• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

C. Keuangan Daerah

1. Penerimaan Daerah

Sumber-sumber penerimaan keuangan daerah dapat meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan pinjaman daerah. (Pheni Chalid, 2005:14)

a. Pendapatan Asli Daerah

Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah , peningkatan pendapatan asli daerah selalu di upayakan karena merupakan penerimaan dari usaha untuk membiayai penyelenggara pemerintah daerah. Pendapatan asli daerah adalah sumber-sumber pendapatan asli dari dari daerah, bukan merupakan pemberian bantuan, hibah, penyertaan modal dan sebagainya. PAD bertujuan untuk untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. 1) Pajak daerah

Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung seimbang, yang dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggarakan Pemda dan pembangunan daerah.

Dari sudut pandang kewenangan pemungutan, pajak daerah secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah ditingkat provinsi (pajak provinsi), dan pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah tingkat kabupaten/Kota. (Pheni Chalid,2005:26)

Berdasarkan UU No.34 Tahun 2000 Pasal 2 ayat (1) dan (2) yang menjadi pajak daerah provinsi meliputi:

b) Pajak kendaraan diatas air Bea Milik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)

c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PPKB) d) Pajak pengambilan dan pemanfaatan air

Yang termasuk pajak daerah Kabupaten / Kota meliputi : a) Pajak Hotel

b) Pajak Restoran c) Pajak Hiburan d) Pajak Reklame

e) Pajak Penerangan Jalan

f) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g) Pajak Parkir

2) Retribusi Daerah

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemda untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Dengan demikian retribusi merupakan pemasukan yang berasal dari usaha Pemda untuk menyediakan sarana dan prasarana yang ditujukan untuk memenuhi kepentingan warga masyarakat baik invidu maupun badan atau koorporasi dengan kewajiban memberikan pengganti berupa uang sebagai pemasukan ke kas daerah.

Retribusi daerah di golongkan menjadi tiga yaitu; Jenis retribusi umum dan retribusi perizinan tertentu untuk daerah

provinsi dan daerah kabupaten kota ditetapkan sesuai dengan kewenangan masing-masing daerah sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan jenis retribusi jasa usaha untuk daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan jasa pelayanan yang diberikan oleh masing- masing daerah yang bersangkutan.

3) Hasil kekayaan yang dipisahkan

Sumber PAD lainnya yang yang sangat penting selain pajak daerah dan retribusi daerah adalah bagian pemerintah daerah atas laba BUMD.

BUMD merupakan cara yang lebih efesien dalam melayani masayarakat dan merupakan salah satu sumber penerimaaan. Jenis penerimaan yang termasuk hasil pengelolaaan kekayaan yang dipisahkan antara lain sperti bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik daerah.(HAW.Wijaya, 2002:110)

4) Lain- lain pendapatan asli daerah yang sah.

Lain- lain pendapatan asli darah yang sah yang dapat digunakan untuk membiayai belanja daerah dapat di upayakan oleh daerah dengan cara- cara yang tidak memnyalahi aturan. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah meliputi :

a) Hasil penjualan daerah yang tidak dipisahkan. b) Jasa giro

c) Pendapatan bunga

e) Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan barang dan/ jasa oleh daerah.

b. Dana Perimbangan

Dana perimbangan merupakan pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah, terutama peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin membaik.(HAW,Wijaya.2005,:33)

Dana perimbangan dalam UU No.25 Tahun 1999 dan UU No.33/2004 adalah terdiri (a) Dana Bagi Hasil (b) Dana Alokasi Umum (c) Dana Alokasi Umum (Pheni Chalid, 2005:14)

Selain itu dana perimbangan bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan pusat dan daerah serta untuk mengurangi keseimbangan pendanaan pemerintahan antar daerah diperlukan adanya dana perimbangan adalah untuk lebih meratakan daerah antar daerah agar tidak ada satu daerah yang tertinggal dari daerah lainnya, dalam mencapai tujuan bangsa. Dana perimbangan meliputi :

1) Dana Bagi Hasil (DBH)

DBH adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang di alokasikan kepada daerah berdasarkan angka presentasi untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DBH Bersumber dari Pajak dan Sumber Daya Alam (SDA). Dana bagi hasil dari pajak meliputi pajak bumi dan

bangunan, penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan dan pajak penghasilan. Dan dana bagi hasil dari sumber daya alam berasal dari kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, (UU No.33 Th.53 2004 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan pemerintah daerah pasal 11 tentang bagi hasil :273)

2) Dana Alokasi Umum (DAU)

DAU Bertujuan untuk pemerataan kemampuan daerah termasuk jaminan kesinambungan penyelenggaraan pemerintah daerah dalam rangka penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat dan merupakan satu kesatuan dengna penerimaan umum APBD. DAU digunakan untuk membiayai kebutuhan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan desentralisasi yang penggunaannya di tetapkan oleh daerah.(HAW. Wijaya 2005,:33)

DAU untuk daerah provinsi dan daerah kabupaten ditetapk masing 10% dan 90% dari DAU. DAU bagi masing-masing provinsi dan kabupaten di hitung berdasarkan perkalian dari jumlah DAU bagi seluruh bobot daerah, dengan bobot seluruh daerah diseluruh Indonesia (Bratakusumah dan Solihin, 2001:183)

Mekanisme perhitungan DAU dildalam pertimbangan otonomi daerah dilakukan pertama kali secretariat bidang

perimbangan keuangan pusat dan daerah (DPOD). Selanjutnya DPOP merekomendasikan hasil perhitungan tersebut kepada presiden untuk disah kan melalui keputusan presiden (Kepres) sebelum disampaiakan kepada presiden, sebelumnya DPOP berkonsultasi dengan DPR. Penyaluran DAU dilakukan oleh menteri Keuangan melaui ditjen anggaran secara berkala setiap bulan 1/12 dari total DAU perdaerah.

3) Dana Alokasi Khusus (DAK)

DAK dapat dialokasikan dari APBN kepada daerah tertentu untuk membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan dana dalam APBN. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum dengan rumus atau komitmen atau prioritas nasional.

DAK digunakan khusus untuk membiayai investasi pengadaan dan atau peningkatan prasarana dan sarana fisik dengan umur ekonomis panjang yaitu 3 tahun. (HAW, Wijaya. 2005,34- 35)

Criteria umum ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dalam APBD.Kriteria khusus ditetpkan dengan memperhatiakan peratura perundang- undanagn dan karakteristik daerah. Sedangkan criteria teknis ditetapkan oleh kementrian Negara / departemen teknis. Tidak semua pembiayaan kegiatan khusus dialokasikan dari DAK., namun daerah yang bersangkutan wajib menyediakan dana sekurang kurangnya 10 %

dari DAK yang dialokasikan dari APBD. Dana tersebut di istilahkan dana pendamping. Kecuali bagi daerah yang memiliki kemampuan fiscal yang tidak memadai, maka tidak memiliki kewajiban untuk menyediakan dana pendamping.

c. Pinjaman Daerah

Pinjaman daerah merupakan mekanisme yang di berikan kepda daerah dalam rangka mencari pos keuangan daerah di luar anggaran pendapatan daerah (APBD).Pemerintah daerah dapat memperoleh pinjaman daerah setelah mendapatkan persetujuan dari pemerintah pusat.Pinjaman daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang memegang peranan penting terutama pembangunan infra struktur. Pinjaman daerah bisa berbentuk pinjaman dari dalam negeri atau luar negeri. (Pheni Chalid, 2005:29)

Dokumen terkait