• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Fisika. Oleh. Efrem Fortunatus Tadon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Program Studi Pendidikan Fisika. Oleh. Efrem Fortunatus Tadon"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KARAKTER KERJA SAMA SISWA KELAS XI DAN XII IPA SMA SWASTA ILE BOLENG MENGENAI ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE MENGGUNAKAN METODE

EKSPERIMEN TERBIMBING

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

Efrem Fortunatus Tadon 161424016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

vi ABSTRAK

PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KARAKTER KERJA SAMA SISWA KELAS XI DAN XII IPA SMA SWASTA ILE BOLENG MENGENAI ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE MENGGUNAKAN

METODE EKSPERIMEN TERBIMBING Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Efrem Fortunatus Tadon

2020

Penelitian ini adalah studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui (1) peningkatan pemahaman siswa kelas XI dan XII IPA dalam pembelajaran elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas di SMA Swasta Ile Boleng menggunakan metode eksperimen, dan (2) adanya peningkatan karakter kerja sama siswa yang terjadi dalam pembelajaran tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swasta Ile Boleng. Partisipan dari penelitan ini adalah kelas XI dan XII IPA, yang terdiri dari 8 siswa. Treatment yang diberikan berupa pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, lembaran observasi, dan tes tertulis berupa pretest dan posttest. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran fisika pada pokok bahasan elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas menggunakan metode eksperimen terbimbing dapat : (1) meningkatkan pemahaman hasil belajar siswa, dan (2) meningkatkan karakter kerja sama siswa.

(3)

vii ABSTRACT

INCREASING STUDENTS’ UNDERSTANDING AND COOPERATIVE CHARACTERS OF XI DAN XII GRADE OF SCIENCE MAJOR IN ILE BOLENG PRIVATE HIGH SCHOOL ON ELASTICITY AND HOOKE LAW

USING THE GUIDED EXPERIMENT METHOD

Thesis, Physics Education Study Program Faculty of Teachers Training and Education

Sanata Dharma University Efrem Fortunatus Tadon

2020

This research is a case study that aims to find out (1) the improvement of students' understanding of XI dan XII grade of science major in learning elasticity and Hooke Law on springs at Ile Boleng Private High School using guided experimental methods, and (2) the increase of students cooperative character that occurs in such learning.

This research was conducted at the Ile Boleng Privase High School. The participants of this research were XI and XII grade of Science major, which consisted of 8 students. The treatment provided was in the form of learning with the guided experimental method. The instruments used in this study were questionnaires, observation sheets, and written tests in the form of pretest and posttest. This type of research used in this research was descriptive qualitative and quantitative descriptive research.

The results showed that physics learning on the subject of elasticity and Hooke's Law on springs using the guided experimental method was able to improve (1) student understanding of learning outcomes and (2) the students’ cooperative character.

(4)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat, bimbingan dan penyertaan-Nya dari awal hingga akhir penyusunan Proposal yang berjudul “Peningkatkan Pemahaman dan Karakter kerja sama siswa kelas XI dan XII IPA SMA Swasta Ile Boleng Mengenai elastisitas dan Hukum Hooke Menggunakan Metode Eksperimen Terbimbing” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma. Penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik berkat kerjasama, dukungan, bantuan, motivasi, serta gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung memberi bantuan dan dukungan terselesainya proposal ini:

1. Prof. Dr. Paul Suparno, S. J., M.S.T selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan, bantuan, dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Elisabeth Dian Atmajati, S.Pd., M.Si selaku dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah membantu memvalidasi kisi-kisi instrumen tes tertulis dan observasi kepada penulis dalam mengerjakan skripsi dan selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan masukan guna menyempurnakan skripsi ini.

3. Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika dan dosen penguji yang telah memberikan motivasi dan masukan guna menyempurnkan skripsi ini.

4. Segenap dosen dan karyawan Program studi Pendidikan Fisika yang telah memberikan pendidikan serta layanan dengan baik kepada penulis selama menempuh studi di Program studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

(5)

ix

5. Bapak Drs. Lukas Tura Boli, selaku Kepala Sekolah SMA Swasta Ile Boleng yang telah memberikan ijin penelitian.

6. Bapak Nikodemus Bin Bernadus, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Fisika kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 yang telah membantu dalam persiapan penelitian, memberi masukan dan semangat.

7. Segenap Bapak/Ibu guru beserta kariawan SMA Swasta Ile Boleng yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

8. Bapak Tadon Ama dan Mama Oktovia Niga, Kakakku Elvin Tadon, Rina Tadon, Rino Tadon, Asti Orlando, Ance Orlando, Esi Orlando, dan adikku Elsa Tadon, yang selalu mendoakan dan memberi semangat sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

9. Teman-teman Yohana Atwina Aspiranti Ndoa, Maria Gratiana Adelaide Simon, Maria Goreti Sarah Hutu, Chresensia Febby Varisa, Arvian Ama Ngongo, Alfan R.F. Pariuri, Yohanes Yesan, dan Andreas Ujik Pratama yang selalu memberikan dukungan, doa dan semangat.

10. Margaretha Fionelda Marin yang selalu memberi dukungan, semangat dan selalu mengingatkan untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman seangkatan Pendidikan Fisika 2016 yang telah berjuang bersama dalam keadaan suka maupun duka.

Penulis

(6)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN OLEH PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN OLEH PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI HASIL KARYA... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 KAJIAN TEORI ... 5

2.1. Pemahaman ... 5

2.2. Hasil Belajar ... 5

2.3. Metode Eksperimen Terbimbing ... 6

2.4. Pendidikan Karakter ... 9

2.5. Kerja Sama ... 10

2.6. Materi Pembelajaran Elastisitas dan Hukum Hooke ... 12

2.7. Langkah Penelitian ... 21

(7)

xi

3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Waktu dan Tempat ... 23

3.3. Subjek dan Objek Penelitian ... 23

3.4. Desain Penelitian ... 24

3.5 Treatment ... 25

3.6 Instrumen... 25

3.7 Validitas ... 34

3.8 Analisis Data ... 35

BAB 4 DATA DAN ANALISIS ... 45

4.1 Pelaksanaan Penelitian ... 45

4.2 Data dan Analisis ... 48

4.3 Pembahasan ... 55

4.4 Keterbatasan Penelitian ... 59

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

5.1 Kesimpulan... 60

5.2 Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(8)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Grafik Hubungan Gaya dengan Perubahan Panjang Benda ... 13

Gambar 2.2 Neraca pegas... 14

Gambar 2.3 Schock Breaker pada motor... 14

Gambar 2.4 Susunan seri pada pegas ... 17

Gambar 2.5 Susunan paralel pegas ... 18

(9)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Kisi-kisi dan format soal uraian Pretest Materi elastisitas dan

Hukum Hooke Pada Pegas ... 27

Tabel 3. 2 Kisi-kisi dan format soal uraian Posttest Materi elastisitas dan Hukum Hooke Pada Pegas ... 29

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Observasi ... 32

Tabel 3. 4 Kisi-kisi instrumen Angket ... 34

Tabel 3. 5 Penentuan skor tiap soal ... 35

Tabel 3. 6 Jawaban soal pretest dan posttest ... 36

Tabel 3. 7 Klarifikasi skor Observasi Kerja Sama ... 44

Tabel 4. 1 Ringkasan Pelaksanaan Penelitian ………45

Tabel 4. 2 Skor Hasil Belajar Siswa Awal dan Akhir ... 49

Tabel 4. 3 Analisis Wilcoxon untuk kelompok dependen XI dan XII IPA ... 50

Tabel 4. 4 Hasil Angket Tingkat Kerja Sama Siswa ... 52

Tabel 4. 5 Hasil Analisis Angket Tingkat Kerja Sama Siswa ... 53

(10)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari Kampus ... 64

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian dari Sekolah ... 65

Lampiran 3 Surat Keterangan setelah Penelitian ... 66

Lampiran 4 Validitas Soal Pre-test dan Post-test, Lembar Kerja Siswa (LKS) .... 67

Lampiran 5 Soal Pre-test dan Post-test ... 80

Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Pre-test dan Post-test ... 80

Lampiran 7 Angket Kerja Sama Siswa ... 87

Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 88

Lampiran 9 Jawaban Pre-test dan Post-test Siswa ... 95

Lampiran 10 Angket Kerja Sama Pre-test dan post-test Siswa ... 103

Lampiran 11 Hasil Instrumen Observasi... 105

Lampiran 12 Hasil Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 106

Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 113

(11)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemahaman merupakan salah satu faktor psikologis dalam belajar. Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Dalam hal ini siswa dapat menguasai materi, memahami maksudnya, menangkap maknanya, yang dipelajari bersama di dalam kelas menjadi tujuan akhir dari pembelajaran. Pemahaman memiliki arti yang mendasar, sehingga tanpa pemahaman, skill pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. Pemahaman bersifat dinamis. Dengan ini diharapkan pemahaman akan bersifat kreatif dan akan menghasilkan imajinasi dan pikiran yang tenang. Apabila siswa benar-benar memahaminya, maka akan siap memberi jawaban yang pasti atas pertanyaan-pertanyaan atau berbagai masalah dalam belajar. Dengan demikian, pemahaman sangat penting dalam belajar, menurut Thomas F. Staton (dalam Sardiman, 1986: 42).

