebagai kelompok
penelitian diajarkan dengan metode demonstrasi
e. Pendahuluan pembelajaran
Pendahuluan pembelajaran diselenggarakan dengan
memberikan penjelasan skenario pembelajaran,
penjelasan tujuan pembelajaran, pelaksanaan pre
test untuk mencari gambaran tertentu pemahaman
f. Pelaksanaan pembelajaran
Siswa diminta untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran sesuai alur yang telah ditentukan
dalam rencana pembelajaran yaitu dengan
mengamati dan melakukan observasi pada
demonstrasi yang dilaksanakan tentang gaya
Lorentz.
3. Kegiatan penutup
Kegiatan penutup adalah kegiatan akhir dari suatu
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan
siswa untuk merangkumseluruh materi, serta untuk
memberikan evaluasi berupa tanya jawab lisan dan
pemberian pertanyaan dalam bentuk soal.
2) Langkah-langkah pembelajaran kelas kontrol
Pada kelas kontrol langkah-langkah pembelajaran yang
diterapkan adalah pembelajaran biasa dengan metode
ceramah, dimana guru lebih dominan dalam proses belajar
mengajar. Berikut prosedur pembelajaran yang diberikan
bagi kelas kontrol:
1. Kegiatan pendahuluan
Sebelum melaksanakan proses pengajaran, terlebih
dahulu guru menyusun dan mempersiapkan materi yang
2. Kegiatan inti
a. Guru berbicara di depan kelas untuk menyampaikan
materi bahan ajar kepada siswa dengan bantuan
papan tulis sebagai media untuk menjelaskan
materi.
b. Penjelasan mengenai teori-teori yang ada dengan
memberikan sedikit contoh soal kepada siswa.
3. Kegiatan penutup
Kegiatan penutup adalah kegiatan dari suatu proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk
merangkum yang sudah diterangkan dan memberikan
evaluasi berupa pertanyaan lisan.
c) Pos test pada setiap kelas
Pada kegiatan akhir dari pembelajaran, peneliti merangkum
seluruh rangkaian kegiatan, serta memberikan pos test sebagai
akhir dari kegiatan pembelajaran.
E. Instrumen penelitian
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui prestasi belajar
fisika bagi siswa yang diajar melalui pendekatan penemuan dengan
metode demonstrasi dan prestasi belajar fisika bagi siswa yang diajar
dengan pendekatan konvensinal (metode ceramah).
Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penguasaan pemahaman konsep baik sebelum maupun sesudah
pembelajaran.
F. Analisis Data
a) Teknik pengumpulan data
Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
melalui:
1. Tes tertulis sebelum pembelajaran ( pre test)
2. Tes tertulis setelah pembelajaran ( pos test)
b) Metode analisis data
Pada penelitian ini, data hasil belajar siswa dianalisis secara
kuantitatif. Analisis uji beda (uji t) digunakan untuk menguji
keberhasilan perlakuan pendekatan penemuan terhadap pre test
belajar. Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan
pendekatan penemuan dengan metode demonstrasi yang telah
dilakukan, penulis melakukan pengujian terhadap prestasi belajar
dari kelas kontrol dan kelas penelitian. Prestasi belajar diukur
dari hasil pos test dan pre test dari kelas kontrol dan kelompok
penelitian.
Prestasi belajar siswa :
a) Hipotesis
Dengan parameter selisih nilai pos test dan pre test (∆X)
apakah terdapat perbedaan prestasi belajar di antara kedua
kelas, hipotesis pengujian dapat diberikan sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat perbedaan selisih nilai pos test dan
pre test antara kelas kontrol dan kelas penelitian
H1 : terdapat perbedaan selisih nilai pos test dan pre
test antara kelas kontrol dan kelas penelitian
b) Data
Untuk menentukan kelas kontrol dan kelas penelitian
bahwa tidak terdapat perbedaan nilai raport yang signifikan
dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 3.1. Tabel daftar nilai kelas sesuai nilai fisika raport
semester
Siswa Nilai A B
Jumlah (∆X)
Hasil jawaban pre test dan pos test siswa yang sudah
diperoleh, dirangkum seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel. 3.2 . Selisih nilai pre test dan pos test
Siswa Nilai Selisih Nilai
Pos test – Pre test Pre test (X1) Pos test (X2)
A
B
Dari tabel diatas selanjutnya, hasil belajar ini digunakan
pula untuk membandingkan prestasi belajar kelas penelitian
dan kelas kontrol.
Tabel. 3.3 . Selisih nilai pre test dan pos test pada kelas
kontrol dan kelas penelitian.
