• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERIMAAN HIBAH LUAR NEGERI UNTUK PEMDA MELALUI KEMENKP

Dalam dokumen laporan hcs indonesia 8 mei 2013 (Halaman 46-50)

DESAIN HIBAH LUAR NEGERI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PEMERINTAH

A. PENERIMAAN HIBAH LUAR NEGERI UNTUK PEMDA MELALUI KEMENKP

Hibah yang bersumber dari luar negeri untuk Pemda harus melalui pemerintah pusat (Pasal 5, PP No. 2 Tahun 2012). Untuk itu, usulan kegiatan yang akan didanai dari hibah luar negeri harus melalui Kemen KP. Perjanjiannya dilakukan antara pemerintah pusat, dalam hal ini Menteri Keuangan, dan pemberi hibah. Selanjutnya, dilakukan penerusan hibah kepada Pemda dengan perjanjian antara Menteri Keuangan dan Gubernur/Bupati/Walikota.

Desain ini mengacu pada peraturan terbaru dan petunjuk pelaksanaannya, yaitu:

1. Peraturan Pemerintah (PP) No. 10 Tahun 2011 tentang Tata cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah,

2. PP No. 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah,

Menteri KP Menteri Perencanaan MenKeu, DJPb/RKUN MenKeu, DJPb/KPPN Penilaian; DRKH Transfer dana hibah Dana hibah masuk Transfer dana ke RKUD Pencatatan di SA-BUN Veriikasi Perundingan/negosiasi/ penandatanganan Perjanjian Hibah

Membuat dan menandatangani Perjanjian Penerusan Hibah

MenKeu, DJPU Pemberi Hibah MenKeu, DJKP Pemda START Alokasi Alokasi DIPA SPM SP2D Rencana Komprehensif Rencana Tahunan SPPH STOP Usulan

3. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Meneg PPN/Kepala Bappenas) No. 4 Tahun 2011 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengajuan Usulan, Penilaian, Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman Luar Negeri dan Hibah dan,

4. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 188/PMK.07/2012 tentang Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

Berikut desain penerimaan hibah luar negeri oleh Pemda:

1. Menteri KP mengusulkan kegiatan yang akan dibiayai hibah luar negeri kepada Meneg PPN atas usulan yang diajukannya sendiri maupun usulan yang berasal dari Pemda.

2. Meneg PPN melakukan sebagai berikut:

a. menilai usulan kegiatan dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional dan memperhatikan Rencana Pemanfaatan Hibah (RPH); b. menetapkan hasil penilaian usulan kegiatan dalam Daftar Rencana Kegiatan Hibah (DRKH); c. menyampaikan DRKH kepada Kemen KP dan Menteri Keuangan;

d. Usulan kegiatan yang belum tercantum pada DRKH -asalkan telah memenuhi kelayakan dan kesiapan- dapat diajukan kepada calon pemberi hibah. Usulan kegiatan itu dicantumkan pada DRKH tahun berikutnya.

3. Atas DRKH yang diterima atau usulan kegiatan yang telah memenuhi kelayakan dan kesiapan menurut Meneg PPN, Menteri KP mengajukan usulan pembiayaan kegiatan kepada Menteri Keuangan c.q. DJPU.

4. Atas usulan pembiayaan kegiatan dari Menteri KP dan DRKH yang diterima atau usulan kegiatan yang telah memenuhi kelayakan dan kesiapan menurut Menteri PPN, selanjutnya Kementerian Keuangan melakukan sebagai berikut:

a. menetapkan alokasi peruntukan hibah luar negeri yang diterushibahkan berdasarkan usulan pembiayaan kegiatan dari Menteri KP,

b. mengusulkan kegiatan yang akan dibiayai dengan hibah dan melakukan perundingan dan negosiasi,

c. apabila dicapai kesepakatan, dilakukan penandatanganan perjanjian hibah dengan calon pemberi hibah luar negeri,

d. menyampaikan perjanjian hibah kepada Kemen KP.

5. Atas perjanjian hibah yang diterima dan ketetapan alokasi peruntukan hibah luar negeri yang diterushibahkan, selanjutnya Menteri KP mengusulkan besar hibah dan daftar nama Pemda penerima hibah kepada Kementerian Keuangan c.q. DJPK.

6. Atas usulan dari Menteri KP, Menteri Keuangan c.q. DJPK menerbitkan surat persetujuan penerusan hibah kepada masing-masing Pemda setelah perjanjian hibah ditandatangani. 7. Berdasarkan surat persetujuan penerusan hibah dilakukan penandatanganan perjanjian

penerusan hibah antara Menteri Keuangan atau pejabat yang diberi kuasa dan Gubernur/ Bupati/Walikota atau pejabat yang diberi kuasa. Registrasi perjanjian hibah akan secara otomatis dilakukan oleh Menteri Keuangan c.q. Direktorat Evaluasi Akuntansi dan Setelmen (Dit EAS)

8. Berdasarkan perjanjian penerusan hibah,

Komprehensif dan/atau Rencana Tahunan.

b. KPA Hibah (DJPK) menyusun Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan meminta pengesahan kepada Menteri Keuangan atau pejabat yang ditunjuk (Pasal 20, PP No. 2 Tahun 2012 dan Pasal 8, PMK No. 188/PMK.07/2012).