Pendidikan karakter adalah proses yang tak pernah berhenti. Pendidikan karakter bukanlah sebuah proyek yang ada awal dan akhirnya. Pendidikan karakter diperlukan agar setiap individu menjadi orang yang lebih baik, menjadi warga masyarakat yang lebih baik, dan menjadi warga Negara yang lebih baik (Raka Gede, dkk, 2011). Berdasarkan pengalaman penulis waktu masih berada di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), pendidikan karakter yang diterapkan dalam pembelajaran bisa dibilang masih kurang, oleh karena itu pendidikan karakter harus diterapkan pada saat pembelajaran sehingga dapat membantu siswa menjadi individu yang lebih baik dan mempunyai karakter yang baik pula. Dalam pembelajaran metode eksperimen sangat penting untuk membantu siswa memahami materi yang diajarkan, karena siswa dapat langsung melakukan percobaan

(12)

yang berkaitan dengan materi. Hal ini, pernah dialami penulis sewaktu masih menempuh jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), dimana Guru mata pelajaran lebih monoton menjelaskan materi di kelas dibandingkan melakukan percobaan di laboratorium yang telah difasilitasi sekolah. Dari pengalaman tersebut dan berdasarkan kurikulum 2013 siswa dituntut agar lebih aktif, mencari, menemukan, dan merumuskan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran. Guru hanya sebagai fasilitator. Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode eksperimen untuk membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan, sehingga siswa benar-benar terlibat langsung dalam melakukan percobaan berkaitan dengan materi dan juga siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Hukum Hooke menyatakan “Jika gaya Tarik yang bekerja pada pegas tidak melampaui batas elastisitas pada pegas, maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada pegas”. Semakin besar gaya tarik yang bekerja pada pegas, semakin besar pertambahan panjang pegas (Marthen, 2006). Salah satu konsep Hukum Hooke yang diajarkan di SMA adalah elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas. Konsep tersebut merupakan konsep dasar. Melalui metode kelas eksperimen dan kelas kontrol, siswa harus memahami secara sungguh-sungguh mengenai konsep Hukum Hooke tersebut. Jika konsep Hukum Hooke tidak dipahami secara benar, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep fisika lainnya, terutama yang berkaitan dengan konsep Hukum Hooke pada pegas.

Didalam kegiatan belajar mengajar seorang guru jarang melakukan komunikasi dengan siswa terkait dengan materi yang sudah diajarkan di dalam kelas. Hal ini, pernah dialami penulis sewaktu masih menempuh jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), dimana guru mata pelajaran fisika lebih fokus untuk memenuhi tugas pembelajaran secara umum sehingga, membuat materi yang diajarkan tidak tersampaikan dengan baik.

(13)

Penelitian ini dilakukan di SMA Swasta Ile Boleng karena pada sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian tentang metode eksperimen terbimbing. Selain itu, jumlah siswa kelas XI IPA SMA Swasta Ile Boleng terdiri dari dua kelas dan setiap kelas berjumlah 26 siswa, sehingga peneliti dapat memili satu kelas untuk melakukan penelitian.

Berdasarkan latar belakang itu, maka peneliti tertarik melakukan penelitian untuk melihat sejauh mana pemahaman siswa mengenai konsep elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas di SMA Swasta Ile Boleng. Oleh karena itu, penulis mengambil judul penelitian ini: “Peningkatkan pemahaman dan karakter kerja sama siswa kelas XI dan XII IPA mengenai Hukum Hooke menggunakan eksperimen terbimbing di SMA Swasta Ile Boleng.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1) Apakah tingkat pemahaman siswa kelas XI dan XII IPA mengenai konsep elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas di SMA Swasta Ile Boleng meningkat lewat pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing.

2) Apakah karakter kerja sama siswa kelas XI dan XII IPA di SMA Swasta Ile Boleng meningkat setelah belajar dengan metode eksperimen tentang elastisitas dan hukum Hooke.

(14)

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1) Peningkatan pemahaman siswa kelas XI dan XII IPA mengenai konsep elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas di SMA Swasta Ile Boleng menggunakan metode eksperimen terbimbing.

2) Peningkatan karakter kerja sama siswa kelas XI dan XII IPA di SMA Swasta Ile Boleng setelah belajar dengan metode eksperimen tentang elastisitas dan hukum Hooke.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Guru

Memberikan informasi mengenai pemahaman siswa dalam memahami konsep elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas dengan menggunakan metode eksperimen, dan juga memberikan informasi terkait pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sehingga diharapkan dapat membantu proses pembelajaran di sekolah.

1.4.2. Bagi Penelitian

Memberikan bahan referensi bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitian mengenai pengaruh metode eksperimen dalam pembelajaran fisika.

(15)

5 BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1. Pemahaman

Arti pemahaman

Pemahaman adalah proses mental seseorang memahami sesuatu yang telah diketahui dan diingat dan merupakan landasan bagi siswa untuk membangun wawasan (Pusat Bahasa Depdiknas, 2002 & Simanjutak, 2012). Pemahaman konsep dan prinsip merupakan persyaratan keberhasilan siswa terhadap fisika (Simanjutak, 2012).

Beberapa indikator yang menunjukkan pemahaman seseorang akan suatu konsep menurut (Wardani, 2010) antara lain: 1) dapat menyatakan pengertian konsep dalam bentuk definisi menggunakan kalimat sendiri secara rinci; 2) dapat mengklasifikasi obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya); 3) dapat menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; 4) dapat memberi contoh dan non contoh dari konsep; 5) dapat mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup konsep; 6) dapat menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu; 7) dapat mengaplikasikan konsep pemecahan masalah.

2.2. Hasil Belajar

2.2.1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai maupun dikuasai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Hasil belajar dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan pembelajaran yang dilakukan guru, sekaligus tingkat pencapaian siswa terhadap kompetensi atau materi yang telah ditentukan (Kunandar, 2013: 62)

(16)

Hasil belajar merupakan sesuatu yang sangat penting. Dengan hasil belajar guru bisa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap kualitas pembelajaran yang telah dilakukan. Metode, strategi, media, model pembelajaran yang dilakukan dalam proses belajar mengajar itu tepat dan efektif dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa.

Jika hasil belajar belajar siswa berupa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka bisa dikatakan proses pembelajaran yang dilakukan guru berhasil dan siswa telah tuntas dalam menguasai kompetensi atau materi yang telah ditentukan. Jika hasil belajar siswa dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maka bisa dikatakan proses pembelajaran yang dilakukan guru gagal dan siswa belum tuntas dalam menguasai kompetensi atau materi yang ditentukan.

2.2.2. Hasil Belajar Fisika

Pencapaian hasil belajar yang baik dalam pembelajaran fisika adalah kemampuan siswa dapat memahami materi fisika yang diberikan guru. Kemampuan hasil belajar dapat dilihat dari berbagai aspek contohnya adalah dalam proses belajar mengajar siswa dapat mengerjakan soal, memahami materi, berpendapat. Pada pembelajaran dengan suatu eksperimen, siswa dapat melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri dari suatu yang telah dipelajari dengan bantuan alat, lembar kerja siswa (LKS) untuk tercapainya suatu percobaan.

2.3. Metode Eksperimen Terbimbing 2.3.1. Pengertian Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Siswa dituntut mengalami sendiri, mencari kebenaran, dan

(17)

mencoba mencari suatu hukum atau dalil serta menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya (Bahri, 2006: 84).

Secara umum metode eksperimen adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai pembuktian, pengecekan, bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang benar (Suparno, 2013: 83). Berdasarkan pendapat disimpulkan bahwa metode eksperimen merupakan metode mengajar yang melibatkan siswa secara langsung untuk melakukan percobaan. Siswa dapat menemukan kebenaran sendiri, mengamati peristiwa atau kejadian yang terjadi pada suatu obyek dibawah bimbingan guru.

