• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga

Dalam dokumen Al- Makrifat: Jurnal Kajian Islam (Halaman 119-124)

Eksplikasi Tesis-Tesis Hubungan Antara Agama dan Ilmu-Pengetahuan

TASAWUF UNTUK MASYARAKAT MODERN Siti Halimah

E. Metode Pembinaan Tasawuf di Zaman Modern 1. Metode ESQ (Emosional Spiritual Quotient)

3. Penerapan Pendidikan Karakter Anak dalam Keluarga

Pada lingkungan keluarga, orang tua/wali mengupayakan pendidikan karakter melalui kegiatan keseharian di rumah, untuk memperkuat hasil pendidikan karakter yang di lakukan sekolah.

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, masyarakat atau pemerintah. Sekolah sebagai pembentuk kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga.

Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib (RA), seorang sahabat utama Rasulullah Muhammad (SAW) menganjurkan: Ajaklah anak pada usia sejak lahir sampai tujuh tahun bermain, ajarkan anak peraturan atau adab ketika mereka berusia tujuh sampai empat belas tahun, pada usia empat belas sampai dua puluh satu tahun jadikanlah anak sebagai mitra orang tuanya. Ketika anak masuk ke sekolah mengikuti pendidikan formal, dasar-dasar karakter ini sudah terbentuk. Anak yang sudah memiliki watak yang baik biasanya memiliki achievement motivation yang lebih tinggi karena perpaduan antara intelligence quotient, emosional quotient dan spiritual quotient sudah terformat dengan baik. Peran orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain: 1) Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anakanaknya. 2) Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan menyiapkan ktenangan jiwa anak-anak. 3) Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak-anak. 4) Mewujudkan kepercayaan. 5) Mengadakan kumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak).

Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satusatunya teladan yang pertama bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga anak yang secara tidak sadar mereka akan terpengaruh, maka kedua orang tua di sisni berperan sebagai teladan bagi mereka baik teladan pada tataean teoritis maupun praktis. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa lingkungan rumah dan keluarga memiliki andil yang sangat besar dalam pembentukan perilaku anak. Untuk itu pastilah ada usaha yang harus dilakukan terutama oleh pihak-pihak yang terkait didalamnya sehingga mereka akan memiliki tanggung jawab dalam hal ini. Beberapa contoh penerapan yang dapat dilakukan di lingkungan keluarga: 1) Membiasakan anak bangun pagi, mengatur tempat tidur dan berolahraga. 2) Membiasakan anak mandi dan berpakaian bersih. 3) Membiasakan anak turut membantu mengerjakan tugas-tugas rumah. 4) Membiasakan anak mengatur dan memelihara barang–barang yang dimilikinya. 5) Membiasakan dan mendampingi anak belajar/mengulang pelajaran/ mengerjakan tugas sekolahnya. 6) Membiasakan anak pamit jika keluar rumah. 7) Membiasakan anak mengucap salam saat keluar dari dan pulang ke rumah. 8) Menerapkan pelaksanaan ibadah shalat sendiri dan berjamaah. 9) Mengadakan pengajian Al-Qur‘an dan ceramah agama dalam keluarga. 10) Menerapkan musyawarah dan mufakat dalam keluarga sehingga dalam diri anak akan tumbuh jiwa demokratis. 11) Membiasakan anak bersikap sopan santun kepada orang tua dan tamu. 12) Membiasakan anak menyantuni anak yatim dan fakir miskin.

Menurut Ratna Megawangi, sembilan pilar karakter mulia yang selayaknya diajarkan kepada anak, yaitu: 1) Cinta Tuhan dan kebenaran (love Allah, trust, reverence, loyalty); 2) Tanggungjawab, kedisiplinan dan kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness); 3) Amanah (trustworthiness, reliability, honesty); 4) Hormat dan santun (respect, courtesy, obedience); 5) Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama (love, compassion, caring, emphaty, generousity, moderation, cooperation); 6) Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination and enthusiasim); 7) Keadilan dan kepemimpinan (justice, fairness, mercy, leadership); 8) Baik dan rendah

hati (kindness, friendliness, humility, modesty); 9) Toleransi dan cinta damai (tolerance, flexibility, peacefulness, unity).148

Rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan watak dan pendidikan karakter pertama dan utama mestilah diberdayakan kembali. Sebagaimana disarankan Phillips, keluarga hendaklah kembali menjadi ―school of love‖, sekolah untuk kasih sayang. Dalam perspektif Islam, keluarga sebagai ―school of love‖ dapat disebut sebagai ―madrasah mawaddah wa rahmah, tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang.

Islam memberikan perhatian yang sangat besar kepada pembinaan keluarga (usrah). Keluarga merupakan basis dari(ummah) bangsa; dan karena itu keadaan keluarga sangat menentukan keadaan ummah itu sendiri. Bangsa terbaik (khayr ummah) yang merupakan (ummah wahidah) bangsa yang satu dan (ummah wasath) bangsa yang moderat, sebagaimana dicita-citakan Islam hanya dapat terbentuk melalui keluarga yang dibangun dan dikembangkan atas dasar mawaddah warahmah.

