• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TEORI EFEKTIVITAS HUKUM

B. Penerapan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011

Sebagaimana teori yang telah dijelaskan dalam bab II mengenai peraturan tentang pengelolaan zakat, para pemungut zakat atau amil adalah seseorang atau sekelompok orang yang diangkat oleh Pemerintah untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat, atau seseorang atau sekelompok orang yang dibentuk oleh masyarakat dan disahkan oleh Pemerintah untuk mengelola pelaksanaan ibadah zakat.3

Dengan demikian, mereka yang ditunjuk oleh pemerintah muslim setempat sebagai petugas-petugas pengumpul dan penyalur zakat dari para muzakki (pembayar zakat) kepada para mustahik. Tentunya, para petugas ini dipilih dari mereka yang dikenal jujur dan amanah, memiliki kemampuan pengelolaan serta melaksanakan tugas dengan transparansi dan tanggung jawab yang tinggi.4

Para Amil ini, boleh diberi bagian dari uang zakat yang terkumpul, maksimal seperdelapan dari jumlah keseluruhannya walaupun mereka termasuk orang-orang yang berkecukupan. Akan tetapi seandainya seperdelapan tersebut tidak mencukupi, wajib atas pemerintah mencukupinya dari kas negara.5

3

Pasal Pertama, Fatwa MUI No. 8 Tentang Amil Zakat 4

Muhammad Bagir Al-Habsy, Fiqih Praktis, Menurut Al-Quran, As-Sunnah, dan pendapat para Ulama,Cet. I, (Bandung: Mizan, 1999), h. 306

5

Muhammad Bagir Al-Habsy, Fiqih Praktis, Menurut Al-Quran, As-Sunnah, dan pendapat para Ulama,Cet. I, h. 307

Menurut Yusuf Qardawi seorang amil zakat seperti yang telah disebutkan, hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Hendaklah dia seorang muslim, Dari urusan tersebut dapat dikecualikan tugas yang tidak berkaitan dengan soal pemungutan dan pembagian zakat,

2. Hendaklah petugas zakat itu seorang mukallaf, yaitu orang dewasa yang sehat akal fikirannya,

3. Petugas zakat itu hendaklah orang-orang yang jujur, karena ia diamanati harta kaum muslimin,

4. Memahami hukum-hukum zakat. Para ulama mensyaratkan petugas zakat itu paham terhadap hukum zakat,

5. Kemampuan untuk melaksanakan tugas. Petugas zakat hendaklah memenuhi syarat untuk dapat melaksanakan tugasnya dan sanggup memikul tugas itu, 6. Bolehkah mengangkat kerabat? kebanyakan para ulama melarang kerabat Nabi

dianggap sebagai amil zakat. Setiap penggunaan di luar ketentuan yang sah dianggap dosa besar menurut syariat Allah. Nabi SAW ingin memberi contoh kepada kerabatnya agar menjauhi harta zakat. Sehingga orang umum merasa takut mencampuri urusan zakat, apalagi mencari kekayaan dari padanya,

7. Amil zakat disyaratkan laki-laki. Sebagian ulama mensyaratkan amil zakat itu harus laki-laki,

8. Sebagian ulama mensyaratkan amil itu orang yang merdeka bukan seorang hamba.6

Berbeda dengan syarat-syarat yang ditulis oleh Yusuf Qardawi, dalam buku yang ditulis oleh Furqan al-Hasby menyebutkan bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi Amil hanya lima, yaitu:

1. Muslim, 2. Mukallaf,

3. Orang Yang Jujur,

4. Orang Yang Memahami Hukum-hukum Zakat,

5. Memiliki Kemampuan Untuk Melaksanakan Tugas, pengurus zakat hendaklah mampu melaksanakan tugasnya dan sanggup memikul tugas itu.7

Dan dalam pelaksanaan pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Maka Amil bisa disebut BAZNAS, karena tugas sebagai Amil adalah melakukan pengumpulan dan pembagian dana zakat, yang berhak melakukan pengelolaan zakat secara Nasional adalah BAZNAS, LAZ, dan UPZ yang telah dipertimbangkan oleh pemerintah.