2.3.2. Metode Eksperimen Terbimbing

Dalam metode eksperimen seluruh jalan percobaan sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa, sehingga siswa tidak bingung tentang langkah-langkah yang akan dibuat. Data yang harus dikumpulkan dan kesimpulan mana yang akan dituju oleh siswa cukup jelas.

1) Tugas Guru dalam eksperimen terbimbing

Menurut Suparno, (2013: 84) untuk melakukan pembelajaran dengan eksperimen terbimbing, guru berpengaruh sangat penting. Beberapa hal penting yang dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut:

(1) Memilih eksperimen yang akan diberikan kepada siswa.

(2) Merencanakan langkah-langkah percobaan atau membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).

(3) Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan, sehingga pada saat siswa melakukan eksperimen semua alat siap dan eksperimen berjalan dengan lancar.

(4) Pada saat siswa melakukan esperimen, guru bisa berkeliling melihat bagaimana siswa melakukan eksperimen dan memberi masukan kepada siswa.

(18)

(5) Bila ada alat yang macet guru dapat membantu siswa agar alatnya jadi baik.

(6) Membantu siswa dalam menarik kesimpulan dari percobaan yang dilakukan.

(7) Guru harus memeriksa laporan praktikum siswa.

2) Tugas Siswa dalam eksperimen terbimbing

Dalam eksperimen terbimbing, siswa berada dalam kelompok kecil untuk melakukan eksperimen/percobaan yang sesuai dengan petunjuk praktikum atau LKS yang diberikan oleh guru. Dalam percobaan, siswa akan melakukan beberapa hal sebagai berikut (Suparno, 2013: 85):

(1) Membaca petunjuk praktikum atau LKS dengan teliti sebelum melakukan praktikum atau percobaan.

(2) Mencari alat-alat yang diperlukan dalam praktikum.

(3) Merangkai alat-alat sesuai dengan gambar rangkaian pada LKS. (4) Mulai mengamati jalannya percobaan dan mencatat data yang

diperlukan.

(5) Mendiskusikan dalam kelompok untuk membuat laporan praktikum dan membuat kesimpulan dari data hasil percobaan.

(6) Dapat mempresentasikan percobaan yang telah dilakukan.

Dalam pembelajaran fisika di SMA dan SMP, kebanyakan eksperimen dipilih yang terbimbing atau terencana. Alasan utama adalah dengan model eksperimen terbimbing ini, hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih teratur serta terarah, sehingga siswa tidak mudah bingung (Suparno, 2013: 84). Metode ini melatih siswa untuk cermat, terampil, dan aktif melakukan perencanaan, pengumpulan data, pengamatan, penemuan, hingga menarik kesimpulan. Manfaat menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam bertujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri.

(19)

2.4. Pendidikan Karakter

2.4.1. Arti Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya. Pendidikan karakter adalah proses yang tak pernah berhenti. Pemerintah boleh berganti, raja boleh turun takhta, presiden boleh berakhir masa jabatannya, namun pendidikan karakter harus berjalan terus. Pendidikan karakter bukanlah sebuah proyek yang ada awal dan akhirnya. Pendidikan karakter diperlukan agar setiap individu menjadi orang yang lebih baik, menjadi warga masyarakat yang lebih baik, dan menjadi warga negara yang lebih baik (Raka Gede, dkk, 2011). Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi menggunakan pedoman lembar observasi yang telah memuat sejumlah indikator atau aspek sikap yang akan diamati untuk melihat karakter dalam tindakan kerja sama yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran.

2.4.2. Isi Pendidikan Karakter di Sekolah

Isi pendidikan karakter sebagai berikut (Raka Gede, dkk, 2011): (1) Kejujuran: kejujuran tidak hanya mencangkup pengertian tidak

bohong atau berkata benar, tetapi juga tindakan “tidak mengambil barang yang bukan haknya”.

(2) Rasa Tanggung Jawab: jujur dan tanggung jawa merupakan perwujutan dari integrasi. Salah satu sikap bertanggung jawab sangat perlu dikembangkan adalah “tidak mencari kambing hitam”. Mencari kambing hitam adalah kebiasaan melempar kesalahan kepada orang atau pihak lain apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

(3) Semangat Belajar: kemajuan dan kesejahteraan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kemampuan menciptakan, menguasai, dan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(20)

(4) Disiplin Diri: orang yang berkarakter adalah orang yang mempunyai disiplin diri tingkat tinggi karena mereka adalah orang-orang yang melakukan kebaikan atas kesadaran dan kemauan sendiri bukan karena disuruh atau diawasi orang lain. (5) Kegigihan: kegigihan mencangkup kesediaan untuk bekerja

keras, tekun, dan pantang menyerah.

(6) Apresiasi terhadap Kebinekaan: kemampuan untuk menjadikan kebinekaan sebagai kekuatan juga diperlukan untuk membangun Indonesia yang maju, adil, sejahtera, dan demokratif.

(7) Semangat Berkontribusi: merupakan perpaduan dari kedermawanan, kepedulian, kerelaan berbagi, ketulusan, dan kasih.

(8) Optimisme: optimisme adalah salah satu karakter yang ditempa oleh para bapak bangsa ketika menggalang kekuatan rakyat Indonesia untuk melawan penjajah.

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan, memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Diharapkan siswa dapat menunjukkan sikap menghargai sesama, dapat bekerja sama, inklusif, mampu berkomitmen atas keputusan bersama, musyawarah mufakat, tolong menolong, memiliki empati dan rasa solidaritas, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap kerelawanan (Widodo, Joko dan Jusuf Kalla, 2017).

2.5. Kerja Sama

Salah satu isi nilai karakter yang penting di Indonesia adalah kerja sama. Nilai kerja sama atau gotong royong ini sangat ditekankan oleh presiden Joko Widodo dalam nawacita.

(21)

2.5.1. Pengertian Kerja Sama

Kerja sama adalah bentuk hubungan antara siswa dalam kelompok, dimana siswa dapat mencapai tujuan. Dalam menyelesaikan masalah, kerja sama menghasilkan perubahan prestasi untuk menjadi lebih tinggi daripada persaingan. Belajar bekerja sama juga menghasilkan perbaikan kemampuan untuk melihat masalah dari sudut pandang orang lain. Dalam situasi kerja sama setiap individu berusaha untuk memberikan sesuatu yang menguntungkan bagi individu lain maupun pada kelompok. Semua siswa dalam kelompok akan bekerja untuk satu hasil, dan materi-materinya dapat dibagi diantara golongannya (Djiwandono, 2006: 368).

2.5.2. Belajar Bersama

Dilihat dari upaya pengembangan kapabilitas kepala sekolah dan guru yang terlibat, pendekatan kokreasi (sinergi antara 2 pihak atau lebih dalam menciptakan sesuatu yang lebih baik) pada dasarnya merupakan cara mudah untuk menciptakan forum belajar bersama. Para kepala sekolah dan guru yang terlibat disediakan peluang dan diminta untuk berbagai pandangan serta memberikan pendapatnya tentang berbagai topik pendidikan karakter. Dalam proses setiap pengalaman dan pendapat diperhatikan, didengarkan, dan dihargai. Forum belajar bersama ini secara tidak disadari akan memperkaya dan memperluas wawasan peserta dan membuat setiap orang yang terlibat lebih terbuka terhadap gagasan dan sudut padang yang berbeda. Forum belajar bersama juga menjadi media untuk memahami dan internalisasi konsep-konsep serta gagasan-gagasan mengenai pendidikan karakter (Raka Gede, dkk, 2011).

(22)

2.6. Materi Pembelajaran Elastisitas dan Hukum Hooke 2.6.1. Elastisitas

Elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan (dibebaskan) (Kanginan, 2006: 150).