Siswa Nilai pre test dan pos test pada kelas
Kontrol (∆Xk) Penelitian (∆Xp)
A B C
c) Pengujian data
Dari data pada tabel 3.2, selanjutnya dilakukan analisa
mengenai perbedaan prestasi belajar siswa pada kelas
kontrol dengan kelas penelitian. Statistika uji yang
digunakan yaitu :
⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + ∆ − ∆ = p k k p hitung n n S X X t 1 1 2 Dengan :
(
)
(
)
(
2)
1
1 2 2
2 − + − + − =
n
n
S
S
S
k p k k p p n n(
)
n
n
X
X
S
k k k k k 2 22
∑
∑
(
)
n
n
X
X
S
p
p p p
p
2 2
2
∑
∑
− =
k
X
∆ = Rata–rata selisih nilai pos test dan pre test pada
kelas kontrol.
p
X
∆ = Rata–rata selisih nilai pos test dan pre test pada
kelas penelitian.
nk = Jumlah siswa kelas kontrol.
np = Jumlah siswa kelas penelitian.
S
k2
= Fariansi selisih nilai test siswa kelas kontrol.
S
p2
= Fariansi selisih nilai test siswa kelas penelitian.
Pengambilan keputusan yang diberikan yaitu bahwa
Ho diterima jika thitung < ttabel , dan Ho ditolak jika thitung >
ttabel , dengan db = ( nk + np – 2). Apabila Ho diterima maka
tidak terdapat perbedaan selisih nilai pos test dan pre test
antara kelas kontrol dan kelas penelitian. Sebaliknya, jika
Ho ditolak maka terdapat perbedaan selisih nilai pos test
26 BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X1 IPA 1 dan X1 IPA 2 SMA
Negeri 1 Ngaglik Sleman Yagyakarta, pada bulan April 2010, pada saat jam
pelajaran fisika berlangsung. Penelitian ini diawali dengan sedikit penjelasan
tentang peneltian pembelajaran dengan metode ceramah dan dengan metode
demonstrasi. Pada kelas X1 IPA 1 diajarkan dengan metode pembelajaran
ceramah dan X1 IPA 2 dengan metode demonstasi. Kedua kelas dari tiga kelas
yang ada, dipilih berdasarkan atas nilai raport fisika semester satu yangyang
berdasarkan uji t tidak menunjukkan perbedaan berarti. Kedua kelas tersebut
diberi pre test pada awal sebelum pembelajaran berlangsung dan pos test setelah
diberikan pelajaran mengenai pokok bahasan gaya Lorentz. Pre test diberikan
bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang gaya Lorentz. Dalam
proses pembelajaran ini siswa dapat mengikuti dengan baik walaupun ada
beberapa yang kurang memperhatikan. Pembelajaran dengan metode ceramah
berlangsung selama dua jam pelajaran begitu juga untuk yang dengan metode
demonstrasi. Pada masing-masing akhir pembelajaran dilakukan pos test yang
bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan pemahaman setelah
proses pembelajaran tentang pokok bahasan gaya Lorentz. Dengan adanya pre test
dan pos test pada masing-masing kelas dapat diperoleh nilai yang berupa skor atau
B. Data Penelitian dan Pembahasan.
a. Data Penelitian Perbedaan Kelas
Subyek penelitian ini adalah kelas X1 IPA. Dari tiga kelas yang ada dipilih
diambil dua kelas sebagai sampel penelitian yaitu kelas X1 IPA 1 sebagai kelas
kontol dan X1 IPA 2 sebagai kelas penelitian. Kedua kelas tersebut dipilih
berdasarkan nilai raport fisika selama satu semester tahun ajaran 2009/2010 yang
diampu oleh guru yang sama. Daftar nilai raport kelas kontrol maupun kelas
penelitian tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.1 Daftar nilai raport semester Kelas X1 IPA
No Siswa
Nilai Raport Kelas X1 Ipa 1
(Kontrol)
Kelas X1 Ipa 2 (Penelitian)
1 6,5 6,6
2 7,0 7,0
3 7,0 6,6
4 6,5 7,5
5 6,5 7,5
6 6,5 7,5
7 6,8 7,0
8 6,8 6,8
9 6,5 6,7
10 6,7 6,6
11 6,7 6,6
12 7,0 6,6
13 7,0 6,8
14 6,7 7,0
15 6,5 6,6
16 6,6 7,0
Tabel 4.1 Daftar nilai raport semester Kelas X1 IPA (Lanjutan)
No Siswa Nilai Raport
Kelas X1 Ipa 1 Kelas X1 Ipa 2
18 6,5 6,8
19 6,5 6,8
20 6,6 6,5
21 6,5 6,6
22 6,5 6,7
23 6,5 6,7
Rata-rata 6,65 6,83
Dengan tidak adanya perbedaan di kedua kelas tersebut dapat ditunjukkan
melalui hasil nilai uji terhadap nilai semester pelajaran fisika yang menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada kedua kelas tersebut. Uji t nilai
raport kedua kelas tersebut sebagai berikut:
a.
(
)
n
n
X
X
S
k k k k k 2 22
∑
∑
− =
S
p 2 =(
)
23 23 / 65 , 6 65 ,6 2 − 2
S
k 2 = 23 92 . 1 22 . 44 −S
k 2 = 23 03 . 23S
k 2= 1.001
Sk = 1.001
b.
