BAB III PENERAPAN PRINSIP KNOW YOUR CUSTOMER
B. Penerapan Prinsip Know Your Customer pada
67
1. menetapkan kebijakan dalam penerimaan nasabah.
66
Adrian sutedi.Op.Cit,hal.52.
67
LAMPIRAN I-AI Keputusan DJLK Nomor Kep-2833/LK/2003 tentang Petunjuk Penyusunan pedoman pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah tanggal 12 Mei 2003.
2. menetapkan kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasi nasabah. 3. menetapkan kebijakan dan prosedur pemantauan terhadap rekening dan
transaksi nasabah.
4. menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang berkaitan dengan Prinsip mengenal Nasabah.
Penerapan kebijakan dan prosedur di atas bertujuan agar setiap Lembaga keuangan Non Bank dapat mengenali profil nasabahnya sehingga pada gilirannya Lembaga keuangan Non Bank dapat mengidentifikasi transaksi yang mencurigakan (suspicious transactions) dan selanjutnya melaporkan kepada Pusat Pelaporan dan analisis Transaksi Keuangan (PPATK).68
Agar penerapan Prinsip Mengenal Nasabah di dalam Perusahaan Asuransi dapat seragam dan konsisten, maka dikeluarkanlah pedoman penyusunan Penerapan Prinsip Menenal Nasabah yang tertuang dalam lampiran I-AI Keputusan Direktur Jendral Keuangan, Nomor Keputusan 2833/LK/2003 tentang Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Pedoman inilah sebagai dasar dari purusahaan asuransi untuk menetapkan standar dalam penerapan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada perusahaan asuransi dan diharapkan semua unsur staf perusahaan asuransi remasuk agen perusahaan asuransi wajib mempelajari dan mengikuti pedoman
68
tersebut.69
Berdasarkan keputusan tersebut maka setiap Perusahaan Asuransi diwajibkan untuk membuat ketentuan tersendiri mengenai Penerapan Prinsip Menenal Nasabah dengan tetap berpedoman pada ketentuan yang telah tertuang dalam LAMPIRAN I-AI Keputusan Direktur Jendral Keuangan, Nomor Keputusan 2833/LK/2003 tentang Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Berikut akan dijabarkan mengenai Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada salah satu Perusahaan asuransi yang telah lama berdiri di Indonesia yaitu PT. Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912.
Berdasarkan Keputusan Direksi AJB Bumiputera 1912 No.SK.1/DIR/2004 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, maka dibuatlah ketentuan mengenai hal tersebut sebagai berikut:
1. Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) adalah prinsip yang diterapkan AJB Bumiputera 1912 untuk mengetahui identitas nasabah dan memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan.
PERTAMA Ketentuan Umum
Dalam Surat Keputusan ini, yang dimaksud dengan :
69
2. Nasabah adalah Pemegang Polis dan / atau Tertanggung padaAJB Bumiputera 1912.
3. Transaksi Tunai adalah transaksi keuangan yang dilakukansecara tunai. 4. Transaksi Mencurigakan adalah transaksi yang menyimpang dari profil,
karakteristik serta kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan dan / atau menggunakan dana yang diduga berasal dari hasil kejahatan.
5. Pencucian Uang adalah perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.
6. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) adalah lembaga independen yang dibentuk berdasarkan Undangundang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang dalam rangka mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang.
Kebijakan Prinsip Mengenal Nasabah meliputi : KEDUA
Dalam bermitra bisnis dengan perusahaan perasuransian, AJB Bumiputera 1912 hanya menjalin hubungan bisnis perasuransian dengan perusahaan perasuransian yang telah dan masih memilikiijin resmi dari regulator. 2. Kebijakan Penerimaan dan Identifikasi Nasabah
Perusahaan wajib menolak calon nasabah yang tidak memenuhi kelengkapan data dan dokumen pendukung yang ditentukan dan / atau yang diragukan kebenarannya.