PENUTUP

Dengan beberapa paparan yang telah disebutkan di atas, maka jelas bahwa pendidikan karakter dalam perspektif Islam adalah ―karakter‖ sama halnya dengan ―akhlak‖. Sehingga pendidikan karakter dalam perspektif Islam lebih menitikberatkan pada sikap peserta didik, yang hal tersebut pada kehendak positif yang selalu dibiasakan, sehingga mampu menimbulkan perbuatan dengan mudah, tanpa pertimbangan pemikiran terlebih dahulu dalam kehidupan sehari-hari.

Kedudukan akhlak sangatlah urgen dalam kehidupan manusia, sehingga Allah mengutus Nabi Muhammad SAW. ke muka bumi ini adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Akhlak adalah corak seseorang atau penentu bahwa orang tersebut baik ataupun buruk, sehingga dengan inilah akhlak selalu dijadikan penentu paling terdepan dalam setiap persoalan, termasuk dalam membangun bangsa Indonesia.

Penerapan pendidikan karakter anak yang diterapkan dalam keluarga sangatlah komplit, tidak hanya pada kejujuran saja, akan tetapi juga terkait dengan bagaimana mereka manjadi anak yang selalu terbiasa hidup disiplin mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan dalam keluarga diantaranya bersikap hemat, sopan santun, berperilaku

qana‘ah, toleran, peduli terhadap lingkungan atau orang lain, memiliki jiwa demokratis, optimis, terbiasa berperilaku ridha, produktif dan obyektif.

Disamping itu juga anak akan terbiasa untuk menerapkan perilaku Cinta kepada Allah dan kebenaran, Tanggungjawab, kedisiplinan dan kemandirian, Amanah, Hormat dan santun, Kasih sayang, kepedulian, dan kerjasama, Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah, Keadilan dan kepemimpinan, Baik dan rendah hati, Toleransi dan cinta damai.

DAFTAR PUSTAKA

Adrinus, Memimpikan Manusia Indonesia Berkarakter, www.equator-news.com dalam google.com. 2010. diakses 20 Pebruari 2017

Al-Ghazali. Ihya‟ „Ulum Al-Din, III, Beirut: Dar Al-Fikr.

Aman, Saifuddin. 2008. 8 Pesan Lukman Al-Hakim. Jakarta: Al-Mawardi Prima. Amin, Ahmad. 1945. Al-Akhlaq. Kairo: Al-Amiriyah.

Burhanudin, Tamyiz. 2001. Akhlak Pesantren: Sulusi bagi Kesrusakan Akhlak. Yogyakarta: Ittaqa Press.

Djatnika, Rahmad. 1992. Sistem Etika Islam Akhlak Mulia. Jakarta: Pustaka Panjimas. Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung: CV. Alfabeta. Fadliah, Uswatun. 2013. Pendidikan Karakter : Pendekatan Dan Implementasi.

http://lili-fadliah.blogspot.co.id/2013/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html.

Fatihuddin dan Yasin, Abul. Himpunan Hadist Teladan Sohih Muslim, Surabaya: Terbit Terang.

Hasan, Moh. Tolchah. 2000. Diskursus Islam dan Pendidikan (Sebuah Wacana Kritis), Cet. Pertama. Jakarta: Bina Wiraswasta Insan Indonesia.

Koesoema A., Dony. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: PT. Grasindo.

Koesuma A., Doni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi mendidik anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.

Madjid, Abdul. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Rosdakarya. Majid, Abdul dan Andayani, Dian. 2010. Pedidikan karakter dalam perspektif Islam.

Magnis S., Franz. 1987. Etika Dasar. Jakarta: Pusat Filosof.

Maftukhin. 2007. “Etika Imperatif Kategoris” dalam Filsafat Barat. Yogyakarta: Arruz Media.

Maskawaih, Ibn, Tahdib al-Akhlaq wa Tathir al-„Araq, Mesir: tp.

Megawangi, Ratna, Membangun SDM Indonesia Melalui Pendidikan Holistik Berbasis Karakter, www.usm.maine.edu.com dalam google.2008. diakses 20 Pebruari 2017

Muin, Fathul. 2011. Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoritik dan Praktik. Jogjakarta: Ar Ruzz.

Mujib, Abdul dan Mudzakkir, Jusuf. 2008. Ilmu Pendidikan Islam, Cet. ke-2. Jakarta: Kencana.

Salahudin, Anas. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sori, Sofyan. 2006. Kesalehan Anak Terdidik. Yogyakarta: Fajar Pustaka.

Sunarti, Euis. 2005. Menggali Kekuatan Cerita. Jakarta: PT. Elex Media komputindo. Superka, Douglas P., dkk. 1976. Values Education Sourcebook, Conceptual Approach,

Material Analyses, and an Annotated Bibliography. Colorado: Social Science Eucation Consortium Inc.

Thalib, Ismail. 1984. Risalah Akhlak. Yogyakarta: Bina Usaha.

Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan. 2003. Kamus Cerdas Bahasa Indonesia Terbaru. Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan.

Zaim, Elmubarok. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: CV. Alfabeta. Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga

KONSEP KOMPETENSI GURU PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Dalam dokumen Al- Makrifat: Jurnal Kajian Islam (Halaman 119-124)