• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

MENGAJAR KELAS

A. Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT IZZATUL ISLAM Getasan

5. Penerapan Pendidikan Karakter di SDIT Izzatul Islam Getasan a. Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang diselenggarakan di SDIT Izzatul Islam Getasan pada dasarnya berusaha untuk menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Beberapa model yang dipakai antara lain PAIKEM,Team Teaching, Quantum Learnin, dan Active Learning.PAIKEM merupakan kependekan dari

pembelajaran aktif, Inspiratif, interaktif, kritis, kreatif, dan menyenangkan.Team Teachingmerupakan model pengajaran beregu yang bisa diartikan sebagai kelompok yang beranggotakan dua orang guru atau lebih yang bekerja sama untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran bagi kelompok peserta didik yang sama.

ModelTeam Teaching di laksanakan di kelas satu mengingat siswa kelas satu merupakan masa peralihan sehingga membutuhkan penanganan yang berbeda. Dengan modelTeam Teachingguru lebih mudah untuk memenuhi kebutuhan siswa.

Model-model pembelajaran tersebut mampu menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa dan mampu menarik partisipasi siswa.Suasana itu dibangun sejak awal mulai pembelajaran.Secara teknis memiliki makna sebagai proses internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan siswa secara aktif di bawah bimbingan guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan dalam kehidupanya dikelas, sekolah dan masyarakat (Sulistyowati, 2012: 23).Partisipasi siswa menunjukkan siswa bukanlah sekadar objek pendidikan yang menerima ilmu dari guru.Ia mampu menjadi subjek pendidikan yang merdeka.

b. Media, alat dan sumber ajar

Media yang digunakan dalam pembelajaran berupa media elektronik (LCD) maupun cetak seperti buku, flash card, dan gambar berwarna. Alat ajar antara lain berupa kit Matematika, kit IPA. Adapun sumber ajar berasal dari buku, internet, dan lingkungan.

Media pendidikan merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa dengan peserta didik (Danim, 1995: 97).

Media merupakan salah satu hal yang bisa mendukung pencapaian tujuan pendidikan.Media yang digunakan berupa media elektronik yakni LCD untuk melihat film, gambar, atau presentasi materi pelajaran. Alat ajar berupa kit Matematika, kit IPA alat peraga memberikan kemudahan bagi guru untuk menyampaikan materi ajar. Siswa bisa praktek secara langsung sehingga lebih

berbekas dalam ingatannya. Penggunaan media dan alat ajar sesuai dengan karakter siswa anak kelas rendah yang lebih mudah memahami hal yang bersifat konkret menuju hal abstrak.

Sumber ajar yang dipakai meliputi buku, internet, dan lingkungan.Buku menjadi sumber ajar yang utama.Internet membantu guru memberikan bahan ajar yang sesuai dengan perkembangan zaman dan lebih menarik.Sumber ajar lain yang tidak kalah penting adalah lingkungan.Lingkungan sangat baik menjadi sumber ajar karena memberi pengalaman secara langsung kepada

siswa.Lingkungan merupakan sumber ajar yang bersifat konkret.Siswa bisa langsung mengamati dan berinteraksi. Hal ini akan memberikan pembelajaran yang bermakna

c. Evaluasi

Evaluasi pembelajaran dilaksanakan ketika proses pembelajaran

berlangsung ataupun setelah selesai. Evaluasi dalam bentuk tertulis, lesan maupun praktek. Dalam pengambilan penilaian memperhatikan aspek kognitif,

psikomotorik, dan afektifbagi siswa. Menurut (Mulyana 2004:24) nilai merupakan “Sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang. Nilai tersebut pada umumnya mencakup tiga wilayah, yaitu nilai intelektual (benar-salah), nilai estetika (indah-tidak indah), dan nilai etika (baik-buruk)”.

Sedangkan tema nilai meski memiliki tanggung jawab sosial dapat ditangguhkan sementara waktu.Sebagai contoh kejujuran merupakan nilai yang diyakini seseorang, namun orang tersebut (menangguhkan sementara waktu) melakukan korupsi (Udik Budi Wibowo, 2010: 4).). Hal ini berimplikasi dalam penilaian tidak hanya mengutamakan aspek kognitif tetapi juga afektif dan

berbeda-beda. Penilaian aspek kognitif dilakukan dengan test tertulis maupun lesan, psikomotorik dengan melihat partisipasi siswa dalam proses belajar, dan afektif melalui pengamatan sehari-hari.

Prestasi siswa di SDIT Izzatul Islam Getasan lebih banyak didapat dari berbagi lomba bakat dan minat seperti MTQ, adzan, Pramuka, pidato dan lainnya. Secara teori pendidikan humanistik mampu menciptakan suasana yang

menyenangkan, nyaman namun memudahkan siswa untuk menangkap pelajaran yang disampaikan oleh guru.

d. Sanksi

Pelanggaran dan kesalahan pasti dilakukan oleh siswa. Di SDIT Izzaul Islam siswa yang melakukan kesalahan akan dikenakan poin. Sebelum siswa dikenakan poin, siswa akan diberi tindakan dan peringatan terlebih dahulu. Tindakanya yaitu berupa menghafal surat-surat pilihan dan murojaah atau mengulang hafalan. Sanksi tersebut bukan semata-mata diberikan oleh guru terhadap siswanya yang dapat melukai fisik atau mengganggu psikologisnya.