(
)
n
n
X
X
S
p p p p p 2 22
∑
∑
− =
S
p 2 = 23 23 / ) 83 . 6 ( 83 .6 2 −
∑
2
S
p 2 = 23 03 . 2 65 . 46 −S
p 2 = 23 62 . 44S
p 2= 1.94
Sp = 1.94
Sp = 1.39
Jadi :
(
)
(
)
2 1
1 2 2
2 − + − + − = k p k k p p n n n
n
S
S
S
S
2 (23 1)(1.3923) 23(232 1)(1.00)2 2 − + − + − = 44 ) 1 )( 22 ( ) 93 . 1 )( 22 ( 2 + =
S
44 22 46 . 42 2 + =S
S
2 = 6444.46S
2 = 1.465Sehingga : ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + ∆ − ∆ = p k k p hitung n n S X X t 1 1 2
thitung=
) 080 . 0 ( 21 . 1 65 . 6 83 . 6 −
thitung =
28 . 0 . 21 . 1 18 . 0
thitung = 34 . 0 18 . 0
thitung= 0.53
Pengujian kesamaan ragam : F = S2besar / S 2kecil
F = 1.94 / 1.001
Fhitung = 1.93
Jadi F tabel ( 0,05 ; db= 22;22) = 2.074 sehingga F hitung < F tabel yang
artinya ragam kedua kelompok kelas adalah sama.
b. Pengambilan data prestasi belajar
Untuk menilai seberapa jauh hasil belajar siswa dalam suatu proses
pembelajaran, prestasi belajar merupakan salah satu indikatornya. Dari hasil
penelitian pada siswa kelas X1 IPA SMA negeri 1 Ngaglik Sleman, dapat
diperoleh nilai tes yang menunjukkan prestasi belajar siswa dari hasil
pembelajaran. Prestasi belajar diukur dari hasil pre test dan pos test dari kelas
kontrol dan kelas penelitian. Untuk tabel nilai prestasi belajar siswa dari kelas
Tabel. 4.2. Daftar nilai kelas kontrol kelas X1 IPA 1
No Siswa
Kelas Kontrol (A) Selisih Nilai Pos Test – Pre
Test Nilai Tes Prestasi
Pre Test Pos Test
1 7,0 7,0 0,0
2 6,0 6,5 0,5
3 6,0 6,5 0,5
4 7,5 7,5 0,0
5 6,0 7,5 1,5
6 5,0 5,5 0,5
7 6,5 7,0 1,0
8 6,5 8,0 1,5
9 4,0 5,5 1,0
10 5,5 6,5 1,0
11 7,0 7,0 0,0
12 6,0 7,0 1,0
13 7,0 7,5 0,5
14 5,0 5,5 0,5
15 7,0 7,0 0,0
16 6,5 7,5 1,0
17 6,0 6,5 0,5
18 6,5 7,0 0,5
19 7,0 7,0 0,0
20 7,5 8,0 0,5
21 4,0 6,5 2,5
22 4,0 6,5 2,5
23 4,0 5,5 1,5
Rata-rata 5,98 6,78 0,80
Dari daftar nilai kelas kontrol di atas terlihat sebagian besar mengalami kenaikan
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Siswa Kelas Kontrol
N ila i T e s t B e la ja r S is w a Pre Test Post Test
Sebaran nilai pre test dan pos test dari hasil tes prestasi pada kelas kontrol
secara umum dapat digambarkan seperti pada gambar grafik 4.2. Pada grafik
tersebut terlihat bahwa sebagian besar siswa pada kelas kontrol memiliki ke
naikan nilai prestasi.
Gambar 4.1. Grafik nilai prestasi belajar siswa kontrol
Sedangkan untuk prestasi belajar siswa pada kelas penelitian diperoleh
hasil sebagi berikut:
Tabel. 4.3. Daftar nilai kelas penelitian kelas X1 IPA 2
No Siswa
Kelas Penelitian (B) Selisih Nilai Pos Test – Pre
Test Nilai Tes Prestasi
Pre Test Pos Test
1 5,0 7,5 2,5
2 6,5 8,5 2,0
3 6,0 6,5 0,5
4 7,0 7,0 0,0
5 5,0 7,5 2,5
6 6,5 6,5 0,0
Tabel. 4.3. Daftar nilai kelas penelitian kelas X1 IPA 2 (Lanjutan)
No Siswa
Kelas Penelitian (B) Selisih Nilai Pos Test – Pre
Test Nilai Tes Prestasi
Pre Test Pos Test
8 7,5 8,0 0,5
9 5,0 5,5 0,5
10 5,5 8,0 2,5
11 6,0 7,5 1,5
12 5,0 6,5 1,5
13 7,0 7,5 0,5
14 6,0 8,5 2,5
15 6,0 6,5 0,5
16 7,0 7,5 0,5
17 6,0 8,0 2,0
18 6,0 7,0 1,0
19 7,0 8,0 1,0
20 7,0 7,0 0,0
21 7,5 8,0 0,5
22 6,0 7,0 1,0
23 6,0 6,5 0,5
Rata-rata 6,22 7,30 1,09
Untuk nilai pre test dan pos test dari hasil tes prestasi pada kelas penelitian
secara umum dapat digambarkan seperti pada gambar grafik 4.3. Pada grafik
tersebut terlihat bahwa sebagian besar siswa pada kelas penelitian memiliki
kenaikan nilai prestasi. Kenaikan nilai tes prestasi pada kelas penelitian lebih
merata pada setiap siswa, selain itu peningkatan yang besar juga lebih banyak
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0 8,0 9,0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Siswa Kelas Penelitian
N ila i T e s t B e la ja r S is w a Pre Test Post Test
Gambar 4.3. Grafik nilai Tes prestasi Belajar siswa kelas penelitian.