Berdasarkan data penelitian, penulis menemukan 2 (dua) pengelola zakat yang ada di Kelurahan Jatijajar yaitu UPZ dan Yayasan Al-Jihad:

6

Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, h.551-555 7

Al-Furqan Hasbi, 125 Masalah Zakat, h.165-167

1. Pengelola Zakat UPZ Kelurahan Jatijajar

Khusus Zakat Fitrah,UPZ dari kelurahan Jatijajar mengepalai 17 masjid dan 34 mushola untuk melakukan pengumpulan dan pendayagunaan zakat. Bentuk pengumpulan yang dilakukan oleh UPZ, setiap DKM masjid dan mushola membuka stand di halaman masjid dan mushola atau ada juga dari warga sekitar yang langsung menemui amil yang terangkap dalam kepanitian yang di bentuk oleh UPZ DKM Kelurahan Jatijajar.

Besar ketentuan Zakat Fitrah UPZ Kelurahan Jatijajar:

1. Zakat Fitrah perjiwa sebesar Rp. 25.000 atau 3 ½ liter beras (harga beras per-liter Rp. 7000, jika diuangkan sebesar Rp. 24.500, dan pembulatan menjadi Rp. 25.000),

2. Infaq sebesar Rp. 2000.

Menurut analisa penulis, UPZ bekerjasama dengan DKM se-kelurahan Jatijajar diantaranya 17 masjid dan 34 mushola. UPZ yang merupakan salah satu perpanjangan dari pemerintah yaitu kelurahan Jatijajar mengeluarkan surat edara (perihal zakat fitrah dan infaq) melalu masing-masing ketua RW se-kelurahan Jatijajar dan kemudian masing-masing RW melakukan himbauan kepada para pengurus atau DKM masjid dan mushola setelah itu DKM membentuk kepanitian amil zakat. Setelah terkumpul zakat keseluruhan, kemudian zakat dibagikan kepada mustahik 70 % dan masing-masing DKM wajib melaporkan

rincian zakat yang sudah didistribusikan dan sisanya diberikan kepada UPZ untuk diserahkan kepada BAZNAS Kota Depok.8

2. Pengelola Zakat Yayasan Al-Jihad Di Kelurahan Jatijajar

Selain UPZ sebagai pengelola zakat nasional, ada pula salah satu Yayasan yang melakukan pengelolaan zakat sendiri, yaitu Yayasan Al-Jihad di Rt 001 Rw 01, Jatijajar. Sistem pengelolaan zakat pada Yayasan ini mengacu pada Al-Qur’an, yaitu 8 Asnaf yang berhak menerima dana zakat. Bentuk pengumpulan pada Yayasan ini hanya sebatas menerima langsung dari murid-murid atau warga yang mempercayai Yayasan untuk mengelola zakat tersebut, dan pengelolaannya pun hanya disekitar Yayasan, untuk bentuk pelaporannya kepada masyarakat, Yayasan ini melaporkan dengan bentuk papan pengumuman yang ada di Yayasan. Dana zakat yang dterima ini diberikan kepada mustahik sekitar Yayasan Al-Jihad dan kepada para ustadz-ustadz atau guru-guru dan murid-murid pada Yayasan tersebut.

Menurut analisa penulis, yayasan ini melakukan bentuk pengelolaan zakat secara sendiri atau lebih tepatnya mengikuti aturan yang ada dalam Al-Qur’an, yaitu diberikan kepada 8 Asnaf dan untuk saat ini, yayasan hanya menerima zakat fitrah yang ada setiap bulan Ramadhan. Pendistribusiannya juga hanya bagi warga sekitar yayasan. Perlu diketahui bahwa yayasan ini menerima zakat fitrah karena masyarakat yang percaya dengan yayasan, dan yayasan hanya

8

Wawancara pribadi dengan Ibu Endang, ketua UPZ Kelurahan Jatijajar, Depok, Rabu 20 Agustus 2014 Jam 10:00 WIB

menyalurkan zakat yang diterima dari masyarakat untuk disalurkan kembali kepada warga sekitar yayasan maupun para santri dan ustadz yang ada di yayasan Al-Jihad.9