- Dalam hal hibah luar negeri diterima setelah penetapan APBN, penerushibahan kepada Pemda dapat dilaksanakan setelah pengesahan DIPA hibah untuk kemudian dianggarkan dalam Perubahan APBN.

- Dalam hal hibah luar negeri diterima setelah Perubahan APBN, penerushibahan kepada Pemda dapat dilaksanakan setelah pengesahan DIPA hibah untuk kemudian dilaporkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (Pasal 9, Ayat 1 dan 2, PMK 188/PMK.07/2012).

c. Pemda menganggarkan penerimaan dan penggunaan hibah dalam APBD berdasarkan Rencana Tahunan dan mencantumkannya dalam Daftar Pelaksanaan Anggaran (DPA). - Dalam hal hibah diterima setelah penetapan APBD, penggunaan dana hibah dapat

dilaksanakan setelah Gubernur/Bupati/Walikota melakukan perubahan atas Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota mengenai penjabaran APBD dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD. Perubahan tersebut dituangkan dalam DPA untuk kemudian dianggarkan dalam Perubahan APBD.

- Dalam hal hibah diterima setelah Perubahan APBD, penggunaan dana hibah dapat dilaksanakan setelah Gubernur/Bupati/Walikota melakukan perubahan atas Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota mengenai penjabaran APBD dan memberitahukan kepada Pimpinan DPRD. Perubahan tersebut dituangkan dalam DPA untuk kemudian dilaporkan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (Pasal 11 dan 13, PMK 188/ PMK.07/2012).

9. Penyaluran hibah yang bersumber dari luar negeri dapat dilaksanakan melalui lima cara, yaitu: a. pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening Kas Umum

Daerah (RKUD), b. pembayaran langsung, c. rekening khusus,

d. letter of credit (L/C), dan/atau e. pembiayaan pendahuluan.

Cara yang dipilih tergantung dari sistem yang ada/dikehendaki oleh pemberi hibah. Kali ini, diusulkan melalui cara pemindahbukuan atau transfer dana dari RKUN ke RKUD (Pasal 16, PMK 188/PMK.07/2012) dengan pertimbangan bahwa cara tersebut sudah biasa digunakan, dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pemberi hibah menyalurkan dana hibah ke RKUN atas permintaan Menteri Keuangan. b. Gubernur/Bupati/Walikota mengajukan Surat Permintaan Penyaluran Hibah (SP2H)

kepada KPA Hibah berdasarkan permintaan pembayaran dari penyedia barang/jasa dan/ atau SP2D yang diterbitkan oleh Bendahara Umum Daerah dengan melengkapi dokumen pendukung:

1) Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM)

2) Surat Pertimbangan Penyaluran Hibah dari Kemen KP. Dalam hal ini, Kemen KP

disampaikan oleh Pemda,

3) Dokumen lain yang dipersyaratkan dalam perjanjian penerusan hibah,

c. KPA Hibah (DJPK) menerbitkan dan menyampaikan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN),

d. KPPN menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) sebagai dasar transfer dana dari RKUN ke RKUD.

10. KPA Hibah menyelenggarakan akuntansi dan pelaporan atas pelaksanaan penyaluran hibah berdasarkan SP2D yang diterbitkan oleh KPPN dan menyusun laporan keuangan, yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK). 11. Gubernur/Bupati/Walikota atau pejabat yang diberi kuasa menyampaikan laporan triwulanan

pelaksanaan kegiatan kepada KPA Hibah dan Menteri KP (Pasal 25, Ayat 2, PMK 188/ PMK.07/2012).

Penjelasan tambahan:

1. Keunggulan dari opsi penerimaan hibah ini sebagai berikut:

a. Dapat dipastikan bahwa penerimaan hibah bertujuan untuk mendukung prioritas pembangunan nasional karena sejak perencanaan telah dilakukan penilaian tentang kesesuaian kegiatan dengan RPJM Nasional oleh Kemeneg PPN.

b. Dapat dipastikan bahwa penerimaan hibah tercatat dalam sistem keuangan pemerintah karena penerimaan dan penyaluran hibah menggunakan mekanisme APBN.

2. Kelemahan dari opsi penerimaan hibah ini adalah proses perencanaannya memakan waktu yang relatif panjang karena melalui proses penilaian dari Meneg PPN dan Kementerian Keuangan (DJPU dan DJPK). Untuk memperkecil kelemahan ini, proses penilaian di Bappenas dan proses yang dilakukan di Kementerian Keuangan (DJPU dan DJPK) harus dilaksanakan secara serentak.

B. PENERIMAAN HIBAH LUAR NEGERI UNTUK PEMDA MELALUI TRUST

Dalam dokumen laporan hcs indonesia 8 mei 2013 (Halaman 46-50)

Dokumen terkait