Hasil tes prestasi yang telah dilakukan oleh siswa pada kelas kontrol dan
kelas penelitian selanjutnya dihitung selisih antara nilai pos test dan nilai pre test.
Hal ini dilakukan sebagai langkah dalam menganalisis apakah terdapat perbedaan
pada prestasi belajar antara kedua kelas, yaitu untuk kelas kontrol yang diajarkan
dengan metode ceramah serta kelas penelitian yang diajarkan dengan memberikan
pendekatan metode demonstrasi pada mata pelajaran fisika dengan materi gaya
Lorentz. Selisih nilai pos test dan pre test pada kedua kelas dapat dilihat pada
tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Selisih nilai pos test dan pre test pada kelas kontrol maupun
pada kelas penelitian
No Siswa
Selisih Nilai Pos Test-Pre Test Kelas Kontrol
(A)
Kelas Penelitian (B)
Tabel 4.4 Selisih nilai pos test dan pre test pada kelas kontrol
maupun pada kelas penelitian (Lanjutan)
No Siswa
Selisih Nilai Pos Test-Pre Test Kelas Kontrol
(A)
Kelas Penelitian (B)
7 1,0 1,0 8 1,5 0,5 9 1,0 0,5 10 1,0 2,5 11 0,0 1,5 12 1,0 1,5 13 0,5 0,5 14 0,5 2,5 15 0,0 0,5 16 1,0 0,5 17 0,5 2,0 18 0,5 1,0 19 0,0 1,0 20 0,5 0,0 21 2,5 0,5 22 2,5 1,0 23 1,5 0,5
Rata-rata 0,80 1,09
Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata selisih nilai pos tes dan
pre test untuk kelas kontrol dan kelas penelitian, masing-masing adalah 0,80 dan
1,09. Untuk menguji sejuah mana pengaruh peningkatan pemahaman dengan
perlakuan pendekatan metode demonstrasi yang diberikan pada kelas penelitian
dalam pembelajaran fisika terhadap prestasi belajar siswa, digunakan uji t pada
Analisis uji t yang digunakan untuk menguji keberhasilan perlakuan
dengan pendekatan demonstrasi terhadap nilai pre test dan nilai pos test kelas
kontrol dan kelas penelitian adalah sebagai berikut:
a.
(
)
n
n
X
X
S
k k k k k 2 22
∑
∑
− =
S
k 2 = 23 23 / ) 80 . 0 ( 80 .0 2 − 2
S
k 2 = 23 03 . 0 64 . 0 −S
k 2 = 23 613 . 0S
k 2= 0.026
Sk = 0.026
Sk = 0.16
b.
(
)
n
n
X
X
S
p p p p p 2 22
∑
∑
− =
S
p 2 =(
)
23 23 / 09 . 1 09 .1 2− 2
S
p 2 = 23 05 . 0 18 . 1 −S
p 2 = 23 13 . 1S
p 2= 0.049
Sp = 0.22
Jadi :
(
(
)
(
)
)
2 1
1 2 2
2 − + − + − =
n
n
S
S
S
k p k k p p n nS
2 2 23 23 ) 16 . 0 )( 1 23 ( ) 22 . 0 )( 1 23( 2 2
− + − + − = 44 ) 0256 . 0 )( 22 ( ) 0484 . 0 )( 22 ( 2 + =
S
44 5632 . 0 0648 . 12= +
S
S
2 =1.44628S
2 =0.037S
= 0.037S
= 0.19Sehingga : ⎟ ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ + ∆ − ∆ = p k k p hitung n n S X X t 1 1 2 hitung t = ) 08 . 0 ( 19 . 0 80 . 0 09 . 1 − hitung
t =
28 . 0 . 19 . 0 29 . 0 hitung
t = 053 . 0 29 . 0
Terlihat bahwa thitung > ttabel, sehingga rata- rata selisih nilai pada kedua
kelas itu adalah berbeda. Dengan kata lain Ho ditolak maka terdapat perbedaan
selisih nilai pos test dan pre test antara kelas kontrol dan kelas penelitian.
Dari tabel 4.4 di atas setelah dilakukan pengujian diperoleh thitung = 5,47
(tabel 4.2). Harga ini jauh lebih besar dari ttabel ( α = 0,05; db= 44) yaitu 2,021.