Menurut analisa penulis, masyarakat Kelurahan Jatijajar yang hendak membayar zakat kebanyakan membayarnya kepada Amilin di masjid atau mushola yang mencakup UPZ DKM, walaupun ada beberapa masyarakat yang membayar zakatnya langsung kepada orang yang mereka anggap bahwa orang tersebut berhak diberi zakat, dan ada pula yang membayar zakat kepada keduanya, melalui UPZ DKM dan langsung ke orang yang dianggap perlu dibantu dilihat dari segi keadaan ekonomi terkait. Mereka membayar kepada UPZ DKM dengan alasan bahwa ia adalah warga setempat, dan membayar kepada masyarakat karena rasa tolong menolong dan belas kasih terhadap yang kurang mampu.

Menurut hasil penelitian yang telah penulis lakukan di Kelurahan Jatijajar, bahwa pengelolaan zakat di Kelurahan Jatijajar masih mengacu kepada Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, mereka melakukan bentuk pengumpulan zakat secara hirarki dari UPZ DKM/UPZ RW kemudian

9

Wawancara pribadi dengan Ustad Taufik, Pengelola Yayasan Al-Jihad, Depok, Selasa 21 Agustus 21 Agustus 2014, Jam 16:00 WIB

diserahkan ke UPZ Kelurahan, dilanjut kemudian ke BAZ Kecamatan hingga ke BAZNAS sebagai Pengelola Zakat terakhir.10

Sosialisasi dari Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat belum sepenuhnya diketahui masyarakat Kelurahan Jatijajar, hanya sedikit dari pegiat zakat yang mengetahui adanya undang-undang zakat baru ini. Masyarakat hanya mengetahui kewajiban membayar zakat saja, mengenai undang-undang zakat ini mereka tidak mengetahui. Seperti yang telah disebutkan dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 ini bahwa masyarakat berperan serta dalam mengawasi dan membina BAZNAS dan LAZ, maka masyarakat pun seharusnya mengetahui secara umum isi dari undang-undang ini. Para Amil di Kelurahan Jatijajar rata-rata menerapkan pengelolaan zakat sesuai dengan aturan BAZNAS. Karena setiap tahunnya sebelum bulan Ramadhan tiba, UPZ kelurahan dikumpulkan untuk diberi arahan mengenai zakat.

Jika dilihat dari segi undang-undang, penerapan atas undang-undang pengelolaan zakat ini maksimal 1 (satu) tahun harus sudah diterapkan, tetapi BAZNAS Kelurahan Jatijajar belum menerapkannya, Karena menunggu ketentuan lebih lanjut yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.

3. Kendala Penerapan Undang-Undang

Ketidak diterapkannya udang-undang zakat ini, mempunyai banyak faktor yang mana atas dasar ini, Undang-undang pengelolaan zakat menjadi tidak

10

Wawancara pribadi dengan Ibu Endang, ketua UPZ Kelurahan Jatijajar, Depok, Rabu 20 Agustus 2014 Jam 10:00 WIB

berjalan semestinya, faktor-faktor tidak diterapkannya undang-undang pengelolaan zakat di Kelurahan Jatijajar menurut dari hasil analisa penulis di lapangan yaitu: Pertama; Belum adanya Peraturan Pemerintah, Kedua; Adanya kontroversi antara undang-undang zakat baru dan lama, Ketiga; kurangnya sosialisasi undang-undang zakat baru, dan yang Keempat; opini masyarakat.

Faktor-faktor tidak diterapkannya ini akan di jelaskan lebih lanjut di bawah ini.

1. Belum Adanya Peraturan Pemerintah

Seperti yang disebutkan dalam undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, peraturan pelaksanaan dari undang-undang ini harus ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak undang-undang ini ditetapkan11 dan juga undang-undang ini berlaku mulai diundangkan12 jika kita lihat dari segi penerapannya, seharusnya BAZNAS Kota Depok sudah menerapkan aturan pemerintah ini sejak tahun 2012, undang-undang ini disahkan oleh Presiden pada tanggal 25 November 2011, dan maksimal 1 Tahun semenjak diundangkannya undang-undang ini, harus sudah menjadi acuan zakat secara Nasional. Tetapi BAZNAS Kota Depok, masih mengacu kepada Undang- Undang No. 38, dikarenakan Peraturan Pemerintah belum turun juga, dalam undang-undang ini juga disebutkan, bahwa ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota

11

Pasal 46, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat 12

diatur dalam peraturan pemerintah, ini menandakan bahwa pemerintah belum mengatur ketentuan selanjutnya untuk undang-undang ini, padahal sudah jelas maksimal 1 tahun sejak diundangkannya harus sudah diterapkan.