3. Kebijakan Pemantauan dan Pelaporan
Pelaporan transaksi mencurigakan bersifat rahasia. Pejabat, pegawai, dan agen wajib merahasiakan pelaporan transaksi mencurigakan tersebut. 4. Kebijakan Manajemen Resiko
a. Internal Auditor mengevaluasi pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dalam perusahaan.
b. Guna menciptakan suatu sistem Pengenalan Nasabah yang efektif, pelatihan wajib diberikan kepada seluruh pegawai dan petugas pemasaran, termasuk pegawai baru.
Terkait dengan Kebijakan Pemantauan dan pelaporan pada point 3 (tiga) di atas, menurut LAMPIRAN I-AI Keputusan Direktur Jendral Keuangan, Nomor Keputusan 2833/LK/2003 tentang Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah ditambahkan pula bahwa dokumen yang berkaitan dengan identitas nasabah Perusahaan Asuransi, termasuk perantara dan
atau pihak lain (beneficial owner), harus disimpan sampai jangka waktu 5 (lima) tahun sejak perikatan dengan basabah di akhiri.70
Sistem informasi Perusahaan Asuransi harus dapat menyediakan profil nasabah yang sekurang-kurangnya mencakup informasi mengenai:71
1) Identitas nasabah
2) Pekerjaan atau bidang asuransi 3) Jumlah penghasilan
4) Rekening yang dimiliki
5) Aktivitas transaksi normal, dan 6) Tujuan pembukaan rekening
70
LAMPIRAN I-AI Keputusan Direktur Jendral Keuangan, Nomor Keputusan 2833/LK/2003 tentang Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, hal.4.
71
Ibid. KETIGA
Unit Kerja Yang Bertanggung Jawab
Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah ditangani oleh Bagian Pengendalian Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) yang berada di bawah Departemen Pengendalian Intern. Bagian Pengendalian PMN bertanggungjawab atas pelaksanaan penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dalam perusahaan, baik secara internal maupun eksternal.
Bagian Pengendalian PMN dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan :
1. Pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Departemen Pertanggungan yang berfungsi sebagai koordinator penerapan Prinsip Mengenal Nasabah di Departemen Pertanggungan.
2. Pejabat yang ditunjuk oleh Pemimpin Cabang di masing-masing Kantor Cabang, yang berfungsi sebagai koordinator penerapan Prinsip Mengenal Nasabah di Kantor Cabang
Untuk perusahan asuransi yang struktur organisasinya tidak terlalu besar unit kerja yang betanggungjawab dapat didelegasikan pada satu atau beberapa staf yang ditugaskan untuk itudisamping tugas rutinnya sesuai struktur organisasi.72
1. Bagian Pengendalian PMN :
KEEMPAT
Tugas Pokok Dalam Penerapan PMN
a. Menyusun dan memelihara Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
b. Memastikan adanya pengembangan sistem dan prosedur identifikasi nasabah dan transaksi yang mencurigakan, termasuk memastikan bahwa formulir yang berkaitan dengan nasabah telah
72
mencakup item data yang diharuskan oleh Keputusan Menteri Keuangan Nomor.45/KMK.06/2003.
c. Memantau pengkinian data dan profil nasabah sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 45/KMK.06/2003. d. Melakukan koordinasi dan pemantauan terhadap pelaksanaan
Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah oleh unit-unit kerja terkait.
e. Menerima dan melakukan analisis atas laporan transaksi yang mencurigakan yang disampaikan oleh unit-unit kerja terkait.
f. Menyusun laporan transaksi yang mencurigakan yang akan disampaikan kepada PPATK.
g. Memantau, menganalisis dan merekomendasi kebutuhan pelatihan tentang Prinsip Mengenal Nasabah bagi para pejabat, pegawai, dan agen.