Selain nilai t, nilai signifikan diperoleh sebesar 0,238 atau lebih besar dari α =
0,05. dengan demikian, keputusan yang dapat diambil adalah menolak Ho dan
menerima Hi sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa pada
pelajaran fisika pada pokok bahasan gaya Lorentz di kelas penelitian berbeda
(lebih baik) dengan kelas kontrol.
Dari penghitunan uji t ( analisis uji beda ) di atas bisa dirangkum sebagai
berikut:
Tabel 4.5. Ringkasan Hasil Statistik
Statistik Kelas kontrol Kelas penelitian
n 23 23
Rata-rata 0,80 1,09
SD 0,73 0,86
S2 0,026 0,049
S2 gabungan 0,037
thitung 5,47
ttabel 2,021
Sedangkan ringkasan hasil analisis baik kelas kontrol maupun kelas
Tabel 4.6. Ringkasan Hasil Analisis Tes Prestasi
Kelas
Jumlah
Siswa
Rata rata
Pre test
Rata rata
Pos Test
Rata rata
Selisih
tHitung tTabel Sign
Kontrol 23 5,98 6,78 0,80 5,47 2,021 0,238
Penelitian 23 6,22 7,30 1,09
Sehingga dengan semua penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini, yang
ditujukkan dengan uji t tersebut bahwa pembelajaran kelas penelitian dengan
metode demonstrasi ini terlihat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada
pokok bahasan gaya Lorentz dengan lebih baik dibandingkan pembelajaran kelas
kontrol dengan metode ceramah walaupun pada kelas kontrol juga mengalami
40 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
diperoleh kesimpulan bahwa perlakuan pendekatan metode demonstrasi yang
diberikan pada pembelajaran fisika mempunyai pengaruh yang berarti terhadap
hasil belajar siswa kelas X1 IPA SMAN 1 NGAGLIK Sleman Yogyakarta, yaitu
ada peningkatan hasil belajar pada kelas yang memperoleh pembelajaran dengan
pendekatan metode demonstrasi walaupun pada kelas yang dipilih sebagai sampel
tidak ada perbedaan yang besar berdasarkan nilai raport semester satu. Dengan
kata lain bahwa pembelajaran fisika dengan pendekatan metode demonstrasi lebih
terlihat peningkatan pemahaman konsep siswa dibandingkan dengan metode
ceramah pada kelas kontrol. Walaupun untuk kelas kontrol juga mengalami
kenaikan pada nilai rata-rata tetapi untuk kelas penelitian mempunyai kenaikan
nilai rata-rata lebih tinggi yaitu 1,09 dibanding kelas kontrol yaitu hanya 0,80.
B. Saran
Dengan segala keterbatasannya maka dari hasil penelitian ini dikemukakan
saran sebagai berikut:
1. Penggunaan pendekatan metode demonstrasi harus dilakukan
dengan hati-hati dan teliti, pengelolaan kelas dan waktu harus
2. Perlu adanya pembahasan antara guru dan siswa ataupun sesama
guru agar lebih bermakna dan terkontrol proses pembelajaran.
3. Perlu adanya kreatifitas guru untuk meningkatkan kualitas layanan
guru dalam pembelajaran dengan pendekatan metode demonstrasi
42
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Budi Aksara
Balitbang Depdiknas, Pusat kurikulum. 2002. Kurikulum Berbasisi Kompetensi (kegiatan Belajar Mengajar). Jakarta Pusat.
Budi Kartika, Fr.Y. (1991). Sikap Siswa Jurusan A1 da A2 Sekolah Menengah Atas De Brito dan Stama terhadap Pendekatan Ketrampilan Proses Dengan Metode Demonstrasi dan Pendapat Siswa Siswi Tersebut Tentang Pengaruh Pendekatan Sikap Mereka terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Fisika. Penelitian Ilmiah. Yogyakarta. USD.
Budi Kartika, Fr. Y. 1992. Konsep dan Definisi dalam Fisika dan Implikasinya dalam Proses Belajar Mengajar Fisika, dalam Arena Almamater Majalah Ilmiah. Kopertis Wilayah V. Yogyakarta : Andi Offset.
Budi Kartika, Fr. Y. 1998. Pemetaan Konsep Sebagai strategi Membangun Kesatuan Pengetahuan IPA pada Siswa (Mahasiswa), Pendidikan Matematika dan Sains : Tantangan dan Harapan. Yogyakarta : USD.
Budi Kartika, Fr. Y. 2001. Berbagai Setrategi Untuk Melibatkan Siswa Secara Aktif dalam Pembelajaran Fisika di SMU, Efektifitasnya, dan Sikap Mereka dalam Setrategi Tersebut, dalam Widya Dharma. Yogyakarta : USD.
Demdikbud. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Hamalik, O. 1982. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung : Tarsito.