2.6.2. Perubahan Panjang Benda

Gambar 2.1 menyajikan grafik tipikal untuk hubungan gaya diberikan versus perubahan panjang benda. Sampai dengan titik yang disebut batas proporsional (limit of proportionality), Persamaan F = k ∆l merupakan hubungan yang baik bagi banyak material yang umum dijumpai, dan kurvanya linear (bebentuk garis lurus). Lewat dari titik ini, grafik menampakkan bentuk kurva yang menyimpang dari garis lurus, dan tidak lagi terdapat hubungan sederhana diantara F dan ∆l. Namun demikian, bila kita teruskan sedikit lebih jauh ke atas pada kurva tersebut, hingga ke titik yang disebut batas elastis (elastic limit ), benda akan kembali ke panjang aslinya bilamana gaya eksternal tidak lagi dikerahkan pada (atau disingkirkan dari) benda. Ruas pada kurva yang dimulai dari titik awal hingga ke titik batas elastis ini disebut daerah elastis (elastic region). Apabila sebuah benda diregangkan melewati batas elastis ini, maka benda tersebut akan memasuki daerah plastis (plastic region): benda tak lagi akan kembali ke panjang aslinya bilamana gaya eksternal dihilangkan dari benda, melainkan akan mengalami deformasi secara permanen seperti sebuah klip kertas yang dibengkokkan. Perubahan panjang maksimum akan dicapai pada titik batas patah (breaking point). Besarnya gaya maksimum yang dapat dikerjakan pada benda tanpa menjadikan benda itu patah disebut kekuatan ultimat (ultimate strength) (Giancoli, 2014).

(23)

Grafik hubungan gaya dengan perubahan panjang benda pada gambar 2.1, gaya F yang diberikan pada suatu benda maka akan terjadi perubahan panjang (∆l). Jika gaya F tersebut tidak melampaui batas elastisitas benda maka benda tersebut akan kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya F yang diberikan dihilangkan (dibebaskan).

Gambar 2.1 Grafik Hubungan Gaya dengan Perubahan Panjang Benda

2.6.3. Maanfaat pegas dalam kehidupan sehari-hari 2.6.3.1. Neraca Pegas

Neraca pegas disebut juga dynamometer. Neraca ini umum digunakan oleh siswa untuk menyelidiki gaya-gaya pada suatu percobaan (misalnya menyelidiki gaya normal dan gaya gesekan). Cara kerjanya adalah sebagai berikut. Jika suatu benda bermassa m digantung pada pengait neraca, gaya berat benda mg akan menarik pegas sehingga pegas mulur seperti pada (Gambar 2.2). Pemuluran pegas menunjukan ukuran gaya. Besar gaya ditunjukkan oleh jarum penunjuk yang akan menunjuk angka tertentu pada skala yang terdapat di samping pegas. Skala ini dinyatakan dalam Newton (Kanginan, 2006: 180). Oleh karena itu dengan neraca pegas, dapat dilakukan pengukuran terhadap berat suatu benda.

(24)

Gambar 2.2 Neraca pegas

2.6.3.2.Shock Breaker

Pegas digunakan pada suspensi kendara bermotor seperti pada (Gambar 2.3). Ketika melalui jalan berlubang, berat pengendara berikut berat motor akan menekan pegas sehingga pegas termampatkan. Begitu motor berada di jalan datar, pegas kembali ke panjang aalnya. Pengendara hanya akan merasakan sedikit ayunan dan akan merasa nyaman mengendarai motor (Kanginan, 2006: 180)

(25)

2.6.4. Hukum Hooke untuk susunan pegas

Hukum Hooke menyatakan “Jika gaya tarik yang bekerja pada pegas tidak melampau batas elastisitas pada pegas, maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada pegas”. Semakin besar gaya tarik yang bekerja pada pegas, semakin besar pertambahan panjang pegas (Kanginan, 2006: 174). Pada setiap pegas akan berlaku persamaan berikut:

F = k ∆x (2.1)

Dengan

F = gaya yang bekerja pada pegas (N) k = konstanta gaya pegas (N/m) ∆x = pertambahan panjang pegas (m)

2.6.4.1. Susunan seri pegas

Prinsip susunan seri beberapa pegas sebagai berikut (Gambar 2.4).

1) Gaya tarik yang dialami tiap pegas sama besar, dan gaya tarik ini sama dengan gaya tarik yang dialami pegas pengganti.

F1 = F2 = F (2.2)

2) Pertambahan panjang pegas pengganti seri ∆x, sama dengan total pertambahan panjang tiap-tiap pegas.

∆x = ∆x1 + ∆x2 (2.3)

Hubungan antara konstata pegas pengganti dengan konstata masing-masing pegas yang disusun seri dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum Hooke sebagai berikut :

(26)

F = ks ∆x shingga ∆x = F/ ks

F1 = k1 ∆x1 dengan F = k1 ∆x1 sehingga ∆x1 = F/ ks

F1 = k2 ∆x1 dengan F = k2 ∆x1 sehingga ∆x2 = F/ ks

∆x = ∆x1 + ∆x2, sehingga diperoleh persamaan berikut.

∆x = ∆x1 + ∆x2 𝐹 𝑘𝑠 = 𝐹 𝑘1 + 𝐹 𝑘2 1 𝑘𝑠 = 1 𝑘1 + 1 𝑘2 (2.4)

Dengan demikian dapat diperoleh bahwa kebalikan konstanta pegas pengganti seri sama dengan jumlah kebalikan konstanta masing-masing pegas yang disusun seri tersebut.

1 𝑘𝑠 = 1 𝑘1 + 1 𝑘2 + … (2.5)

Jika sebanyak n pegas yang disusun seri dengan konstata masing-masing pegas sebesar k, maka konstanta pegas pengganti susunan seri dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

ks = k / n (2.6)

Dengan

ks = konstanta pegas pengganti susunan seri (N/m)

k = konstanta masing-masing pegas (N/m)

(27)

Gambar 2.4 Susunan seri pada pegas

2.6.4.2. Susunan paralel pegas

Prinsip susunan paralel beberapa pegas sebagai berikut (Gambar 2.5).

1) Gaya tarik pada pegas pengganti susunan paralel merupakan jumlah dari gaya tarik masing-masing pegas yang disusun paralel pegas tersebut.

F= F1 + F2 (2.7)

2) Pertambahan panjang pegas pengganti susunan paralel sama dengan pertambahan panjang masing-masing pegas yang disusun paralel.

∆x = ∆x1 = ∆x2 (2.8)

Konstanta pegas pengganti susunan paralel sama dengan jumlah konstanta masing-masing pegas yang disusun paralel.

(28)

Jika sebanyak n pegas disusun secara paralel dengan konstanta masing-masing pegas sebesar k, maka konstata pegas pengganti paralel kp dapat ditentukan dengan rumus:

kp = nk (2.10)

Dengan

kp = Konstanta pegas pengganti susunan paralel (N/m)

k = Konstanta masing-masing pegas (N/m) n = jumlah pegas yang disusun secara paralel

Gambar 2.5 Susunan paralel pegas

2.6.5. Gerak Harmonik Sederhana

Gerak harmonik sederhana adalah gerak bolak balik benda melalui titik keseimbangan yang disebabkan oleh adanya gaya pemulih. Gerak harmonik sederhana juga merupakan gerak sebuah benda dimana grafik posisi partikel sebagai fungsi waktu berupa sinus (dapat dinyatakan dalam bentuk sinus atau cosinus). Syarat gerak harmonik sederhana ialah bila percepatan sebuah benda berbanding lurus dan arahnya berlawanan dengan simpangan, benda itu akan bergerak sederhana.

(29)

Mari perhatikan benda m yang dihubungkan dengan ujung pegas bebas yang mendatar diatas suatu bidang datar licin (gesekan diabaikan) pada (Gambar 2.6). Sebelumnya telah diketahui bahwa ketika pegas diberikan simpangan x (ditarik/ditekan sejauh x) maka pegas memberikan gaya sebesar F = kx.

Posisi keseimbangan benda m adalah posisi ketika benda belum ditarik atau ditekan. Pada posisi kesimbangan, simpangan x = 0 sehingga gaya pegas F = kx =0.

