• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

4. Penerapan IFRS

Globalisasi membawa pengaruh mendasar pada pergerakan informasi dan perpindahan modal. Dengan suatu gelombang globalisasi yang menggelora yang mengejutkan dunia, maka bisnis lintas belahan dunia terpengaruh oleh bagaimana kerasnya perusahaan berusaha. Secara pribahasa “akuntansi adalah bahasa bisnis”, selanjutnya entitas bisnis seluruh tidak akan dapat berbicara di dalam bahasa yang berbeda antara yang satu dengan lainnya pada saat menukar atau membagi hasil keuangan dari aktivitas bisnis internasionalnya dan juga pelaporan hasil bisnis. Secara historis, Negara di dunia telah memiliki standar akuntansi nasionalnya sendiri. Namun, dengan suatu dorongan untuk menjadi bagian dari pergerakan globalisasi, di mana bisnis lintas batas Negara menyadari kelihaian strategi bisnis untuk merangkul dunia sebagai tempat kerja dan pasarnya, dengan memiliki aturan (standar) akuntansi yang berbeda untuk tujuan pelaporan keuangan, hal ini tdak akan membantu mereka sama sekali. (Ankarath, dkk,2012:1-2)

IFRS (International Financial Reporting Standards) menjawab tantangan bagaimana pelaporan keuangan harus dilakukan. Arus besar dunia sekarang ini sedang menuju kedalam satu standar pelaporan (Prihadi:2012:2). Standar pelaporan keuangan internasional (IFRS) merupakan seperangkat standar yang disebarluaskan oleh dewan Standar

Akuntansi Internasional (IASB), yaitu suatu badan penentu standar internasional di London. (Ankarath, dkk,2012:2)

IFRS digunakan lebih dari 100 negara. Sebuah angka signifikan dari majalah Fortune bahwa 500 perusahaan telah menggunakan IFRS dan jumlah ini diharapkan meningkat dengan konversi lebih lanjut kepada IFRS oleh pemain global (seperti brazil, kanada dan india) dan konvergensi subtansial dari Prinsip Akuntansi yang Diterima Umum local di Cina dan Jepang kepada IFRS. Di Amerika Serikat, sejak 2002 , usaha yang sedang berlangsung untuk melakukan konvergensi IFRS dan US GAAP. (Ankarath, 2012:10).

Pada dasarnya Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan dipengaruhi Oleh International Accounting Standards Board (IASB). Srtandar akuntansi nasional sedang dalam proses konvergensi secara penuh dengan IFRS yang dikeluarkan oleh IASB.(Prihadi, 2012:7)

Berikut roadmap konvergensi PSAK ke IFRS yang dibuat oleh DSAK (Prihadi,2012:7)

Tabel 2.1

Roadmapkonvergensi IFRS Tahap adopsi

(2008-2010)

Tahap persiapan akhir (2011)

Tahap implementasi (2012) Adopsi seluruh IFRS ke

PSAK

Penyelesaian persiapan infrastruktur yang diperlukan

Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap

Persiapan infrastruktur yang diperlukan

Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS

Evaluasi dampak

penerapan PSAK secara komprehensif.

Evaluasi dan kelola dampak adopsi trhadap PSAK yang berlaku

Dua puluh Sembilan standar akuntansi keuangan (SAK) masuk dalam program konvergensi IFRS yang telah dicanangkan DSAK IAI tahun 2010 dan 2011. Sasaran konvergensi IFRS yang telah dicanangkan IAI pada tahun 2012 adalah merevisi PSAK agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif tahu 2011/2012. (“29 SAK”,2009)

Program konvergensi DSAK selama tahun 2009 adalah sebanyak 12 standar, yang meliputi. (“29 SAK”, 2009) :

1.IFRS 2Share-Based Payment

2. IAS 21The Effects Of Changes In Foreign Exchange Rates

3. IAS 27Consolidated And Separate Financial Statements

4.IFRS 5Non-Current Assets Held For Sale And Discontinued Operations

5. IAS 28Investment In Associates

6.IFRS 7Financial Instrument: Disclosures 7.IFRS 8Operating Segment

8. IAS 31Interest In Joint Ventures 9.IAS 1Presentation Of Financial

10. IAS 36Impairment Of Assets

11. IAS 37Provisions, Contingent Liabilities And Contingent Asset 12.IAS 8Accounting Policies, In Accounting Estimates Errors

Program konvergensi DSAK selama tahun 2010 adalah sebanyak 17 standar sebagai beikut. (“29 SAK”, 2009) :

1. IAS 7Cash Flow Statements 2. IAS 41Agriculture

3. IAS 20 Accounting For Government Grants And Disclosure Of Government Assistance

4. IAS 29Financial Reporting In Hyperinflationary Economies

6. IAS 38Intangible Asset

7. IFRS 3Business Combination

8. IFRS 4Insurance Contract 9. IAS 33Earnings Per Share

10. IAS 19Employee Benefits

11.IAS 34Interim Financial Reporting

12. IAS 10Events After The Reporting Period

13. IAS 11Contruction Contract

14. IAS 18Revenue 15.IAS 12Income Taxes

16.IFRSExploration For And Evaluation Of Mineral Resources 17.IAS26Accounting And Reporting By Retirement Benefit Plan

Jika dibandingkan antara semua standar akuntansi yang dimiliki Indonesia dengan IFRS, dengan jelas kita temukan perbedaan kuantitas sebagai berikut(Simbolon, 2011:3) :

Tabel 2.2

Perbandingan PSAK dengan IFRS

PSAK IFRS

43 Standar (PSAK) 37 Standar

8 Syari’ah 8 IFRS

11 Interpretation (ISAK) 29 IAS

4 Technical Bulletins 27 Interpretation 1 SAK ETAP (Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik)

16 IFRIC Interpretation

11 SIC

Tidak semua standar IFRS diatas dicontek penuh dan dirubah menjadi PSAK, itulah mengapa IAI memilih konvergensi dari paraadaption

dan adoption. Perbedaan antara konvergensi, adaption dan adoption akan digambarkan dalam tabel berikut (Simbolon, 2011:3) :

Tabel 2.3

Perbedaan Konvergensi, Adaptasi dan Adopsi

Perbedaan Adaption Convergence Full adoption

Arti harafiah Adaptasi/peny elarasan Pertemuan pada suatu titik Adopsi/pemak aian Standar akuntansi Membuat standar yang benar-benar baru Mebuat standar baru dengan mempertimbang kan keadaan yang berlaku Mentranslate standar lama menjadi standar baru Contoh Negara Indonesia sebelum IFRS Indonesia setelah 2012 Australia, hongkong

IFRS memiliki tiga ciri utama yaitu principles based, lebih banyak menggunakan nilai wajar sebagai dasar penilaian dan pengungkapan yang lebih banyak. Standar yang bersifatprinciples basedhanya mengatur hal-hal prinsip bukan aturan detail. Konsekuensinya diperlukan professional judgment dalam menerapkan standar. Untuk dapat memiliki professional judgment seorang akuntan harus memiliki pengetahuan, skill dan etika karena jika tidak memiliki ketiga hal tersebut maka professional judgment

yang diambil tidak tepat. Dalam standar yang lama sebenarnya telah menggunakan dasar nilai wajar, namun nilai wajar diterapkan pada pencatatan awal dan penilaian sesudah pencatatan awal untuk beberapa aset yang memiliki nilai wajar yang dapat diandalkan (aset yang memiliki

kuotasi pasar aktif seperti saham). Dalam IFRS penggunaan nilai wajar diperluas bahkan untuk aset biologi (contoh tanaman atau hewan ternak), aset tetap, properti investasi dan aset tidak berwujud sebagai pilihan metode selain metode biaya. IFRS mengharuskan pengungkapan yang lebih luas agar pemakai laporan keuangan mendapatkan informasi yang lebih banyak sehingga dapat mempertimbangkan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.(Martini, 2012:2)

Untuk menerapkan PSAK diperlukan sumber daya manusia yang memahami standar baru tersebut, sehingga pendidikan dan pemutakhiran pengetahuan staf akuntansi harus dilakukan untuk menyongsong penerapan PSAK secara penuh 2012. Staf harus disiapkan untuk menggunakan

professional judgment, membuat pengungkapan yang lebih banyak sesuai persyaratan standard dan memahami teknik penilaian dengan menggunakan nilai wajar. (Martini, 2012:2)

IFRS juga mengharuskan perusahaan melakukan review atas sistem operasi dan prosedur akuntansi perusahaan. Beberapa standar mengharuskan perusahaan melakukan review atas penggunakan estimasi pada tanggal pelaporan untuk menguji apakah estimasi yang dilakukan masih valid untuk digunakan. SOP akuntansi harus memasukkan prosedur untuk melakukan review untuk mengadopsi ketentuan dalam standar tersebut. (Martini, 2012:3)

Dampak penerapan IFRS bagi perusahaan sangat beragam tergantung jenis industri, jenis transaksi, elemen laporan keuangan yang

dimiliki dan juga pilihan kebijakan akuntansi. Ada yang perubahannya besar sampai harus melakukan perubahan sistem operasi dan bisnis perusahaan, namun ada juga perubahan tersebut hanya terkait dengan prosedur akuntansi. Perusahaan perbankan, termasuk yang memiliki dampak perubahan cukup banyak. Perubahan tidak hanya dilakukan pada tingkat perusahaan namun perlu juga ada perubahan peraturan Bank Indonesia contohnya tentang penyisihan atas kredit yang disalurkan. (Martini, 2012:3)

Proses audit dapat pula berpengaruh dengan adanya penerapan IFRS tersebut. Menurut hasil penelitian Yacoob (2012:173) di Malaysia, adanya penerapan atau pengadopsian IFRS memberi pengaruh positif yang signifikan terhadap audit delay. Yacoob menunjukan penerapan atau pengadopsian IFRS cenderung berpengaruh terhadap semakin panjangnya audit delay. Berbeda dengan hasil peneletian di Indonesia oleh Margareta (2011:67) yang menunjukan penerapan IFRS memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan.

Dokumen terkait