Irmina Umi P. 2002. Evaluasi Hasil Pembelajaran Fisika Berupa Pengetahuan dan Ketrampilan Proses, Yogyakarta : Skripsi pada FKIP Sanata Dharma.
Jusuf Djaja Disastra. 1982. Metode-Metode Mengajar. Bandung : Angkasa.
Mulyasa, E. 2002. Kurikulum Bebasis Kompetensi, Konsep Karakteristik dan Implementasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Sardiman, A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Raya Grafindo Persada.
Mata Pelajaran : Fisika
Kelas : XI IPA
Semester : Satu
Waktu : 2 JP
Topik : Gaya Lorentz
Sub Topik : Besar dan arah Gaya Lorentz
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat memahami besar dan arah Gaya Lorentz
MODEL PEMBELAJARAN
“ Kawat Bergerak atau Berayun Karena Adanya Arus”
Langkah - langkah pembelajaran:
A. Kegiatan Awal
1. Motivasi
Dilakukan langkah - langkah motivasi sebagai berikut :
b. Pertama - tama disediakan alat alat sebagai berikut :
- Magnet U
- Kawat tipis atau kawat spull
- Baterai
- Kabel penghubung
- Statip
c. Kemudian rangkai alat - alat diatas seperti gambar dibawah ini:
Gambar. Rangkaian tanpa magnet.
d. Selanjutnya kepada siswa ditanyakan, “ Apa yang terjadi jika pada
rangkaian didekatkan magnet pada kawat? “siswa dipersilahkan
menyampaikan dugaan - dugaannya.
Gambar. Rangkaian ditambah magnet dengan arah kutub magnet seperti gambar
diatas
e. Selanjutnya untuk mengetahui persis apa yang terjadi, dilakukan
pendekatan magnet pada rangakaian dan siswa diminta untuk
mengamati apa yang terjadi ?
KU
Gambar. Belum ada magnet Gambar. Diberikan magnet
dengan arah kutub
seperti gambar diatas
f. Kemudian siswa ditanya, “ Apa yang terjadi jika arah kutub
magnet dirubah dari keadaan awal pada percobaan point d”.
Gambar. Arah kutub magnet dibalik.
g. Untuk mengetahui persis apa yang terjadi, percobaan dilakukan.
Siswa diminta untuk mengamati apa yang terjadi?
KU
KS
KS
Gambar. Tanpa magnet. Gambar. Ada magnet dengan
arah kutub seperti
gambar diatas
Gambar. Ada magnet dengan arah kutub seperti gambar diatas
B. Kegiatan inti
1. Perumusan masalah
Kepada siswa diajukan pertanyaan: “ Mengapa kawat tetap
diam walaupun magnet didekatkan dalam keadaan saklar terbuka
atau tidak dihubungkan?”
2. Pengajuan hipotesis
Siswa diberi kesempatan untuk mencoba menjawab
pertanyaan diatas. ( langkah ini sekaligus sebagai penggalian KU
KS
KS
pengetahuan awal siswa). Berbagai inti penjelasan siswa ditulis
sebagai hipotesis hipotesis.
3. Pengumpulan data dan penyimpulannya
Dilakukan serangkaian percobaan dengan mengubah arah
medan ,arah arus dan jarak magnet.
a. Percobaan pertama
• Dilakukan percobaan sebagai berikut.
• Siswa diminta untuk melakukan pengamatan
terhadap gerakan kawat setelah saklar ditutup.
• Hasilnya dicatat sebagai data dalam bentuk tabel.
Keadaan saklar Gerakan kawat
Sebelum saklar ditutup Diam
Sesudah saklar ditutup Berayun atau bergerak
• Mengapa setelah saklar ditutup kawat berayun atau
bergerak? ( jawaban yang diharapkan karena adanya
arus).
• Dengan adanya arus maka kawat akan timbul gaya. KU
KS
• Gaya yang ditimbulkan oleh kawat berarus atau
muatan bergerak dalam medan magnet inilah yang
disebut gaya lorentz.
• Faktor- faktor apa yang mempengaruhi besar dan
arah gaya lorentz? ( jawaban yang diharapkan
panjang kawat, kuat arus kuat medan magnet).
• Jadi dapat disimpulkan bahwa faktor- faktor yang
mempengaruhi besar dan arah gaya lorentz yaitu
panjang kawat, kat arus dan kuat medan magnet.
b. Percobaan kedua (arah batere yang diuabah).
• Dilakukan percobaan sebagai berikut;
• Siswa diminta untuk melakukan pengamatan
terhadap gerakan kawat setelah saklar ditutup.
• Hasil dicatat sebagai data dalam bentuk tabel;
Keadaan saklar Gerakan kawat
Sebelum saklar ditutup Diam
Sesudah saklar ditutup Berayun atau bergerak
KU
KS
• Apa yang akan terjadi apabila arah batere (arus)
dibalik? (Jawaban yang diharapkan yaitu kawat
akan tetap berayun).
• Kemanakah arah kawat untuk arah batere yang
dibalik? ( jawaban yang diminta mendekati kita atau
menjauhi kita).
