• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

TINJAUAN UMUM TENTANG KEDISIPLINAN BERDASARKAN UNDANG UNDANG NO 5 TAHUN

D. Penerapan Sanksi Terhadap Pelangggaran Disiplin PNS Menurut Undang Undang ASN No 5 Tahun

Didalam Pasal 86 ayat (1) UU ASN No. 5 tahun 2014 dijelaskan bahwa untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dalam kelancaran pelaksanaan tugas, PNS wajib mematuhi disiplin PNS. Dalam Pasal 86 ayat (1) dan (2) UU tersebut menegaskan, Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakan disiplin terhadap PNS dan menjatuhkan hukuman disiplin terhadap PNS yang melakukan pelanggaran disiplin.

Pegawai Negeri Sipil yang tidak melakukan kewajiban dan melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010 dianggap telah melakukan pelanggaran disiplin PNS dan akan mendapatkan hukuman disiplin. Tujuannya untuk memperbaiki dan mendidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.Karena itu setiap pejabat yang berwenang menghukum sebelum menjatuhkan hukuman disiplin harus memeriksa lebih dahulu Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.

pemeriksaan.Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengetahui apakah PNS yang bersangkutan benar telah melakukan pelanggaran disiplin.Pemeriksaan juga bertujuan untuk mengetahui latar belakang serta hal-hal yang menyebabkan pelanggaran disiplin tersebut. Pemeriksaan dilaksanakan sendiri oleh pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk.

Apabila pejabat pada waktu memeriksa PNS yang disangka melakukan pelanggaran disiplin berpendapat bahwa berdasarkan hasil pemeriksaannya hukuman disiplin yang wajar dijatuhkan adalah di luar wewenangnya, maka pejabat tersebut wajib melaporkan hal itu kepada pejabat yang berwenang menghukum yang lebih tinggi melalui saluran hirarki. Laporan tersebut disertai dengan hasil-hasil pemeriksaan dan bahan-bahan lain yang diperlukan.Pejabat yang berwenang menghukum lebih tinggi wajib memperhatikan dan mengambil keputusan atas laporan itu.Pelanggaran disiplin itu sendiri adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin PNS, baik di dalam maupun di luar jam kerja. PNS dinyatakan melanggar Peraturan Disiplin apabila dengan ucapan, tulisan, dan atau perbuatannya tersebut secara sah terbukti melanggar ketentuan mengenai kewajiban dan atau larangan PP No. 53 Tahun 2010.

Yang dimaksud ucapan adalah setiap kata-kata yang diucapkan dihadapan atau dapat didengar orang lain seperti dalam rapat, ceramah, diskusi, melalui telepon, radio, televisi, rekaman, atau alat komunikasi lainnya. Sedang tulisan merupakan pernyatan pikiran dan atau perasaan secara tertulis baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan, dan lainnya yang serupa dengan itu.

Dalam rangka memelihara kewibawaan Pegawai Negeri Sipil, maka tindakan kepolisian sebagai penyidik terhadap Pegawai Negeri Sipil hendaknya dilakukan dengan

tertib dan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, dalamkaitan ini apabila seornag Pegawai Negeri Sipil diperiksa, ditangkap dan atau ditahan sementara oleh pejabat yang berwajib karena disangka melakukan tindak pidana, maka pejabat yang berwajib tersebut secepat mungkin memberitahukan kepada atasan Pegawai Negeri yang bersangkutan.

Adapun pengertian pelanggaran disiplin berdasarkan Pasal 1 ayat 1 PP No. 53 Tahun 2010 adalah : setiap ucapan, tulisan atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar kedinasan.

Kemudian menurut Pasal 1 ayat 4 dari Peraturan Pemerintah tersebut, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Selanjutnya PP No.53 Tahun 2010 disebutkan pula mengenai tingkat dan jenis hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil, adapun tingkat dan jenis hukuman disiplin tersebut adalah :

Hukuman Disiplin Ringan

a. Teguran lisan bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alas an yang sahselama 5 (lima) hari kerja.

b. Teguran tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alas an yang sah selama 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja.

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alas an yang sah selama 11 (sebelas) sampai 15 (lima belas) hari kerja.

Hukuman Disiplin Sedang

Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun bagi PNSyang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 16 (enam belas) sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja.

Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21 (dua puluh satu) sampai dengan 25 (dua puluh lima) hari kerja.

Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26 (dua puluh enam) sampai 30 (tiga puluh) hari kerja.

Hukuman Disiplin Berat

Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31 (tiga puluh satu) sampai dengan 35 (tiga puuh lima) hari kerja.

Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah bagi PNS yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) hari kerja. Pembebasan dari jabatan bagi PNS yang menduduki jabatan structural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41 (empat puluh satu) sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja.

Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau pemberhetian tidak hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil bagi PNS yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau lebih.

Dalam disebutkan, setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat, antar Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar Instansi Daerah, antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri.

Mutasi PNS dalam suatu Instansi Pusat atau Instansi Daerah dilakukan

oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Mutasi antar Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi ditetapkan oleh Gubernur setelah memperoleh pertimbangan Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), mutasi antara Kabupaten/Kota antar provinsi dan antar Provinsi ditetapkan olen Menteri PAN-RB setelah melalui pertimbangan Kepala BKN, mutasi PNS Provinsi/Kabupaten/Kota ke Instansi Pusat atau sebaliknya ditetapkan oleh Kepala BKN, dan mutasi PNS antar Instansi Pusat ditetapkan oleh Kepala BKN.

Bunyi Pasal 73 ayat (7) UU ASN No. 5 Tahun 2014 “Mutasi PNS dilakukan dengan memperhatikan prinsip larangan konflik kepentingan”.

Didalam Pasal 86 UU No. 5 Tahun 2014 mengenai pemberhentian PNS. Undang-Undang ASN ini menyebutkan bahwa PNS diberhentikan dengan hormat karena sebaga berikut :

Meninggal dunia. Atas permintaan sendiri. Mencapai usiapensiun.

Perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah mengakibatkan pensiun dini. Tidak cakap jasmani dan/atau rohani, sehingga tidak dapat menjalankan tugas. Adapun PNS diberhentikan dengan tidak hormat karena :

Melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan UUS 1945.

Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana kejajahatan jabatan atau tindak pidana yang ada hubungannya dengan jabatan dan/atau pidana umum.

Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

Dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana.

Pasal 88 UU Nomor 5 tahun 2014 ini menyebutkan, PNS diberhentikan sementara apabila:

Diangkat menjadi pejabat Negara.

Diangkat menjadi komisioner atau anggola lembaga non structural.

Ditahan karena menjadi anggota tindak pidana.

Dokumen terkait