Gambar 2.6 Gerak Harmonik pada Pegas

Pada gambar 2.6 benda m ditarik sejauh x ke kanan sehingga simpangan adalah x = +x, otomatis gaya pegas F = -kx (nilai minus pada F = kx dipengaruhi oleh gaya pemulih yang selalu berlawanan arah dengan arah gerak benda). Gaya pegas F = - kx arah ke kiri, sehingga cenderung menggerakan benda m ke kiri, jika benda m dibebaskan (tidak ditahan). Benda m bergerak ke kiri melalui posisi keseimbangannya. Pada posisi x = 0, dan otomatis F = - kx = 0. Tampak bahwa pada posisi kesimbangan tidak bekerja gaya pegas (sebab F = 0 ). Akan tetapi, pada posisi x = 0 benda m telah memiliki kecepatan dalam arah ke kiri sehingga benda m terus bergerak ke kiri. Begitu simpangan x negatif (ke kiri) pada benda m akan bekerja gaya pegas F = - kx dalam arah ke kanan. Gaya pegas yang berlawanan arah dengan simpangan ini memperlambat gerak benda hingga akhirnya berhenti sesaat di titik terjauh kiri dimana x = - x dan otomatis gaya pegas F = - kx = kx yang positif (arah ke kanan) akan menggerakkan

(30)

benda ke kanan untuk kembali melalui titik keseimbangannya. Demikian seterusnya, benda bergerak bolak-balik di sekitar titik kesimbangannya. Gerak seperti ini disebut gerak harmonik sederhana (Kanginan, 2006: 162). 2.6.6. Gaya pemulih

Gerak bolak-balik benda m disebabkan pada benda m bekerja gaya pegas F = - kx. Gaya pegas ini selalu sebanding dengan simpangan m dan juga selalu berlawanan arah dengan simpangan x. gaya yang besarnya sebanding dengan simpangan dan selalu berlawanan arah dengan arah simpangan (posisi) disebut sebagai gaya pemulih. Gaya pemulih, selalu menyebabkan benda bergerak bolak-balik disekitar titik keseimbangan (gerak harmonik sederhana). Gaya pemulih selalu berlawanan dengan arah posisi (arah gerak) benda (Kanginan, 2006: 162).

Dengan :

F = Gaya (N)

k = Konstata pegas (N/m) x = Simpangan/posisi (m)

(31)

2.7. Langkah Penelitian

Skema langkah penelitian dapat digambarkan seperti berikut (Gambar 2.7).

Gambar 2.7 Langkah penelitian

Pemberian angket

Pretest Review pengetahuan tentang materi elastisitas

dan hukum Hooke

Pemberian materi

Pemberian contoh dalam kehidupan sehari-hari terkait

dengan materi Identifikasi masalah Melakukan Eksperimen, pemberian LKS dan Observasi Pemberian contoh soal terkait dengan

materi

Pemberian angket Review dan bertanya

materi yang telah dipelajari Pemberian posttest 2 1 1 1 1 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Pengenalan 1 1 1 1 1 Pembahasan soal 12

(32)

Kegiatan penelitian diawali dengan berkenalan langsung bersama siswa kelas XI dan XII IPA, kemudian memberikan penjelasan mengenai kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah para siswa paham dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, maka siswa diminta untuk mengisi angket tindakan kerja sama. Setelah itu siswa diberikan test awal (pretest).

Pertemuan berikutnya review pengetahuan tentang materi dan pemberian contoh terkait elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas, pada pertemuan ini proses pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing dilaksanakan. Kegiatan di awali dengan pemberian masalah kepada siswa dengan bantuan alat. Setelah itu, pemberian materi yang berkaitan dengan elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas agar siswa dapat memahami sehingga, dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya. Kemudian melakukan eksperimen dengan alat susunan pegas dan dengan bantuan LKS guna membantu proses pembelajaran menjadi lebih aktif. Selama proses pembelajaran berlangsung, observasi kepada siswa juga dilakukan. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian contoh soal dan contoh manfaat dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa lebih memahami materi elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas.

Pada pertemuan berikutnya, kegiatan diawali dengan memberikan review dan pertanyaan-pertanyaan, guna mengingatkan kembali materi elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas yang sudah dipelajari sebelumnya. Kemudian pemberian angket tindakan kerja sama setelah itu, siswa diberikan test akhir (posttest), dilanjutkan dengan pembahasan soal pretest dan posttest.

(33)

23 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus yang hanya menggunakan sampel kecil. Maka analisis statistiknya menggunakan uji non parametrik. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Pada penelitian ini jenis penelitian yang lebih ditekankan adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif karena dengan metode atau pendekatan studi kasus. Penelitian bersifat kualitatif karena data yang diperoleh berupa pengamatan yang dideskripsikan. Sedangkan data penelitian kuantitatif berupa skor atau angka yang dianalisis secara statistik (Suparno, 2014: 119). Penelitian ini digunakan untuk melihat proses yang dialami oleh siswa selama treatment. Instrumen penelitian ini ada dua yaitu : (1) Instrumen pembelajaran terdiri dari Rencana Program Pembelajaran (RPP) dan (2) Instrumen data terdiri dari lembar observasi dan test. Instrumen tersebut digunakan untuk mengetahui pemahaman dan karakter kerja sama siswa kelas XI dan XII IPA di SMA Swasta Ile Boleng tentang materi hukum Hooke pada pegas.

3.2. Waktu dan Tempat

Waktu Penelitian : Penelitian dilaksanan pada bulan Maret 2020 Tempat Penelitian : SMA Swasta Ile Boleng

3.3. Subjek dan Objek Penelitian 3.3.1. Subjek Penelitian

Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dan XII IPA SMA Swasta Ile Boleng yang terdiri dari 8 orang.

(34)

3.3.2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini yaitu Pemahaman dan karakter kerja sama siswa kelas XI dan XII IPA SMA Swasta Ile Boleng mengenai konsep elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas.

3.4. Desain Penelitian

Untuk jenis penelitian kuantitatif ada beberapa desain yang dapat digunakan antara lain: (1) penelitian eksperimental, (2) penelitian korelasi, (3) penelitian komparatif kausal, dan (4) riset survey (Suparno, 2014:119). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian eksperimental dengan desain penelitian yang digunakan adalah desain One Group pretest-postest. Dalam desain penelitian ini, hanya ada satu kelompok yang diberi pretest lalu dilakukan treatmen dan akhirnya diberi posttest.

Keterangan:

O = Pretest

X = Pembelajaran dengan metode eksperimen O’ = Posttest

(35)

3.5 Treatment

Perlakuan khusus peneliti kepada subjek atau sampel yang mau diteliti agar nantinya mendapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2014: 49). Pada penelitian ini treatment yang diberikan berupa pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing menggunakan alat sederhana untuk topik elastisitas dan Hukum Hooke.

Pada awal pembelajaran, guru memberikan masalah menggunakan alat sederhana dan menjelaskan materi elastisitas dan Hukum Hooke kepada siswa. Kemudian guru meminta siswa untuk terlibat langsung menggunakan alat dan melakukan eksperimen berkaitan dengan materi elastisitas dan Hukum Hooke. Selanjutnya siswa menjelaskan dan menyimpulkan kepada teman-teman apa yang telah dilakukan diselingi dengan pemberian tugas (mengerjakan LKS). Pada akhir pembelajaran guru menyimpulkan dan menjelaskan kembali materi Hukum Hooke yang belum jelas kepada siswa, guna untuk memperdalam apa yang telah didapatkan dari pembelajaran. Guru memberikan tugas rumah untuk membuat alat peraga sederhana yang berkaitan dengan materi elastisitas dan Hukum Hooke. RPP lengkap dapat dilihat di lampiran.

3.6 Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan (Sukardi, 2003: 75). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua instrumen yaitu instrumen pembelajaran dan pengumpulan data.

(36)

3.6.1 Instrumen Pembelajaran

Pada penelitian ini, instrumen pembelajaran memuat tentang rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (Daryanto, 2014: 84). Peneliti menggunakan kurikulum di sekolah tempat penelitian berlangsung yaitu kurikulum 2013. RPP lengkap dapat dilihat di lampiran. 3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Pada penilitian ini, instrument pengumpulan data berupa tes tertulis yang terdiri dari pretest, posttest, dan lembaran observasi.

3.6.2.1. Tes tertulis

Pada penelitian ini, tes tertulis berupa soal uraian yang terdiri dari pretest dan posttest. Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan siswa pada materi elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa digunakan kisi-kisi pretest dan posttest pada tabel 3.1 dan 3.2 sebagai berikut:

(37)

Tabel 3. 1 Kisi-kisi dan format soal uraian Pretest Materi elastisitas dan Hukum Hooke Pada Pegas

Sisi Kognitif Indikator pencapaian Soal

Mengingat  Menjelaskan

pengertian elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas

 Menyebutkan apa saja yang mempengaruhi besarnya gaya tarik yang bekerja pada pegas

1. Apa yang dimaksud dengan elastisitas dan bagaimana bunyi Hukum Hooke pada pegas ? 2. Sebutkan besaran yang

mempengaruhi gaya tarik yang bekerja pada pegas?