2. Koordinator Penerapan PMN di Departemen Pertanggungan :
a. Mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan sistem dan prosedur identifikasi nasabah dan transaksi yang mencurigakan di Departemen Pertanggungan.
b. Mengkoordinasikan pengkinian data dan profil nasabah di Departemen Pertanggungan.
c. Menerima dan melakukan analisis atas laporan transaksi yang mencurigakan yang disampaikan oleh staf / underwriter di Departemen Pertanggungan.
d. Meneruskan laporan transaksi yang mencurigakan ke Bagian Pengendalian PMN.
3. Koordinator Penerapan PMN di Kantor Cabang :
a. Mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan sistem dan prosedur identifikasi nasabah dan transaksi yang mencurigakan di Kantor Cabang yang bersangkutan.
b. Mengkoordinasikan pengkinian data dan profil nasabah di Kantor Cabang yang bersangkutan sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor.45/KMK.06/2003.
c. Menerima dan melakukan analisis atas laporan transaksi yang mencurigakan yang disampaikan oleh pegawai di Kantor Cabang. d. Meneruskan laporan transaksi yang mencurigakan kepada Bagian
Pengendalian PMN.
e. Mengkoordinasikan dan memantau pelaksanaan pelatihan tentang Prinsip Mengenal Nasabah bagi para pejabat, pegawai dan agen di Kantor Cabang.
4. Direksi :
a. Menetapkan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
b. Memantau pelaksanaan tugas Bagian Pengendalian PMN.
c. Memastikan bahwa Pedoman Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah telah diterapkan dan dilaksanakan oleh unit-unit kerja terkait secara konsisten.
d. Melaporkan transaksi yang mencurigakan yang telah disusun oleh Bagian Pengendalian PMN kepada PPATK.
5. Dewan Komisaris :
a. Menyetujui Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
b. Mengawasi pelaksanaan Pedoman tersebut oleh seluruh jajaran Perusahaan.
Merujuk kepada Keputusan Direksi AJB Bumiputera 1912 No.SK.1/DIR/2004 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah maka dengan ini Direksi PT AJB Bumiputera 1912 membuat Keputusan Direksi AJB Bumi putera No.PE.1/DIR/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Prinsip Mengenal Nasabah, dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Prosedur Penerimaan dan Identifikasi Nasabah
PROSEDUR PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH
Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) harus dilakukan sejak proses registrasi / penerimaan seorang nasabah baru dan dilanjutkan secara berkesinambungan selama nasabah tersebut menjadi nasabah AJB Bumiputera 1912. Proses penerimaan sampai disahkannya seorang nasabah harus melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Prosedur Penerimaan Nasabah
Penerimaan nasabah baru atau nasabah lama untuk kontrak baru wajib menggunakan formulir sebagaimana terlampir dalam Peraturan Direksi ini, dan formulir ini harus dievaluasi untuk memastikan bahwa data yang diperlukan untuk keperluan PMN telah terakomodasi dalam formulir tersebut.
Dokumen pendukung yang harus ada untuk keperluan PMN adalah : (1) Untuk Perusahaan/Lembaga/Institusi :
(a) Akta Pendirian dan perubahannya.
(b) Anggaran Dasar Perusahaan.
(c) SK pengesahan sebagai badan hukum. (d) SIUP.
(e) NPWP.
(f) TDP (Tanda Daftar Perusahaan).
(g) Pemegang Kuasa :
1) WNI : KTP, SIM, Paspor dan Surat Kuasa.
2) WNA : Paspor, KITAS (Kartu Ijin Tinggal Terbatas)
dan Surat Kuasa. (2) Untuk Pribadi :
(a) WNI : KTP, SIM, atau Paspor
(b) WNA : Paspor, KITAS, KITAP (Kartu Ijin Tinggal Menetap)
(c) NPWP, bila sudah memiliki.
b. Prosedur Identifikasi dan Verifikasi Nasabah
Berdasarkan dokumen pendukung yang telah disampaikan oleh calon nasabah, petugas frontliner (agen, agen koordinator) wajib meneliti kebenaran dan keabsahan dokumen pendukung tersebut dengan cara :
(1) Mencocokkan dokumen pendukung tersebut dengan dokumen aslinya. (2) Meyakinkan bahwa dokumen asli tersebut bentuknya tidak meragukan.