Contoh bagi siswa tidak mengerjakan PR, siswa tersebut sebelum di kenakan poin akan menggulang-ulang hafalanya atau menghafalkan surat-surat pilihan yang diberikan oleh gurunya. Hal tersebut justru akan emberikan dampak positif kepada siswa. Hal tersebut akan melatih siswa lebih bertanggung jawab dan jujur.

e. Peran Guru

Di SDIT Izzatul Islam Getasan, guru berperan sebagai: 1) Pendidik

Guru sebagai pendidik berarti guru tidak hanya bertugas untuk mentransfer ilmu yang ia miliki kepada siswa tetapi juga mendidik siswa menjadi manusia yang berakhlak mulia. Guru memberikan teladan yang baik

kepada siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik berupa tutur kata maupun tingkah laku.

2) Pembimbing

Guru sebagai pembimbing berarti guru memberikan arahan kepada siswa dalam proses belajar mengajar. Ia mampu menggali dan menjelajahi kemampuan siswa. Menemukan keunggulan dan kelemahan siswa. Guru tidak hanya membimbing siswa untuk berhasil dalam akademik tetapi juga membimbing untuk menjadi pribadi yang berakhlak baik.

3) Motivator

Guru sebagai motivator berarti guru mampu memberi dorongan dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Guru tidakmengeluarkan kata-kata buruk kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Setiap kata yang keluar selalu memotivasi siswa.

4) Fasilitator

Guru sebagai fasilitator yakni menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa. Guru menjadi sosok yang berpengaruh untuk mengantar kesuksesan siswa.

Hal tersebut senada apa ang disampaikan oleh Hurlock (1986 : 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak, baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun berperilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga, dan guru sebagai substitusi orang tua.

Beberapa faktor lingkungan sekolah yang berkontribusi positif terhadap perkembangan siswa atau anak di antaranya :

c) Para personel sekolah memiliki komitmen yang tinggi terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah.

d) Para personel sekolah memiliki semangat kerja yang tinggi, merasa senang, disiplin dan rasa tanggung jawab.

e) Para guru memiliki kemampuan akademik dan profesional yang memadai. f) Sikap dan perlakuan guru terhadap siswa bersifat positif : bersikap ramah dan

respek terhadap siswa, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat atau bertanya.

g) Para guru menampilkan peranannya sebagai guru dalam cara-cara yang selaras dengan harapan siswa, begitupun siswa menampilkan peranannya sebagai siswa dalam cara-cara yang selaras dengan harapan guru.

h) Tersedianya sarana-prasarana yang memadai, seperti : kantor kepala dan guru, ruang kelas, ruang laboratorium (praktikum), perlengkapan kantor, perlengkapan belajar mengajar, perpustakaan, alat peraga, halaman sekolah dan fasilitas bermain, tempat beribadah, dan toilet.

i) Suasana hubungan sosio-emosional antar pimpinan sekolah, guru-guru, siswa, petugas administrasi, dan orang tua siswa berlangsung secara harmonis.

j) Para personel sekolah merasa nyaman dalam bekerja karena terpenuhi kesejahteraan hidupnya.

f. Peran Siswa

Sebagai subjek dalam pendidikan siswa mempunyai peran yang sangat penting.Siswa tidak hanya menjadi obyek tetapi merupakan subyek dari pendidikan itu sendiri. Dalam proses pembelajaran di SDIT Izzatul Islam Getasan, guru mengemas pembelajaran dengan bercerita, bermain. Secara teknis memiliki makna sebagai proes internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan siswa secara aktif di bawah bimbingan guru,

kepala sekolah, dan tenaga kependidikan dalam kehidupanya dikelas, sekolah dan masyarakat (Sulistyowati, 2012: 23).

Dengan pendidikan karakter, siswa merasa bebas untuk mengungkapkan perasaannya.Siswa mempunyai keberanian untuk bertanya kepada guru tentang hal yang tidak mereka mengerti.Siswa bisa dengan leluasa memuaskan rasa keingintahuan yang dimilikinya. Pembelajaran bisa berlangsung menyenangkan dengan melibatkan siswa secara aktif. Mereka tidak hanya mendengarkan tetapi juga melakukan. Kondisi siswa seperti itu, tidak terlepas dari kondisi hubungan siswa dan guru. Semakin baik hubungan antara keduanya, maka siswa akan semakin mudah terlibat dalam aktivitas belajar.

Hubungan antara siswa dan guru di SDIT Izzatul Islam Getasan terjalin dengan baik. Hubungan baik ini bukanlah proses instan yang muncul dalam proses pembelajaran. Kedekatan dengan siswa telah dibangun sejak sebelum kegiatan belajar mengajar di mulai.Ketika siswa datang ke sekolah, guru telah memposisikan diri mereka sebagai orang tua siswa di sekolah. Mereka

menyambut kedatangan siswa dengan senyum hangat, berjabat tangan, menyisir rambut yang berantakan atau membetulkan kancing baju atau kerah yang tidak rapi. Hal sederhana ini menjadi tali pengikat yang kuat antara guru dan siswa di SDIT Izzatul Islam..

6. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Implementasi Pendidikan

Dokumen terkait