Memahami  Menentukan koefisien pegas atau tetapan pegas pada gambar  Menentukan koefisien

elastisitas pada bahan (elastis)

 Menentukan konstata pegas pada rangkaian seri dan paralel

3. Jika ada benda bermassa 6kg digantukan pada pegas seperti pada gambar.

Panjang awal pegas 20 cm, setelah ditambahkan beban panjang pegas menjadi 26 cm hitunglah tetapan pegas?

(38)

Data pada tabel percobaan tersebut merupakan hasil percobaan yang terkait dengan elastisitas benda. Dalam percobaan

digunakan bahan karet ban dalam sepeda motor. (g = 10 m/s2).

Berdasarkan tabel di atas apakah bahan karet dapat disimpulkan sebagai bahan yang memiliki konstanta elastisitas? 5. Tiga buah pegas yang

identik, mempunyai konstanta 40 N/m, disusun seperti pada gambar.

Konstata susunan pegasnya adalah?

(39)

Mengaplikasikan  Menjelaskan prinsip Hukum Hooke pada pegas yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

6. Jelaskan penerapan prinsip Hukum Hooke pada neraca pegas dan sock breaker. Jelaskan juga pengaruh sock breaker pada suspensi kendaraan yang menggunakan sock breaker tunggal dan pada kendaraan yang

menggunakan sock breaker ganda, jika pada masing-masing

kendaraan tersebut menerima beban yang sama ?

Tabel 3. 2 Kisi-kisi dan format soal uraian Posttest Materi elastisitas dan Hukum Hooke Pada Pegas

Sisi Kognitif Indikator pencapaian Soal

Mengingat  Menjelaskan

pengertian elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas

 Menyebutkan apa saja yang mempengaruhi besarnya gaya tarik

1. Apa yang dimaksudkan dengan elastisitas dan bagaimana bunyi Hukum Hooke pada pegas ? 2. Sebutkan besaran yang

mempengaruhi gaya tarik yang bekerja pada pegas?

(40)

yang bekerja pada pegas

Memahami  Menentukan koefisien pegas atau tetapan pegas pada gambar  Menentukan koefisien

elastisitas pada bahan (elastis)

 Menentukan konstata pegas pada rangkaian seri dan paralel

3. Jika ada benda bermassa 6kg digantukan pada pegas seperti pada gambar.

Panjang awal pegas 20 cm, setelah ditambahkan beban panjang pegas menjadi 26 cm hitunglah tetapan pegas?

4. Tabel Data percobaan

Data pada tabel percobaan tersebut merupakan hasil percobaan yang terkait dengan elastisitas benda. Dalam percobaan

digunakan bahan karet ban dalam sepeda motor. (g = 10 m/s2).

(41)

Berdasarkan tabel di atas apakah bahan karet dapat disimpulkan sebagai bahan yang memiliki konstanta elastisitas? 5. Tiga buah pegas yang

identik, mempunyai konstanta 40 N/m, disusun seperti pada gambar.

Konstata susunan pegasnya adalah? Mengaplikasikan  Menjelaskan prinsip

Hukum Hooke pada pegas yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

6. Jelaskan penerapan prinsip Hukum Hooke pada neraca pegas dan sock breaker. Jelaskan juga pengaruh sock breaker pada suspensi kendaraan yang menggunakan sock breaker tunggal dan pada kendaraan yang

menggunakan sock breaker ganda, jika pada masing-masing

kendaraan tersebut menerima beban yang sama ?

(42)

3.6.2.2.Observasi

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan bentuk participant observation. Peneliti terlibat aktif dalam situasi dan seting yang diteliti (Suparno, 2014: 134). Dalam melakukan observasi, peneliti menggunakan pedoman lembar observasi yang telah memuat sejumlah indikator atau aspek sikap yang akan diamati. Untuk mengetahui sikap dan kerja sama siswa digunakan kisi-kisi sebagai berikut (tabel 3.3):

Tabel 3. 3 Kisi-kisi Instrumen Observasi

Nama Aspek Indikator Kategori kerja sama siswa Sangat

Baik

Baik Kurang Sangat Kurang

Kerja Sama Tidak pergi selama diskusi berlangsung Bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas kelompok Aktif dalam berdikusi dengan teman kelompok Tidak melakukan aktivitas sendiri pada saat

(43)

kegiatan diskusi berlangsung. Tindakan menghargai teman lain yang sedang menyampaikan pendapatnya Ketegori: Sangat Baik = 4 Baik = 3 Kurang = 2 Sangat Kurang = 1 3.6.2.3. Angket

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan angket dalam melakukan observasi pada (tabel 3.4) mengenai tindakan kerja sama dalam proses pembelajaran.

(44)

Tabel 3. 4 Kisi-kisi instrumen Angket

Indikator Pertanyaan

Aktif dalam diskusi

a. Saya senang mengikuti kegiatan diskusi b. Saya bertanggung jawab dalam

mengerjakan tugas kelompok

c. Saya tidak melakukan aktivitas sendiri pada saat kegiatan diskusi berlangsung.

d. Saya aktif dalam berdikusi dengan teman kelompok

e. Saya menghargai teman lain yang sedang menyampaikan pendapatnya

Kemauan kerja sama dalam pembelajaran eksperimen

a. Saya membantu teman yang kesulitan merangkai alat saat melakukan percobaan b. Saya mengerjakan praktikum dengan teman

kelompok saat percobaan

c. Saya membantu teman yang mengalami kesulitan dalam memahami materi d. Saya berdiskusi dengan teman kelompok

maupun teman kelompok lain

e. Saya berkonsultasi dengan guru jika saya mengalami kesulitan dalam melakukan percobaan

3.7 Validitas

Validitas menentukan atau mengukur apakah tes sungguh-sungguh mengukur apa yang mau diukur yaitu apakah sesuai dengan tujuan khususnya pemahaman siswa tentang konsep elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas. Validitas mengukur atau menentukan apakah suatu tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan tujuan (Suparno, 2010: 67).

(45)

Pada penelitian ini, peneliti mengguakan content validity (validitas isi). Validitas isi mengukur apakah isi dari instrumen yang akan digunakan sungguh mereprentasikan isi yang mau di tes (Suparno, 2010: 68). Validitas isi pada penelitian ini diukur dan dinilai melalui kisi-kisi soal tes dan non tes agar kisi-kisi memuat semua hal yang ingin diteskan. Validitas isi dan bahasa soal tes dan non tes dilakukan oleh Ibu Elisabeth Dian Atmajati, S.Pd., M.Si yang merupakan dosen Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma.

3.8 Analisis Data

3.8.1 Penentuan skor Pretest dan Posttest

Pada penelitian ini, soal tes pretest dan posttest terdiri dari 6 soal uraian dengan skor maksimal disesuaikan dengan tingkat kesulitan setiap soal. Jumlah skor tertinggi masing-masing soal pretest dan posttest adalah 50, jika semua jawabannya benar. Penentuan skor tiap soal dengan ketentuanya seperti pada tabel 3.5 berikut:

Tabel 3. 5 Penentuan skor tiap soal

Nomor soal 100% Benar 75% Benar 50% Benar 25% Benar Salah

1 5 4 3 2 1 2 5 4 3 2 1 3 10 7 5 3 1 4 10 7 5 3 1 5 10 7 5 3 1 6 10 7 5 3 1

(46)

Tabel 3. 6 Jawaban soal pretest dan posttest

Sisi Kognitif Pretest Nomor

Soal

Posttest Nomor

Soal

Mengingat Elastis atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda iru dihilangkan.

Hukum Hooke menyatakan “Jika gaya Tarik yang bekerja pada pegas tidak melampau batas elastisitas pada pegas, maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada pegas”

1 Elastis atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan. Hukum Hooke menyatakan “Jika gaya Tarik yang bekerja pada pegas tidak melampau batas elastisitas pada pegas, maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus dengan gaya yang bekerja pada pegas”

1

Mengingat faktor yang mempengaruhi besarnya gaya tarik yang bekerja pada pegas adalah K adalah

2 faktor yang mempengaruhi besarnya gaya tarik yang bekerja pada pegas adalah K

(47)

konstanta pegas (N/m), dan Δx = adalah perubahan panjang pegas (m)

adalah konstanta pegas (N/m), dan Δx = adalah perubahan panjang pegas (m)

Memahami Mencari tetapan pegas

Diketahui: X1 = 20 cm, X2 = 26 cm, m = 6 kg.