• Jadi kesimpulannya apabila arah batere dibalik
maka arah gaya yang ditimbilkan oleh kawat juga
berbeda.
c. Percobaan Ketiga (jarak medan magnet diubah)
• Dilakukan percoabaan sebagai beikut :
KU
KS
Saklar ditutup Saklar ditutup
• Siswa diminta untuk melakukan pengamatan
terhadap gerakan kawat setelah saklar ditutup
apabila jarak medan magnet dirubah. (dijauhkan
atau didekatkan).
• Apa yang akan terjadi pada kawat apabila saklar
ditutup dan medan magnet didekatkan?
• Apa yang akan terjadi pada kawat apabila saklar
ditutup dan medan magnet dijauhkan?
• Jadi jaraknya medan magnet terhadap kawat juga
berpengaruh terhadap besar kecilnya gerakan kawat.
Jadi dari ketiga percobaan diatas dapat disimpulkan
bahwa besarnya gaya lorentz bergantung pada arah
arus, panjang kawat dan medan magnet. Jadi besar
gaya lorentz dapat ditulis dalam ersamaan F = B. I .
L
C. Kegiatan pemantapan
1. Perangkuman
Dengan kawat bergerak atau berayun karena di aliri arus
dan berada dalam medan magnet akan mendapat gaya. Gaya yang
dialami oleh penghantar ber arus dalam medan magnet disebut
Gaya Lorentz.
Dari hasil pengamatan percobaan 1, 2, 3 dapat ditunjukkan
magnet dan arah arus yang dapat ditunjukkan seperti gambar di
bawah ini.
Gambar. Aturan genggaman tangan kanan
Rantangkan ibu jari, telunjuk dan jari tengah tangan
kananmu seperti gambar diatas. Ibu jari menunjuk arah arus,
telunjuk menunjuk arah medan magnet dan jari tengah
menunjukkan arah gaya lorentz.
Dari hasil percobaan dapat diketahui lebih lanjut bahwa
gaya lorentz akan semakin besar jika :
a. Semakin kuat medan magnetnya.
b. Semakin besar kuat aruanya.
c. Semakin panjang bagian kawat yang menerima gaya.
Gaya lorentz sebanding dengan kuat medan magnet, arus
listrik, panjang kawat. Kedudukan gaya, kuat medan magnet dan
arus listrik saling tegak lurus. Besar gaya lorentz dapat di tuliskan
dalam persamaan sebagai berikut :
Keterangan :
F : Gaya lorent dengan satuan Newton ( N )
B : Kuat medan magnet dengan satuan Tesla ( T )
i : Kuat arus dengan satuan Ampere ( A )
L : Panjang kawat dengan satuan kawat ( m )
2. Penerapan
Motor listrik, Amperemeter, Multimeter dll.
3. Evaluasi, pekerjaan rumah dan atau tugas.
• Apa yang terjadi pada gerakan kawat apabila
percobaan digunakan kawat penghantar berukuran
tebal atau besar?
• Apa yang terjadi pada gerakan kawat apabila
percobaan digunakan magnet berbentuk lain?
• Lakukanlah percobaan demikian dan jelaskan apa
SOAL PRE TEST DAN SOAL POS TEST
1. Cara memperbesar gaya lorent yaitu...a. memperbesar arus listrik’ memperpanjang kawat, dan menambah
kekuatan magnet.
b. Memperbesar arus listrik, memperpanjang kawat, dan
mengurangikekuatan magnet.
c. Memperbesar arus listrik, mengurangi panjang kawat, dan
mengurangi kekuatan magnet.
d. Memperkecil arus listrik, memendekkan kawat dan mengurangi
kekuatan magnet.
2. Untuk menentukan besarnya gaya lorent dapat menggunakan rumus....
a. F = B.I.L
b. F = B.V.L
c. F = V.I.L
d. F = B.V.I
3. Arah gaya lorent yang tepat ditunjukkan oleh gambar...
a. c.
b. d.
B
I
F
F B
I
I
F B
B
4. Berikut adalah faktor- faktor yang mempengaruhi besr gaya lorent,
kecuali...
a. panjang kawat
b. kuat medan magnet
c. kuat arus liatrik
d. jenis penghantar.
5. Arah gaya lorent berikut ini benar adalah...
a. c.
b. d.
6. Kawat berarus listrik 0,5 A berada dalam medan magnet sehingga
menimbulkan gaya lorentz sebesar 70N. Jika kawat tersebut panjangnya
25 cm, kuat medan magnetnya adalah...
a. 650 T
b. 560 T
c. 140 T
d. 35 T
F
B I
B I
F
F
B
I B
I
7. Kawat yang panjangnya 50 cm berada didalam muatan magnet yang
berkekuatan 20 T. Apabila arus listrik yang mrngalir pada kawat itu 5A,
gaya lorent yang dihasilkan adalah...
a. 500 N
b. 75 N
c. 50 N
d. 25 N
8. Suatu alat menghasilkan gaya lorent 20 N dengan kuat arus listrik 2 A
dan kumparan yang panjangnya 200cm. Besarnya kekuatan medan
magnet itu adalah....
a. 5 T
b. 40 T
c. 80 T
d. 222 T
9. Peralatan listrik dalam kehidupan sehari-hari yang prinsip kerjanya
berdasarkan gaya lorent adalah sebagai berikut, kecuali...
a. kipas angin
b. multimeter
c. lemari es
d. motor mesin jahit
10. Berikut iniyang bukan termasuk komponen utama motor listrik adalah...
a. kumparan putar
c. komutator
d. alternator
11. Gaya Lorent adalah :...
a. Gaya tarik antar Magnet
b. Gaya yang menyebabkan jarum kompas menyimpang
c. Gaya yang ditimbulkan oleh kawat berarus dalam medan magnet
d. Gaya dalam medan magnet
12. Gaya lorent pasti akan lebih besar jika :...
a. Arus diperkuat, medan diperlemah
b. Arus diperkuat, medan diperkuat
c. Arus diperkecil, medan diperkuat
d. Arus diperkecil, medan diperlemah
13. Mana yang menunjukkan arah gaya lorent yang benar...
a) b)
c) d)
I B
F
I
B
F I
B F
I B
14. Berapa panjang kawat nirkom yang diperlukan agar pada kawat terjadi
gaya lorent 72 N. Jika kawat dilalirir arus listrik 0,25 A dan berada
dalam medan magnet 600 T !
a. 0,25 m c) 0,72 m
b. 0,48 m d) 0,15 m
15. Sebuah kawat panjangnya 50 m terletak dalam medan magnet dan saling
tegak lurus dialiri arus 5A. Berapa Gaya Lorent yang terjadi pada kawat
tersebut B = 20 T?
a. 100 N c) 2500 N
b. 250 N d) 5000 N
16. Sebuah kawat dialiri arus 2A terletak dalam medan magnet B = 40 T,
pada kawat terjadi gaya lorent sebesar 1000 N. Berapa panjang kawat ?
a. 12,5 m c) 10 m
b. 10,5 m d) 12 m
17. Seutas kawat panjangnya 50 cm terletak dalam medan magnet 100 T dan
saling tegak lurus dialiri arus 2 A. Berapa gaya lorent pada kawat ?
a. 25 N c) 75 N
b. 50 N d) 100 N
18. Saat elektron memasuki medan magnet, elektron mendapat gara lorent
yang searah dengan ...
a. Sumbu X positif
c. Sumbu Z positif
d. Sumbu Z negative
19. 1 ampere adalah ….
a. arus yang menimbulkan gaya lorent sebesar 2.10-7 N pada dua
kawat yang berarus listrik.
b. arus kawat yang menimbulkan gaya lorentz sebesar 2.10-7N pada
dua kawat yang berarus listrik.
c. arus yang mengalir pada dua kawat sejajar dengan jarak 1 cm
sehingga menimbulkan gaya lorentz sebesar 2. 10-7N.
d. arus yang mengalir pada dua kawat sejajar dan jarak 1 m sehingga
menimbulkan gaya lorentz sebesar 1 N.
20. Arah gaya lorent pada penghantar adalah...
a. Keatas
b. Berlawanan dengan arah medan magnet
c. Mendekati pengamat
KUNCI JAWABAN PRE TEST DAN POST TEST
1. A 11. C
2. A 12. B
3. A 13. D
4. D 14. B
5. A 15. D
6. B 16. A
7. C 17. D
8. A 18. A
9. C 19. D
Kelas
:
XI
IPA
Semester :
Satu
Waktu
: 2 JP
Topik
:
Gaya
Lorentz
Sub Topik
: Besar dan arah Gaya Lorentz
Tujuan Pembelajaran : Siswa dapat memahami besar dan arah Gaya Lorentz
Kompetensi Dasar
Indikator Materi
-
Dapat menerapkan
indiksi magnetik dan
gaya magnetik pada
beberapa produk
tehnologi
Dapat:
-
memformulasikan gaya
magnetik ( gaya
lorentz) pada magnetik
(gaya lorentz) pada
kawat berarus atau
partikel bermuatan
yang bergerak dalam
medan magnet
-
mengaplikasikan gaya
lorentz pada persoalan
fisika sehari – hari.
1.
Gaya lorentz (besar dan
arah) pada kawat
berarus atau muatan
bergerak dalam medan
magnet.
Konsep Pengertian/uraian
Indikator
pemahaman
Alat ukur pemahaman
Penilaian pemahaman
-
gaya lorentz
-
aturan
gengaman
tangan kanan
-
Yang
menentukan
gaya lorentz
-
Persamaan
gaya lorentz
-
Penerapan
pada beberapa
produk
tehnologi
-
gaya yang dialami oleh
penghantar berarus
didalam medan magnet
disebut gaya lorentz
-
terdapat hubungan
antara gaya loren