(3) Bila diperlukan, lakukan wawancara dengan calon nasabah sesuai dengan prosedur pengisian formulir aplikasi dan prosedur underwriting yang berlaku.
c. Prosedur Persetujuan Penerimaan Calon Nasabah
(1) Persetujuan penerimaan calon nasabah harus sesuai dengan jenjang kewenangannya, setelah meyakini kebenaran identitas dan kelengkapan dokumen calon nasabah.
(2) Persetujuan terhadap penerimaan calon nasabah yang tergolong dalam resiko tinggi atau tergolong transaksi mencurigakan diberikan oleh Direksi c.q. Departemen Pertanggungan.
2. Prosedur Pemantauan dan Pelaporan
a. Prosedur Dokumentasi Profil Nasabah
(1) Setelah seorang nasabah resmi diterima maka Departemen Pertanggungan wajib memelihara dokumentasi nasabah yang bersangkutan sebaik-baiknya. Dokumen yang berkaitan dengan nasabah harus disimpan sampai dengan jangka waktu 5 (lima) tahun sejak berakhirnya asuransi.
(2) Bagian Pengendalian PMN wajib membuat data base profil nasabah yang mencakup sekurang-kurangnya :
(a) Data identitas.
(b) Pekerjaan/bidang usaha.
(c) Jumlah penghasilan. (d) Polis yang dimiliki.
(e) Aktivitas transaksi normal.
(f) Tujuan masuk asuransi.
(3) Data base tersebut wajib dikinikan bila terdapat informasi baru mengenai data nasabah. Pengkinian tersebut dimaksudkan untuk membantu melakukan analisis dan penelusuran transaksi secara individual untuk keperluan intern AJB Bumiputera 1912 dan keperluan regulator atau PPATK.
Penyimpanan catatan dan dokumen mengenai identitas nasabah selama 5 (lima) tahun merupakan hal yang sudah ditetapkan dalam Pasal 17 ayat (5) Undang-Undang Nomor 15 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.73
b. Prosedur Identifikasi Transaksi
Identifikasi transaksi yang dilakukan Bagian Pengendalian PMN antara lain :
(1) Mengembangkan sistem pemantauan yang dapat dilakukan baik secara manual ataupun otomasi untuk memudahkan pengidentifikasian transaksi mencurigakan.
(2) Melakukan pemantauan dan melaporkan transaksi mencurigakan untuk di evaluasi lebih lanjut.
(3) Menatausahakan hasil pemantauan dan evaluasi transaksi nasabah, baik yang dilaporkan maupun yang tidak dilaporkan kepada PPATK.
c. Prosedur Identifikasi Transaksi Mencurigakan
Melakukan identifikasi transaksi mencurigakan (suspicious transaction)
dengan kategori:
(1) Transaksi tersebut tidak normal atau tidak sesuai dengan karakteristik dan profil nasabah.
73
Lihat Pasal 17 ayat (5) Undang-Undang Nomor 15 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
(2) Transaksi tersebut diduga terkait dengan hasil kejahatan, dan
(3) Tidak dapat diyakini kewajarannya setelah dilakukan verifikasi lebih lanjut.
Petugas unit kerja yang bertaggungjawab pada perusahaan asuransi harus mendokumentasikan dan melakukan pengkinian yang jelas, indicator (red flag) dan contoh dari transaksi yang mencurigakan yang mungkin timbul di berbagai unit yang terkait. 74
d. Prosedur Pelaporan
(1) Pelaporan Transaksi
(a) Departemen Pertanggungan
1) Staf / Underwriter di Departemen Pertanggungan yang mengidentifikasi transaksi mencurigakan harus segera melaporkankepada Koordinator Penerapan PMN Departemen Pertanggungan.
2) Koordinator Penerapan PMN Departemen Pertanggungan yang menerima laporan transaksi mencurigakan harus memastikan bahwa transaksi yang dilaporkan tersebut sesuai dengan salah satu contoh transaksi mencurigakan.
74
LAMPIRAN I-AI Keputusan Direktur Jendral Keuangan, Nomor Keputusan 2833/LK/2003 tentang Petunjuk Penyusunan Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah, hal 8.
3) Koordinator Penerapan PMN Departemen Pertanggungan segera meneruskan laporan transaksi mencurigakan tersebut kepada Bagian Pengendalian PMN.
(b) Pelaporan Kantor Cabang
1) Petugas frontliner (agen, agen koordinator) atau back officer (kasir, KUAK) yang mengidentifikasi transaksi mencurigakan harus segera melaporkan kepada Pemimpin Operasional masing-masing.
2) Pemimpin Operasional yang menerima laporan transaksi mencurigakan harus memastikan bahwa transaksi yang dilaporkan tersebut sesuai dengan salah satu contoh transaksi mencurigakan; dan apabila transaksi tersebut sesuai dengan contoh transaksi mencurigakan, Pemimpin Operasional harus segera melaporkan kepada Koordinator Penerapan PMN Kantor Cabang.
3) Koordinator Penerapan PMN Kantor Cabang harus segera meneruskan laporan transaksi mencurigakan tersebut kepada Bagian Pengendalian PMN.
(c) Pelaporan Bagian Pengendalian PMN
1) Atas laporan transaksi mencurigakan yang disampaikan Kantor Cabang maupun Departemen Pertanggungan, maka
Bagian Pengendalian PMN harus mengevaluasi untuk memastikan bahwa transaksi tersebut termasuk transaksi mencurigakan dan perlu dilaporkan kepada PPATK.
2) Selanjutnya laporan transaksi mencurigakan tersebut disampaikan kepada Direksi untuk mendapat persetujuan dan dilaporkan kepada PPATK.
(d) Pelaporan transaksi mencurigakan bersifat rahasia. Pejabat, pegawai serta agen wajib merahasiakan pelaporan transaksi mencurigakan tersebut.
(2) Transaksi Yang Dilaporkan (a) Transaksi Tunai
Transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai dalam jumlah kumulatif sebesar Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih atau mata uang asing yang nilainya setara, baik dilakukan dalam satu kali transaksi maupun beberapa kali transaksi dalam satu hari kerja.
(b) Transaksi Mencurigakan, dengan contoh sebagai berikut:
1) Permintaan asuransi yang dilakukan jauh dari tempat nasabah, dimana polis sejenis tersedia di tempat nasabah berada.
2) Permintaan asuransi untuk suatu kegiatan atau usaha di luar bentuk dan pola usaha atau kegiatan normalnya.
3) Permintaan asuransi yang diajukan oleh agen atau perantara dari luar wilayah hukum Indonesia dimana ketentuan hukum tersebut tidak memiliki regulasi perasuransian atau regulasinya sangat lemah atau dari daerah dimana kegiatan kejahatan terorganisasi (misalnya, perdagangan narkoba, atau aktivitas teroris) sangat menonjol.
4) Pengalihan manfaat atas suatu produk asuransi kepada pihak lain yang secara nyata tidak ada hubungan kepentingan sama sekali.
5) Permintaan asuransi dengan cara bayar sekaligus/tunggal yang besar, dimana secara historis pemegang polis tersebut biasanya
melakukannya untuk jumlah yang tidak besar atau kontrak dengan pembayaran reguler.
6) Usaha-usaha untuk menggunakan cek pihak ketiga untuk pembayaran premi.
7) Nasabah menunjukkan tanda-tanda tidak memperhatikan isi polis tetapi lebih memperhatikan urusan pembatalan perjanjian polis.
8) Nasabah mengajukan pembayaran secara sekaligus/tunggal melalui wire transfer dengan menggunakan uang asing.
9) Nasabah terlihat memiliki polis-polis yang sama yang berasal dari berbagai perusahaan asuransi jiwa lainnya.
10) Nasabah masuk asuransi yang nilainya jauh di atas kemampuan keuangan yang wajar dari yang bersangkutan. 11) Nasabah masuk asuransi dengan premi yang mahal dan
dalam angka waktu pendek membatalkan polis tersebut, meminta pengembalian uang dalam bentuk tunai atau diberikan kepada pihak ketiga.
12) Nasabah berusaha untuk meminjam nilai tunai maksimum dari suatu polis premi tunggal sesaat setelah pembayaran polis tersebut.
(3) Batas Waktu Pelaporan
(a) Pelaporan Kantor Cabang dan Departemen Pertanggungan ke Bagian Pengendalian PMN.
1) Penyampaian laporan transaksi tunai dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi dilakukan.
2) Penyampaian laporan transaksi mencurigakan dilakukan paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah diketahui adanya unsur transaksi mencurigakan.
(b) Pelaporan Bagian Pengendalian PMN ke PPATK.
1) Penyampaian laporan transaksi tunai dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal transaksi dilakukan.
2) Penyampaian laporan transaksi mencurigakan dilakukan paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah diketahui adanya unsur transaksi mencurigakan
Penyampaian laporan bagian pengendalian PMN ke PPATK telah disesuaikan dengan ketentuan Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
.
75
75
Lihat Pasal 13 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 15 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
PELATIHAN
Guna menciptakan suatu sistem Pengenalan Nasabah yang efektif, pelatihan wajib
diberikan kepada seluruh pegawai dan petugas pemasaran, termasuk pegawai baru.
1. Pegawai Dinas Luar dan Petugas Pemasaran
Pegawai Dinas Luar dan Petugas Pemasaran wajib mendapat pelatihan sesuai
bidang tugasnya dengan penekanan pada :
a. Pemahaman tentang kebijakan dan prosedur penerimaan nasabah sesuai dengan bidang tugasnya.
b. Teknik persuasif untuk meminta data nasabah guna memenuhi ketentuan dalam kebijakan dan prosedur penerimaan nasabah.
c. Pemahaman terhadap tugas dan tanggung jawab dalam mengidentifikasi transaksi yang tidak normal atau tidak sesuai dengan profil nasabah.
d. Pemahaman terhadap pentingnya melakukan pengkinian profil nasabah.
2. Pegawai Dinas Dalam
Pegawai Dinas Dalam wajib mendapat pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya dengan penekanan pada :
a. Pemahaman tentang kebijakan dan prosedur pemantauan profil nasabah. b. Pemahaman terhadap tugas dan tanggung jawab dalam mengidentifikasi
transaksi yang tidak normal atau tidak sesuai dengan profil nasabah.
c. Pemahaman terhadap langkah-langkah yang diperlukan sebagai tindak lanjut bila terdapat transaksi yang mencurigakan.
3. Pegawai Baru
Pegawai baru wajib mendapat pelatihan agar memahami Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah.
Hal tersebut di atas merupakan sesuatu yang diharuskan ada dalam penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada Perusahaan Asuransi.Jika kebijakan dan prosedur Prinsip Mengenal Nasabah di atas dapat diterapkan dengan baik, maka Perusahaan Asuransi dapat mengetahui adanya transaksi keuangan yang mencurigakan yang dilakukan nasabahnya dan menduga nasabah tersebut terlibat dalam proses pencucian uang. Perusahaan asuransi yang memperoleh informasi ini diwajibkan oleh Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 untuk segera melaporkannya kepada Pusat pelaporan dan analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Kewajiban melaporkan transaksi keuangan yang mencurigakan ini tidak memerlukan pengetahuan Perusahaan Asuransi tentang kejahatan yang telah dilakukan oleh nasabah untuk melakukan transaksi keuangan yang mencurigakan tersebut. Perusahaan Asuransi tidak perlu tahu apakah dana yang digunakan oleh nasabah berasal dari kejahatan korupsi atau yang lainnya. Akan tetapi, Perusahaan asuransi diwajibkan untuk mengetahui bahwa nasabahnya terlibat dalam transaksi keuangan yang mencurigakan atau menduga nasabahnya telah terlibat dalam proses pencucian uang.
Sebuah Perusahaan Asuransi dapat mempunyai pengetahuan adanya transaksi keuangan yang mencurigakan atau dugaan yang cukup (reasonable suspicion) tentang adanya upaya pencucian uang berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, di antaranya dari lembaga penegak hokum,
lembaga pemerintah (Departemen Keuangan), masyarakat madani, media cetak, Bank Indonesia, PPATK, dan sistem PMN Perusahaan Asuransi sendiri. Oleh karena kasus pencucian uang pada Perusahaan asuransi sudah semakin banyak, maka sudah seharusnya Perusahaan Asuransi melaporkan dugaan transaksi keuangan yang mencurigakan tersebut kepada PPATK.76
PPATK atau The Indonesian Financial Report and Analysis Centre
(INTRAC) didirikan pada tanggal 17 april 2002, bersamaan dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian uang. Secara umum keberadaan lembaga ini dimaksudkan sebagai upaya Indonesia ikut serta bersama negara-negara lain memberantas kejahatan lintas Negara yang terorganisir seperti terorisme dan pencucian uang. Secara nasional, lahirnya institusi ini diharapkan dapat membantu penegakan hukum yang terkait bukan PPATK merupakan lembaga independen yang dibentuk dalam rangka pencegahan dan pemberantasan money laundering. Antara Penerapan Prinsip
Know Your Customer dan PPATK saling terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan money laundering karena salah satu cara agar PPATK dapat melakukan tugasnya untuk melakukan analisis terhadap transaksi keuangan yang mencurigakan adalah berdasarkan laporan terhadap transaksi keuangan yang mencurigakan yang telah termuat dalam penerapan PMN pada Perusahaan Asuransi. Dengan demikian antara PPATK dan Perusahaan Asuransi akan selalu terkait dalam upaya pencegahan dan pemberantasan money laundering.
76
saja dengan tindak pidana pencucian uang, melainkan semua tindak pidana berat lainnya yang menghasilkan uang.77
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 secara tegas menyatakan pembentukan PPATK sebagai lembaga dengan misi khusus mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang di Indonesia. Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang menempatkan PPATK sebagai
focal point dalam rezim anti-pencucian uang di Indonesia, yang tugas dan wewenangnya diatur dalam Pasal 26 dan pasal 27 Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Sebelum PPATK beroperasi secara penuh sejak tanggal 18 Oktober 2003, tugas dan wewenang PPATK yang berkaitan dengan penerimaan dan analisis transaksi keuangan mencurigakan pada perusahaan asuransi diserahkan kepada Direktorat Jenderal Menteri Keuangan, tetapi dengan penyerahan dokumen transaksi keuangan mencurigakan yang dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2003, maka tugas dan wewenang dimaksudkan sepenuhnya beralih ke PPATK.
78
77
Yusuf Saprudin.Money Laundering.Jakarta:Grafika indah.2006,hal.54.
78
a. Tugas PPATK
Pasal 26 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah menjadi Undang- Undang Nomor 25 tahun 2003, menetapkan tugas PPATK sebagai berikut:
1) Mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, mengevakuasi informasi yang diperoleh oleh PPATK sesuai dengan undang- undang ini.
2) Memantau catatan dalam buku daftar pengecualian yang dibuat oleh Penyedia Jasa Keuangan.
3) Membuat pedoman mengenai tata cara pelaporan Transaksi Keuangan Mencurigakan.
4) Memberikan nasehat dan bantuan kepada instansi yang berwenang