Ditanya : k ? . penyelesaia : mencari perubahan panjang Δx = 26-20 = 6 cm = 0,06 m. mencari gaya F= m.g (6.10m/s2 = 60 N). mencari k dengan rumus F=k. Δx = 60 N = k . 0,06 m k= 60

0,06= 1000 N/m

3 Mencari tetapan pegas

Diketahui: X1 = 20 cm, X2 = 26 cm, m = 6

kg. Ditanya : k ? . penyelesaia : mencari perubahan panjang Δx = 26-20 = 6 cm = 0,06 m. mencari gaya F= m.g (6.10m/s2 = 60 N). mencari k dengan rumus F=k. Δx = 60 N = k . 0,06 m k= 60 0,06= 1000 N/m 3

(48)

Memahami Rumus hukum Hooke : k = F / = w / = m g / Δx

Keterangan : k = konstanta elastisitas, w = gaya berat, m = massa, g = percepatan gravitasi, Δx = pertambahan panjang karet Konstanta pegas :

k = 2/0,05 = 4/0,1 = /0,15 = 8/0,20 = 10/0,25 = 40 N/m.

Dengan konstata elastisitas bahan karet adalah 40 N/m

4 Rumus hukum Hooke : k = F / = w / = m g / Δx

Keterangan : k = konstanta elastisitas, w = gaya berat, m = massa, g = percepatan gravitasi, Δx = pertambahan panjang karet Konstanta pegas :

k = 2/0,05 = 4/0,1 = /0,15 = 8/0,20 = 10/0,25 = 40 N/m.

Dengan konstata elastisitas bahan karet adalah 40 N/m

(49)

Memahami Mencari konstata susuna pegas pada tiga buah pegas indentik seperti pada gambar.

mencari konstata susunan pegas paralel kp = k1 + k2 = 40 + 40 = 80 N/m

Mencari konstanta susunan pegas seri :

1 𝑘𝑠

=

1 𝑘𝑝

+

1 𝑘3

1 𝑘𝑠

=

1 80

+

1 40

ks =

80 3

=

26, 67 N/m

5 Mencari konstata susuna pegas pada tiga buah pegas indentik seperti pada gambar.

mencari konstata susunan pegas paralel kp = k1 + k2 = 40 + 40 = 80 N/m

Mencari konstanta susunan pegas seri :

1 𝑘𝑠

=

1 𝑘𝑝

+

1 𝑘3

1 𝑘𝑠

=

1 80

+

1 40

ks =

80 3

=

26, 67 N/m 4 Diketahui : k1=k2=k2=40 N/m Diketahui : k1=k2=k2=40 N/m

(50)

Mengaplikasi kan

Hukum Hooke pada Neraca pegas: untuk mengetahui berat suatu benda jika, suatu benda bermassa m digantung pada kaik neraca, gaya berat benda mg akan menarik pegas sehingga pegas mulur. Pemuluran pegas menunjukan ukuran gaya. Besar gaya ditunjukkan oleh jarum penunjuk yang akan menunjuk angka tertentu pada skala yang terdapat di samping pegas. Skala ini dinyatakan dalam Newton, sehingga dapat diketahui berat suatu benda. Hukum Hooke pada Shock breaker: Pegas digunakan pada suspensi kendara bermotor. Ketika melalui jalan berlubang, berat pengendara berikut berat motor akan menekan pegas sehingga pegas termampatkan. Begitu motor berada di jalan datar, pegas kembali ke panjang aalnya. Pengendara hanya akan merasakan sedikit ayunan dan akan merasa nyaman mengendarai motor.

6 Hukum Hooke pada Neraca pegas: untuk mengetahui berat suatu benda jika, suatu benda bermassa m digantung pada kaik neraca, gaya berat benda mg akan menarik pegas sehingga pegas mulur. Pemuluran pegas menunjukan ukuran gaya. Besar gaya ditunjukkan oleh jarum penunjuk yang akan menunjuk angka tertentu pada skala yang terdapat di samping pegas. Skala ini dinyatakan dalam Newton, sehingga dapat diketahui berat suatu benda.

Hukum Hooke pada Shock breaker: Pegas digunakan pada suspensi kendara bermotor. Ketika melalui jalan berlubang, berat pengendara berikut berat motor akan menekan pegas sehingga pegas termampatkan. Begitu motor berada di jalan datar, pegas kembali ke panjang aalnya. Pengendara hanya akan merasakan sedikit

(51)

Pengaruh sock breaker pada suspensi kendaraan yang menggunakan sock breaker tunggal dan pada kendaraan yang menggunakan sock breaker ganda:

Jika suatu benda memiliki massa yang sama dinaikan pada masing-masing kendaraan yang menggunakan Shock breaker tunggal dan ganda maka, kerapatan pegas (Shock breaker) tersebut akan sama besar dengan gaya berat benda. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada suspensi kedaraan bermotor yang menggunakan Shock breaker tunggal memiliki konstata pegas lebih besar dibandingkan dengan kendaraan yang memiliki Shock breaker ganda hal tersebut dipengaruhi oleh rangkain pegas (Shock breaker) yang tersusun secara seri dan yang tersusun secara paralel pada kendaraan bermotor.

ayunan dan akan merasa nyaman mengendarai motor.

Pengaruh sock breaker pada suspensi kendaraan yang menggunakan sock breaker tunggal dan pada kendaraan yang menggunakan sock breaker ganda:

Jika suatu benda memiliki massa yang sama dinaikan pada masing-masing kendaraan yang menggunakan Shock breaker tunggal dan ganda maka, kerapatan pegas (Shock breaker) tersebut akan sama besar dengan gaya berat benda. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada suspensi kedaraan bermotor yang menggunakan Shock breaker tunggal memiliki konstata pegas lebih besar dibandingkan dengan kendaraan yang memiliki Shock breaker ganda hal tersebut dipengaruhi oleh rangkain pegas (Shock breaker) yang tersusun secara seri dan yang

(52)

tersusun secara paralel pada kendaraan bermotor.

(53)

3.8.2 Analisis Pretest dan Posttest dengan menggunakan SPSS

Untuk menguji tingkat pemahaman dan kerja sama siswa dengan metode eksperimen terbimbing setelah memberikan treatment pada materi elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas digunakan analisis statistik uji Wilcoxon untuk membandingkan dua kelompok yang dependen yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest.

Perhitungan uji Wilcoxon menggunakan program SPSS, apabila hasil output test statistik, diketahui Asymp.sig.(2-tailed) bernilai p, maka dikatakan signifikan bila p lebih kecil dari level signifikan α = 0,05. Ini berarti ada perbedaan nilai posttest dari pretest. Bila mean pretest lebih kecil dari mean posttest, maka terdapat peningkatan pemahaman hasil belajar dan kerja sama siswa dengan metode eksperimen terbimbing pada pokok bahasan elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas.

3.8.3 Analisis Hasil Observasi Kerja Sama Siswa

Pada penelitian ini, hasil kerja sama siswa diketahui dengan menggunakan lembar observasi atau pengamatan dan juga dibantu dengan angket siswa dengan tujuan agar data diperoleh secara baik dan tepat. Penilaian akhir siswa dalam lembar observasi diklarifikasikan seperti tabel 3.7.

(54)

Tabel 3. 7 Klarifikasi skor Observasi Kerja Sama

Nilai Kategori

17 – 19 Tinggi Kerja Sama 14 – 16 Kerja sama

11 – 13 Kurang Kerja Sama

(55)

45 BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini awalnya merupakan penelitian dengan sampel banyak yang melibatkan 2 kelas dan setiap kelas terdiri dari 26 siswa. Namun karena pandemic Covid 19 dan sekolah ditutup, penelitian diubah menjadi studi kasus untuk 8 siswa saja.