2. Kurangnya Sosialisasi Undang-Undang Zakat Baru

Semenjak Undang-Undang No. 38 dianggap sudah tidak lagi sesuai dengan model perzakatan di Indonesia, pemerintah melakukan perubahan dengan membuat undang-undang yang baru, yakni Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, dan diharapkan bahwa undang-undang ini bias sesuai dengan keadaan masyarakat yang ada di Indonesia dengan harapan yang lebih baik tentunya. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Endang, ketua BAZNAS UPZ Kelurahan Jatijajar, bahwa masyarakat seharusnya membayar zakat ke BAZNAS, adanya BAZNAS agar lebih terdata dan tertata zakat yang diberikan kepada mustahik.13 Sosialisasinya sendiri kurang terhadap masyarakat, setelah ditanyakan bahwa masyarakat tidak mengetahui adanya undang-undang ini, dan begitupun jika tidak adanya sosialisasi undang-undang ini, maka Amil tradisional tidak bias diberi sanksi, karena memang amil sendiri belum mengetahui adanya larangan ini.

Kekhawatiran mengenai potensi kriminalisasi dan pelemahan lembaga pengelola zakat yang sudah ada akibat lahirnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, selain berlebihan juga perlu direnung ulang.

13

Wawancara pribadi dengan Ibu Endang, ketua UPZ Kelurahan Jatijajar, Depok, Rabu 20 Agustus 2014 Jam 10:00 WIB

Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat berupaya melakukan penataan terhadap lembaga pengelola zakat yang sudah ada sehingga potensi zakat dapat terhimpun secara maksimal. Oleh sebab itu, tidak terdapat sama sekali semangat di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat tersebut untuk melemahkan atau membunuh keberadaan lembaga penghimpun zakat yang ada di masyarakat. Lalu, bagaimana dengan masjid-rnasjid atau yayasan yang selama ini telah terbiasa melakukan penghimpunan zakat? Kondisi tersebut sama sekali tidak menyalahi Undang-Undang. Dalam konteks penataan pengelolaan zakat, institusi-institusi masyarakat yang selama ini melakukan penghimpunan zakat dapat memosisikan diri sebagai Unit Pengumpul Zakat (UPZ) untuk bekerja sama dan/atau melakukan koordinasi dengan BAZNAS atau LAZ. Menurut UU Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, di dalam Pasal 16 disebutkan bahwa Unit Pengumpul Zakat dibentuk oleh BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota, Pembentukan UPZ tersebut dapat dilakukan pada instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), perusahaan swasta, perwakilan RI di luar negeri, dan dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan, bahkan di masjid-masjid dan majelis taklim.

Dengan demikian, paling tidak terdapat dua hal yang patut dijadikan catatan. Pertama, kenyataan adanya masjid-masjid atau yayasan yang selama ini melakukan penghimpunan zakat dari masyarakat sama sekali tidak bertentangan

dengan Undang-Undang. Bahkan jika memungkinkan, institusi-institusi sosial tersebut dapat dijadikan sebagai UPZ. Kedua, kalaupun kemudian masih terdapat banyak muzakki yang langsung memberikan zakatnya kepada mustahik, hal itu pun tidak bertentangan dengan Undang-Undang. Hanya saja, jika kenyataan tersebut dibiarkan, visi dan misi zakat untuk mengentaskan kemiskinan dan memberdayakan umat menjadi sulit terlaksana. Disinilah perlunya BAZNAS, LAZ, dan juga masyarakat untuk melakukan pendidikan dan penyadaran publik agar animo dan motivasi berzakat melalui lembaga pengelola zakat resmi terus mengalami peningkatan.

C.Efektivitas Sanksi Bagi Pengelola Zakat Ilegal Menurut Undang-Undang

Dokumen terkait