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah dan juga menggunakan ruangan sekolah SDI Senadan pada tanggal 20, 22 dan 23 April 2020. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI dan kelas XII IPA yang berjumlah 8 orang. Pada penelitian ini, peneliti memberikan treatment secara langsung kepada siswa yang menjadi subyek penelitian. Pemberian treatment berupa kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar dan kerja sama siswa dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing. Pelaksanaan penelitian secara ringkas dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4. 1 Ringkasan Pelaksanaan Penelitian

No. Hari/Tanggal Kelas Kegiatan

1. 20 April 2020 XI dan XII IPA Mengisi angket kerja sama dan pretest

(56)

2. 22 April 2020 XI dan XII IPA Memberikan review elatisitas dan pegas, memulai materi

pembelajaran elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas dengan metode eksperimen 3. 23 April 2020 XI dan XII IPA Review kembali untuk

mengigat materi yang telah dipelajari dilanjutkan Posttest dan pembahasan soal

Pada tanggal 20 Maret 2020, kegiatan dilakukan dengan berkonsultasi kepada Guru Fisika kelas XI IPA untuk melakukan penelitian di SMA Swasta Ile Boleng. Berkaitan dengan penelitian, sebelumnya juga sudah dilakukan konsultasi dengan Kepala Sekolah SMA Swasta Ile Boleng. Kegiatan penelitian tidak dilaksanakan sebagaimana telah direncanakan sebelumnya karena kegiatan belajar mengajar di sekolah ditiadakan dan diganti dengan pembelajaran di rumah saja. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penyebaran Covid 19 yang sedang terjadi. Oleh karena itu kegiatan penelitian menunggu sampai kegiatan belajar mengajar di sekolah kembali di lakukan, tetapi sampai pada tanggal 14 April 2020 pembelajaran tetap dilaksanakan di rumah. Akhirnya melakukan konsultasi dengan Dosen Pembimbing, Kepala Sekolah, dan Guru mata pelajaran Fisika agar penelitian dilakukan di rumah saja. Dari berbagai macam pertimbangan penelitian tersebut melibatkan siswa yang berada di sekitar rumah tempat tinggal penelitian tersebut dilaksanakan. Oleh karena itu untuk mencapai penelitian, dilibatkan siswa kelas XI IPA namun hanya terdapat 2 orang siswa kelas XI yang berada di sekitar tempat tinggal

(57)

penelitian tersebut sehingga dilibatkan siswa kelas XI dan XII IPA yang terdiri dari 8 orang.

Pertemuan pertama hari Senin, 20 April 2020 dilakukan di rumah pada pukul 15:00 WITA. Pada kesempatan tersebut kegiatan penelitian dilakukan dengan berkenalan langsung bersama siswa kelas XI dan XII IPA kemudian memberikan penjelaskan mengenai kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah para siswa paham dengan kegiatan yang akan dilaksanakan, maka siswa diminta untuk mengisi angket tindakan kerja sama selama 15 menit. Selama mengisi angket siswa diingatkan bahwa angket tersebut hanya untuk melihat tindakan kerja sama dalam proses pembelajaran. Setelah itu siswa dberikan test awal (pretest) yang dikerjakan selama 60 menit.

Pertemuan berikutnya dilaksanakan pada hari Rabu, 22 April 2020 pada pukul 15:00 sampai pada pukul 17:00 WITA. Yang hadir sebanyak 8 siswa. Pertemuan ini diawali dengan memberikan review tentang materi elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas untuk mengingatkan kembali pemahaman siswa sebelum masuk ke materi elastisitas dan Hukum Hooke. Siswa juga diberikan contoh terkait elastisitas dan Hukum Hooke sehingga siswa menjadi lebih paham. Pada pertemuan ini proses pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing menggunakan alat sederhana dilaksanakan. Pokok bahasan yang dipelajari adalah terkait dengan elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas. Kegiatan ini diawali dengan pemberian masalah dengan bantuan alat kepada siswa. Setelah itu, siswa diberi kesempatan bertanya jika ada hal yang belum dipahami. Terlihat bahwa para siswa antusias dan bersemangat dalam melakukan pengamatan dan berdiskusi untuk menanggapi masalah yang diberikan. Setelah itu, siswa diberikan materi yang berkaitan dengan elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas agar dapat memahami sehingga, dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran selanjutnya. Kemudian siswa diberikan LKS guna untuk membantu proses pembelajaran menjadi lebih aktif. Dalam proses pembelajaran menggunakan LKS dan dengan bantuan alat, siswa sangat

(58)

antusias dalam belajar dan melakukan sendiri eksperimen yang berkaitan dengan materi untuk menemukan jawaban yang diberikan pada LKS. Pada poses pembelajaran ini siswa terlihat sangat aktif berdiskusi dan memberikan pendapat masing-masing berkaitan dengan percobaan yang dilakukan. Selama proses pembelajaran berlangsung, observasi kepada siswa juga dilakukan dan siswa dibimbing agar masalah atau kesulitan yang dihadapi dalam proses memecahkan masalah dapat dilakukan. Kemudian ditarik kesimpulan bersama siswa dari masalah yang diberikan. Siswa juga diberikan contoh soal dan contoh manfaat dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa lebih memahami materi elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas.

Pertemuan berikutnya dilaksanakan pada hari Kamis, 23 April 2020 pada pukul 15:00 WITA. Yang hadir sebanyak 8 siswa. Pada pertemuan ini kegiatan diawali dengan memberikan review dan pertanyaan-pertanyaan, untuk mengingatkan kembali materi elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas yang sudah dipelajari sebelumnya pada hari Kamis, 22 April 2020. Pembelajaran ini berlangsung selama 15 menit. Kemudian siswa diminta untuk mengisi angket tindakan kerja sama selama 10 menit. Setelah itu, siswa diberikan test akhir (posttest) yang dikerjakan selama 60 menit, dilanjutkan dengan pembahasan soal pretest dan posttest.

4.2 Data dan Analisis

4.2.1 Peningkatan Hasil belajar siswa

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa selama mengikuti proses belajar-mengajar menggunakan metode eskperimen terbimbing, maka diukur melalui peningkatan nilai pretest dan posttet. Nilai akhir pretest/posttest dapat ditentukan dengan menggunakan penentuan skor pada (tabel 3.6) dan diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

(59)

Nilai = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙

x 100

Hasil skor pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4. 2 Skor Hasil Belajar Siswa Awal dan Akhir

Kode Siswa

XI dan XII IPA

Pretest Posttest Siswa 1 26 90 Siswa 2 26 88 Siswa 3 26 88 Siswa 4 24 82 Siswa 5 22 82 Siswa 6 18 82 Siswa 7 16 76 Siswa 8 14 72 Mean 21,5 82,5 Standar. Dev 4,87 6,21

Kemudian untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fisika pokok bahasan elastisitas dan Hukum Hooke pada pegas dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan program SPSS Test dengan Uji

(60)

Wilcoxon untuk kelompok dependen. Digunakan analisis uji Wilcoxon ini karena untuk mengukur signifikansi perbedaan antara dua kelompok data berpasangan bersekala orisinal atau interval tetapi berdistribusi tidak normal. Hasil analisis seperti tabel 4.3 berikut.

Tabel 4. 3 Analisis Wilcoxon untuk kelompok dependen XI dan XII IPA

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

PRE 8 21.50 4.870 14 26

POST 8 82.50 6.211 72 90

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

POST - PRE Negative Ranks 0a .00 .00 Positive Ranks 8b 4.50 36.00 Ties 0c Total 8 a. POST < PRE b. POST > PRE c. POST = PRE

Gambar

Grafik  hubungan  gaya  dengan  perubahan  panjang  benda  pada  gambar  2.1,  gaya  F  yang  diberikan  pada  suatu  benda  maka  akan  terjadi  perubahan  panjang  (∆l)
Gambar 2.2  Neraca pegas
Gambar 2.4 Susunan seri pada pegas
Gambar 2.6 Gerak Harmonik pada Pegas
+7

Referensi

Dokumen terkait

mereka tidak henti$henhtinya melakukan sosialisasi untuk menaaga mutu sesuai Standar &amp;suhan Keperawatan (S&amp;K+&#34; amun, semua usaha dari Sub Mutu Komite Keperawatan

BAB III. TATA LAKSANA SURVEY.. 1) Survey untuk memperoleh masukan dari tokoh masyarakat dan lintas sektor terhadap kegiatan,progam dan layanan di puskesmas yang di lakukan satu tahun

analisis data meliputi 3 langkah, yaitu : Persiapan, tabulasi, penerapan data sesuai demgan pendekatan penelitian. Penafsiran data sangat penting kedudukannya dalam

Dalam hubungannya transparansi dengan meningkatkan kinerja dari perusahaan, prinsip ini mengatur berbagai hal diantaranya mengatur pengembangan teknologi informasi manajemen

Tulisan ini membahas analisis return dan resiko saham–saham syariah yang selalu masuk dalam JII pasca krisis global 2008 (Januari 2009 – 30 Desember 2010), alat analisis

Setelah diadakan evaluasi terhadap dokumen kualifikasi yang Saudara ajukan pada pengadaan pekerjaan Jasa Konsultansi Pengawasan Renovasi Gedung Niaga Pengadilan Negeri

Solusi dari pemecahan masalah yang diambil bisa dipertanggungjawabkan dengan pembuktian-pembuktian, (5) rasional dan realistis adalah analisis terhadap sesuatu

Sedangkan dalam Undang-undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pengertian perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan